You are on page 1of 60

Laporan Pendahuluan

BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN DAN ISSUE
PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN BOJONEGARA

2.1 Kedudukan Wilayah Bojonegara


2.1.1 Kedudukan Administrasi Kawasan Bojonegara dalam Propinsi Banten
Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang Propinsi
Banten. Propinsi Banten terbagi menjadi empat wilayah kabupaten dan dua
wilayah kota dengan total area 8.651.20 km2, yaitu: (Wilayah Administrasi
Propinsi banten dapat dilihat pada peta 2.1)
• Kabupaten Serang, 1.643,72 km2
• Kabupaten Lebak, 2.941,40 km2
• Kabupaten Pandeglang, 2.595,35 km2
• Kabupaten Tangerang, 1.124,65 km2
• Kota Tangerang, 179,06 km2
• Kota Cilegon, 167,06 km 2

Jumlah kecamatan di seluruh Banten sebanyak 124, jumlah desa sebanyak


1.337 dan kelurahan sebanyak 144. Untuk jelasnya lihat tabel berikut

Tabel 2.1
Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa di Provinsi Banten 2001

Kabupaten /
Kota Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah
Kabupaten
Pandeglang 22 322 13 335
Lebak 19 295 5 300
Tangerang 26 325 - 325
Serang 32 349 20 369
Kota
Tangerang 13 - 104 104
Cilegon 4 41 2 43
Jumlah 166 1330 146 1476
Sumber: BPS Propinsi Banten

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-1
Laporan Pendahuluan

Gambar 2.1
Peta Administrasi Propinsi

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-2
Laporan Pendahuluan

Kawasan Bojonegara terletak di Kabupaten Serang Propinsi Banten. Kawasan


Bojonegara terletak di sebelah barat (sekitar 130 km) Ibukota DKI. Secara
administratif Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang
tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel (merupakan
pemekaran dari Kecamatan Bojonegara). Kecamatan Pulo Ampel dan
Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektare dan dihuni hampir
75.000 jiwa.
Saat ini diwilayah Bojonegara telah dibangun Pelabuhan internasional seluas
1100 Ha dengan pantai yang menghadap kelaut sepanjang 11,3 Km. Disekitar
kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang direncanakan mencapai
1372 hektar meliputi sebagian desa Salira, Mangunreja, Sumureja,
Mangkunegara, Bojonegara, Ukisari, Margasari, Argawana, Margagiri, jenis
industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa
dan rancang bangun. (Wilaah administrasi wilayah Bojonegara dapat dilihat pada
peta 2.2)

2.1.2 Tinjauan Sejarah Banten Tempo Dulu dan Isue Pengembangan


Wilayah Bojonegara erait dengan Lokasi dan Sejarah Banten
Perkembangan wilayah Banten memang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan
sejarah Jawa Barat. Awalnya Banten adalah salah satu pelabuhan kecil milik
Kerajaan Padjajaran (salah satu kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat pada
abad 14 masehi), yang pusat kerajaannya berada di Pakuan (di sekitar kota
Bogor sekarang). Perkembangan wilayah Banten semakin pesat setelah seorang
muslim bernama Hasanuddin pada tahun 1527 merebut Banten Girang dari
tangan Kerajaan Padjajaran. Wilayah Banten Girang akhirnya menjadi wilayah
vassal (bawahan) dari Kerajaan Demak. Namun pada tahun 1550, Banten
melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Kerajaan Demak dan berdiri sendiri
menjadi sebuah kesultanan yang independen. Hasanuddin diangkat menjadi
sultan pertama yang memerintah wilayah tersebut.

Pada abad 16 hingga 17, Banten adalah kota terbesar di Asia Tenggara.
Penduduknya mencapai 100.000 jiwa. Transportasi perdagangan menggunakan
rakit dalam kanal-kanal buatan yang melintas di tengah kota. Banten pada saat
itu sudah maju dan berkembang pesat seperti beberapa kota besar di eropa

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-3
Laporan Pendahuluan

Peta 2.2
Wilayah administrasi Kecamatan Bojonegara

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-4
Laporan Pendahuluan

Sebagai salah satu kota pelabuhan yang megah, Banten mempunyai dua buah
pelabuhan yang besar. Pelabuhan pertama adalah pelabuhan yang
menghubungkan Banten dengan para pedagang asing yang lokasinya terdapat
di sebelah barat sungai Cibanten, sedangkan pelabuhan yang digunakan untuk
kepentingan perdagangan regional terdapat di sebelah timur sungai. Sedangkan
pusat kota sekaligus pusat pemerintah terdapat di tengah tengah dua pelabuhan
tersebut.
Sebagai salah satu pelabuhan besar di Asia Tenggara pada saat itu, Banten
memiliki pelabuhan yang tidak hanya besar tetapi juga lengkap dengan
prasarana pelabuhan lainnya seperti, dermaga yang panjang menjorok ke laut,
dok kapal, hingga gudang-gudang penyimpanan. Gambaran tentang pelabuhan
tersebut secara detail dilukiskan oleh seorang pelaut W Shouten"s yang sempat
berkunjung ke Banten pada tahun 1670. Lukisan W Shouten"s kini tersimpan di
National Library di Paris. Pelabuhan Banten saat itu terlihat sangat besar dan
teratur. Sepanjang pelabuhan bersandar kapal kapal dagang asing berlayar
tinggi berjajar dan merapat di sana. Seiring dengan makin pesatnya aktivitas
perdagangan di Banten, wilayah ini kemudian berubah menjadi salah satu pusat
perdagangan yang cukup besar, melibatkan banyak negara Eropa dan Asia
Timur Jauh.

Bahkan Banten disebut sebut sebagai salah satu pelabuhan paling strategis
yang menghubungkan Asia dengan bangsa Eropa pada saat itu. Selain
mengandalkan aktivitas perdagangan melalui dua pelabuhannya, Banten juga
mempunyai modal lain di bidang ekonomi yaitu perkebunan. Sedangkan jenis
tanaman yang ditanam dan menjadi andalan ekonomi Banten adalah gula dan
rempah- rempah (merica, lada dan kayu manis).

Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara Terkait dengan Lokasi dan


Sejarah Banten
Terdapat beberapa issue pengembangan wilayah Bojonegara terkait dengan
lokasi dan sejarah, dianaranya :
1. Apakah Banten dapat mengembalikan citranya sebagai pusat
pengembangan pelabuhan terbesar di Asia tenggara setelah
dibangunnya Pelabuhan internasional di wilayah Bojonegara ?

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-5
Laporan Pendahuluan

2. Selain lokasi wilayah Banten yang strategis dibutuhkan pendukung


Aspek-aspek ekonomi andalan untuk mendukung keberadaan pelabuhan
internasional. Pengembangan kegiatan ekonomi saat ini (industri, listrik,
kelautan, pertanian dan pariwisata) apakah dapat mendukung
keberadaan IHP Bojonegara ?
3. Lokasi strategis Kawasan Bojonegara diharapkan dapat mendorong
pengembangan wilayah Propinsi Banten. Strategi apa yang diperlukan
agar pengembangan wilayah Bojonegara dapat membantu
pengembangan wilayah sekitarnya di Propinsi Banten ?.
4. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan
wilayah Banten umumnya serta Kawasan Bojonegara sebagai kawasan
pelabuhan internasional agar dapat merebut kejayaannya sebagai yang
terbesar di Asia Tenggara ?

2.2 Tinjauan Kebijaksanaan Penetapan Fungsi Wilayah Bojonegara


2.2.1 Tinjauan Kebijaksanaan Tata Ruang Nasional
Dalam kebijaksanaan mengenai tata ruang nasional Propinsi Banten ditetapkan :
• Sebagai penghubung antara Pulau Jawa bagian Barat dengan Pulau
Sumatera;
• Sebagai roda penentu perekonomian dari dan ke Pulau Sumatera;
• Menetapkan Banten sebagai Pintu Gerbang ke dunia luar/Internasional
(Bandara Soekarno - Hatta).
Dalam PP No. 47/1997 tentang RTRWN dan dalam konsep RTR Pulau Jawa-Bali
telah ditetapkan bahwa pengembangan pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan
Bojonegara merupakan satu sistem yang saling melengkapi (komplementer)
sebagai IHP (International Harbour Port).

Disamping itu Pelabuhan Bojonegara yang terletak dalam Kawasan Andalan


Bojonegara - Merak - Cilegon diharapkan dapat menjadi salah satu pemicu
dalam pengembangan wilayah Bojonegara sehingga perlu di dukung prasarana
dan sarana yang memadai. Kebijaksanaan Tata Ruang Nasional Pengembanan
Wilayah Andalan Bojonegara dapat dilihat pada gambar 2.3.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-6
Laporan Pendahuluan

Gambar 2.3
Kawasan Andalan Bojnegara

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-7
Laporan Pendahuluan

Kawasan Andalan Bojonegara memiliki aksesibiitas yang tinggi karena didukung


keberadaan Pelabuhan Udara Sukarno Hatta, Pelabuhan Tanjung Priok,
Pelabuhan Bojonegara dan akses jalan Tol menuju Wilayah Kawasan Andalan
Bojonegara. Aksesibilitas Kawasan Andalan Bojonegara dapat dilihat pada
gambar 2.4.

2.2.2 Kebijaksanaan Wilayah JABODETABEK


Menurut Kebijaksanaan Wilayah JABODETABEK Wilayah Propinsi Banten
ditetapkan sebagai :
• Megacity yang kompetitif dalam mewujudkan sistem kota-kota,
pengelolaan tata ruang, dan transportasi yang efesien dan efektif;
• Untuk mengurangi tekanan penduduk di wilayah DKI Jakarta melalui
pengembangan industri, perdagangan, dan permukiman di daerah
perbatasan untuk mempermudah iklim investasi;
• Mendorong pengembangan pusat permukiman/perkotaan baru dengan
pengembangan pusat industri dalam kerangka peningkatan kemandirian
ekonomi kota-kota baru khususnya di Kabupaten/Kota Tangerang;
• Sebagai kawasan penyangga Ibukota Negara yang berfungsi sebagai
mitra pembangunan agar melalui kemandirian ekonomi dapat berfungsi
sebagai counter magnet bagi Ibukota Negara.

2.2.3 Tinjauan Kebijaksanaan Tata Ruang Wilayah Propinsi


Direncanakan hingga 15 tahun mendatang, pembagian wilayah Propinsi Banten
dibagi dalam 3 Wilayah Kerja Pembangunan, meliputi :
1. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I, meliputi: Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang dengan kegiatan utama industri, perdagangan, jasa
dan permukiman;
2. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II, meliputi: Kota Cilegon dan Kabupaten
Serang dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian, pertambangan,
industri, kehutanan dan pendidikan.
3. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III, meliputi: Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian,
pertambangan, kehutanan dan pendidikan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-8
Laporan Pendahuluan

Gambar 2.4
Aksesibilitas Kawasan andalan Bojonegara

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2-9
Laporan Pendahuluan

2.2.4 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara Terkait dengan


Penetapan Fungsi Wilayah
Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan Penetapan Fungsi
Wilayah diantaranya :
1. Dengan dibangunnya IHP Bojonegara, wilayah Bojonegara menjadi
kawasan strategis karena menjadi salahsatu Pusat Kegiatan Nasional.
2. Kawasan Bojonegara dan sekitarnya (kawasan andalan Bojonegara -
Merak – Cilegon) diharapkan dapat berkembang menjadi Megacity yang
dapat bersaing kompetitif dengan DKI Jakarta.
3. Wilayah Bojonegara dalam konstelasi pengembangan wilayah Propinsi
Banten diharapkan dapat sebagai pendorong pengembagan Wilayah
Kerja Pembangunan (WKP) II, meliputi: Kota Cilegon dan Kabupaten
Serang dengan kegiatan utama pariwisata, pertanian, pertambangan,
industri, kehutanan dan pendidikan.
4. Pengembangan wilayah Bojonegara sebagai PKN, kawasan andalan dan
pusat WKP II menuntut penyediaan sarana dan prasarana dengan tingkat
pelayanan nasional, propinsi, kabupaen dan lokal.

2.3 Tinjauan Kebijaksanaan dan Isue pengaruh Kebijaksanaan terhadap


Wilayah Bojonegara
2.3.1 Tinjauan Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Propinsi Banten
A. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang
Didalam RTRWP Banten disebutkan bahwa kebijaksanaan pengembangan
tata ruang adalah sebagai berikut :
• Penyebaran penduduk secara merata keseluruh wilayah di
Provinsi Banten terutama ke wilayah Banten Selatan, untuk
mengimbangi penyebaran penduduk antar Wilayah Utara -
Selatan;
• Menterpadukan ruang ekonomi, sosial budaya, dan biofisik
sebagai kesatuan ruang yang mampu mendorong perkembangan
ekonomi wilayah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
dunia usaha dan lingkungan hidup secara bekesinambungan;
• Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar
wilayah serta keserasian antar sektor melalui pemanfaatan ruang

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 10


Laporan Pendahuluan

kawasan lindung dan budidaya secara serasi, selaras, dan


seimbang;
• Penyediaan sarana dan prasarana transportasi dan fasilitas
perkotaan yang memungkinkan munculnya wilayah-wilayah yang
memiliki potensi pertumbuhan;
• Merevitalisasi kawasan cepat tumbuh kembang dan memproteksi
kawasan lindung;
• Pengembangan jaringan transportasi terdiri jaringan jalan, jaringan
kereta api, terminal, antar Provinsi, Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan (ASDP).

B. Kebijaksanaan Kawasan Lindung Budidaya


Kebijaksanaan mengenai pengelolaan kawasan lindung dan budidaya
Propinsi Banten adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan fungsi dan kualitas kawasan lindung dan budidaya guna
mencegah kerusakan ekosistem dan lingkungan hidup;
• Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar
wilayah dan sektor melalui pemanfaatan ruang kawasan lindung dan
budidaya;
• Mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, menjaga ekosistem
antar wilayah guna pembangunan berkelanjutan;
• Tercapainya proporsi luas kawasan lindung dan budidaya;
• Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya;
• Menjaga keseimbangan lingkungan dan kesinambungan kegiatan
pembangunan yang memanfaatkan kawasan lindung dan budidaya.

C. Kebijaksanaan Prasarana Wilayah


Kebijaksanaan yang berkaitan dengan prasarana wilayah adalah :
• Pembangunan prasarana wilayah harus sesuai dengan fungsi dan
peranan kota;
• Prasarana wilayah dapat mengarahkan pembangunan pada wilayah-
wilayah yang akan didorong perkembangannya;
• Pemenuhan prasarana wilayah tidak hanya lingkup lokal juga
wilayah/kawasan;

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 11


Laporan Pendahuluan

• Mengembangkan outlet yang berfungsi sebagai pintu masuk/keluar


Banten;
• Pengembangan jaringan prasarana wilayah di Banten Selatan.

D. Kebijaksanaan Wilayah Kerja Pembangunan


Kebijaksanaan Wilayah Kerja Pembangunan Propinsi Banten tercermin
dalam :
(a) Penetapan wilayah kerja pembangunan, dimana digariskan ketentuan
penataan Wilayah Kerja Pembangunan
(b) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah, yang antara lain mencakup
kebijaksanaan kewilayahan / keruangan mengenai
• Arahan pengelolaan kawasan budidaya dan kawasan lindung
• Arahan pengelolaan kawasan pedesaan, perkotaan dan kawasan
tertentu
• Arahan pengembangan kawasan permukiman, kehutanan,
pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata dan kawasan
lainnya.
• Arahan pengembangan sistem pusat permukiman pedesaan dan
perkotaan.
• Arahan pengembangan sistem pusat prasarana wilayah yang
meliputi prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, pengairan,
dan prasarana pengelolaan lingkungan
• Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan
• Arahan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air dan tata guna
sumber alam lainnya yang memperhatikan keterpaduan dengan
sumber daya manusia dan sumber daya buatan

2.3.2 Strategi Pengembangan Wilayah


Ada beberapa konsep dalam strategi pengembangan Wilayah Propinsi
Banten yakni :
• Konsep 'ring' atau cincin yang dapat dilihat dari struktur prasarana
transportasi (jalan) yang bentuknya mengelilingi/ sebagai ring (cincin)
bagi Provinsi Banten;
• Konsep 'radial' merupakan konsep pembangunan yang akan
menghubungkan daerah pedalaman dengan pesisir, perdesaan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 12


Laporan Pendahuluan

dengan perkotaan, wilayah pinggiran dengan pusat melalui


pembangunan prasarana jalan, baik untuk jalur jalan nasional, jalan
Provinsi maupun jalan Kabupaten/Kota;
• Lingkaran paling luar sampai dengan pusat/lingkaran paling dalam,
saling bergradasi dari kawasan terbangun ke kawasan tidak
terbangun;

• Pusat-pusat pengumpul dan distribusi di pedalaman yang merupakan


wilayah budidaya pertanian dan penunjangnya dengan memakai
konsep agropolitan;
• Masing-masing cluster, secara faktual dan operasional, merupakan
aktivitas kegiatan-kegiatan campuran. Namun untuk selanjutnya,
cluster-cluster tersebut akan diarahkan pemanfaatannya berdasarkan
konsep 'flexible zone' yang memakai sistem 'dominasi orientasi'.

2.3.3 Rencana Pemanfaatan Ruang


Berdasarkan strategi pengembangan wilayah, maka strategi pemanfaatan ruang
yang dikembangkan adalah :
1. Ruang Propinsi sebagai ruang publik dapat dikembangkan untuk
manampung berbagai kegiatan masyarakat dan diarahkan pada ruang yang
boleh dibangun dan ruang publik yang tidak boleh dimanfaatkan
2. Ruang publik yang boleh dibangun diarahkan untuk kesejahteraan
masyarakat melalui kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan pemerintah.
Pengaturan pemanfaatan ruang dilakukan dengan menetapkan ruang budi
daya sebagai kawasan yang dikembangkan menurut karakteristik fisik dan
potensi yang dimilikinya. Selanjutnya didalam pemanfaatan ruang di kawasan
budidaya selain menumbuhkan potensi yang ada namun juga perlu
mempertimbangkan persyaratan teknis ruang yang berbeda antara satu
kawasan dengan kawasan lainnya.
3. Ruang publik yang tidak boleh dibangun diarahkan untuk mempertahankan
ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup guna mewujudkan kesembangan
yang selaras antara lingkungan alam dan lingkungan buatan. Ruang publik ini
terdiri dari kawasan lindung yang harus dihindari dari kerusakan dan
penyusutan, maka pengaturan pemanfatan ruang sebagai pengisian daripada
ruang publik diarahkan sebagai berikut :

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 13


Laporan Pendahuluan

(a) Mengembangkan kota kecil dan menengah yang mempunyai potensi


untuk berlembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk
mewujudkan keselarasan pertumbuhan kota besar
(b) Mengembangkan pusat–pusat pertumbuhan pada kota–kota kecil/ kota
kecamatan yang berperan sebagai pusat pengolahan hasil pertanian,
guna mendukung keterkaitan antara pusat produksi, koleksi dan
distribusi.
(c) Mensinergikan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
buatan guna mendorong perkembangan ekonomi wilayah dengan
meminimalkan kerusakan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
(d) Mengembangkan agribisnis pertanian guna mewujudkan perluasan
pasar yang kondusif serta memperkuat ketahanan pangan
(e) Mengembangkan industri perdagangan dan jasa sebagai sektor utama
yang memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi skala besar,
menengah, dan kecil yang keterkaitan antara satu dan lainnya
(f) Memberikan ruang gerak yang leluasa kepada prasarana dasar yang
memiliki tingkat internasional dan nasional agar mampu memberikan
efek ganda terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto serta
menumbuhkan kegiatan usaha kecil menengah/koperasi.
(g) Menyediakan jaringan jalan dan utilitas (prasarana) sebagai elemen
pengikat kegiatan ekonomi wilayah dan sekaligus memperkuatan
keterkaiatan antara satu sektor, antar wilayah dan antar kawasan.
(h) Memproteksi kawasan yang berfungsi lindung dan penyangga serta
peninggalan bersejarah/aset budaya yang bermanfaat selain untuk
mempertahankan ekosistem dan nilai-nilai budaya namun juga
dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Rencana pemanfaatan ruang Propinsi Banten dapat dilihat pada gambar 2.5.

Strategi pengembangan kawasan disesuaikan dengan paradigma baru saat ini


yakni berdasarkan Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1999, mengenai
kewenangan daerah propinsi. Untuk memudahkan operasional, sinkronisasi,
koordinasi dan intergrasi maka Wilayah Propinsi Banten di rencanakan dengan
sistem “ cluster” kawasan fungsional sebagai berikut:

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 14


Laporan Pendahuluan

Gambar 2.5
Rencana Pemanfaatan Ruang Propinsi Banten

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 15


Laporan Pendahuluan

a. Kawasan Fungsional I (KF 1) : Tangerang - Bojonegara


Pola pemanfaatan lahannya didominasi oleh aktivitas pada sektor perkotaan
yang dicirikan oleh pertumbuhan sektor-sektor jasa perkotaan (industri,
pariwisata, permukiman).

b. Kawasan Fungsional II (KF 2): Bojonegara - Cilegon.


Karakteristik KF 2 tidak jauh berbeda dengan KF 1, perbedaannya terletak pada
perbedaan proporsi pemanfaatan ruang, dimana fungsi permukiman pada KF 2
lebih dominan dibandingkan dengan KF 1 karena faktor perkembangan
penduduk dan aktivitas pemerintahan.

c. Kawasan Fungsional III (KF 3): Cilegon - Labuan.


Wilayah KF 3 memiliki karakteristik terletak pada wilayah pantai, keberadaan
potensi pariwisata potensial serta mempunyai pull factor besar terhadap gejala
urbanisasi.

d. Kawasan Fungsional IV (KF 4): Muara Binuangeun - Bayah.


Kegiatan agroindustri yang dikembangkan pada KF 4 merupakan bagian dari
bentuk industri pencemaran rendah yang dikembangkan pada wilayah Lebak;
untuk kegiatan industri akan terjadi peningkatan kebutuhan ruang untuk
menampung pengembangan infrastruktur perhubungan darat dan
pengembangan pelabuhan; peruntukan ruang untuk fungsi permukiman
disesuaikan dengan prediksi pertambahan kuantitas penduduk; kegiatan
pariwisata yang dikembangkan didominasi oleh bentuk wisata pantai yang
kebutuhan ruangnya relatif tidak signifikan; sementara alokasi ruang untuk
kebutuhan konservasi terutama adalah wilayah sempadan sungai dan pantai.

e. Kawasan Fungsional V (KF 5): Bayah - Pelabuhan Ratu.


KF 5 secara dominan digunakan untuk menampung fungsi permukiman dan
pariwisata.

f. Kawasan Fungsional VI (KF 6): Serpong - Serang.


Perkembangan aktivitas perkotaan dalam masa rencana pada KF 6 akan
menyebabkan terjadinya penambahan jumlah dan kepadatan penduduk,
peningkatan intensitas kegiatan perkotaan terutama pada sektor industri serta

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 16


Laporan Pendahuluan

perlunya ruang konservasi dalam jumlah memadai untuk mempertahankan daya


dukung lingkungan.

g. Kawasan Fungsional VII (KF 7): Tigaraksa - Serang - Pandeglang -


Malingping
Fungsi ruang pada KF 7 adalah menampung fungsi permukiman dan
perkantoran dengan pertimbangan pertumbuhan penduduk, status pemerintahan
dan aktivitas perkotaan lainnya.

h. Kawasan Fungsional VIII (KF 8): Tigaraksa - Rangkasbitung - Malingping


- Bayah
Sesuai dengan potensi yang dimiliki wilayah Tigaraksa-Rangkasbitung-
Malingping-Bayah, maka ruang pada KF 8 digunakan untuk fungsi konservasi,
permukiman, pengembangan agroindustri serta hutan produksi dan tanaman
keras.

i. Kawasan Fungsional IX (KF 9): TN. Ujung Kulon dan sekitarnya serta
Kawasan Gunung Halimun dan sekitarnya.
KF IX merupakan kawasan konservasi skala regional dan nasional sehingga
fungsi lindung yang diperuntukkan pada KF 9 mencapai 80 % dari keseluruhan
lahan.

j. Kawasan Fungsional Perairan 4 (empat) Mil.


Dominan kegiatan pada KF 4 mil adalah kegiatan penangkapan ikan yang dapat
meliputi sebagian besar wilayah perairan pada kawasan, budidaya perikanan
pada lokasi-lokasi tertentu disekitar garis pantai serta pengembangan kegiatan
wisata pantai dan pengembangan infrastruktur transportasi laut.

k. Kawasan Fungsional Perairan 12 Mil dan Kepulauan.


Pada KF 12 mil, aktivitas penangkapan ikan merupakan aktivitas yang
membutuhkan ruang dominan yang dapat dikembangkan, selain kegiatan
pertambangan lepas pantai (terutama pada wilayah pantai utara) dan jasa-jasa
lingkungan.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 17


Laporan Pendahuluan

2.3.4 Sistem Pelayananan Perkotaan


Sistem pelayanan perkotaan di Provinsi Banten dibedakan atas 3 bagian yakni,
pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal. Daerah
– daerah yang termasuk dalam sistem pelayanan perkotaan adalah:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Kota Tangerang, Cilegon, dan Serang
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : Serpong, Pandeglang, Rangkasbitung,
Teluknaga, Tigaraksa, Bayah, Anyer, Labuan, Malingping dan Cibaliung;
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) : Menes, Balaraja, Pasar Kemis, Cikupa,
Cikande, Ciomas, Muara Binuangeun dan Sumur;

2.3.5 Arahan Pengembangan Wilayah Propinsi Banten


Arahan pengembangan wilayah Propinsi Banten, diantaranya :
1. Arahan Pengembangan Transportasi
a. Transportasi Darat
• Membentuk sistem jaringan jalan arteri penghubung antar PKN melalui
peningkatan ruas jalan arteri Serang - Cilegon;
• Penetapan jalan Teluk Naga - Mauk, Pontang - Kramatwatu sebagai jalan
arteri;
• Membentuk jaringan jalan kolektor antar PKN dengan PKW dan antar
PKW diantaranya jalan horizontal Banten Selatan;
• Pengembangan jalan Kereta Api Double Track Jakarta - Merak,
Pembangunan Cilegon - Bojonegara, Revitalisasi Lintas Rangkasbitung -
Pandeglang - Labuan;
• Membangun Terminal Terpadu di Kota Tangerang, Teriminal Tipe A di
Merak (Cilegon) dan Malingping Tipe B;
• Penyempurnaan sistem jaringan jalan melingkar (jalan cincin).
• Terbangunnya jaringan Jalan Tol pendukung PKN (Cilegon - Labuan dan
Serpong - Rangkasbitung);
• Peningkatan jaringan jalan poros (Rangkasbitung - Malingping);
• Peningkatan aksesibilitas sistem transportasi ke Bandara Soekarno-
Hatta;
• Pembangunan jalur Warunggunung - Petir - Ciruas, Palima - Pakupatan;
• Pembangunan jembatan Selat Sunda penghubung wilayah Pulau Jawa -
Sumatera ± 35 Km.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 18


Laporan Pendahuluan

b. Transportasi Laut
• Meningkatkan kapasitas pelayanan Pelabuhan Merak dan Ciwandan
sebagai Pelabuhan Utama (Cilegon);
• Rencana pengembangan Pelabuhan Internasional Bojonegara (Serang).

c. Transportasi Udara
• Meningkatkan fungsi pelayanan Bandara Soekarno-Hatta sebagai
Bandara Internasional dengan memperluas areal seluas 3.300 Ha;
• Meningkatkan kapasitas Bandara Gorda (Serang), Bandara Wisata
Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, Bandara Calon
Penerbang Curug (Kab. Tangerang), dan Bandara Khusus Pondok Cabe
(Tangerang)
Arahan pengembangan sistem transportasi Propinsi Banten dapat dilihat pada
gambar 2.6

2. Arahan Pengembangan Industri


Berikut ini adalah arah pengembangan sektor industri untuk masing-masing
kabupaten/ kota :
• Kabupatan Serang ditunjang oleh kelompok industri besar dan sedang,
industri kecil (formal), industri kerajinan, rumah tangga (non-formal).
Industri tersebut di wilayah Serang Barat (Kecamatan Kragilan dan
Kecamatan Cikande). Adapun industri yang termasuk pada zona industri
baru terkonsentrasi di Kecamatan Cikande. Potensi industri besar dan
sedang, industri kecil, serta industri kerajinan meliputi industri mesin,
kimia, elektronik, tekstil, sepatu, aneka industri dan kawasan industri
agro.
• Kabupaten Lebak lebih diarahkan pada industri kecil dan kerajinan.
Potensi industri kecil dan industri kerajinan yang meliputi industri
pangan, industri sandang dan kulit, industri barang dari logam, kayu,
bambu, pandan, serta aneka industri lainnya. Kabupaten Lebak
berpotensi untuk pengembangan industri semen, namun perlu dilakukan
usaha penanggulangan kendala yang menghambat pengembangannya.
• Di Kabupaten Pandeglang perkembangan industrinya lebih diarahkan
pada industri kecil dan kerajinan. Industri kerajinan (Kecamatan Menes
dan Labuan) perlu lebih dikembangkan untuk mendukung industri
pariwisata

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 19


Laporan Pendahuluan

Gambar 2.6
Konsep transportasi propinsi Banten

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 20


Laporan Pendahuluan

Potensi industri kecil dan industri kerajinan yang berkembang meliputi


industri tekstil, gula aren, emping, kerupuk, kerajinan bordir, dan aneka
industri lainnya.
• Kabupaten Tangerang pengembangannya meliputi kelompok industri
besar dan sedang, industri kecil dan kerajinan yang meliputi industri
mesin, elektronika, tekstil, dan aneka industri lainnya. Wilayah
pengembangannya diarahkan di sebelah Barat Tangerang (Kecamatan
Pasarkemis, Cikupa dan Balaraja). Sedangkan industri yang termasuk
pada zona industri dikonsentrasikan di Kecamatan Pasarkemis dan
Cikupa.
• Kota Tangerang diarahkan pada kelompok industri sedang, industri
kecil, dan industri jasa pelayanan, meliputi industri mesin, elektronik,
tekstil dan aneka industri lainnya. Pengembangan kegiatan industri ini
difokuskan di Kecamatan Jatiuwung, Batuceper dan Tangerang. Untuk
kegiatan industri yang berlokasi di dekat permukiman hanya untuk jenis
industri kecil non-polutif teruteme di Kecamatan Batuceper, Cipondoh,
Kecamatan Batu Pinang Karang Tengah, dan Kecamatan Pembantu
Larangan.

3. Arahan Pengembangan Budidaya Perikanan Air Payau dan Air Laut


Arahan lokasi budidaya air payau dan laut adalah kawasan pesisir sekitar
Pulau Panaitan, Kawasan Pesisir Ujung Kulon, Kawasan Pesisir Labuhan –
Penimbang. Pulau–pulau kecil di bagian selatan dan pulau–pulau yang
terdapat pada kawasan Kepulauan Seribu. Komoditas potensial yang
dikembangkan untuk usaha budidaya air payau dan laut meliputi udang
windu, udang putih, bandeng, kakap putih, kerapu, beronang, tiram mutiara,
dan rumput laut.

Arahan lokasi sentra pengembangan perikanan tangkap dan permukiman


nelayan adalah Karangratu dan Anyer (Kabupaten Serang), Labuan,
Cimanggu dan Penimbang (Kabupaten Pandegelang, serta bayah dan
Malingping).

Untuk mendukung pengembangan kegiatan perikanan, khususnya perikanan


laut perlu dilakukan pengembangan pelabuhan dan pangkalan pendaratan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 21


Laporan Pendahuluan

ikan yang tingkat pemanfaatannya telah melebihi kapasitas. Untuk lebih


jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.2
Arahan Pengembangan Pelabuhan
Dan Pangkalan Pendaratan Ikan Di Produksi Banten

No Nama Lokasi Pengembangan


Pelabuhan/PPI
1 PPI Karangratu Kab.Serang Ditingkatkan Menjadi PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara)
2 PPI Labuhan Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPP (Pelabuhan
Perikanan Pantai)
3 PPI Binuangeun Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi
4 PPI Dadap Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi
5 PPI Kronjo Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi
6 PPI Cituis Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi
7 PPI Tengkurak Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
8 PPI Pasuruang Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
9 PPI Penimbang Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan
Pendaratan Ikan) Tipe A
10 PPI Bayah Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi
11 PPI Ketapang Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi
12 PPI Lontar Kab.Tangerang Pengoptimalan fungsi
13 PPI Kemayungan Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
14 PPI Terate Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
15 PPI Wadas Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
16 PPI Merak Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
17 PPI Anyer Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
18 PPI Kepuh Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
19 PPI Cirata Kab.Serang Pengoptimalan fungsi
20 PPI P.Panjang Kab.Serang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan
Pendaratan Ikan) Tipe C
21 PPI Citeureup Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan
Pendaratan Ikan) Tipe C
22 PPI Sukanegara Kab.Pandeglang Pengoptimalan fungsi
23 PPI Sumur Kab.Pandeglang Ditingkatkan menjadi PPI (Pangkalan
Pendaratan Ikan) Tipe C

24 PPI Taman Jaya Kab.Pandeglang Pengoptimalan fungsi


25 PPI Sukahujan Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi
26 PPI Sawarna Kab.Lebak Pengoptimalan fungsi
Sumber RTRWP Banten, 2001

4. Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata


Pengembangan wisata secara khusus di Provinsi Banten mencakup 5 (lima)
kawasan yaitu :
a . Kawasan Pantai Barat
Kawasan pantai barat meliputi wilayah Anyer, Labuan (Carita) dan
Tanjung Lesung yang diarahkan untuk aktivitas rekreasi dan olahraga
jetski, selancar, berlayar, snorkeling, memancing, perahu dayung, polo

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 22


Laporan Pendahuluan

air, voli pantai, menyelam, ekskursi, track hiking ke Gunung Krakatau dan
Taman Nasional Ujung Kulon.
b . Kawasan Pantai Utara
Kawasan Pantai Utara meliputi Tanjung Pasir, Tanjung Kait dan Pulo
Cangkir yang diarahkan untuk aktivitas rekreasi dan olahraga jetski,
memancing, wisata pantai, wisata budaya wisata ziarah makam Pangeran
Jaga Lautan dan bisa dilanjutkan ke wisata Kepulauan Seribu.
c . Kawasan Pantai Selatan dan Permukiman Masyarakat Baduy
Pengembangan obyek wisata di sepanjang pantai selatan dari Pantai
Rancecet, Pantai Muarabinuangeun sampai Bayah serta di sekitar
kawasan permukiman Suku Baduy.
d. Kawasan Wisata Sejarah/ Budaya
Kawasan wisata ziarah meliputi kompleks Banten Lama, Pelabuhan
Karangantu, Makam Syekh Mansur di Cikadueun dan Syekh Asnawi di
Caringin Kabupaten Pandeglang, Makam Syekh Nawawi di Tanara dan
Pemakaman Gunung Santri di Bojonegoro Kabupaten Serang, dan Lebak
Sibedug Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak.
e. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ini tergabung dengan pulau-pulau
kecil lainnya yang berdekatan yaitu Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum,
Pulau Peucang, Taman Jaya, Pantai Ciputih, dan Gunung Honje.
Pengembangan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ini bersifat eklusif
dan terbatas yang mengharuskan adanya pembatasan wisatawan.

5. Arahan Pengembagan Kawasan Pertambangan


Untuk arahan pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan
memperhatikan potensi bahan galian tambang yang tersebar hampir
diseluruh Wilayah Banten, meliputi: Bahan Galian Industri Bangunan (
Andesit, Basalt, Sirtu, Marmer dan batu Apung, Aneka Industri (batu
Gamping, Fosfat, Zeolit, Gips dan Bentonit), Industri Keramik (Lembung
Residu, Toseki, Pasir Kuarsa, batu Mulia, Emas dan Bahan Galian Golongan
A dan B Lainnya.
Arahan lokasi pengembangan sumber daya pertambangan adalah sebagai
berikut:

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 23


Laporan Pendahuluan

• Bahan Galian Logam (emas, perak, tembaga, timbal, seng, besi/ limonit)
di wilayah Kabupaten Lebak (Cibareno, Cihara, Cipicung, Ciawitali dan
Cipurut)
• Batubara di wilayah Kabupaten lebak (Bojongmanik merupakan wilayah
paling potensial, Cimandiri dan Bayah) dan Kabupaten Pandeglang
(belum diketahui secara pasti kwalitas dan besarnya sumber daya)
• Bahan galian Industri adalah bahan galian mineral industri dan batuan
yang mempunyai kegunaan langsung dalam industri seperti fosfat, zeolit,
marmer, batu gamping. Arahan lokasinya adalah Kabupaten lebak dan
Kabupaten Serang.
• Bahan galian tambang lainnya (lempung, toseki, pasir kuarsa, bondelay,
kalsedon dan agaat, opal, kayu tersikan yang mempunyai nilai komersial
yang cukup tinggi) lokasinya tersebar di Wilayah banten.

2.3.6 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan


Kebijaksanaan Pengembangan wilayah Propinsi Banten
Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan pengembangan
wilayah Propinsi Banten, diantaranya :
1. Keberadaan Pelabuhan Internasional Bojonegara diharapkan dapat
mendorong pengembangan wilayah sekitarnya, diantaranya dapat
berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi bagi kegiatan
perekonomian di kabupaten-kabupaten dalam wilayah Propinsi
Banten.

2. Pengembanga Pelabuhan Bojonegara menuntut Kebutuhan


Operasional Pelabuhan, diantaranya :

- Penyediaan Air Bersih (Water Resources Development) melalui:


* Water Drinkable kapasitas 100 ton / hari di Kaw. Bojonegara

* Instalasi Pengolahan Air Bersih (20 lt/detik) di Kaw. Bojonegara

* Perbaikan Bendung Pamarayan (Ciujung) dan inter-koneksi dengan


rencana DAM Karian sbg Persediaan Air Baku
- Pembangunan Jaringan Listrik melalui Gardu Induk Suralaya
- Pembangunan Depo BBM di Kaw. Bojonegara V

- Pembangunan Pergudangan dl Kaw. Pelabuhan Bojonegara

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 24


Laporan Pendahuluan

3. Kebutuhan Prasarana Dasar Pendukung:


- Pembangunan Jaringan Jalan:
* Serdang — Bojonegara (14 Km)
* Bojonegara — Merak (20,85 Km)
* Konsep Jalan Cincin / Ring Road
- Pembangunan Jalan Tol Cilegon - Bojonegara (14,5 Kin)
- Pembangunan Lintasan KA Serdang - Bojonegara (15 Kin)
- Peningkatan Rapasitas Terminal Penumpang Type A di Cilegon
- Pembangunan Dermaga Alternatif Lintas Jawa - Sumatera di Kaw.
Bojonegara V

4. Tumbuhnya kawasan ekonomi produktif :


- Pembangunan terminal Agro sebagai pasar penampung hasil
pertanian regional berlokasi di Kawasan Industri PT Krakatau Steel

- Pembangunan Kawasan Industri Agro (Banten Agro Park) di


Kawasan Bojonegara (450 Ha) :

• Industri/ Pabrik pengolah hasil pertanian


• Pergudangan
• Laboratorium pengujian/ sertifikasi
• Riset & development
- Meningkatnya kegiatan & produktifitas pertanian lokal

5. Kebutuhan peningkatan SDM Banten yang profesional :


- Penyerapan tenaga kerja lokal, terutama di bidang :
• Kelautan
• Kepelabuhan
• Perikanan
- Pembangunan sekolah tinggi/ Institut dibidang :
• Perkapalan (mesin & konstruksi)
• Kepelabuhan
• Kelautan
- Pembagunan Balai Latihan kerja (BLK) sesuai kebutuhan
kepelabuhan
5. Peningkatan PAD Propinsi Banten :

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 25


Laporan Pendahuluan

- Pembangunan BUMN / BUMD Sesuai Kebutuhan antara SWASTA -


PEMERINTAH
- Peningkatan Investasi Lainnya dari kegiatan industri / pabrik
pengolahan, perhubungan, pariwisata, perikanan

6. Adanya perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan ruang dengan Kota


Cilegon, diantaranya :

- Kota Cilegon dengan Kecamatan Ampel (Kabupaten Serang)


dipisahkan oleh perbukitan. Pada RUTR Kecamatan Bojonegara Pulau
Ampel, daerah perbukitan tersebut menjadi daerah konservasi yang
dibatasi pemanfaatannya, sedangkan daerah perbukitan diwilayah
Kota Cilegon pada saat ni telah dimanfaatkan menjadi daerah
permukiman.

- Pemanfaatan daerah perbatasan pada kota Cilegon telah


menyebabkan banjir pada Kecamatan Bojonegara

7. Pengembangan kegiatan IHP Bojonegara akan berpengaruh terhadap


sistem dan status jalan :
a. Terjadinya perubahan status jalan kabupaten dan jalan propinsi
menjadi jalan nasional.
b. Terjadi perubahan sistem janingan jalan, dan perubahan moda
transportasi.
8. Terjadinya konflik penggunaan perairan laut :

Mengingat banyaknya kepentingan baik pihak pusat, propinsi dan


kabupaten dalam pengembangan wilayah laut akan mengakibatkan
terjadingan konflik perairan laut. Kegiatan perairan penangkapan ikan
nelayan akan terganggu dengan adanya aktifitas pelabuhan internasional.

9. Dampak Lainnya:
- Peningkatan Keamanan Wilayah Laut:
- Perubahan Status LANAL dari Type C (Wil. Selat Sunda) menjadi Type
B (Wil. Laut Propinsi)
- Peningkatan Eksport Banten
- Mendukung kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 26


Laporan Pendahuluan

2.4 Tinjauan Wilayah Propinsi Banten dan Isue Pengembangan Wilayah


Bojonegara
2.4.1 Tinjauan Kependudukan
A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Propinsi Banten tidak
mengalami lonjakan yang terlalu besar. Jumlah penduduk ter besar terdapat di
Kabupaten tengareng dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa bahkan
pada tahun 2000 sudah hampir mendekati 3 juta jiwa. Kecenderungan jumlah
penduduk pada tiap kabupaten/kota di propinsi Banten dari tahun ke tahun
mengalami kenakan, namun terdapat juga penurunan jumlah penduduk yaitu
pada Kabupaten Serang tahun 1999. Untuk jelasnya lihat tabel 2.2.
Kepadatan penduduk tertinggi di Propinsi Banten terdapat di Kota Tangerang
yang mencapai 77.193 jiwa/hektar pada tahun 2001, sedangkan kepadatan
terendah di Kabupaten Pandeglang dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar
2.776 jiwa / ha. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.3.

Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Propinsi Banten (jiwa)
Dirinci Per Kabupaten/Kota Tahun 1996 – 2001

Luas Tahun
Kabupaten / Kota Wilayah
1996 1997 1998 1999 2000 2001
(Ha)
Kab. Serang 177.742 1.638.852 1.659.436 1.691.767 1.464.398 1.631.571 1.669.119

Kab.Lebak 259.905 963.307 983.900 988.585 1.010.470 1.072.053 1.034.710

Kab.Pandeglang 369.308 926.316 956.637 972.373 984.369 1.010.741 1.025.088

Kab. Tangerang 102.784 2.548.200 2.680.100 2.817.300 2.959.600 2.975.435 2.873.256

Kota Tangerang 16.545 1.138.584 1.180.930 1.223.922 1.267.547 1.311.746 1.354.657

Kota Cilegon 17.549 - - - 278.452 295.766 301.225

Jumlah 943.833 7.215.259 7.461.003 7.693.947 7.964.846 8.252.312 8.258.055


Sumber : BPS Kab/Kota dan Banten Dalam Angka, 2001

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 27


Laporan Pendahuluan

Tabel 2.4.
Kepadatan Penduduk Propinsi Banten
Dirinci per Kabupaten/Kota Tahun 1996 – 2001 (jiwa/ha)

Tahun
Kabupaten / Kota Luas Wilayah
(Ha) 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Kab. Serang 177.742 9.220 9.336 9.518 8.239 9.179 9.391
Kab.Lebak 259.905 3.706 3.786 3.804 3.888 3.952 3.981
Kab.Pandegelang 369.308 2.508 2.590 2.633 2.665 2.737 2.776
Kab. Tangerang 102.784 24.792 26.075 27.410 28.794 28.948 27.954
Kota Tangerang 16.545 68.817 71.377 73.975 76.612 79.284 77.193
Kota Cilegon 17.549 0.000 0.000 0.000 15.868 16.854 18.206
Jumlah 943.833 7.645 7.905 8.152 8.439 8.743 8.749
Sumber : BPS Kab/Kota dan Banten Dalam Angka, 2001

B. Laju Petumbuhan Penduduk


Perkembangan laju pertumbuhan rata–rata selama 10 tahun terakhir (1990 –
2000) Propinsi Banten sebesar 2,90% / tahun. Pada beberapa daerah memiliki
pertumbuhan yang pesat seperti di Kabupaten Tangerang, dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata mencapai 4,35%, akan tetapi pada periode tahun 1990 –
2000 terjadi penurunan pertumbuhan penduduk hampir di setiap Kabupaten/
Kota. Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya pertumbuhan rata–rata
Propinsi Banten mengingat Kabupaten Tangerang, Serang, Kota Tangerang dan
Cilegon merupakan kawasan industri dimana penduduknya sebagian besar
adalah pendatang.
Beberapa kondisi menarik antara lain terjadinya penurunan laju pertumbuhan
penduduk pada Kabupaten/ Kota yang sudah berorientasi pada sektor sekunder
dalam pembangunannya pada awal krisis ekonomi, yaitu pada tahun 1997 –
1998. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini terjadi di Kota dan Kabupaten
Tangerang yaitu pada tahun 1998 – 1999 dengan penurunan sebesar 0,07% dan
0,08% masing–masing untuk Kabupaten dan Kota Tangerang. Untuk jelasnya
lihat tabel berikut :

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 28


Laporan Pendahuluan

Tabel 2.5
Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi Banten
Dirinci Per Kabupaten / Kota
Tahun
Kabupaten / Kota 1961 – 1981 –
1971 – 1980 1991 – 2000
1971 1990
Kab.Pandegelang 2,66 2,17 2,14 1,71
Kab.Lebak 2,48 2,51 2,49 7,72
Kab. Tangerang 4,07 4,07 5,00 4,35
Kab.Serang 2,69 2,63 2,54 2,98
Kota Tangerang 2,96 4,11 8,77 3,83
Kota Cilegon 2,59 4,71 4,85 2,79
Rata-rata Propinsi 2,91 3,37 4,30 2,90
Sumber : Banten Dalam Angka, 2001

C. Komposisi Penduduk
Penduduk Propinsi Banten sebagain besar 780.217 jiwa (25,37%) bekerja pada
sektor pertanian, sedangkan yang paling kecil adalah yang bekerja pada sektor
listrik, gas dan air. Penduduk yang berkerja pada sektor pertanian sebagian
besar terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten lebak dan Kabupaten
Pandegelang. Adapun daerah yang sudah berorientasi pada kegiatan industri
seperti Kabupaten dan Kota tangerang memiliki jumlah penduduk yang umumnya
bekerja pada sektor industri.
Penduduk yang bekerja pada pertambangan dan penggalian paling banyak
terdapat di Kabupaten Lebak dengan jenis pertambangan berupa emas, batu,
pasir dan lainnya. Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk terbanyak
yang bekerja di sektor perdagangan, hotel, restoran, angkutan, bank dan jasa
dibandingkan daerah lainnya.
Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia, semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kualitas sumber daya
manusianya juga akan bertambah begitu juga sebaliknya. Data tahun 2000
menunjukan bahwa penduduk yang tamat SD/ MI adalah yang paling besar yaitu
2.031.418 orang dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain, sedangkan
penduduk dengan pendidikan S2 / S3 mencapai 4.794 jiwa
Daerah yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi tingkat
pendidikannya adalah Kabupaten dan Kota Tangerang, serta Kabupaten Serang.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 29


Laporan Pendahuluan

Mengenai jumlah penduduk yang bekerja dan tingkat pendidikan tiap


kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Yang Bekerja
Menurut lapangan pekerjaan Utama
Dirinci Per Kabupaten / Kota Di Propinsi Banten Tahun 2001

Bank &
Pertambanga Perdagang
Kabupaten / Pertania Listrik,Gas, Banguna Angkuta Lemb. Jasa -
n& Industri ahotel &
Kota n dan Air n n keuanga Jasa
Penggalian restoran
n
Kab.Serang 200.997 4.534 110.326 436 20.383 135.264 53.517 2.611 52.807
Kab. Lebak 263.228 159 19.739 200 12.428 46.731 24.858 1.968 15.245
Kab.Pandeglang 202.236 174 48.428 248 16.621 73.104 21.322 1.850 29.995
Kab.Tangerang 95.084 4.620 305.516 2.772 51.140 265.292 102.120 57.820 177.948
Kota Tangerang 9.110 3.644 191.310 4.639 32.824 130.273 37.351 30.063 112.852
Kota Cilegon 93.562 415 28.864 458 8.211 28.366 9.164 2.018 14.206
Jumlah 864.217 9.388 704.183 8.753 141.607 679.030 248.332 96.330 403.053
Sumber: Banten Dalam Angka, 2001

Tabel 2.7
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Propinsi Banten Tiap Kabupaten / Kota Tahun 2000

Kab. Kab. Kab. Kab. Kota


No Pendidikan Jumlah
Serang Pandegelang Lebak Tangerang Tangerang
1 Tidak/belum 79.080 42.549 95.603 148.836 67.144 433.212
Sekolah
2 Tidak Tamat 403.361 258.252 244.342 472.263 16.149 1.394.367
SD
3 Tamat SD / MI 508.859 324.013 318.274 625.826 254.446 2.031.418
4 Tamat SLTP 237.474 72.256 82.231 352.673 208.880 953.514
5 Tamat SMU 130.409 57.936 23.109 314.667 238.011 764.132
6 Tamat SMK 59.949 14.440 14.252 121.613 76.372 286.626
7 D1 / D2 7.221 4.393 1.752 183175 13.423 44.964
8 D3 8.922 3.714 1.098 20.616 6673 60.538
9 D4 / S1 21.647 4.805 2.942 39.633 27.787 133.505
10 S2 / S3 1.434 546 1.425 1.389 4.794
Jumlah 1.458.356 782.904 839.812 2.115.724 910.274 6.107.070
Sumber : Susenas, 2000

Struktur umur penduduk disuatu daerah akan dapat menentukan tingkat


produkstifitas penduduk pada daerah tersebut. Hal ini dikarenakan analisis
struktur umur penduduk akan berkaitan dengan banyaknya penduduk di usia
produktif di suatu daerah. Penduduk usia produktif berkisar antara usia 15 - 64
tahun. Jika dilihat dari data yang ada, penduduk Propinsi Banten secara
keseluruhan paling banyak berada pada usia anak – anak dan remaja antara 44
– 19 tahun. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 30


Laporan Pendahuluan

Tabel 2.8
Struktur Umur Penduduk Propinsi Banten
Berdasarkan Kabupaten / Kota Tahun 2000

Kelompok Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kota


Umur Serang Pandegelang Lebak Tangerang Tangerang
0–4 94.004 93.422 101.788 308.704 103.723
4–9 258.758 128.003 138.418 315.270 128.276
10 – 14 251.783 138.937 131.185 275.304 129.661
15 – 19 204.805 113.690 109.143 297.924 161.139
20 – 24 177.682 73.680 72.900 287.174 141.693
25 – 29 156.038 75.051 93.200 306.688 125.014
30 – 34 128.477 69.587 75.105 227.909 124.571
35 – 39 137.418 77.380 79.106 242.675 104.860
40 – 44 120.148 65.585 59.862 160.544 87.975
45 – 49 88.679 44.650 46.926 105.416 68.994
50 – 54 58.157 39.956 33.713 67.639 35.194
55 – 59 39.028 31.393 26.609 53.026 25.006
60 + 78.157 54.067 53.617 113.401 58.800
Sumber : Susenas, 2000

Berdasarkan pembagian antara jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun)


dengan usia non produktif akan didapatkan rasio ketergantungan penduduk di
suatu daerah. Jika dilihat dari hasil data diatas, terlihat bahwa penduduk usia
produktif di Propinsi Banten baik secara keseluruhan maupun dirinci tiap daerah
lebih banyak dibandingkan dengan usia non produktifnya. Ini menunjukan bahwa
penduduk Propinsi Banten memiliki peluang untuk dikembangkan. Rasio
ketergantungan yang paling besar terdapat di Kabupaten Lebak yang mencapai
33,01%, sedangkan yang paling kecil di Kota Tangerang yaitu 23,11%. Untuk
jelasnya lihat tabel 2.8.

Tabel 2.9
Rasio Ketergantungan Penduduk Propinsi Banten
Tahun 2000

Kab. Kab. Kab. Kota


Kelompok Usia Kab.Lebak
Serang Pandegelang Tangerang Tangerang
Usia Produktif 1.362.215 729.909 727.749 2.024.299 1.004.107
Usia Non Produktif 352.762 721.425 240.206 623.974 231.999
Rasio Ketergantungan 25,89% 30,33% 33,01% 30,82% 23,11%
Sumber: RTRWP Banten, 2001

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 31


Laporan Pendahuluan

D. Sebaran Penduduk Antar Wilayah


Perkembangan persebaran penduduk di Propinsi Banten dirinci tiap Kabupaten /
Kota dari tahun ke tahun proporsinya masih sama. Sebaran penduduk terbesar
berada di Kabupaten Tangerang sekitar 34 – 37%, sedangkan yang terkecil
terdapat adalah Kabupaten Lebak dan Pandegelang sekitar 12 – 13%. Untuk
jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel 2.10
Sebaran Penduduk Antar Kabupaten / Kota
Propinsi Banten 1995 – 2000 (%)

Kab / Kota 1995 1996 1997 1998 1999 2000


Kab. Serang 22,23 23,71 22,24 21,99 18,39 19,77
Kab.Lebak 13,76 13,35 13,19 12,85 12,69 12,45
Kab.Pandegelang 13,29 12,84 12,82 12,64 12,36 12,25
Kab. Tangerang 34,91 35,32 35,92 36,62 37,16 36,06
Kota Tangerang 15,81 15,78 15,83 15,91 15,91 15,90
Kota Cilegon 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 3,58
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: RTRWP Propinsi Banten, 2001

E. Jumlah Penduduk Miskin


Besarnya jumlah keluarga miskin di Propinsi Banten merupakan permasalahan
tersendiri yang harus segara diatasi. Keluarga miskin yang terbesarterdapat di
Kabupaten Tangerang yang mencapai 124.051 keluarga, sedangkan yang
terkecil terdapat di Kota tangerang sebanyak 9.237 keluarga. Untuk jelasnya lihat
tabel berikut :

Tabel 2.11
Jumlah Keluarga Miskin Propinsi Banten Tahun 2000
Jumlah Keluarga Keluarga
Kabupaten / Kota Jumlah
Keluarga Miskin Sekali Miskin
Kab. Serang 82.819 35.455 63.907 182.181
Kab. Pandegelang 271.299 41.476 41.343 354.118
Kab.Lebak 99.874 34.792 65.082 199.748
Kab. Tangerang 134.051 67.351 66.700 268.102
Kota Tangerang 33.595 1.311 7.926 42.832
Kota Cilegon 30.148 19.236 26.572 75.956
Jumlah 651.786 199.621 271.530 1.122.937
Sumber: Rekapitulasi Pendapatan Keluarga dan keluarga Miskin Prop. Jabar dan Banten
Tahun 2000

Banyaknya jumlah keluarga yang belum sejahtera diharapkan menjadi salah satu
perhatian dalam usaha pengentasan kemiskinan di Propinsi Banten. Jika dilihat

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 32


Laporan Pendahuluan

dari tabel tingkat kesejahteraan di bawah ini, ternyata keluarga pra sejahtera
lebih banyak dibandingkan dengan keluarga sejahtera. Keluarga pra sejahtera
terbanyak terdapat di Kabupaten Tangerang, yaitu sebanyak 99.340 keluarga,
sedangkan jumlah keluarga prasejahtera yang paling sedikit terdapat di Kota
Tangerang.

Tabel 2.12
Tingkat Kesejahteraan Keluarga Propinsi BantenTahun 2000

Keluarga
Pra Sejahtera Sejahtera Sejahtera
Kabupaten / Kota Sejahtera III
Sejahtera I II III
+
Kab. Serang 65.822 12.768 98.601 50.927 10.558
Kab. Pandegelang 55.706 88.662 42.501 36.914 8.028
Kab.Lebak 53.089 101.824 54.593 29.821 4.930
Kab. Tangerang 99.340 151.052 187.304 116.572 45.884
Kota Tangerang 16.442 61.263 65.517 75.040 29.468
Kota Cilegon 3.817 16.869 16.992 18.398 6.495
Jumlah 887.276 432.438 462.508 327.672 105.363
Sumber: Rekapitulasi Pendapatan Keluarga dan keluarga Miskin Prop. Jabar dan Banten
Tahun 2000

F. Proyeksi Jumlah Penduduk


Proyeksi jumlah penduduk ini akan dapat menggambarkan peramalan jumlah
penduduk pada masa yang akan datang, dalam hal ini antara tahun 2002 sampai
tahun 2017. Perhitungan dilakukan dengan metoda bunga berganda dengan
menggunakan tahun dasar 1995. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi yang
telah dilakukan, penduduk Propinsi Banten akan mencapai lebih dari 9 juta jiwa
pada tahun 2007, dan akan mencapai lebih dari 11 juta jiwa pada tahun 2017.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Tabel 2.13
Proyeksi Penduduk
Kab / Kota 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2007 2012 2017

Kab.Serang 1,638,852 1,659,436 1,691,767 1,464,398 1,631,571 1,669,119 1,680,742 1,717,523 1,767,597 1,819,340

Kab.Lebak 963,307 983,900 988,585 1,010,470 1,027,053 1,034,710 1,049,639 1,097,827 1,165,083 1,236,478

Kab.Pandegelang 926,316 956,637 972,373 984,369 1,010,741 1,025,088 1,046,103 1,115,296 1,213,704 1,321,338

Kab.Tangerang 2,548,200 2,680,100 2,817,300 2,959,600 2,975,435 2,873,256 2,944,785 3,183,568 3,525,485 3,904,755

Kota Tangerang 1,138,584 1,180,930 1,223,922 1,267,547 1,311,746 1,354,657 1,402,564 1,565,983 1,811,176 2,094,300

Kota Cilegon 0 0 0 278,462 295,766 301,225 313,364 403,642 541,301 725,952

Jumlah 7,215,259 7,461,003 7,693,947 7,964,846 8,252,312 8,258,055 8,437,197 9,083,839 10,024,346 11,102,163
Sumber: BPS, Banten Dalam Angka dan Hasil Analisis, 2001

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 33


Laporan Pendahuluan

2.4.2 Tinjauan Perekonomian


A. Potensi Pertanian
1. Produkstivitas Pertanian
Berdasarkan jumlah produksi dan luas panen setiap komoditas, maka dapat
dilhat bahwa komoditas yang memiliki produktivitas terbesar adalah ubi kayu
yaitu 131,89 kw / ha dan ubi jalar yaitu 108,89 kw / ha sedangkan padi sawah
yaitu 45,25 kw / ha dan padi ladang yaitu 21,37 kw / ha. Pada tahun 2001
menunjukan adanya penurunan produktivitas padi sawah sebesar 2,83% dan
padi ladang 3,12%.
2. Komoditas Pertanian Unggulan
Berdasarkan data tahun 2001 dapat diketahui komoditas pertanian unggulan
untuk Propinsi Banten adalah ubi kayu, ubi jalar, padi sawah, dan padi ladang.
Komoditas ini lebih dominan berada didaerah di Kabupaten Pandeglang dan
untuk komoditas sayuran yang menjadi unggulan Propinsi Banten adalah
ketimun dan kacang panjang, masing masing produksinya adalah 41.550 ton dan
19.762 ton. Adapun buah–buahan yang menjadi unggulan adalah pisang, durian,
dan mangga, masing–masing produksinya adalah 230.376 ton, 52.611 ton dan
31.145 ton.
3. Sentra Produksi Pertanian
Potensi sentra – sentra produksi pertanian dapat ditemukan di keempat wilayah
kabupaten untuk komodytas padi secara umum relatif tersebar merata di
keempat wilayah tersebut, namun sebaran untuk jenis komoditas tanaman buah
buahan dan sayuran sangat ber variasi. Jenis komoditas tanaman buah –
buahab paling banyak ditemui di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak.
Untuk jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 2.14
Sentra Produksi Pertanian
Lokasi Komoditas
Kabupaten Serang Rambutan, durian, mangga, sawo, pisang, bawang
merah, cabe merah, kacang panjang, ketimun, sawi
Kabupaten Lebak Rambutan, durian, mangga, salak, sipukat dan
manggis
Kabupaten Pandegelang Durian, manggis, salak, rambutan dan kedelai
Kabupaten Tangerang Rambutan, mangga, kacang panjang, ketimun, sawi
dan cabe merah
Sumber: RTRWP Banten, 2001

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 34


Laporan Pendahuluan

2.4.3 Peluang Investasi


Sebagai realisasi dari adanya investasi, baik PMA maupun PMDN, di Banten
terdapat beberapa industri yang memerlukan pasokan jagung dalam jumlah yang
sangat besar. Sebagai contoh : PT. Charoen Phokpan (PMA dari Thailand)
memerlukan pasokan jagung 1000 ton/hari. Demikian juga PT. Suba Indah
(PMDN) memerlukan pasokan jagung 1000 ton/hari.
Keberadaan industri-industri tersebut memerlukan jagung dalam jumlah yang
sangat besar. Hal ini menjadikan Banten sangat menarik dan terbuka bagi
potensi investasi pertanian, khususnya jagung. Peluang potensi ini dimungkinkan
mengingat :
• Masih luasnya lahan produktif yang belum dimanfaatkan tersebar di
Kabupaten Lebak, Serang, dan Pandeglang.
• Ketersediaan sumber daya air yang mencukupi.
• Jaringan transportasi yang baik.

Selain itu untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian di Propinsi Banten


akan didirikan terminal Agribisnis di Balaraja Kabupaten Tanggerang dan
ditetapkannya Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang sebagai kota
pertanian.

2.4.4. Potensi Industri


Sektor Industri merupakan sektor unggulan bagi Propinsi Banten. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya sumbangan sektor industri terhadap PDRB (Pendapatan
Domestik Regional Bruto) Propinsi Banten.
Upaya pengembangan potensi industri di Propinsi Banten diarahkan pada
kegiatan yang berskala nasional, mengingat adanya sumberdaya yang cukup
banyak dan sesuai dengan RTRWN (PP No.47/1997).
Banten memiliki 17 kawasan industri strategis yang menampung sejumlah besar
investasi dari banyak negara. Diantaranya Krakatau Industrial Estate Cilegon
yang mengembangkan industri baja terbesar di Asia Tenggara dan merupakan
aset nasional.
Kawasan ini memiliki total luas lahan 550 ha dan yang sudah terbangun 205 ha.
Dengan demikian masih ada lahan yang tersedia untuk industri umum dan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 35


Laporan Pendahuluan

perdagangan. Kawasan ini dilengkapi dengan berbagai infrastruktur, termasuk


pelabuhan laut dan mempunyai posisi geografis yang strategis.
Kawasan Industri di Kabupaten Tangerang diantaranya terdiri dari Balaraja
Industrial Park, Taman Tekno Bumi Serpong Damai, Pasar Kemis Industrial Park,
West Tangerang Industrial Estate Cikupa, Graha Balaraja Sentra Produksi dan
Distribusi, Kawasan Industri dan Pergudangan Cikupa Mas, dan Balaraja
Industrial Estate. Total luas lahan yang dialokasikan sebesar 1.726 ha.
Sedangkan yang sudah dimanfaatkan seluas 504 ha.
Semua kawasan berlokasi di wilayah strategis. Dekat dengan jalan bebas
hambatan Jakarta - Merak. Dilengkapi berbagai fasilitas telekomunikasi, sumber
air, tenaga listrik dan lain sebagainya.Kawasan potensi industri dikelola dengan
tujuan memenuhi kebutuhan ruang serta pengembangan kegiatan industri,
dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.

Tabel 2.15
Kawasan Industri Propinsi Banten
Luas (Ha)
No Nama Kawasan
Rencana Terbangun
1 Balaraja Industrial Park 300 0
2 Taman Tekno Bumi Serpong Damai 200 80
3 Balaraja Industrial Estate 300 21
4 West Tangerang Industrial Estate Cikupa 500 150
5 Graha Balaraja Sentra Prod & Distribusi 76 53
6 Jababeka Cilegon Industrial Estate 1800 0
7 Krakatau Industrial Estate Cilegon 550 205
8 Langgeng Sahabat Industri Estate 500 40
9 Kawasan Ind & Pergudangan Cikupa Mas 250 100
10 Nikomas Gemilang Industrial Estate 165 89
11 Petrochemical Industri Estate Pancapuri 500 0
12 Pancatama Industrial Estate 100 12
13 Modern Cikande Industrial Estate 900 414
14 Pasar Kemis Industrial Park 100 100
15 Samanda Perdana Industrial Estate 150 0
16 Saur Industrial Estate 250 200
17 Kawasan Industri Terpadu MGM 662 0
Jumlah 7303 1464
Sumber: BKPMD Propinsi Banten 2001

2.4.5 Potensi Perikanan dan Kelautan


Banten memiliki garis pantai sepanjang 501 km dengan tiga muka pantai yaitu
sebeleh utara yang berhadapan dengan laut Jawa, sebelah barat dengan selat
sunda dan sebelah selatan dengan samudra Hindia. Dari kondisi ini Banten

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 36


Laporan Pendahuluan

memiliki sumber daya laut yang besar yang masih belum tergali potensinya
secara maksimal.
Produksi perikanan pada tahun 2001 tercatat sebesar 79.331,80 ton dimana
58.805 ton (74,13%) diantaranya berasal dari produksi ikan laut. Sedangkan
untuk produksi perikanan darat berasal dari budi daya tambak seluas 9.208,20
Ha dan kolam seluas 3.903,45 Ha dengan kapasitas produksi 20.526,80 ton.
Potensi perikanan dan kelautan dibedakan atas:
a. Perikanan Tangkap
Sentra pengembangan perikanan tangkap di Karangantu, Anyer (Kabupaten
Serang), Labuan Panimbang, (Kabupaten Pandeglang), Cimanggu, dan
Malimping (Kabupaten Lebak). Jenis ikan yang paling potensial untuk
dikembangkan ialah jenis ikan palagis besar, palagis kecil, demersal, udang
lobster dan cumi-cumi. Perairan selatan lebih potensial dibandingkan dengan
perairan utara untuk jeis palagis besar.

b. Budidaya Air Laut


Perikanan laut dikembangkan melalui budidaya rumput laut, kerapu, mutiara,
udang, dan peningkatan produksi perikanan laut. Pengembangan diarahkan
pada kawasan perairan laut yang cukup potensial seperti Teluk Banten
(Kabupaten Serang ), Kepulauan Seribu (Kabupaten Ttangerang) dan perairan
laut Kecamatan Sumur (Kabupaten Pandeglang).

c. Budidaya Air Payau


Pengembangan budidaya ikan payau dengan mengembangkan areal tambak di
daerah Pandeglang dan Lebak. Areal untuk mengembangkan budidaya ikan ini
masih sangat luas, ditunjang oleh kondisi topografi yang memiliki elevasi lebih
besar, kisaran pasang surut lebih tinggi serta kualitas air yang relatif lebih baik
dibanding di kawasan pantai utara.

d. Budidaya Air Tawar


Budidaya ikan mas (cypinus carpio), gurame (osphronemu goramy), lele (claria
sp), dan Nila (oreochronomis niloticus) dilakukan secara komersial oleh
masyarakat. Ikan mas asal Kabupaten Pandeglang mempunyai ciri khas yang
disebut "sinyonya kadegendong". Strain ini telah direlease oleh menteri pertanian
dan dikembangkan sebagai plasma nutfah yang khas.
Berdasarkan data satelit TOPEX, potensi tangkapan ikan di wilayah perairan
pantai dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Kabupaten Lebak, jauh lebih besar
dari produksi yang ada, diperkirakan 10.557,24 ton/tahun yaitu:

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 37


Laporan Pendahuluan

1. Perairan pantai 3.712,40 ton/tahun, meliputi :

a. Ikan Pelagis 1.836,12 ton/tahun


b. Ikan Demersial 1.674,68 ton/tahun
c. Udang 201,6 ton/tahun

2. Perairan ZEE 6.884,84 ton/tahun, meliputi :

a. Ikan Tuna 259,85 ton/tahun


b. Ikan Cakalang 124,55 ton/tahun
c. Ikan Pelagis 3.589,24 ton/tahun
d. Ikan Demersial 2.871,30 ton/tahun

Tidak tergarapnya produksi ikan tersebut disebabkan belum adanya fasilitas


pelabuhan perikanan untuk menampung kapal besar.

2.4.6. Potensi Kehutanan dan Perkebunan


Perkebunan di Propinsi Banten dikelola oleh Pemerintah dalam bentuk
perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta serta perkebunan rakyat.
Luas keseluruhan areal perkebunan di Propinsi Banten meliputi 176.733,03 Ha,
yang terdiri atas :
a. Perkebunan rakyat 169.889,83 Ha,
b. Perkebunan besar swasta : 7.443,82 Ha, dan
c. Perkebunan negara : 9.744,87 Ha
Dibawah ini terdapat luas areal dan kapasitas produksi komoditas unggulan
perkebunan Propinsi Banten, meliputi :

A. Kelapa
Potensi terbesar perkebunan kelapa terletak di Kecamatan Ciomas, Kramatwatu,
Cinangka dan Padarincang, Kabupaten Serang. Areal perkebunan (berupa tanah
milik rakyat) seluas 17.358 ha dan kapasitas produksi 88.063 ton pertahun.
Kapasitas produksi seluruh Banten 41.854,66 ton dengan luas areal 100.221 ha.

B. Kelapa Sawit
Kapasitas produksi 48.226,33 ton, luas areal 11.360,82 Ha. Perkebunan Kelapa
Sawit tumbuh di lahan dataran rendah lahan kering di Kecamatan Angsana dan
Munjul, Pandeglang.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 38


Laporan Pendahuluan

C. Kakao
Kapasitas produksi kakao dari perkebunan seluruh wilayah Banten mencapai
996,26 ton dengan luas areal 12.591a,50 ha. Tersebar dilahan subur daerah
tropis yang mempunyai kemiringan 30 derajat di lereng pegunungan di
Kecamatan Malimping, Cigeles, Cijaku, Bojongmanik dan Rangkasbitung,
Kabupaten Lebak.

D. Karet
Kapasitas produksi 12.438,43 ton, luas areal 24.719,37 Ha. Tersebar diantaranya
di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Luas areal yang tersedia di daerah
ini 396,161 Ha, kapasitas produksi karet 302,662 ton per tahun.

E. Rambutan
Asal Kabupaten Lebak memiliki ciri khas yang disebut 'tangkue'. Lokasi untuk
pengembangan komoditas rambutan terdapat di Kecamatan Maja, Sajira,
Rangkasbitung, Cibadak dan Cimarga, Kabupaten Lebak serta Kecamatan
Legok, Curug, Panonga, Pagedangan, Cisauk, Serpong, Tigaraksa, Jambe,
Pondok Aren, Ciputat dan Pamulang, Kabupaten Tangerang.

F. Aren
Aren asal Banten dikenal ke berbagai penjuru Indonesia. Kapasitas porduksi
aren mencapai 183.02 ton dengan areal 404 ha, yang berkembang di Kecamatan
Muncang, Cijaku, Bojongmanik, Panggarangan, Leuwidamar dan Gunung
Kencana, Kabupaten Lebak. Luas lahan yang masih potensial untuk menjadi
perkebunan aren 1.189 ha dengan jumlah kapsitas produksi bisa mencapai
997,35 ton.

G. Kopi
Kapasitas produksi kopi asal Banten sebanyak 2.171 ton dengan luas areal
8.889,50. Potensi paling banyak diareal perkebunan milik rakyat di Kecamatan
Mancak, Kramat Watu, Baros, dan Ciomas, Kabupaten Serang dengan luas areal
perkebunan 4.075 ha dan kapasitas produksi 528.08 ton pertahun.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 39


Laporan Pendahuluan

H. Melinjo
Banten penghasil melino paling besar dengan kapasitas produksi 6.489,13 ton
dengan luas areal 6,830 ha, berkembang di Kecamatan Labuan, Cadasari,
Mandalawangi, Menes, Jiput Cibaliung dan Cimanggu Kabupaten Pandeglang.
Selain sebagai bahan sayuran juga menjadi bahan baku pembuatan kerupuk
emping.

I. Produk Olahan
Sektor perkebunan menghasilkan sejumlah olahan yang memiliki nilai ekonomi
tinggi, diantaranya produksi minyak cengkeh, gula semut, teh mengkudu,
kerajinan tempurung kelapa yang mempunyai potensi pasar cukup besar didalam
dan luar negeri
Di Propinsi Banten terdapat potensi lahan untuk pengembangan kebun kelapa
sawit dengan dukungan pabrik pengolahan CPO yang sudah ada di Kabupaten
Lebak. Selain itu terdapat kebun kelapa rakyat yang cukup berpotensi untuk
dikembangkan dan dikelola secara profesional.

2.4.7. Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait Potensi Wilayah


Propinsi Banten
Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait potensi Wilayah Propinsi
Banten diantaranya :
a. Tingginya pertumbuhan penduduk Propinsi Banten dan Kabupaten
Serang merupakan potensi dalam penyediaan lapangan kerja untuk
mendukung pengembangan wilayah Bojonegara
b. Masih rendahnya tingkat pendidikan merupakan ancaman bagi
pengembangan wilayah Bojonegara
c. Masih belum optimalnya pengolahan produk hasil peranian, perkebunan
dan kelautan yang mengakibatkan nilai tambah PDRB pertanian
pertumbuhannya rendah.
d. Pelabuhan Internasional Bojonegara dapat dijadikan pendukung eksport
dan import bagi wilayah belakangnya/ Propinsi Banten.
e. Pengembangan kegiatan industri di wilayah Bojonegara diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja dan produksi pertanian, perkebunan, hasil
kelautan sebagai bahan baku kegiatan industri.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 40


Laporan Pendahuluan

2.5. Tinjauan Sarana dan Prasarana


2.5.1 Transportasi
a. Transportasi Darat
Banten sebagai jalur perekonomian bagi mayoritas penduduk di negeri ini
memiliki jaringan kereta api yang menghubungkan Jakarta - Serpong -
Rangkasbitung - Merak. Selain itu, jalan bebas hambatan terbentang antara
Jakarta - Merak sepanjang 100 km serta berbagai sarana angkutan darat lainnya.
b.Transportasi Laut
Banten mempunyai Pelabuhan Merak yang berperan ganda. Selain sebagai
penunjang kegiatan sektor industri, juga sebagai sarana penyeberangan darat
dari Pulau Jawa menuju Sumatera. Terdapat juga Pelabuhan Ciwandan yang
dikelola oleh PT Pelindo II dan 19 buah pelabuhan lain yang terdiri dari
pelabuhan khusus, pelabuhan penyebrangan dan pelabuhan perikanan.
Termasuk dermaga khusus (Dersus) di daerah Anyer sebanyak lima buah. Satu
diantaranya dikelola langsung oleh pemerintah dan empat dikelola pihak swasta.
Dua buah Dersus lain di daerah Karangantu dikelola Pemerintah Kabupaten
Serang. Sedangkan Pelabuhan khusus tersebar di wilayah administratif Kota
Cilegon dan merupakan pelabuhan Samudera Nusantara yang melayani kapal-
kapal niaga dan non niaga.

c. Transportasi Udara
Keberadaan Bandara Soekarno - Hatta di Cengkareng Tangerang yang
merupakan Bandara Internasional terbesar dan tersibuk di Indonesia telah
menjadikn Banten sebagai pintu gerbang dunia untuk setiap kegiatan usaha.
Selain itu terdapat taksi udara yang siap memberikan layanan penerbangan dari
Karawaci - Tangerang ke Jakarta, Anyer, Tanjung Lesung dan ke beberapa kota
lainnya.

2.5.2 Energi
PLTU Suralaya yang terdapat di Cilegon, merupakan sumber energi listrik bagi
Pulau Jawa dan Bali dengan kapasitas 3.400 MW. Banten juga memiliki delapan
gardu induk dengan kapasitas 150 MW yang tersebar di lima wilayah. Tiga di
Kabupaten Serang, satu di Kabupaten Lebak, tiga di Kabupaten Tangerang dan
satu lagi di Kota Tangerang.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 41


Laporan Pendahuluan

2.5.3 Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi yang tersedia di propinsi ini telah menjangkau sebagian
besar wilayah Banten sehingga kegiatan masyarakat dan dunia usaha yang
memerlukan fasilitas telekomunikasi dapat terpenuhi secara baik.

2.5.4 Air Baku


Pesatnya perkembangan beragam aktivitas industri, sangat membutuhkan
adanya pasokan air baku. Menyadari hal itu, pemerintah dengan berbagai
kebijakan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan air baku. Selain menjaga dan
melestarikan berbagai sumber air baku yang ada seperti Rawadano, sungai
Ciujung, Ciliman, Cisadeg, Kuningan, Cisadane dan Ciliwung, pemerintah juga
akan membangun Waduk Karian di Kabupaten Lebak.

2.5.5 Issue Pengembangan wilayah Bojonegara terkait Ketersediaan Sarana


dan Prasarana
Issue Pengembangan wilayah Bojonegara terkait ketersediaan sarana dan
prasarana, diantaranya :
a. Tersedianya sarana dan prasarana transport, energi, dan telekomunikasi
yang cukup memadai untuk mendorong pengembangan wilayah
Bojonegara
b. Ancaman bagi ketersediaan bahan baku air untuk mendorong
pengembangan wilayah Bojonegara mengingat semakin meningkatnya
permintaan dan terus berkurangnya pasokan air akibat mulai
berkurangnya hutan/ kawasan resapan air.
c. Tuntutan peningkatan aksesibilitas jalan menuju ke Pelabuhan
Bojonegara

2.6 Tinjauan Kawasan Pelabuhan Bojonegara


2.6.1 Latar Belakang Pembangunan IHP Bojonegara
Beberapa Hal yang melatar belakangi pengembangan Pelabuhan Bojonegara
sebagai IHP ( Internasional Hub Port ) adalah sebagai berikut:
1) Menurunnya tingkat pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan
multifungsi primer, terutama terkait dengan isu–isu kecepatan “ cargo transit
time ” karena tingginya tingkat gangguan lalu– lintas pada kawasan.
2) Berdasarkan studi yang dilakukan oleh JICA dan Ditjen Perhubungan Laut,
pada tahun 2002 arus bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 42


Laporan Pendahuluan

mencapai 2,18 juta TEUs dan diperkirakan terus meningkat sehingga pada
tahun 2010 akan mencapai 3,5 juta TEUs yang merupakan kapasitas
maksimum dari Pelabuhan Tanjung Priok
3) Inefisiensi proses ekspor – impor barang produk Indonesia sebesar 350 juta
USD per tahun karena sangat bergantung pada Singapura
4) Adanya peluang transportasi peti kemas Asia Pasific sebesar 44 juta TEUs
5) Tata guna lahan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok saat ini sudah mixed
development yang bercampur berbagai peruntukan diantaranya didalam
areal komersial pelabuhan juga terdapat kompleks fasilitas militer.
6) Adanya kebijakan dari Menteri Perhubungan melalui KM Perhubungan No.35
Tahun 2002 Pelabuhan Bojonegara/ Tanjung Priok dinyatakan sebagai
Pelabuhan Internasional Hub
7) Berdasarkan RTRW Propinsi Banten, pelabuhan Bojonegara memiliki peran
sebagai simpul transportasi yang merupakan satu kesatuan pengembangan
Pelabuhan Tanjung Priok yang disebut sistem Tanjung Priok dan merupakan
Pelabuhan Internasional
8) Secara teknis dan ruang, Pelabuhan Bojonegara memiliki peluang untuk
dikembangkan sebagai IHP ( Internasional Hub Port )
9) Letak Bojonegara yang sangat strategis dilihat dari kondisi geografisnya
berdekatan dengan kawasan industri di wilayah Jawa Barat bagian barat,
serta lalu lintas perdagangan melalui Selat Sunda.
10) Kondisi Oceanografi kawasan Pelabuhan Bojonegara juga sangat
mendukung, yaitu dengan kedalaman laut yang mencapai -16 m (LWS), tidak
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, serta kondisi perairannya
tenang karena berada di teluk Banten sehingga terlindung oleh pulau-pulau di
sekitarnya.
11) Lahan yang luas juga tersedia dengan harga murah, serta cukup jauh dari
permukiman penduduk. Hal ini sangat mendukung untuk mengurangi dampak
sosial yang mungkin timbul akibat pembebasan tanah atau hal-hal lainnya. Di
lokasi itu juga tersedia cukup banayak material bangunan untuk kontruksi
beton dan breakwater, sehingga biaya pembangunannya bisa menjadi lebih
murah.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 43


Laporan Pendahuluan

2.6.2 Gambaran Umum Kawasan Pelabuhan Bojonegara


Kawasan Pelabuhan Internasional Bojonegara terletak di sebelah barat (sekitar
130 km) Ibukota DKI, dengan ketersediaan lahan 500 Ha di Wilayah Desa
Margasari, Pulo Ampel dan Sumureja. Pihak Perum Pelindo II menganjurkan
areal tambahan seluas ± 600 ha dengan garis pantai yang menghadap kelaut
sepanjang 8,7 Km, sehingga direncanakan luas total kawasan pengembangan
Pelabuhan Bojonegara adalah 1100 Ha dengan pantai yang menghadap kelaut
11,3 Km
Disekitar kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang direncanakan
mencapai 1372 hektar meliputi sebagian desa Salira, Mangunreja, Sumureja,
Mangkunegara, Bojonegara, Ukisari, Margasari, Argawana, Margagiri, jenis
industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa
dan rancang bangun. Jumlah penduduk di kedua kecamatan tersebut ± 61.717
jiwa dengan tingkat kepadatan 115 jiwa/Km2

Secara administratif termasuk Pelabuhan Bojonegara termasuk dalam Wilayah


Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo
Ampel (merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojonegara). Kecamatan
Puloampel dan Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektare
dan dihuni hampir 75.000 jiwa. Sebagian besar penghasilan warganya berasal
dari nelayan dan pertanian. Morfologi Kecamatan Bojonegara dan Pulo Ampel
bervariasi dari dataran pantai dan perbukitan terjal dengan kemiringan diatas
40% yang mendominasi bagian barat wilayah kecamatan. Saat ini areal
perbukitan digunakan oleh masyarakat sebagai perkampungan, tegalan dan
penambangan batu.
Di wilayah Bojonegara memiliki potensi sumberdaya kelautan yang
memungkinkan untuk pengembangan kegiatan penangkapan ikan dan daya
dukung fisik untuk pengembangan IHP Bojonegara. Wilayah Bojonegara
menghadap langsung ke Teluk Banten dengan perairan teluk yang tenang.
Terdapat beberapa pulau yang masih alami dengan beberapa aktifitas kelautan
seperti kegiatan nelayan, usaha rumput laut, pariwisata pantai dll. Potensi
kelautan wilayah Bojonegara dapat dilihat pada peta 2.7 dan gambar 2.8

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 44


Laporan Pendahuluan

Peta 2.7
Potensi kelautan Bojonegara

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 45


Laporan Pendahuluan

Gambar 2.8
Foto potensi kelautan
Bojonegara

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 46


Laporan Pendahuluan

Hinterland Kawasan Pelabuhan Bojonegara meliputi wilayah Jawa bagian barat


yang mencakup Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Wilayah ini
dikenal sebagai daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling tinggi di
Indonesia, dengan kontribusi GDP 30%. Pada tahun 2002, ketiga provinsi
tersebut menyerap penanaman modal asing sebesar US$ 4,4 milyar atau 45%
dari total penanaman modal asing di Indonesia, sedangkan penanaman modal
dalam negeri mencapai Rp 9,6 triliyun atau 38,4% dari total penanaman dalam
negeri.
Pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegoro Banten, sebenarnya sudah
dilakukan penjajagan dan pembebasan serta penelitian sejak tahun 1997.
Namun karena diterjang krisis moneter, akhirnya terhenti.
Rencana pengembangan pembangunan kawasan terpadu di Pelabuhan
Bojonegara dilanjutkan kembali setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden No.
15 tahun 2002 tanggal 22 Maret lalu, tentang pencabutan Keppres No. 39 tahun
1997 tentang penangguhan/pengkajian kembali proyek pemerintah, BUMN, dan
swasta yang berkaitan dengan pemerintah/BUMN, termasuk di dalamnya proyek
pembangunan Pelabuhan Bojonegara.

Pelabuhan Bojonegara nantinya akan memiliki dermaga raksasa yang berbentuk


huruf "U" itu akan mampu menampung 50.000 terus atau kontainer ukuran 20
feet dan mampu disandari kapal kontainer generasi III dan IV yaitu generasi Post
Panamax dan Super Panamax, atau lebih besar dari kemampuan Pelabuhan
Tanjung Priok yang hanya mampu didarati kapal peti kemas generasi II. Luas
areal pelabuhan seluruhnya mencapai 455 hektar terdiri atas 120 hektar
bangunan terminal peti kemas dan 335 hektar untuk kawasan industri yang
berada terpisah sekitar tiga kilometer dari pelabuhan.

Keunggulan Pelabuhan Bojonegoro yaitu meiliki gelombang laut yang tenang,


terbebas dari pengaruh angin barat, kedalaman air terendah 10 meter, dukungan
kawasan industri, berada di sisi jalan ruas Serdang-Bojonegara, dan hanya
sekitar 12 kilometer dari jalan tol Jakarta-Merak. Jika pelabuhan itu terwujud
maka ribuan peti kemas dari kawasan industri di Cilegon dan Serang yang
selama ini dikapalkan di Tanjung Priok, bisa dikapalkan dari Bojonegara yang
berarti menghemat biaya transportasi dan memacu pertumbuhan daerah.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 47


Laporan Pendahuluan

Terdapat tiga skenario yang diusulkan JICA dalam mewujudkan alternatif


pengembangan Pelabuhan Bojonegara yang tidak terlepas dari Pelabuhan
Tanjung Priok. Skenario pertama, Pelabuhan Tanjung Priok diperluas untuk
meningkatkan alur pelayaran dan juga akan dibangun terminal kargo kendaraan.
Skenario kedua, kondisi alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok diperluas, tetapi
terminal kargo dibangun di Bojonegara. Dan ketiga, kondisi Tanjung Priok tidak
diperluas dan dibangun Pelabuhan Bojonegara. Dengan ketiga skenario
tersebut, Pelabuhan Bojonegara membutuhkan 10 dermaga dengan panjang
keseluruhan sekitar 3000 meter.

Sebagai pelabuhan modern, BIP nantinya akan dilengkapi dengan berbagai


infrastruktur pendukung yang meliputi jaringan jalan tol dan kereta api. Jaringan
tersebut menghubungkan pelabuhan dengan kawasan–kawasan industri
sehingga memperlancar distribusi barang. Selain dari itu juga akan dibanguan
fasilitas–fasilitas lain seperti terminal peti kemas, terminal curah, terminal cair,
serta sarana dasar penunjang pelabuhan seperti breakwater, navigation aid,
causeway, serta kolam dan alur pelayaran.

2.6.3 Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan


Pengembangan IHP Bojonegara
Issue Pengembangan Wilayah Bojonegara terkait dengan Pengembangan IHP
Bojonegara, diantaranya :

a. Pengembangan IHP Bojonegara berpotensi memberikan dampak


terhadap munculnya kawasan-kawasan perkotaan secara ekspansif
b. Akan terjadi resettlement permukiman nelayan, tempat pelelangan ikan,
yang membutuhkan alokasi ruang dalam Rencana Tata Ruang
Kabupaten Serang baik untuk permukiman maupun usaha.
c. Peningkatan pemanfaatan air tanah/ air bersih dibarengi dengan
penurunan kualitas air oleh pencemaran.
d. Terganggunya fungsi kawasan lindung disekitar pelabuhan, yang saat ini
banyak terjadi penambangan/ galian, memerlukan pengendalian.
e. Terjadinya perubahan sistem pusat permukiman dan kegiatan
perekonomian.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 48


Laporan Pendahuluan

f. Terjadinya bangkitan dan tarikan transportasi yang besar di wilayah


Bojonegara yang diakibatkan oleh bongkar muat barang di kawasan
pelabuhan Bojonegara
g. Terjadinya efekmultiplier kegiatan pelabuhan terhadap kegiatan ekonomi
lainnya di wilayah Bojonegara
h. Terjadinya reklamasi pantai yang tidak terkendali sehingga menimbulkan
konflik dengan kegiatan nelayan.
i. Terjadinya perkembangan ancaman kegiatan perkotaan di sepanjang
sempadan pantai dan sungai
j. Terjadinya perubahan pola arus laut dan pemanfaatan laut oleh IHP
Bojonegara yang berpengaruh terhadap ekosistem laut dan mata
pencaharian nelayan Bojonegara.

2.7 Potensi dan Masalah Kawasan Bojonegara


2.7.1 Potensi Pengembangan Wilayah Bojonegara
Terdapat beberapa Potensi Pengembangan Wilayah Bojonegara, diantaranya :
a. Posisi dan letak geografis wilayah Bojonegara dalam konstelasi regional
cukup strategis
b. Aksesibilitas wilayah Bojonegara yang tinggi (terdapat jalan propinsi, jalan
tol Jakarta – Merak)
c. Tersedianya sumberdaya lahan relatif besar di wilayah Bojonegara yang
sesuai dikembangkan untuk pengembangan perkotaan.
d. Tersedianya sumberdaya mineral berupa batu pasir dan tanah urug untuk
mendukung pembangunan fisik kota.
e. Terdapatnya sumberdaya kelautan yang memungkinkan untuk
pengembangan kegiatan penangkapan ikan dan daya dukung fisik untuk
pengembangan IHP Bojonegara
f. Tersedianya sumberdaya manusia yang terdiri dari berbagai tingkat
pendidikan dan keterampilan untuk menunjagn kegiatan di wilayah
Bojonegara.
g. Keterbukaan masyarakat dalam menerima pembaharuan dan
pembangunan nasional.
h. Terdapatnya sumberdaya binaan yakni sarana dan pasarana
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dll)

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 49


Laporan Pendahuluan

i. Ketersediaan energi listrik yang mencukupi yang berasal dari PLTU


Suryalaya.
j. Terdapat sarana telekomunkasi yang memadai dengan akan
dibangunnya sentral telepon otomatis (STO) di Desa Argawana.

2.7.2 Masalah Pengembangan Wilayah Bojonegara


Terdapat beberapa masalah Pengembangan Wilayah Bojonegara, diantaranya :
a. Curah hujan yang kecil (kurang dari 1000mm/tahun) di bagian timur, hal
ini berakibat di wilayah ini relatif kering.
b. Adanya penduduk yang menempati area dengan kelerengan > 40 %
c. Terdapatnya kegiatan penambangan, pertanian di kawasan hutan lindung
d. Terjadinya penggusuran/ pembebasan lahan masyarakat, seperti
perumahan, sawah, tegalan, kebun campuran serta perkantoran dan
fasilitas umum sebagai dampak pengembangan pelabuhan, kawasan
industri, kawasan perkotaan, jalan tol dan kereta api
e. Kualifikasi/ kualitas penduduk setempat di wilayah Bojonegara yang
masih rendah
f. Peningkatan harga tanah yang tinggi
g. Ancaman terjadinya pemukiman kumuh di kawasan nelayan atau di
sempadan sungai/ di tanah-tanah negara.

2.8 Rencana Pengembangan Wilayah Bojonegara Menurut RUTR


Kecamatan Bojonegara Tahun 2010
Rencana pengembangan Wilayah Bojonegara yang akan diuraikan dalam
laporan ini meliputi Rencana Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan dan
Satuan Pengembangan, Rencana Lalu – Lintas Angkutan Umum, dan Rencana
Alokasi Pemanfaatan Ruang.

2.8.1 Rencana Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan dan Satuan


Pengembangan
Rencana pengembangan fungsi pusat pelayanan menurut satuan kawasan
pengembangan (SKP) dibedakan atas 5 wilayah pengembangan. Untuk lebih
jelasnya lihat tabel berikut :

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 50


Laporan Pendahuluan

Tabel 2.16
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan dan Satuan Pengembangan
Di Wilayah Perencanaan Pada Akhir Tahun Perencanaan (Tahun 2010)
Nama
No Proyeksi Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan Proyeksi Pengembangan Fungsi Satuan Kawasan Pengembangan
SKP

SKP
1 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan Utama:
A

1. Kawasan Pengembangan Perumahan Perkotaan dan Perumahan


2. Pusat Pemerintahan Kelurahan
Pekerja Industri

3. Pusat Pelayanan Transportasi Wilayah 2. Kawasan Pengembangan Kegiatan Perkotaan

4. Pusat Perdagangan Wilayah 3. Kawasan Pengembangan Industri/Pelabuhan Nelayan

4. Kawasan Pengembanga Fasiltas Penunjang, seperti terminal, pasar,


5. Pusat Pelayanan Jasa Perkotaan
hotel dan perbankan

6. Pusat Pengembangan Industri Kecil/Rumah tangga Pendukung:

7. Pusat Pelayanan Pendidikan Dasar dan Menengah 5. Kawasan Pengembangan Industri Kecil / Rumah Tangga

8. Pusat Kesehatan Wilayah 6. Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayanan

9. Pusat Pengembangan Kesenian dan Budaya 7. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

10. Pusat Rekreasi Perkotaan dan Olah Raga 8. Kawasan Lindung dan Penyangga

SKP
2 1. Pusat Pemerintahan Desa Utama:
B

2. Pusat Pelayanan Transportasi 1. Kawasan Pengembangan Perumahan Perkotaan

3. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa kawasan 2. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

4. Pusat Pelayanan Pendidikan dasar dan menengah


Pendukung:
(Pertama)

5. Pusat Pelayanan Kesehatan 3. Kawasan Pengembangan Industri Kecil/Rumah Tangga

4. Kawasan Lindung dan Penyangga

SKP
3 1. Pusat Pemerintahan Desa Utama:
C

2. Pusat pelayanan Transportasi Kawasan 1. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

3. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa kawasan 2. Kawasan Lindung dan Penyangga

4. Pusat Pelayanan Pendidikan dasar dan menengah


Pendukung:
(Pertama)

5. Pusat Pelayanan Kesehatan 3. Kawasan Pengembangan Indusstri Kecil/Rumah Tangga

6. Pusat Pengembangan Pelayanan Kegiatan 4. Kawasan Pengembangan Kegiatan Penambangan Bahan Galian C
Pertanian (Batu) terbatas

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 51


Laporan Pendahuluan

Nama
No Proyeksi Pengembangan Fungsi Pusat Pelayanan Proyeksi Pengembangan Fungsi Satuan Kawasan Pengembangan
SKP

SKP
4 1. Pusat Pemerintahan Kecamatan Utama:
D

1 kawasan Pengembangan Industri Kimia Dasar , Logam Dasar dan


2. Pusat pemerintahan Kelurahan
rancang Bangun

3. Pusat Pelayanan Transportasi Kawasan 2. Kawasan Pengembangan Pariwisata

4. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa Wilayah 3. Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan dan Perkebunan

5. Pusat Pelayanan Pendidikan Dasar dan Menengah Pendukung:

6.Pusat Pelayanan Kesehatan 4. Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayan

5. Kawasan Pengembangan Kegiatan Penambangan Bahan Galian


C(Batu) terbatas

6. Kawasan Lindung dan Penyangga

SKP
5 1. Pusat Pemerintahan Desa Utama:
E

2. Pusat Pelayanan Transportasi Kawasan 1. Kawasan Pengembangan Pelabuhan Laut dan Penunjangnya

3. Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa Kawasan 2. Kawasan Pengembangan Industri

4. Pusat Pelayanan Pendidikan dasar dan Menengah 3. Kawasan Pengembangan pertanian Pangan dan Perkebunan

5. Pusat Pelayanan Kesehatan kawasan Pendukung:

4. Kawasan Pengembangan Industri Kecil / Rumah Tangga

5. Kawasan Pengembangan Kegiatan Penambangan Bahan Galian C


(Batu)

6. Kawasan Lindung dan Penyangga

7 Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayan

2.8.2 Rencana Lalu – Lintas Angkutan Umum


Lalu – lintas umum di Wilayah Bojonnegara diproyeksikan terkait dengan
operasional angkutan umum dari arah barat daya (Kota Cilegon), arah selatan (
melalui Serang baik dari Serang atau Kota Cilegon) dan dari arah barat (Kota
Merak).
Rencana sistem lalu – lintas angkutan umum wilayah perencanaan disusun
melalui rute berikut :

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 52


Laporan Pendahuluan

1) Dari Kota Merak


• Merak – Salira (Lokasi Pariwisata) – Pangunreja ( Pusat Kecamatan Pulo
Ampel / Pusat SKP D) – Sumuranja – Margasari – Banyuwangi –
Pelabuhan – Argawana ( Pusat SKP A) – Teluk Bako – Kertasana
– Gedong Dalam – Wanakerta – Lambangsari (Pusat SKP C) –
Pengarengan – Pakuncen – Kedungsoka – Mangunreja – Salira – Merak.
• Merak – Salira – Mangunreja – Kedungsoka – Pakuncen – Pangerangan
– Lambansari – Wanakerta – Gedong Dalam – Lertasana – Telik Bako –
Margagiri – Argawana – Pelabuhan – Banyuwangi – Margasari –
Sumuranja – Mangunreja – Salira – Merak.
2) Dari Kota Cilegon
• Cilegon – Kertasana – Gedung Dalam – Wanakerta – Mangkunegara (
Pusat SKP B) – Teluk Bako – Wadas – Karang Kepuh – Lambang Sari –
Pengarengan – Ukisari – Margagiri – Argawana – Pelabuhan –
Banyuwangi – Margasari – Sumuraja – Mangunreja – Salira –
Mangunreja – Kedungsoka – Pakuncen – Pangarengan – Ukisari –
Margagiri – Sumurgading – Kejangkungan – Merapit – Karang Kepuh –
Mangkunegara – Kartasana – Cilegon.
• Cilegon – Kertasana – Mangkunegara – Merapit – Kejangkungan –
Sumur Daging – Margagiri – Ukisari – Pangarengan – Pakuncen –
Kedungsoka – Mangunreja – Salira – Mangunreja – Sumuranja –
Margasari – Banyuwangi – Pelabuhan – Argawana – Margagiri – Ukisari –
Pangarenangan – Lambangsari – Karangkepuh – Wadas – Teluk Bako –
Mangkunegara – Wanakerta – Gedong Dalam – Kertasana – Cilegon.
3) Dari Arah Serdang (Serang / Cilegon)
• Serdang – Wadas – Cirangon – Margagiri – Sumur Gading – Argawana –
Pelabuhan – Banyuwangi – Margasari – Sumuraja – Mangunreja – Salira
– Mangunreja – Kedungsoka – Pakuncen – Pangarengan – Lambangsari
– Wanakerta – Gedong Dalam – Kertasana – Mangkunegara – Merapit –
Cirangon – Margagi – Sumur Gading – Serdang.
• Serdang – Wadas – Sumur Gading – Margagiri – Cirangon – Teluk Bako
– Wanakerta – Lambangsari – Panagrengan – Pakuncen – Kedungsoka –
Pelabuhan – Argawana - - Margagiri – Ukisari – Merapit – Mangkunegara
– Kertasana – Wadas – Serdang.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 53


Laporan Pendahuluan

2.8.3 Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang


Rencana alokasi pemanfataan ruang dimaksudkan untuk mengatur penggunaan
ruang berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan di setiap
kawasan pada akhir tahun rencana. (lihat gambar 2.9)
1) Kawasan Lindung
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup mencakup sumber alam, sumber
daya buatan dan nilai sejarah dan budaya bangsa, guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan antara lain,
Penyebaran kawasan lindung di wilayah Bojonegara adalah 1.793 Ha atau
25,08% dari luas Kecamatan Bojonegara, yang terdiri atas areal konservasi
perbukitan berlereng lebih dari 40% = 1.604 Ha (22,43%), kawasan
sempadan pantai = 110 Ha (1,54%) dan sisanya kawasan sempadan sungai
= 79 Ha (1,11%).
2) Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan untuk fungsi budidaya
baik budidaya pertanian maupun non pertanian. Kawasan ini merupakan
kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan
perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia (termasuk permukiman) dan perkebunan.
(a) Kawasan Budidaya Pertanian
Kawasan budidaya pertanian di wilayah perencanaan meliputi kawasan untuk
pertanian lahan basah, tanaman pangan lahan kering, tanaman tahunan/
perkebunan, peternakan dan kegiatan nelayan. Khusus untuk budidaya
ternak yang diusahakan oleh penduduk setempat menyatu dengan kawasan
tanaman pahan lahan kering.
I. Kawasan Pengembangan Tanaman Pangan Lahan Basah
Kawasan pengembangan tanaman lahan basah adalah kawasan yang
diperintukan bagi tanaman lahan basah, yang pengairannya dapat
diperoleh secara alamiah maupun teknis. Di wilayah perencanaan
penduduk membudidayakan tanaman pertanian lahan basah berupa
sawah tadah hujan, pada areal berlereng datar (0 – 3%) hingga areal
bergelombang (9 – 15%) yakni pada perbukitan yang terdapat anak
sungai dan alur – alur

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 54


Laporan Pendahuluan

Penyebaran kawasan pengembangan tanaman pertanian lahan


basah dialokasikan pada areal persawahan eksisting yang tidak terkena
alokasi pengembangan kegiatan pertanian. Alokasi kawasan tanaman
pertanian lahan basah pada akhir tahun perencanaan seluas 435 Ha
(6,08%) dari luas wilayah tersebar dalam blok–blok relatif sempit di semua
SKP dan disepanjang sungai dan alur pada daerah perbukitan.
II. Kawasan Pengembangan tanaman pertanian lahan kering
Adalah kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan kering
ialah tanaman palawija, hortikultura atau tanaman pangan tahunan. Pada
umumnya penduduk membudidayakan tanaman pertanian lahan kering
pada tegalan yang menempati areal berlereng lebih dari 15%, bahkan
pada bagian puncak perbukitan yang berlereng diatas 40%
Penyebaran: Alokasi kawasan pengembangan tanaman pertanian lahan
kering sudah semakin sempit sehubungan sebagian besar areal tersebut
(tegalan) telah beralih fungsi sebagai kawasan pengembangan tanaman
tahunan serta ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kawasan ini
dialokasikan sebesar 180 Ha (2,52%) dari luas Kecamatan, tersebar
dalam blok – blok kecil di semua SKP.

III. Kawasan Pengembangan Tanaman Perkebunan


Kawasan pengembangan tanaman tahunan adalah kawasan yang
diperuntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan baik
bahan pangan maupun bahan baku industri. Penduduk setempat
membudidayakan tanaman keras pada kebun campuran dengan jenis
komoditas antara lain, kelapa, nelinjo, mangga, nangka, petai dan bambu.
Penyebaran: alokasi kawasan pengembangan tanaman perkebunan/
Keras masih cukup besar ± 975 Ha (13,64%) meskipun sebagian
diantaranya ditetapkan sebagai kawasan lindung, penyebaran kawasan ini
bervariasi dari blok–blok kecil hingga blok besar di semua SKP. Blok
pengembangan tanaman tahunan/ perkebunan terbesar terdapat di SKP
C.
IV. Kawasan Pengembangan Kegiatan Nelayan
Kawasan pengembangan kegiatan nelayan yang dimaksud berupa
Pelabuhan Nelayan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Sedangkan lahan
usahanya sendiri adalah Laut Jawa dan Selatan Banten.

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 55


Laporan Pendahuluan

Penyebaran: Lokasi kegiatan nelayan berikut TPI – nya di alokasikan di 3


tempat, yakni di Sungai Wadas (SKP A), Pantai Ckubang/Argawana (SKP
E) dan di Salira (SKP D).
(b) Kawasan Budidaya Non Pertanian
Kawasan budidaya non-pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi
pengembangan kegiatan pertanian.Alokasi ruang bagi kawasan tersebut di
wilayah perencanaan meliputi : kawasan pengembangan perumahan
perkotaan, kawasan pengembangan perumahan pedesaan, kawasan
pengembangan pelabuhan, kawasan pengembangan industri, kawasan
pengembangan industri/ pelabuhan, kawasan pengembangan obyek
pariwisata dan pengembangan penambangan bahan galian.
I. Kawasan Pengembangan Perkotaan
Kawasan pengembangan perkotaan adalah kawasan yang diperuntukan
bagi pengembangan perumahan di kawasan perkotaan, termasuk fasilitas
pelayanan sosial ekonomi, seperti : pemerintahan, pendidikan,
kesehatan, peribadatan, perhubungan dan komunikasi, perdagangan dan
lembaga keuangan, akomodasi, kesenian, olahraga dan rekreasi, jasa
pelayanan lainnya.
Penyebaran : Kawasan pengembangan perumahan perkotaan
dialokasikan di Pusat Kecamatan Bojonegara (IKK) , Pusat Kecamatan
Pulo Ampel, dan SKP B yang masing-masing seluas 523 Ha, 117 Ha, dan
262 Ha.Pemanfaatan ruang tersebut menggunakan lahan sebesar
12.62% dari luas areal kecamatan.
II. Kawasan Pengembangan Permukiman Pedesaan
Kawasan pengembangan pemukiman pedesaan adalah kawasan yang
diperuntukan bagi pengembangan perumahan di kawasan pedesaan,
termasuk fasilitas pelayanan sosial ekonomi, ditingkat SP maupun SKP.
Penyebaran Kawasan pengembangan perumahan pedesaan tersebar
pada Pusat SKP dan Pusat SP dan blok perkampungan, di sepanjang
jalan kolektor primer, lokal primer dan lokal sekunder/ lingkungan, dengan
alokasi seluas 368 Ha (5,15%) dari luas perencanaan.
III. Kawasan Pengembangan Pelabuhan
Kawasan Pengembangan Pelabuhan adalah kawasan yang
diperuntukkan bagi kegiatan pelabuhan. Kegiatan yang diperkirakan
paling memacu pertumbuhan wilayah ini adalah adanya pengembangan

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 56


Laporan Pendahuluan

Pelabuhan Laut Bojonegara, selain kegiatan industri yang telah


berproduksi. Keberadaan pelabuhan akan memacu bangkitan kegiatan di
berbagai sektor.
Penyebaran: Kawasan pengembangan pelabuhan seluas 500 Ha berada
pada sebagian besar SKP E seluas 450 Ha, dan sisanya 50 Ha di SKP D.
IV. Kawasan Pengembangan Industri
Kawasan pengembangan industri adalah kawasan yang diperuntukkan
bagi pemusatan kegiatan industri baik industri besar maupun sedang,
yakni industri kimia dasar, logam dasar, rekayasa dan rancangan
bangunan.
Penyebaran : Kawasan industri tersebut menempati areal seluas 700 Ha
atau hampir 10% dari wilayah kecamatan, terkonsentrasi di SKP D dan C.
V. Kawasan Pelabuhan / Industri
Kawasan pengembangan industri / pelabuhan merupakan kawasan yang
berpotensi untuk pengembangan industri maupun bagi pengembangan
Pelabuhan Bojonegara. Jadi perlu ditetapkan alokasi pemanfaatan,
secara jelas terlebih dahulu.
Penyebaran : Kawasan ini terdapat di pantai timur sebelah timur jalan
kabupaten di wilayah desa Bojonegara, Mengkunegara, Margagiri dan
Argawana, dengan total areal sebesar 627 Ha (9,40%), terbagi di SKP
A,B, dan SKP E.
VI. Kawasan Pengembangan Objek Wisata
Kawasan pengembangan objek pariwisata adalah kawasan yang
diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan pariwisata. Di wilayah
Kecamatan Bojonegara terdapat sebuah lokasi pariwisata yang berobjek
keindahan alam dan keindahan paronama pantai dan lautnya, yakni di
Lokasi Wisata Pantai Salira Indah. Kawasan Pariwisata Salira yang
berbatasan langsung dengan kawasan industri perlu diperhatikan dengan
memberikan ruang transisi antara keduanya, misalnya dengan
memberikan buffer daan menggunakan ruang transisi itu dengan fungsi-
pendukung pariwisata seperti wartel, hotel/ penginapan, kantin/ restoran,
taman, dan sejenisnya.
Pengembangan pariwisata juga diarahkan ke wisata pegunungan, yang
dapat disinergikan dengan objek wisata Gunung Gede, Kota Cilegon.
Wisata pegunungan ini dapat di kembangkan di Desa Salira,

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 57


Laporan Pendahuluan

Kedungsoka, dan Pakuncen. Wisata zairah di Gunung Santri tetap


dipertahankan dan perlu pengantiran khusus, terutama untuk menata
ketertiban di kawasan Ibukota Kecamatan Bojonegara. Beberapa lokasi
juga dapat diberi sentuhan pariwisata walaupun sifatnya terbatas seperti
di beberapa lokasi perbukitan yang dapat mengakses panorama laut dan
pelabuhan, dan lokasi-lokasi TPI yang ada di Bojonegara.
Penyebaran : Khusus untuk Kawasan Pengembangan Objek Pariwisata
Salira dialokasikan sebesar 100 Ha, yang sebagian berupa areal
perbukitan, terdapat di SKP D.
VII. Kawasan Pengembangan Bahan Galian
Kawasan pengembangan penambangan bahan galian adalah kawasan
yang diperuntukan bagi kegiatan penambangan bahan galian, baik di
wilayah yang sedang maupun yang akan segera dieksploitasi. Kategori
bahan galian yang dimaksud di wilayah Bojonegara adalah bahan galian
golongan C, berupa batu split.
Dari peta geologi didapatkan bahwa batuan yang terkandung di areal
perbukitan kecamatan inni berupa breksi vulkanik, lava cukup banyak.
Namun ditinjau dari aspek geologi lingkungan kurang layak di tambang
secara besar-besaran.
Penyebaran : Penyebaran alokasi kawasan penambangan bahan
galian hanya ditujukan pada alokasinya saja yaitu diperbukitan
Panngerangan (SKP C), Kaki Gunung Pratu (SPK D) dan Kaki Gunung
Sumur Batu dan Cikubang (SPK C), sebab tidak diketahui, depositnya
dari atas peta.
VIII. Kawasan Pergudangan
Kawasan pergudangan difungsikan untuk menyimpan barang/ komoditas
khususnya yang dikirim dari atau ke pelabuhan. Kawasan ini dialokasikan
seluas 175 Ha di SKP A dan sisanya di SKP E.
Untuk lebih jelasnya rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah
perencanaan (Kecamatan Bojonegara) pada akhir tahun rencana 2010
dapat dilihat pada tabel berikut :

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 58


Laporan Pendahuluan

Tabel 2.17
Rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah perencanaan
(Kecamatan Bojonegara) pada akhir tahun rencana 2010
Luas Penyebaran (Ha) Wilayah
No Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang
Perencanaan
SKP A SKP B SKP C SKP D SKP E
1 Kawasan Lindung

a. Konservasi Perbukitan (lereng) > 40% 119 24 289 700 472 1604

b. Sempadan Laut 30 0 0 42 38 110

c. Sempadan Sungai 22 8 13 20 16 79

Jumlah 171 32 302 762 526 1793

2 Kawasan Budidaya

I. Budidaya Pertanian

a. KP TPLB (sawah tadah hujan) 25 10 287 80 33 435

b. KP TPLK 48 2 8 91 31 180

c. KP Perkebunan 66 3 592 214 175 1050

d. KP Kegiatan Nelayan 0 0 0 0 0 0

Jumlah 139 15 887 385 239 1665

II. Budidaya Non Pertanian

a. KP Perumahan Perkotaan 523 262 0 117 0 902

b. KP Perumahan Pedesaan 0 90 110 83 85 368

c. KP Pelabuhan Industri 0 0 0 50 450 500

d. KP Industri 0 0 200 500 0 700

e. KP Industri/Pelabuhan 409 100 0 0 163 672

f. KP Pariwisata 0 0 0 100 0 100

h. KP Penunjang Pelabuhan 0 0 0 0 350 350

i. KP Pergudangan 100 0 0 0 0 100

j. KP Penambangan Bahan Galian 0 0 0 0 0 0

Jumlah 1032 452 310 850 1048 3692

Jumlah Total 1342 499 1499 1997 1813 7150


Sumber: RUTR Kecamatan Bojonegara (Buku Rencana)

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 59


Laporan Pendahuluan

Gambar 2.9
Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Bojonegara

Bantek Penjabaran Kawasan Bojonegara Dalam Pembangunan Wilayah Pelabuhan di Banten 2 - 60

You might also like