You are on page 1of 11

REMAJA

Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari
mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut,
salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para
orang tua, pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan
melakukan pendekatan yang
efektif untuk menangani para remaja ini.

Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anakanak dan masa
dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang berbeda
dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja
berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap.

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual.
Remaja adalah suatu masa ketika :

- Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual


sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

- Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak


menjadi dewasa.

- Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relative lebih mandiri

Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai
matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa
remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal
dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 17
tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu
usia dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum.

Menurut Hukum
Di dalam undang-undang di Indonesia tidak mengenal istilah remaja. Hokum Indonesia hanya
mengenal anak-anak dan dewasa walaupun batasan yang diberikan untuk itu pun bermacam-
macam. Hokum Perdata misalnya, memberikan batas usia 21 tahun (atau yang sudah menikah)
untuk dinyatakan dewasa. Di bawah usia itu segala tindakan hokum perdata masih membutuhkan
wali (orang tua).

Di sisi lain, hukum pidana member batasan delapan belas tahun sebagai usia dewasa (atau yang
sudah menikah). Anak yang berusia di bawah delapan belas tahun masih menjadi tanggung
jawab orang tuanya jika melakukan pelanggaran hukum pidana. Jika perilakunya meresahkan
masyarakat atau yang digolongkan tindak kejahatan, maka anak akan dimasukkan Lembaga
Pemasyarakatan khusus anak-anak.

Perkembangan Fisik

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan faal) remaja dikenal
sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika keadaan tubuh memperoleh bentuk sempurna dan
alat-alat kelamin berfungsi secara sempurna. Dua tahun setelah tanda awal itu muncul yang
dinamakan pubertas.

Ciri-Ciri Primer:

Pada laki-laki ditandai dengan adanya mimpi basah atau dikenal dengan sebutan nocturnal
emmisions. Bagi perempuan dengan menstruasi pertama atau yang disebut menarche.

CirI-Ciri Sekunder:

Bagi wanita pinggulnya membesar dan membulat, buah dada semakin nampak menonjol,
tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan, dan kaki. Ada perubahan suara dari
suara anak-anak menjadi lebih merdu, kelenjar keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat,
kulit menjadi lebih kasar dibanding kulit anak-anak.

Bagi pria otot-otot tubuh, dada, lengan, paha dan kaki tumbuh kuat, tumbuhnya rambut di
daerah alat kelamin, betis dan kadang-kadang dada; terjadi perubahan suara yaitu nada pecah
dan suara merendah hingga sampai akhir masa remaja, volume suara turun satu oktaf, aktifnya
kelenjar-kelenjar keringat dan kelenjar-kelenjar ini menghasilkan keringat yang banyak
walaupun remaja tersebut bergerak sedikit saja.

Pada usia 11-12 tahun wanita lebih cepat tumbuh dibanding pria sehingga secara tidak sadar si
puber pria sering merasa iri hati terhadap si puber wanita. Inilah sebabnya sering ada puber pria
yang menjauhi bahkan bermusuhan dengan puber wanita pada usia ini, yang dinamakan sex
antagonisme. Akan tetapi dalam pertumbuhan tubuh kekar maka mulailah timbul saling tertarik
antara 2 jenis kelamin ini. Hal yang demikian dipengaruhi oleh daya tarik seksuil atau sex
appeal.

Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya, permasalahan fisik yang
terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang
dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering
membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik
ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan
bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian
tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian
survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya
(Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres
emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset
merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih
lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan
makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al)

Secara Biologis

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon
(gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu
dengan Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan Estrogen dan
Progesterone (dua jenis hormon kewanitaan), sedangkan pada anak lelaki, Luteinizing Hormone
yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
Testosterone.

Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang
anak, untuk anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif, selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik
lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone, bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

Secara Kognitif
Piaget yakin bahwa pemikiran oprasional formal berlangsung antara usia 11 hingga 15 tahun.
Pemikiran oprasional formal lebih abstrak dari pemikiran seorang anak. Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak, kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan
masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya, kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan, para
remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya tetapi mereka akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri, mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi
konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan, dengan kemampuan operasional formal ini
para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja
(bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif
operasional formal ini, sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya yaitu
operasional konkrit dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum
mampu melihat masalah dari berbagai dimensi hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di
Indonesia yang banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak, penyebab lainnya bisa juga
diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai
anak-anak sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai
dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah sudah terbiasa berpikir kritis dan
mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

Secara Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan
Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama, perubahan mood (swing) yang drastis pada para
remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah, meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri pada masa remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam
kesadaran diri mereka (self-awareness), mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain
karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka
seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri, anggapan itu membuat remaja
sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image), remaja cenderung
untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir
dengan kesuksesan dan ketenaran, remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin
karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan
membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat, tetapi hal
tersebut akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada
saat itu remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak
selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya, anggapan remaja bahwa mereka
selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah remaja
mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan
mereka dengan kenyataan.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, tindakan impulsif sering dilakukan
sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek
atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan
mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan
mampu bertanggung-jawab, rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat
dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja, kelak ia akan tumbuh
dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan.
Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana
menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru” berbagai nasihat dan berbagai cara akan
dicari untuk dicobanya.

PERILAKU SEKSUAL REMAJA


Menurut Sarlito Wirawan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Sebagian dari tingkah laku memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat
fisik atau social yang dapat ditimbulkannya. Akan tetapi, pada sebagian perilaku seksual lain,
dampaknya bisa cukup serius, misalnya seperti perasaan bersalah, depresi, dan marah yang ada
pada remaja yang terpaksa menggugurkan kandungannya. Akibat psiko-sosial lainnya adalah
ketegangan mental dan kebingungan akan peran social yang tiba-tiba berubah pada remaja
tersebut. Kemungkinan besar juga akan mendapat penolakan dari masyarakat sekitarnya.akibat
lainnya adalah terganggunya kesehatan dan resiko kematian bayi yang tinggi. Selain itu juga ada
akibat terputusnya sekolah dan akibat ekonomis karena diperlukan biaya perawatan, dll
(Sanderowitz & Pazman, 1985)
Faktor Penyebab
1. Meningkatnya Libido Seksualitas.
Di dalam upaya mengisi peran sosialnya yang baru itu, seorang remaja mendapatkan
motivasinya dari meningkatnya libido (energy seksual). Menurut Sigmun Freud, energy
seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. Perubahan hormonal yang
meningkatkan hasrat seksual remaja dengan penyaluran yang berbentuk tingkah laku
seksual tertentu.
2. Penundaan Usia Perkawinan
Kecenderungan pada masyarakat perkotaan adalah semakin tinggi taraf pendidikan
masyarakat, semakin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya. Para orang
tua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk menjamin masa depan
anak mereka. Penundaan ini membuat penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan.
3. Tabu-Larangan
Ditinjau dari pandangan psikoanalis, tabunya pembicaraan mengenai seks tentunya
disebabkan karena dianggap sebagai sumber dorongan naluri di dalam id. Dorongan ini
bertentangan dengan dorongan moral yang ada dalam super ego, sehingga harus ditekan.
Ini menyebabkan sulitnya komunikasi dengan remaja yang bisa menyebabkan perilaku
seksual yang tidak diharapkan.
4. Kurangnya informasi tentang seks.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang
dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya
belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
5. Pergaulan yang makin bebas.
Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan dalam masyarakat. Hal ini
akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin
sejajar dengan pria.

Akibat dari perilaku seks:


- Penguguran kandungan pada remaja. Sebagian wanita yang hamil tanpa rencana akhirnya
memang melakukan aborsi. Di antara mereka yang selamat menjalani aborsi ini banyak
yang terlibat kembali dalam dilema atau konflik batin.
- Penyakit Kelamin. Salah satu akibat lain dari meningkatnya aktivitas seksual pada rmaja
yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsiadalah meningkatnya penyakit kelamin di
kalangan remaja. Salah satunya yang paling ditakuti adalah AIDS. Penyakit ini
disebabkan oleh virus HIV yang jika menyerang manusia menyebabkan daya tahan tubuh
terhadap kuman menghilang. Akibatnya, penderita pelan-pelan akan meninggal karena
badannya makin lama makin lemah.
- Salah satu keluhan mengenai gangguan seksual yang sering dikemukakan remaja adalah
homoseksualitas. Pada umumnya para penyandang homoseksualitas itu sendiri tidak
mengetahui mengapa mereka menjadi demikian. Jadi, keadaan tersebut bukan atas
kehendak sendiri.

Perilaku Menyimpang Remaja


• Kenakalan Remaja
Atau yang dikenal dengan juvenile delinquency merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
remaja yang tidak dapat diterima secara social hingga terjadi tindakan criminal. ecara psikologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik
pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma
dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun
trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah
diri, dan sebagainya. Jensen (1985) membagi kenakalan remaja ini menjadi empat jenis:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan,
perampokan, pembunuhan, dan lain-lain
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan,
pemerasan,dll.
3. Kenakalan social yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran,
penyalahgunaan obat, hubungan seks di luar nikah (di Indonesia)
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar
(membolos), sebagai anak (membantah perintah, minggat dari rumah)
Salah satu perilaku menyimpang yang paling menyita perhatian yaitu penggunaan alcohol dan
obat-obatan terlarang. Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah
sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-
kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja
menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan
alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa
remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri,
solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.

• Hipoaktivisme
Remaja yang snagat kurang aktivitasnya dapat digolongkan menjadi gangguan karena pada
umunya tidak mau mengganggu orang lain. Orang mungkin hanya mengira mereka pemaluatau
pendiam. Bahkan, banyak orang tua yang merasa senang bahwa anaknya berkelakuan manis dan
tidak merepotkan orang tua. Tetapi, damapaknya akan terlihat ketika menginjak usia remaja.
Individu tersebut tidak mempunyai teman, tidak mempunyai hobi, tergantung terus kepada orang
tua atau mengalami gangguan belajar yang serius. Keadaan hipoaktif bisa diakibatkan oleh
gangguan jiwa. Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah skizofrenia.

• Mental stress (hiperaktivitas, depresi)


• Neurosis (phobia, obsesi kompulsi, reaksi konversi, skizofrenia,anorexia nervousa, bunuh
diri

Penyebab Kelainan Perilaku Remaja


Philip Graham mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dari sudut kesehatan mental anak
dan remaja. Ia juga membagi factor-faktor penyebab itu ke dalam dua golongan (Graham, 1983)
1. Factor Lingkunagn:
a. Malnutrisi (kekurangan gizi)
b. Kemiskinan di kota-kota besar
c. Gangguan lingkungan
d. Migrasi
e. Factor sekolah (kesalahan mendidik, factor kurikulum, dll)
f. Keluarga yang bercerai berai
g. Gangguan dalam pengasuhan keluarga
2. Factor pribadi:
a. Factor bakat yang mempengaruhi tempramen (menjadi pemarah, hiperaktif, dll)
b. Cacat tubuh
c. Ketidakmampuan menyesuaikan diri

Pencegahan Perilaku Menyimpang

Adapun cara mengatasi kenakalan remaja adalah sebagai berikut:

a. Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.karena dengan
adanya rasa kasih sayang dari orang tua maka anak akan merasa diperhatikan dan
dibimbing.dan dengan kasih sayang itu pula akan mudah mengontrol remaja jika ia mulai
melakukan kenakalan

b. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti TV, Internet,
Radio, Handphone dan lain- lain.

c. Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak
menghabiskan waktunya selain di rumah.

d. Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini seperti beribadah dan
mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman dan kepercayaannya

Penanganan Perilaku Menyimpang Remaja

Menurut Rogers (Adam & Gullotta, 1983) ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk
membantu remaja

1. Kepercayaan

Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya. Ia harus yakin bahwa penolong
ini tidak akan membohonginya dan bahwa kata-kata penolong ini memang benar
adanya.sebaiknya memakai tenaga yang lebih professional (psikolog) karena jika orang tau atau
guru, remaja sudah meletakkan penilaian tertentu sehingga ada kemungkinan tidak
dipercayainya.
2. Kemurnian Hati

Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat.
Oleh karena itu mereka cenderung lari ke teman terdekatnya karena temannya mau membantu
tanpa pamrih.

3. Kemampuan Mengerti dan MenghayatiPerasaan Remaja

Dalam posisi berbeda antara ank dan orang dewasa, sulit bagi ornag dewasa untuk berempati
pada remaja karena setiap orang akan cenderung melihat orang segala persoalan dari sudut
pandangnya sendiri dan mendasarkan penilaian dan reaksinya pada pandangan itu sendiri.

4. Kejujuran

Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal-hal yang
kurang menyenangkan. Yang tidak bisa diterimanya adalah jika ada hal-hal yang membuat ia
merasa disalahkan, tetapi pada orang lain dianggap benar.

You might also like