You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kegiatan leasing di Indonesia secara formal baru diperkenalkan pada
tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan,
Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan No. Kep. 122/MK/IV/2/1974,
No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kbp/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang
Perizinan usaha leasing. Selanjutnya sebagai lembaga yang bertugas dan
berwenang memberi izin usaha bagi perusahaan leasing, Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan No. 649/MK/IUV/5/1974 tanggal 6 Mei 1974
yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing
di Indonesia. Untuk mendukung perkembangan usaha ini Menteri Keuangan
selanjutnya mengeluarkan Surat Keputusan No. 650/MK/5/1974 tanggal 6 Mei
1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea materai
terhadap usaha leasing. Perlakuan perpajakan terhadap setiap transaksi atau
kontrak leasing antara perusahaan leasing (lessor) dan lessee berdasarkan Surat
Keputusan tersebut bukan merupakan suatu objek pajak dan karenanya tidak
dikenakan pajak penjualan. Sejak itu, terutama pada dekade 80-an jumlah
perusahaan leasing semakin bertambah, sejalan dengan itu volume transaksinya
pun mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama
leasing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang
pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah.
Pembiayaan di sini maksudnya jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang
modal seperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara
kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah
pihak.
Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang
berdiri sendiri. Keterbatasan usaha leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan
yang dilakukan oleh bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk
uang. Oleh karena itu, perusahaan leasing harus pandai-pandai dalam memberikan
atau memilih sasarannya jangan sampai bertentangan dengan jasa yang diberikan
oleh lembaga keuangan bank.
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
dengan lessee di mana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan
oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, ada beberapa masalah
yang berkaitan dengan sewa guna usaha atau leasing yang akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan leasing atau sewa guna usaha ?
2. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam leasing ?
3. Apa saja penggolongan perusahaan leasing ?
4. Apa saja teknik-teknik pembiayaan leasing ?
5. Bagaimana fleksibilitas dalam leasing ?
6. Bagaimana metode pembayaran sewa guna usaha ?
7. Apa kelebihan leasing sebagai sumber pembiayaan ?

Tujuan Pembuatan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan guna membahas
masalah yang ada di dalam makalah ini, maka didapatkan beberapa tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian sewa guna usaha atau leasing.
2. Untuk memberikan informasi mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam
leasing.
3. Untuk memberikan informasi tentang penggolongan perusahaan leasing.
4. Untuk memberikan informasi mengenai teknik-teknik pembiayaan leasing.
5. Untuk memberikan informasi mengenai fleksibilitas dalam leasing.
6. Untuk memberikan informasi mengenai metode pembayaran sewa guna
usaha.
7. Untuk memberikan informasi mengenai kelebihan leasing sebagai sumber
pembiayaan.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Leasing
Beberapa pengertian sewa guna usaha atau dikenal dengan istilah leasing
yang dikemukakan oleh beberapa sumber sebagai berikut :
• Financial Accounting Standard Board (FASB-13):
Sewa guna usaha adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang
digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu.
• The International Accounting Standard (IAS-17):
Sewa guna usaha adalah suatu perjanjian dimana lessor menyediakan barang
(asset) dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa
untuk suatu jangka waktu tertentu.
• The Equipment Leasing Association (ELA-UK):
Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk
penyewaan suatu jenis barang (asset) tertentu langsung dari pabrik atau agen
penjual oleh lessee. Hak kepemilikan barang tetap berada pada lessor. Lessee
memiliki hak pakai atas barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah
dan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
• Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21
November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha:
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa
guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa


guna usaha, di mana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha.
Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa.
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi
dengan harga berdasarkan nilai sisa.

Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama yaitu:
a) Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang.
b) Lessee adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki
hak opsi pada akhir perjanjian.
c) Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.

Dari segi pandangan hukum, kegiatan sewa guna usaha memiliki 4 (empat) ciri
yaitu:
1) Perjanjian antara lessor dengan pihak lessee.
2) Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak
penggunaan barang kepada pihka lessee.
3) Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset).
4) Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode
yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi
barang tersebut.

Pihak – pihak Yang Terlibat Dalam Leasing


Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang
berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier dan bank atau kreditor.
• Lessor
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa
pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam
financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah
dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan
keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan
keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan
dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
• Lessee
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan
mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran
angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas
barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang
yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee
dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan
perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
• Supplier
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai
oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan
barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan
pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease, supplier menjual barangnya
langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
• Bank
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor
tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank
memegang peranaan dalam hal penyediaan dana kepada lessor terutama dalam
mekanisme leverage lease di mana sumber dan pembiayaan lessor diperoleh
melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan
menerima kredit dari bank. Untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan
dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor.

Penggolongan Perusahaan Leasing


Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke
dalam 3 kelompok, yaitu:
a) Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing.
Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independen dari supplier yang mungkin
dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan
barang modal nasabahnya (lessee), perusahaan dapat membelinya dari berbagai
supplier atau produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Lembaga keuangan
yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank, dapat pula
disebut sebagai lessor independen. Banyak lembaga keuangan yang bertindak
sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi
juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor
independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer)
yang sering disebut dengan vendor program.
b) Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan
perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat
terjadi apabila supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan
leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat
penjualan dengan menggunakan pembiayaan tradisional. Captive lessor ini sering
pula disebut dengan two-party lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk
dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau
pemakai barang.
c) Lease Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah lease broker atau packager. Broker
leasing berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing biasanya
tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas
namanya. Di samping itu perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih
jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu
transaksi leasing.
Teknik – Teknik Pembiayaan Leasing
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara
garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :
1) Finance lease
2) Operating lease
• Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai
lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna
usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan leasing, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan
pemesanan, pemeriksa serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek
transaksi leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran sewa
secara berkala di mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa
(residual value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang
modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan
leasing.
Ciri-ciri Finance Lease antara lain :
* Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi.
* Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak/tidak bergerak.
* Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya.
* Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya +
spread.
* Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellable),
atau kena denda.
* Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee.
* Transaksi keuangan.
* Full pay out.
* Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value.
* Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal.
* Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23.
Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai
berikut :
• Direct Financial Lease
Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease (true-lease) merupakan suatu
bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli suatu barang atas permintaan
pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada lessee
yang bersangkutan.
Ciri-ciri direct financial lease antara lain :
a) Lessee sebelumnya tidak memilki barang modal (kebalikan dengan sale and
lease back).
b) Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee.
c) Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh
lessee.
d) Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk
tujuan proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.
• Sale and Lease Back
Pada prinsipnya adalah pihak lessee sengaja menjual barang modalnya kepada
lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut
antara lessor dengan lessee yang dalam hal ini sebagai pihak yang menjual barang
untuk digunakan selama masa lessee yang disetujui kedua pihak. Metode leasing
ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi
transaksi leasing disini bersifat refinancing.
• Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam
finance lease yang digunakan lessor.
Dalam leveraged lease, umumnya menyangkut masalah-masalah antara lain
sebagai berikut :
a) Merupakan direct finance lease.
b) Melibatkan 3 pihak yaitu : lessor, lessee, pemberi kredit jangka panjang.
c) Lessor menyediakan suatu porsi pembiayaan terhadap harga barang yang
akan di-lease biasanya berkisar 20% – 40%.
d) Kreditor jangka panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank yang
akan menyediakan pembiayaan sebesar 60% – 80% dari total biaya barang.
e) Dalam pengadaan barang lease, dilakukan dengan membelinya dari pabrik
atau supplier/dealer, kemudian di-lease kepada lessee.
• Syndicated Lease
Adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas suatu
objek leasing. Terjadi apabila lessor karena alasan-alasan risiko tidak bersedia
atau karena alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri
suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee.
• Cross Border Lease
Adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara yaitu negara di
mana lessor berkedudukan berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing
ini kadang-kadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing
internasional karena transaksi yang dilakukan melibatkan dua negara yang
berbeda.
• Vendor Program
Disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh
produsen atau leader di mana perusahaan leasing memberikan atau menyediakan
fasilitas leasing kepada pembeli barang.

Operating Lease
Leasing dalam bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan
selanjutnya di-lease-kan kepada lessee. Berbeda dengan finance lease, dalam
operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan leasing mengharapkan
keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di-lease-kan atau melalui
beberapa kontrak leasing lainnya. Operating lease dalam pelaksanaannya
membutuhkan suatu keahlian khusus terutama untuik pemeliharaannya dan
pemasaran kembali barang modal yang di-lease-kan tersebut.
Digolongkan operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :
a) Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat
menutupi perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor.
b) Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor.

Fleksibilitas Dalam Leasing


Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam
memenuhi berbagai kebutuhan pihak lessee. Fleksibilitas leasing sebagai sumber
pembiayaan antara lain :
a. Step Lease
Yaitu suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lessee melakukan
pembayaran baik dalam rangka untuk meningkatkan maupun untuk menurunkan
jangka waktu leasing guna mengatasi keterbatasan arus kas lessee.
b. Skipped Payment Lease
Yaitu suatu perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki pihak lessee untuk
melakukan pembayaran selama pada periode atau bulan-bulan tertentu setiap
tahunnya.
c. Swap Lease
Memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang di-lease
apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan perbaikan dan
penggantian komponen tertentu.
d. Upgrade Lease
Cara lain memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi lessee yang
memungkinkan meminta tambahan barang leasing guna meningkatkan kapasitas
atau efisiensi.
e. Master Lease
Merupakan cara leasing dimana lessor memberikan lease line credit yang
memungkinkan lessee untuk menambah barang atau peralatan untuk di-lease,
dengan persyaratan yang sama seperti kontrak sebelumnya, tanpa perlu dilakukan
negoisasi dan perjanjian kontrak leasing baru.
f. Short-term or Experimental Lease
Kadang-kadang perjanjian atau kontrak leasing dilakukan dengan jangka waktu
yang relatif pendek atau diberikan masa percobaan penggunaan barang yang di
lease. Hal tersebut akan menghilangkan risiko spekulasi bagi lessee dalam usaha
memperoleh suatu barang.

Metode Pembayaran Sewa Guna Usaha


Pengaruh finansial yang timbul dari transaksi leasing adalah berapa
besarnya uang sewa atau angsuran yang harus dibayar kepada lessor sampai akhir
periode kontrak. Besarnya angsuran yang dibayarkan oleh lessee terdiri atas unsur
bunga dan cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga
tersebut akan semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Pembayaran
angsuran dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu payment in
advance dan payment in arrears.
Payment In Advances
Yaitu pembayaran sewa yang dilakukan di muka pada saat kontrak disetujui. Perlu
diingat bahwa pembayaran sewa tersebut merupakan jumlah amortisasi atas saldo
pokok karena sebenarnya dalam jumlah tersebut belum ada perhitungan bunga di
dalamnya.
Payment In Arrears
Yaitu sewa dibayar di belakang. Pembayaran sewa dengan cara ini unsur bunga
dan pembayaran cicilan pokoknya langsung dihitung.

Besarnya pembayaran sewa setiap periodenya ditentukan oleh faktor-faktor antara


lain sebagai berikut :
1) Nilai barang modal
Nilai barang modal pada prinsipnya merupakan penjumlahan harga barang modal
dengan nilai sisanya pada akhir periode kontrak. Nilai tersebut merupakan pula
nilai kontrak leasing.
2) Simpanan jaminan
Simpanan jaminan dalam transaksi jual beli biasa fungsinya barangkali dapat
dikatakan sebagai uang jaminan atau uang muka lessee atas suatu kontrak leasing.
Besarnya simpanan jaminan ini tergantung pada kesepakatan antara lessor dengan
lessee. Dalam hubungannya dengan pembayaran sewa, semakin besar simpanan
jaminan, semakin kecil pembayaran sewanya.
3) Nilai sisa
Adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang modal yang di-lease pada akhir
masa kontrak. Pada akhir kontrak ini sering nilai sisa tersebut jumlahnya relatif
lebih besar terutama apabila umur ekonomis barang modal yang di-lease-kan
tersebut melebihi jangka waktu kontrak.
4) Jangka waktu
Jangka waktu kontrak leasing secara teoritis, dikaitkan dengan jangka waktu
kegunaan ekonomis atau manfaat barang modal tersebut. Namun dalam
praktiknya, proyeksi arus kas lessee merupakan faktor yang sangat penting dalam
penentuan jangka waktu leasing. Semakin lama jangka waktu lease ini semakin
rendah pula pembayaran sewa.
5) Tingkat bunga
Tingkat bunga yang umum digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing
adalah bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor yang dihitung berdasarkan
besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang diinginkan lessor.
Tingkat keuntungan ini sering juga disebut spread.

Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan


Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain :
* Pembiayaan penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya
dapat diberikan sampai 100%.
* Lebih fleksibel
Leasing lebih fleksibel karena leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan
keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan.
* Sumber pembiayaan alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu
fasilitas kredit yang telah dimilki.
* Off balance sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca
memberi daya tarik sendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai
aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci
karena mungkin masih dalam batas kewenangan direksi. Di lain pihak, tanpa
mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan mencantumkan sebagai
kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan
perusahaan lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam
neraca lessee sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut off balance sheet
financing.
* Perlindungan akibat kemajuan teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang
yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan
oleh pesatnya perkembangan teknologi.
* Risiko keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu
relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang
mungkin terjadi.
* Kemudahan penyusutan anggaran
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan
merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sewa guna usaha (leasing) adalah perjanjian antara lessor (perusahaan
leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor menyediakan barang
dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk
jangka waktu tertentu. Pihak-pihak yang terlibat dalam leasing adalah lessor,
lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat
digolongkan ke dalam 3 kelompok yaitu : independent leasing company, captive
lessor, lease broker atau packager. Teknik pembiayaan leasing secara garis besar
dibagi menjadi dua yaitu : finance lease dan operating lease.
Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam
memenuhi berbagai kebutuhan pihak lessee, maka fleksibilitas leasing sebagai
sumber pembiayaan antara lain : step lease, skipped payment lease, swap lease,
upgrade lease, master lease, dan short-term or experimental lease. Dan juga
metode pembayaran leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu payment in
advance dan payment in arrears.
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain :
pembiayaan penuh, lebih fleksibel, sumber pembiayaan alternatif, off balance
sheet, perlindungan akibat kemajuan teknologi, risiko keusangan, kemudahan
penyusutan anggaran.

You might also like