Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul bila ada
stimulus nyeri. Rasa nyeri terbagi menjadi dua macam yakni nyeri cepat dan nyeri
lambat. Nyeri epat timbul dalam waktu sekitar 0,1 detik sedangkan nyeri lambat
timbul lebih dari 1 detik setelah terjadinya kerusakan jaringan. Jaras penjalaran kedua
dalam tubuh merupakan ujung saraf bebeas yang tersebar luas pada kulit,
periosteum, dinding ateri, dan falk serebri. Jaringan tubuh lainnya memiliki
sedikit reseptor nyeri, namun bila terjadi kerusakan jaringan yang luas akan
3
Reseptor rasa nyeri tidak pernah melakukan adaptasi, sehingga
nyeri.6
mempunyai efek utama pada otot polos dan trombosit sebagai mediator
inflamasi. Target penting lainnya adalah ujung – ujung saraf sensoris yang
4
Pada kondisi yang lebih ringan, hambatan terhadap aliran darah yang
nyeri menggunakan dua jaras yang terpisah yakni jaras penjalaran nyeri cepat
atau nyeri tajam dan jaras penjalaran nyeri lambat atau nyeri tumpul. Sinyal
nyeri tajam dirangsang oleh stimulasi mekanik dan suhu yang akan dijalarkan
maupun suhu dijalarkan ke medulla spinalis oleh saraf perifer tipe C dengan
nyeri berakhir pada neuron – neuron di kornu dorsalis. Pada tempat tersebut
terdapat system yang mengolah sinyal rasa nyeri sesuai jalurnya ke otak. Rasa
medula spinalis pada ujung – ujung serabut saraf tipe A yang menghantarkan
5
rangsangan nyeri tajam. Substansi P bertindak sebagai neurotransmitter pada
serebrum, dari situ sinyal akan dijalarkan ke daerah lain terutama ke korteks
difus pada batang otak dan substansia grisea di sekitar aquaduktus Sylvia. Hal
tersebut dapat menjelaskan alas an nyesi cepat yang bersifat tajam atau
bergantung pada kemampuan otak untuk menekan besarnya sinyal nyeri yang
6
3. Kompleks penghambat rasa nyeri pada radiks dorsalis medulla
ke otak.
serabut saraf tipe A dan tipe C. Hambatan tersebut ditimbulkan akibat inhibisi
otak dan medula spinalis. Sampai saat ini, system opium di otak belum
bahan – bahan yang bersifat seperti morfin telah terbukti dapat menekan
seluruh atau hamper seluruh sinyal – sinyal penghantaran nyari yang masuk
sistem analgesia termasuk radiks dorsalis pada edula spinalis. Teori adanya
7
2.3. Analgesik Narkotik
Narkotik berasal dari istilah narkosis yang berarti suatu keadaan stupor atau
penurunan kesadaran.3 Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun
mengurangi hilang rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan
dalam tubuh akan memengaruhi fungsi fisik dan atau psikologi kecuali makanan, air,
dan oksigen.8
Menurut undang – undang nomor 22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
1. Narkotika Golongan I
8
Contoh : heroin atau putauw, kokain, dan ganja.8,9
2. Narkotika Golongan II
ketergantungan.8,9
Contoh : kodein.8,9
1. Narkotika Alami
Zat dan obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotik tanpa
perlu adanya proses fermentasi, isolasi, dan proses lainnya terlebih dahulu
9
Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk
a. Depresan .
b. Stimulan.
c. Halusinogen.
nyeri atau analgesik.7 Opium diperoleh dari tanaman opium dengan jalan
melakukan sayatan pada kulit biji setelah bunganya dibuang.3 Lateks putih
yang merembes keluar setelah dibiarkan akan berubah menjadi coklat dan
10
Opium berisi 20 macam zat alkaloid termasuk morfin, kodein, dan
sekitar 10%. Kodein terdapat dalam kadar kurang dari 0,5%. Untuk keperluan
2.3.3. Farmakokinetik.
2.3.3.1. Absorbsi.
11
absorbsi dari permukaan mukosa hidung, mulut, dan saluran cerna.
hepar.3
dosis yang tepat lebih sulit karena jumlah enzim yang dapat
2.3.3.2. Distribusi.
faktor fisiologi dan kimia. Meskipun semua opioid terikat pada protein
jaringan – jaringan yang perfusinya tinggi seperti paru, hepar, ren, dan
lien.3
opioid bersifat lipofilik, terutama pada dosis yang tinggi. Kadar opioid
12
dalam otak relatif lebih rendah dibandingkan organ yang lain dengan
adanya sawar darah otak. Namun demikian heroin dan kodein lebih
2.3.3.3. Metabolisme.
seperti meperidin dan heroin lebih cepat dihidrolisis oleh esterase yang
13
Metabolit polar opioid diekskresi sebagian besar melalui ginjal
dan sebagian kecil melalui empedu yang ikut terlibat dalam siklus
2.3.4. Farmakodinamik.
banyak tempat di seluruh tubuh. Lokus otak tang terlibat transmisi rasa
nyeri merupakan tempat kerja utama tetapi bukan satu – satunya. Pada
dengan morfin.3
adalah metionin enkefalin dan leusin enkefalin yang juga secara alami
14
kornu posterior medula spinalis, talamus, girus postsentralis, dan
sistem cAMP dan perubahan dalam aliran ion kalsium dan ion
kalium.3
fosforilasi protein.3
Sedasi
15
Toleransi dan Ketergantungan
cAMP.3
16
Toleransi silang merupakan karakteristik opioid yang
bulan.3
Depresi Pernafasan
17
kadar CO2. Pada orang normal, peningkatan CO2 sebagai hasil
otak.3
derajat ringan.3
Antitusif
menimbulkan atelektasis.3
18
Opioid menyebabkan terjadinya dilatasi arterial dan
vaskularisasi serebral.3
anestesi untuk suatu pembedahan karena memiliki sifat sedasi dan analgesik.
19
Heroin juga merupakan agonis kuat yang bekerja secara cepat, namun
maupun oral.3
per hari selama 3 hari. Dalam keadaan yang berat dapat digunakan
20
fentanil, sedangkan alfentanil bekerja lebih cepat dengan durasi lebih
morfin.3
difenoksilat.3
terhadap reseptor mu. Pada dosis yang lebih tinggi efek depresi
21
ekivalen dengan nalbufin dan buprenorfin tetapi memiliki efek sedasi
dengan efikasi yang ekivalen dengan morfin, namun efek samping dari
Antagonis Opioid.
opioid. 3
22
2.4. Analgesik Non Narkotik
perbaikan rasa sakit selama periode yang bermakna. Analgesik non opioid juga
memiliki efek antiinflamasi yang tepat untuk penderita peradangan akut maupun
kronik.10
yang bervariasi pada tiap – tiap preparatnya. NSAID bekerja melalui hambatan
yang terdiri dari COX I dan COX II. Di dalam tubuh COX I merupakan bentuk yang
lebih dominan. COX II bertanggung jawab terhadap produksi prostaglandin oleh sel
prostaglandin secara luas pada tubuh akan menimbulkan resiko ulkus peptikum.
inflamasi dari granulosit, basofil, dan sel mast. NSAID juga menurunkan kepekaan
23
vasodilatasi. Konjugasi terjadi di hepar untuk mengubah zat aktif menjadi lebih larut
sedatif tanpa analgesik menimbulkan gelisah setelah anestesi dimana hingga akhir
operasi penderita masih belum sadar tetapi nyeri sudah mulai terasa. Komplikasi
tersebut sering dijumpai pada anak dan lansia. Terapi dengan analgesik dan
narkotik.11
Ibuprofen
sekitar 2 jam. Dosis lazim untuk efek analgesik adalah 3 x 200 mg.10
Ketoprofen
24
terhadap aktivitas siklooksigenase untuk mencegah konversi asam arakidonat
Waktu paruk ketoprofen 1,8 jam dengan dosis 3 x 100 mg. Sediaan
Oksaprozin
Ketorolak
beberapa situasi yang menimbulkan nyeri pasca operasi ringan dan sedang.
25
Ringkasan
2. Penjalaran nyeri meliputi reseptor, saraf tepi, medula spinalis, hingga sistem saraf
pusat yang dipengaruhi oleh sistem analgesia yang secara alami terdapat pada
tubuh.
vasodilatasi.
Daftar Pustaka
26
1. Asat, Mohammad. Tanda – Tanda Anestesia dalam Anestesiologi Editor
Muhiman, Murhadi dkk. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989 : 45 – 48.
2. Trevor, Antony J; Miller, Ronald D. Obat Anestesi Umum dalam
Farmakologi Dasar dan Klinik Editor Katzung, Bertram G. Terjemahan
Indonesia oleh Agoes, Azwar dkk. Jakarta : EGC, 1995 : 400 – 413.
3. Way, Walter L et all. Analgesik Opioid dan Antagonis dalam Farmakologi
1999.
7. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-narkotika-dan-golongan-jenis-
27
10. Payan, Donald G ; Katzung, Bertram G. Obat Antiinflamasi Non Steroid
Indonesia oleh Agoes, Azwar dkk. Jakarta : EGC, 1995 : 558 – 579.
28