Professional Documents
Culture Documents
download:
(http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/08/studi-kasus-kusta/)
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-zulkifli2.pdf
http://www.solopos.com/2010/channel/nasional/736-kasus-kusta-baru-
ditemukan-di-jember-12645
ini bahannyaa….
studi kasus kusta
PERTANYAAN
JAWABAN
1. Kusta atau Lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni
kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut
juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr.
Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut
Morbus Hansen. Penyakit ini menyerang kulit dan saraf tepi.
Tanda-tanda:
- Pada permukaan bercak, sering kurang rasa bila disentuh dengan kapas.
Tipe ini tidak menular tetapi dapat menimbulkan cacat bila tidak segera diobati.
Tanda-tanda:
Akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara lain:
Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut
terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan
masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat
karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi
orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).
Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan
agama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat
menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
menyebabkan kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasi
tentang penyakit kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-tengah
masyarakat, masyarakat menjauhi keluarga dari penderita, merasa takut dan
menyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya
diasingkan.
Penyebab Perilaku
Penderita kusta kebanyakan berasal dari keluarga miskin yang belum memahami
pentingnya arti kebersihan lingkungan bagi kehidupan manusia. Faktor
kemiskinan mendorong seseorang berpotensi terserang penyakit kusta. Umumnya
mereka tinggal di daerah terisolir sehingga sulit terdeteksi oleh petugas kesehatan.
Kesadaran sosial yang mana umumnya negara-negara endemis kusta adalah
Negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah
4. Agung penderita kusta, dalam setahun belakangan merasakan lemas dan mulai
tidak bertenaga. Dia mengira dirinya sekedar capek. Bobotnya mulai susut,
kemudian terungkap bahwa ia mengidap penyakit kusta. Beruntungnya penyakit
capat terdeteksi dan belum berdampak pada penampilan fisiknya.
FAKTOR PENCETUS
FAKTOR PEMUNGKIN
FAKTOR PENGUAT
.
Misal : dalam tatanan rumah sakit, faktor penguat dapat berasal dari dokter,
perawat dan keluarga dll)
Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian
diketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat.
Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga
spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan
tahan
terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan
sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga
granuloma infeksion.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda
tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita,
yakni
selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit
kusta
adalah:
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang
sudah
keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya
faktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai
terinfeksi lainnya.
Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta
perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau
tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda
secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam,
yaitu:
Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
Anoreksia.
Cephalgia.
Neuritis.
Bila ada keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus berada
bahwa penyakit itu benar-benar kusta. Diagnosa kusta dan kelasifikasi harus
dilihat
a. Klinis
b. Bakteriologis
c. Immunologis
d. Hispatologis
Kerokan dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir hidung bawah atau dari
biopsi kuping telinga, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas alas dan diwarnai
dengan teknis Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikan
gambaran histologis yang khas. Tes-tes serologik bukan treponema untuk sifilis
leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh.
Untuk
ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuber
koloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada.
tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit
kuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang
bersifat
mono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini
disebabkan
oleh karena :
Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra
reaksi
Waktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderita
maka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment), yang berarti tidak perlu
teliti.
* Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.
3. Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register.
Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampai
luka.
Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan
ulang.
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian
dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar
faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan
teratur.
pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup
24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan
cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman
kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah
dan
Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita
obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan
demikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada
setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan
c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
teratur
e. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik
mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara
keluarganya.
d. Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodoh
terhadap penyakitnya.
Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara
lain:
Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut
karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi
ketularan.
Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan
menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
diasingkan.
dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada
kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling
V. PENUTUP
maka tidaklah perlu timbul lepraphobia. Hal ini dapat dilihat dengan penting
peranan
dengan penyuluhan ini diharapkan penderita dapat berobat secara teratur, dan
tidak
2. Melakukan vaksinasi
4. Meningkatkan kebersihan
Data di Dinkes mencatat penderita kusta tahun 2007 sebanyak 538 orang, tahun
2008 meningkat menjadi 951 orang dengan rincian 454 penderita baru dan 497
penderita lama yang masih memerlukan perawatan.
Pada tahun 2009, jumlah penderita kusta baru tercatat sebanyak 736 orang dan
sebanyak 12,09 persen di antaranya adalah anak-anak.
Tingginya jumlah penderita kusta baru pada tahun 2009 karena Dinkes melakukan
kerja sama dengan donatur pihak asing terkait, dengan program penanggulangan
kusta.
Ia menjelaskan, ada dua jenis kusta yang diderita oleh warga, yakni kusta
“pausibasilar” (PB) atau kusta tipe kering dan kusta “multibasilar” (MB) atau
kusta tipe basah.
“Jumlah penderita kusta sebanyak 736 orang pada tahun 2009, 588 kasus di
antaranya adalah tipe MB, sedangkan 148 kasus tipe PB,” tuturnya
mengungkapkan.
Banyaknya temuan kasus kusta di Jember, kata dia, merupakan hal yang positif
untuk pengobatan secara dini, sehingga penderita tidak mengalami cacat tubuh
secara permanen.