Professional Documents
Culture Documents
Universitas Cenderawasih, Jalan Raya Abepura, Kampus UNCEN Jayapura - Papua
Universitas Cenderawasih, Jalan Raya Abepura, Kampus UNCEN Jayapura - Papua
Tiurlina Siregar
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian laju korosi dan mekanisme inhibisi aluminium murni menggunakan kalium
stearat dan kalsium stearat. Penelitian ini bertujuan untuk memperluas jenis inhibitor dari garam-garam kalium dan
kalsium dari stearat, dan menjelaskan mekanisme reaksi inhibisi korosi aluminium serta pengaruhnya terhadap laju
korosi dalam suasana asam.
Garam-garam kalium dan kalsium stearat dapat menginhibisi terjadinya korosi aluminium murni pada
konsentrasi 60 ppm, suasana asam (pH 3), temperatur 25 oC. Efisiensi inhibisi dan laju korosi relatif sebagai
berikut : kalsium stearat (76 % ;0,31), kalium stearat (73 % ; 0,35). Hasil kajian adsorpsi secara kromatografis dan
spektroskopis mendukung kesimpulan bahwa mekanisme yang terjadi pada proses inhibsi aluminium oleh kalium
stearat dan kalsium stearat, akibat terjadinya komplek antara atom/ion aluminium dengan stearat (ligan bidentat)
yang menyumbangkan pasangan elektron bebas pada aluminium.
ABSTRACT
A research on corrosion rate and inhibition mechanism of pure aluminum using potassium stearate and
calcium stearate has been carried out. The objectives of this research were to explore the type of inhibitor of
potassium stearate and calcium stearate, to understand the reaction mechanism of corrosion inhibition of aluminum,
and to study the effect of the salts toward corrosion rate of aluminum in acidic condition.
Potassium and calcium citrates were found to inhibit the corrosion of pure aluminum at concentration of 60
ppm, in acidic (pH 3) condition, at 25oC. The inhibition efficiencies and relative corrosion rates were : 76 %; 0,31
(calcium stearate) and 73 %; 0,31 (potassium stearate). The result of the study on surface adsorption, by
chromatography and spectroscopy suggested that the aluminum inhibition mechanism by the potassium stearate and
calcium stearate anions was due to the formation of surface film as a consequence of the formation of complex
between aluminum surface atoms / ions with stearate (monodentate ligans) which donate their lone pair electrons
toward aluminum.
113
JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 113-124
terbentuknya lapisan tipis pasifasi yang bersifat disebabkan akibat terbentuknya lapisan pasif
protektif. Korosi aluminium membentuk lapisan sehingga laju transfer ion-ion logam ke dalam
Al2O3, dimana lapisan tersebut terbentuk secara larutan menjadi berkurang atau menurun.
spontan pada permukaan logam, karena logam Nyoman (2000), melaporkan bahwa natrium
mempunyai komposisi kimia yang tidak benzoat, pada konsentrasi 60 ppm, dan pH 3
homogen. Lapisan Al2O3 stabil pada lingkungan pada paduan aluminium menghasilkan efisiensi
pH 4 s/d pH 9 (pasifasi) sehingga lapisan inhibisi sebesar 70%, tanpa penjelasan rinci
tersebut dapat melindungi logam bagian dalam tentang mekanisme inhibisinya. Shao (2002),
dari serangan pengkorosi, namun aluminium menggunakan kalium tartrat dengan konsentrasi
dapat juga terkorosi dalam lingkungan yang 60 ppm, dan pada pH 3 sebagai inhibitor pada
agresif yaitu di luar kisaran pH tersebut terutama korosi aluminium murni, yang menghasilkan
suasana asam maupun basa. efisiensi inhibisi 71% tanpa penjelasan lanjut
Dalam kenyataannya, logam sulit dibuat bagaimana mekanisme inhibisinya. Kalium
betul-betul homogen karena memiliki fase-fase tartrat adalah inhibitor anodik yang merupakan
yang berbeda, adanya pengotor, dan cara senyawa organik ampifilik yaitu garam organik
preparasi yang memodifikasi struktur dan yang anionnya mempunyai gugus polar dan
sifatnya. Akibatnya, akan terjadi perbedaan- gugus non polar.
perbedaan potensial yang dapat menimbulkan Natrium benzoat dan kalium tartrat
korosi galvanis (adanya anoda, katoda, elektrolit adalah garam ampifilik yang keduanya dikenal
dan konduktor) diantara butir-butir dalam logam sebagai zat aditif makanan/minuman. Pada
tersebut. Proses korosi pada logam adalah percobaan Nyoman (2000) dan Shao (2002),
peristiwa spontan yang berlangsung bersamaan menunjukkan bahwa keduanya dapat berperan
dengan adanya elektron yang mengalir di dalam sebagai inhibitor pada korosi aluminium.
logam dari bagian yang berfungsi sebagai anoda Temuan ini sangat menarik dan membuka
ke bagian logam yang bertindak sebagai katoda. wawasan untuk mencoba garam-garam ampifilik
Korosi pada logam merupakan proses serupa sebagai inhibitor korosi pada aluminium,
elektrokimia. Jenis korosi yang umum terjadi yang ramah lingkungan mengingat garam
pada aluminium adalah korosi sumuran benzoat pada kadar yang tinggi merusak
(Jones,1992). Korosi sumuran dapat terjadi pada lingkungan. Pada percobaan ini akan diteliti
permukaan logam yang kontak langsung dengan pengaruh peranan garam-garam kalium dan
udara lembab, umumnya dengan logam yang kalsium dari stearat (struktur molekul stearat
memiliki lapisan tipis oksida. Korosi sumuran memiliki ligan monodentat) sebagai inhibitor.
menghasilkan lubang-lubang kecil pada logam, Kondisi percobaan mengacu kepada kondisi
tetapi karena pertumbuhan lubang tersebut ke penelitian yang terdahulu (Nyoman, 2000; Shao,
arah dalam dengan ukuran lubang awalnya tidak 2002) yaitu pada konsentrasi 60 ppm; pH 3; dan
dapat dilihat dengan kasat mata, maka korosi temperatur 25oC.
sumuran dapat berakibat fatal, misalnya Asam stearat yaitu asam oktadekanoat,
kebocoran tanpa sempat diketahui awalnya. memiliki rumus kimia C18H36O2 dan rumus
Karena hal-hal tersebut di atas, pada berbagai molekulnya adalah CH3(CH2)16COOH (massa
proses di industria. Logam-logam perlu menda- relatif = 284,48). Sedangkan kalium stearat,
pat perlakuan khusus untuk meningkatkan keta- KC18H35O2 (massa relatif = 322,48), dan kalsium
hanan logam terhadap korosi dari pengaruh stearat, Ca(C18H35O2)2 (massa relatif = 607,03).
lingkungan; yaitu dengan penambahan inhibitor Untuk mengetahui efisiensi inhibisi dilakukan
korosi. Inhibitor korosi merupakan bahan aditif penentuan laju korosi menggunakan metode
pada fluida yang dapat memperlambat laju pengukuran tahanan polarisasi linear. Polarisasi
korosi. Pemilihan inhibitor korosi ditentukan terjadi bila suatu logam tidak berada dalam
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sistim di kesetimbangan dengan larutan yang mengandung
mana korosi terjadi (Fontana,1987). ion-ionnya.
Penurunan laju korosi dapat terjadi Polarisasi atau penyimpangan dari po-
karena berkurangnya daerah anodik, hal ini tensial kesetimbangan sama dengan gabungan
114
ISSN 1907-9850
polarisasi anoda pada logam dan polarisasi kloroform, etanol, indikator fenolftalein, KOH,
katoda pada lingkungannya. Selisih polarisasi ini asam oksalat, dan akuades
menyatakan beda potensial antara katoda dan
anoda, yang dapat diukur dengan elektroda Peralatan
kalomel (elektroda acuan). Akibat beda potensial Peralatan yang digunakan dalam
menimbulkan transfer elektron dan menghasil- penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
kan arus listrik. Besarnya arus listrik yang meng- peralatan untuk pembuatan minyak dan peralatan
alir dapat diukur dengan elektroda pembantu. untuk analisis kimia. Peralatan pembuatan
Penelitian bertujuan memperluas/ minyak antara lain adalah parutan kelapa,
diversifikasi penggunaan inhibitor garam-garam saringan santan, wadah plastik, selang plastik
kalium dan kalsium dari stearat, dan menjelaskan kecil, kompor, dan wajan (penggorengan).
mekanisme reaksi pada inhibisi korosi Peralatan analisis kimianya antara lain
aluminium, serta pengaruhnya terhadap laju parangkat buret, desikator, neraca analitik,
korosi dalam suasana asam. peralatan gelas seperti erlenmeyer, gelas piala,
labu ukur, dan pipet volume.
Gambar 1. Perlengkapan untuk pengukuran polarisasi linier yang terdiri dari : 1. sel polarisasi linier
dengan tiga elektrode, 2. potensiostat, 3. voltameter, dan 4. sistem komputer PC
115
JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 113-124
HASIL ANALISIS
HASIL ANALISIS
Gambar 2. Skema kerja pengaruh inhibitor kalium dan kalsium dari stearat terhadap korosi
aluminium oleh 1% NaCl 0,1 M HCl melalui: metode pengukuran tahanan
polarisasi linear
116
ISSN 1907-9850
HASIL DAN PEMBAHASAN energi yang dilepaskan saat elektron dari kulit L
atom aluminium (AlK yang pindah ke kulit K
Hasil Analisis dengan menggunakan Energy yang telah kehilangan 1 elektron. Kemurnian
Dispersive Analysis X-ray (EDAX) permukaan aluminium cukup tinggi karena pada
Dari spektrum EDAX (Gambar 3) untuk daerah energi lainnya hanya tampak signal yang
lempeng aluminium, terlihat adanya puncak yang sangat lemah.
kuat pada energi 1,22 KeV yang sesuai dengan
Hasil Uji Korosi Dengan Menggunakan larutan medium 1% NaCl 0,1 M HCl. Setelah
Tahanan Polarisasi Linear aluminium berinteraksi dengan medium dan
Uji korosi dilakukan pada sel mencapai kesetimbangan, dimasukkan inhibitor
pengukuran korosi dengan menggunakan kalium stearat (60 ppm; pH 3; temperatur
tahanan polarisasi linear. Pada percobaan 250C). Gambar 4 berikut menjelaskan kurva
pertama, lempeng aluminium dimasukkan ke sel yang terjadi antara tahanan polarisasi terhadap
pengukuran korosi, kemudian dimasukkan waktu pada kondisi percobaan tersebut.
117
JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 113-124
Waktu (menit)
Gambar 4. Kurva antara tahanan polarisasi terhadap waktu pada uji korosi aluminium dengan inhibitor
Kalium stearat (60 ppm; pH 3; 250C).
118
ISSN 1907-9850
,
Tahanan Polarisasi (k ohm cm2)
Waktu (menit)
Gambar 5. Kurva antara tahanan polarisasi terhadap waktu pada uji korosi aluminium dengan inhibitor
Kalium stearat (60 ppm; pH 3; 25 0C).
119
JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 113-124
Tabel 2. Hasil perhitungan laju korosi sebelum dan setelah ditambahkan inhibitor
Tahanan polarisasi (Rp) Arus korosi (ikor) Laju Korosi
No Keterangan
(k ohm.cm2) (µA/cm2) ( m / th)
1a 0,23 0,11 1,20 Blanko
b 0,85 0,03 0,32 K- stearat
2a 0,09 0,29 3,06 Blanko
b 0,38 0,07 0,72 Ca-stearat
Dari Tabel 2 terlihat bahwa dengan 2Al (s) + 6HCl (aq) 2AlCl3 (aq) + 3H2 (g)
penambahan inhibitor, tahanan polarisasi 2AlCl3 (aq) 2Al3+ (aq) + 6 Cl– (aq)
semakin besar, arus korosi, dan laju korosi
korosi semakin kecil. Harga tahanan polarisasi seterusnya :
berbanding terbalik dengan arus korosi dan laju
korosi. Hal ini berarti dengan penambahan 2Al3+(aq) + 6H2O(l) 2Al(OH)3(s) + 6 H+(aq)
inhibitor garam-garam kalium dan kalsium dari 2Al(OH)3 (s) Al2O3 (s) + 3 H2O (l)
anion ampifilik stearat dapat menghasilkan laju
korosi yang lebih kecil, yang berarti laju korosi Setelah aluminium terkorosi terjadi
pada aluminium semakin diperlambat. kesetimbangan polarisasi; kemudian ditambah-
kan inhibitor kalium dan kalsium dari stearat.
Mekanisme Inhibisi Korosi Aluminium Dengan penambahan garam tersebut, anion
dengan Garam-garam Kalium dan Kalsium stearat akan teradsorpsi berupa lapisan tipis di
dari Anion Ampifilik Stearat. permukaan aluminium; selanjutnya lapisan
tersebut berperan sebagai penahan korosi.
Reaksi korosi aluminium di dalam medium Mekanisme reaksi elektrokimia pada korosi
HCl tanpa inhibitor : aluminium tanpa, dan dengan inhibitor
ditunjukkan pada Gambar 6 berikut :
-
A e- K e
∼∼ ∼∼∼∼∼∼∼∼∼ ∼∼
H2
A = Anoda
K = Katoda
Al3+
Al 2H+
Pt
120
ISSN 1907-9850
Cu
A e- K e-
∼∼ ∼∼∼∼∼∼∼H∼+∼ ∼∼
O OO
O O
O O O = Inhibitor kalium/kalsium stearat
O O O O
O O O O
O O O
O O
O O O O
Al O O OOO
O O O
O O
O O
O
Pt
Gambar 7. Model inhibisi reaksi elektrokimia korosi aluminium dengan inhibitor kalium / kalsium stearat
121
JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 113-124
Dari Tabel 2 terlihat jelas bahwa jumlah karena anion sitrat mempunyai dua ikatan
inhibitor anion dari garam stearat baik secara kovalen koordinasi yang lebih kuat untuk
pengukuran UV dan KCKT, relatif lebih tinggi diadsorpsi pada permukaan aluminium.
dari pada anion garam stearat. Hal ini terjadi
Gambar 8. Anion dari garam stearat yang mempunyai satu ikatan kovalen koordinasi diadsorpsi pada
permukaan aluminium
Gambar 10. Model adsorpsi kalium / kalsium stearat pada permukaan aluminium
122
ISSN 1907-9850
3. Urutan efektifitas inhibitor (60 ppm; pH 3; Jones, D. A., 1992, Principles and Prevention of
dan temperatur 250C) terhadap korosi Corrosion, Macmillan Publishing
aluminium adalah Ca-stearat > K-stearat. Company, New York
4. Garam-garam kalium dan kalsium dari anion Kenneth, R., 1995, Corrosion, 2nd Edition,
ampifilik sitrat dapat digunakan sebagai Longman, Singapore
inhibitor korosi aluminium murni pada Liu, X. F., Huang, J., and Gu, H. C., 2002,
konsentrasi 60 ppm, pH 3 dan temperatur Corrosion Protection of an Aluminum
250C. Alloy with Nontoxic Compound
5. Mekanisme yang terjadi pada proses inhibisi Inhibitors in Chloride Media, Journal of
korosi aluminium murni oleh garam-garam Corrosion Science Section : 826-833
kalium dan kalsium dan anion stearat adalah Lukovits, I., 2001, Corrosion Inhibitors-
: terbentuknya lapisan yang teradsorpsi di Correlation between Electronic Structure
permukaan aluminium berupa komplek and Efficiency, Journal of Corrosion
antara aluminium dengan ion stearat (ligan Science Section : 3-8
monodentat) yang menyumbangkan pasang- McCafferty, E., 1998, Effect of Electrolyte
an elektron bebas ikatan kovalen koordinasi Volume on the Acid Dissolution of
dengan permukaan aluminium Aluminum Alloy 7075, Journal of
Corrosion Science Section : 862-868
Saran Meguid, E. A. and Mahmoud, E. A., 2003,
Perlu dibuat penelitian lanjut dengan Inhibition of Bromide-Pitting Corrosion
menggunakan senyawa organik ampifilik sebagai of Type 904L Stainless Steel, Journal of
inhitor untuk menginhibisi logam aluminium Corrosion Science Section : 104-111
murni. Nyoman, 2000, Pengendalian Korosi Paduan
Aluminium Menggunakan Inhibitor
Natrim Benzoat, Disertasi, Jurusan
UCAPAN TERIMA KASIH Teknik Kimia, ITB, Bandung
Pourbaix, M., 1974, Atlas of Electrochemical
Pada kesempatan ini penulis Equilibria in Aqueous Solutions,
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. National Association of Corrosion
R. Hadiman, Prof. Dr. Muljadji Agma, Dr. Engineers, Houston, Texas, USA
Bambang Ariwahjoedi, dan Dr. Bambang Sastri, V. A., 1998., Corrosion Inhibitors
Widyanto, serta Dinas Pendidikan dan Pariwisata Principles and Applications, John Wiley
Propinsi Papua yang banyak membantu baik & Sons Ltd, New York
berupa dana maupun arahan dalam penelitian ini. Sato, F. and Newman, R. C., 1998, Mechanism
. of Activation of Aluminum by Low
Melting Point Elements : Part 1-Effect of
DAFTAR PUSTAKA Zinc on Activation of Aluminum in
Metastable Pitting, Journal of Corrosion
Bardford, A. J. and Faulkner, L. R., 1992, Science Section : 955-963
Electrochemical Methods, John Wiley & Sato, F. and Newman, R. C., 1999. Mechanism
Sons.,Inc., New York of Activation of Aluminum by Low
Burleigh, T. D., Ludwiczak, E., and Petri, R. A., Melting Point Elements : Part 2-Effect of
1995, Intergranular Corrosion of an Zinc on Activation of Aluminum in
Aluminum-Magnesium-Silicon-Copper Metastable Pitting, Journal of Corrosion
Alloy, Journal of Corrosion Science : Science Section : 3-9
50-55 Shao, H. B., 2001, Inhibition Effect of Calcium
Fontana, M. G., 1987, Corrosion Engineering Tartrate on the Corrosion of Pure
Third Edition, McGraw-Hill Book Aluminum in an Alkaline Solution,
Company, New York Journal of Corrosion Science Section,
577-580
123
JURNAL KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 113-124
Shao, H. B., 2002, Inhibition Effect of Potassium Scully, J. R., 2000, Polarization Resistance
Tartrate on the Corrosion of Pure Method for Determination of
Aluminum in chloride acid, Journal of Instantaneous Corrosion Rates,
Corrosion Science Section : 432-435 Corrosion : 199-218
124