You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat merupakan suatu keadaan yang terdapat selama masa tumbuh

kembang manusia. Keadaan tersebut tidak selalu berjalan lancar, kadang-

kadang mengalami gangguan. Sehat mencakup manusia seutuhnya, meliputi

segi-segi fisik, emosi, sosial, dan spiritual. Setiap pribadi dalam masa tumbuh

kembang, selalu berusaha untuk mengadaptasi diri terhadap berbagai

ketegangan (stress) di lingkungan atau tempat dimana dia berada, dan bekerja

sesuai dengan pola budaya lingkungan tersebut. (Irianto, 2004)

Sehat bukan hanya bebas dari penyakit, tetapi meliputi seluruh

kehidupan manusia, termasuk aspek sosial, psikologis, spiritual, faktor-faktor

lingkungan, ekonomi, pendidikan dan rekreasi. Bila salah satu faktor di atas

tidak terpenuhi atau terganggu, dapat menyebabkan gangguan perasaan yang

akan menimbulkan keadaan tidak sehat walaupun tidak terdapat penyakit atau

keadaan patologis. Persepsi seseorang terhadap keadaan sehat berbeda-beda,

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan budayanya. (Irianto, 2004)

Mewujudkan masyarakat sejahtera merupakan tekad bangsa Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mencapai masyarakat dengan derajat

kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan masyarakat kita selain dipengaruhi

oleh upaya pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat

1
2

serta faktor lingkungan sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan biologis

yang bersifat dinamis dan komplek (Depkes RI, 2005).

Sebagai bangsa yang sedang berkembang dimana keadaan lingkungan

dan perilaku masyarakatnya belum menyadari sepenuhnya tentang kebersihan

lingkungan, maka penyakit menular masih merupakan masalah utama

kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit menular yang sangat erat

hubungannya dengan perilaku dan faktor lingkungan antara lain DHF,

thypoid, influenza, skabies dan penyakit diare (Depkes RI, 2005).

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti

virus dan bakteri. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum

yang sudah tercemar, baik tercemar melalui sumbernya, tercemar selama

perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di

rumah, pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup

atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari

tempat penyimpanan (Widoyono, 2008)

Diare juga dapat terjadi melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah

terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja

tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di

makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang

memakannya (Wdoyono 2008).

Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh.

Motonya “lebih baik mencegah jangan sampai sakit, dari pada berobat setelah
3

sakit”. Untuk melakukan pencegahan kita harus memiliki ilmu pengetahuan,

yaitu ilmu kesehatan. (Irianto, 2004)

Diare merupakan salah satu masalah yang paling sering dijumpai dan

lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%) yang bisa menyebabkan

kematian bila tidak ditangani dengan baik (Depkes RI, 2005).Anak-anak lebih

sering terkena infeksi saluran percernaan dan pernafasan karena pada anak-

anak daya tahan tubuh masih rendah. Di negara berkembang termasuk

Indonesia infeksi saluran pencernaan diare termasuk kelompok penyakit yang

paling banyak pada balita (Ngastiyah, 2005).

Hasil analisis data Survey Sosial Ekonomi Nasional (1999), faktor

lingkungan fisik, kondisi sumber air minum dan jamban keluarga yang

berpengaruh terhadap kejadian diare tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan erat

dengan banyak faktor lain seperti ekonomi, pendidikan, gizi, perilaku yaitu

kebiasaan mencuci tangan, memasak air, menyebabkan upaya

penanggulangan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

menjadi semakin komplek (Heryanto dkk, 2001).

Program kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit diare

yaitu perilaku hidup bersih dan sehat, komunikasi, informasi, dan edukasi

dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap serta perilaku

masyarakat dan penyuluhan langsung maupun tidak langsung misalnya

melalui media cetak, media elektronik, dan penyebaran leaflet semua itu harus

disertai pencegahan yang akan mengurangi insiden dan keparahan diare,

sehingga meningkatkan penurunan angka kematian (Depes RI, 2005).


4

Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang atau

masyarakat adalah pengetahuan, tradisi dan kepercayaan masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan dalam membentuk

perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan ibu akan sangat terikat dengan

perilaku ibu dalam pencegahan diare, karena pengetahuan akan mempengarui

perilaku dalam upaya pencegahan yang tepat pada diare. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan diare semakin baik perilaku ibu

dalam upaya penangganan diare yang tepat (Depkes RI, 2005).

Sikap keluarga biasanya beranggapan bahwa penyakit diare biasanya

terjadi sebagai tanda bahwa anak akan bisa berbicara, berdiri dan berjalan.

Sikap diartikan kecenderungan untuk memberikan suatu respon terhadap suatu

objek dalam membentuk perasaan memihak maupun tidak memihak melalui

suatu proses interaksi komponen sikap yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

Makin banyak segi positif komponen pengetahuan dan makin penting

komponen itu makin positif pula sikap yang terbentuk (Ancok, 2001).

Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu provinsi yang memiliki

penderita diare yang cukup banyak. Pada tahun 2006, terdapat penderita diare

168.591 kasus, yang sebagian besar adalah penderita usia di bawah lima tahun

(Din Kes Jawa Tengah, 2006). Data kasus diare yang diperoleh dari Dinas

Kesehtan Kabupaten Tegal tahun 2009 adalah 3721 kasus (Din Kes Tegal,

2010). Angka kejadian diare pada anak balita di Desa Kertasari di wilayah

Puskesmas Suradadi Kabupaten Tegal tahun 2009 sebanyak 75 kasus diare


5

dengan jumlah balita 230, dari 210 Ibu yang punya anak balita (Puskesmas

Suradadi, 2010).

Dengan latar belakang ini peneliti ingin mengangkat tentang fenomena

yang terjadi tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan

praktik pencegahan penyakit diare.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

perumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara

pengetahuan, dan sikap Ibu dengan praktik Ibu dalam pencegahan penyakit

diare di rumah pada anak usia 1 – 4 tahun di Desa Kertasari Kecamatan

Suradadi tahun 2010”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan praktik

pencegahan penyakit diare di rumah pada anak usia 1 – 4 tahun di Desa

Kertasari, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal tahun 2010.

2. Tujuan khusus.

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai

pencegahan penyakit diare di rumah pada anak usia 1-4 Tahun di desa

Kertasari Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal.


6

b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu mengenai pencegahan

penyakit diare di rumah pada anak usia 1-4 Tahun di desa Kertasari

Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal.

c. Untuk mengetahui gambaran praktik ibu mengenai pencegahan

penyakit diare di rumah pada anak usia 1-4 Tahun di desa Kertasari

Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal.

d. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan

praktik pencegahan penyakit diare di rumah pada anak usia 1-4 Tahun

di desa Kertasari Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal.

e. Untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan praktik

pencegahan penyakit diare di rumah pada anak usia 1-4 Tahun di desa

Kertasari Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

bagi pengembangan program penanggulangan dan pencegahaan diare di

Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, guna membantu dalam kebijakan-

kebijakan program yang akan datang.

2. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

dan diharapkan mampu merangsang penelitian lanjutan dengan variabel

bebas lain yang belum sempat diteliti.


7

3. Bagi penulis dan peneliti lain

Menambah pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

4. Bagi profesi keperawatan

Sebagai dasar pemberian saat penyuluhan asuhan keperawatan keluarga

dan masyarakat.

You might also like