You are on page 1of 38

KARYA ILMIAH

MENYINGKAP KEBENARAN PEMANASAN


GLOBAL (GLOBAL WARMING)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban manusia telah mengelami perkembangan, semenjak manusia pada jaman
purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam
setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan berbagai jaman seperti
jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai
sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada
pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha
menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia pula.
Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri
yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup
tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan
manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif
maupun negatif.
Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada
masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan
yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku
industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar
dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan
namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan
tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi
lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah
berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering
disebut sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai masalah
lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa pihak yang menganggap
Global Warming adalah alasan yang diciptakan untuk membatasi laju perkembangan
perindustrian. Walaupun masih terdapat perdebatan mengenai kebenaran keadaan Global
Warming di antara para ahli lingkungan tersebut, namun masalah Global Warming ini
tidaklah dapat dipungkiri untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut demi kelangsungan
kehidupan manusia.
Untuk itu, Karya Tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan
kebenaran mengenai masalah pemanasan Global ini dengan berdasarkan studi literature dari
berbagai sumber yang terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan
pun akan ditinjau dari sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra. Dalam Karya
Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah pemanasan
Global ini.

B. Identifikasi Masalah
Pemanasan global atau sering dikenal dengan pemanasan global ini menjadi
permasalahan lingkunga yang baru dan sedang menjadi bahan pembicaraan public, masalah
lingkungan ini, telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam hubungannya dengan
sebab, keberadaan dan efek atau dampak yang diakibatkan dari pemanasan Global tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pemanasan Global ini dapat diuraikan seperti dalam
beberapa point berikut:
1. Apakah pemanasan global selalu memberikan dampak yang negative terhadap
lingkungan?
2. Apakah pemanasan Global akan meningkatkan frekuensi terjadinya bencana besar
seperti badai?
3. Apakah penyebab terbesar dari terjadinya Global Warming adalah emisi manusia dari
“efek rumah kaca” (“green house effect”) ataukah dari sumber lain?
4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir,
kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau perubahan cuaca
yang ekstrim?
5. Apakah emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan
penyebab terbesar dari perubahan cuaca?
6. Apakah ada keuntungan potensial yang dapat diakibatkan dari peningkatan
temperatur?
Pemanasan Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif.
Tanpa adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di
bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang
rendah. Pemanasan Global telah meningkatkan suhu bumi sampai suhu rata-ratanya
mencapai 60° Fahrenheit. Namun, pemanasan Global menjadi permasalahan dan yang
masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir
mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi
permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?

C. Perumusan Masalah
Dimulai dari jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer
telah meningkat hampir sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali
lipat, dan konsentrasi NO2 berkurang sekitar 15 %. Peningkatan gas-gas ini menyebabkan
kemampuan atmosfer untuk menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat aerosol, yaitu polutan
udara yang umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan kembali radiasi
cahaya dari matahari ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini mempunyai siklus umur yang
pendek di atmosfer.
Mengapa konsentrasi gas efek rumah kaca dapat meningkat? Para ilmuwan berasumsi
bahwa pembakaran dari bahan bakar fosil dan beberapa aktifitas manusia yang memicu dan
menjadi penyebab utama meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Respirasi
dari tanaman dan proses dekomposisi bahan organic melepaskan karbon diokasida sepuluh
kali lebih banyak dari yang mampu dihasilkan oleh aktifitas manusia, tetapi selama berabad-
abad pelepasan karbon diokasida ini diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh
vegetasi terestial dan laut.
Yang menyebabkan keseimbangan ini terganggu adalah adanya pelepasan tambahan
yang disebabkan oleh aktifitas manusia. Bahan bakar fosil dibakar sebagai sumber energi
untuk menggerakan hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya kegiatan agricultural,
penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat pembuangan, produksi industri,
dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan bagian yang cukup signifikan.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas
yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknolofi,
peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya
memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat
sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan secara umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
kebenaran akan adanya pemanasan Global ini ? sejauh mana telah terjadi? dan penyebab
pastinya apa? Semua ini masih merupakan tanda tanya bagi manusia. Karena sampai
sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global ini dan
manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang akan
dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya. Jika
pemanasan Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh manusia
saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di permukaan
bumi menyebabkan kekeringan, dengan demikian akibat dari kekeringan ini selain dialami
manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu karena
kekurangan air atau dan sebagainya. Oleh karena itu melalui penelitian ini diharapkan agar
manusia dapat lebih mencegah aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
Global seperti mengadakan kegiatan rumah kaca, pembakaran zat-zat yang dapat
menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian pemanasan Global yang
akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah :
• Untuk mengetahui secara jelas apakah itu pemanasan Global ?
• Untuk mengetahui penyebab serta penyebab utama terjadinya pemanasan Global.
• Untuk mengetahui dampak secara umum baik secara negative maupun positif yang
akan dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup dan lingkungan di
sekitarnya.
• Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari
pemanasan Global
• Untuk dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk dapat
menaggulangi serta mencegah lebih lanjut pemanasan Global tersebut.

F. Hipotesis
• Pemanasan Global benar-benar terjadi di bumi ini.
• Pemanasan Global telah berlangsung lama.
• Pemanasan Global terjadi karena gas-gas emisi karbon yang dihasilkan seperti CO2,
NO2, CH4 dan lain-lain.
• Adanya gas-gas seperti CO2 dan NO2 menyebabkan radiasi sinar matahari yang
sampai ke bumi terperangkap karena efek rumah kaca.
• Adanya pemanasan Global menyebabkan suhu di permukaan bumi semakin lama
semakin meningkat yag mengakibatkan perubahan cuaca yang ekstrim.
• Dari penelitian yang telah dilakukan sejumlah ilmuwan, pemanasan Global membawa
dampak negatif bagi bumi.
BAB II
PUSTAKA ISTILAH

1. Pemanasan Global (Global Warming)


Pemanasan global atau global warming adalah adanaya proses peningkatan suhu rata-
rata atmosfer. (Wikipedia:indonesia).
Global Warming secara harfiah diterjemahkan sebagai pemanasan Global. Terjadinya
pemanasan Global di bumi dimulai dari kenyataan bahwa energi panas yang dipancarkan
berasal dari matahari yang masuk ke bumi menciptakan cuaca dan iklim serta panas pada
permukaan bumi secara Global.
2. Gas rumah kaca
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah
kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga
timbul akibat aktivitas manusia. (Wikipedia:Indonesia)
Sebagian besar gas rumah kaca berupa uap air dan gas-gas karbondioksida yang sebagian
besar diemisikan secara alami oleh makhluk hidup.
3. Efek rumah kaca (Green House Effect)
Efek Rumah Kaca atau Greenhouse Effect merupakan istilah yang pada awalnya
berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran
dan biji-bijian di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang
hari pada waktu cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah
kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya.
Hal tersebut terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali
oleh tanaman/tanah di dalam ruangan rumah kaca sebagai sinar inframerah yang berupa
panas. Sinar yang dipantulkan tidak dapat keluar ruangan rumah kaca sehingga udara di
dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan
rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam
ruangan rumah kaca lebih tinggi daripada suhu di luarnya dan hal tersebut dikenal sebagai
efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat pula terjadi di dalam mobil yang diparkir di tempat
yang panas dengan jendela tertutup.
Kondisi yang menyerupai akibat yang ditimbulkan dalam rumah kaca terjadi pula
dalam bumi ini, yaitu terperangkapnya energi dalam permukaan bumi oleh konsentrasi gas-
gas dalam lapisan atmosfir. Pada kenyataannya, pemanasan Global merupakan peningkatan
suhu bumi secara bertahap sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas efek rumah kaca
dalam lapisan luar atmosfir. Dan ketika bumi meradiasikan kembali energi yang diterimanya
ke luar angkasa, sebagian dari energi matahari yang masuk ke bumi, terperangkap dalam
permukaan bumi akibat terhalang oleh gas-gas dalam atmosfir seperti uap air dan karbon
dioksida.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PEMANASAN GLOBAL
Apakah itu pemanasan Global?
Sebelum kita mengetahui akan kebenaran pemanasan global yang terjadi di bumu kita
ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu pemanasan global.
Sejak dikenalnya ilmu iklim, para ilmuan telah mempelajari iklim di bumi, sejak
jaman es, iklim di bumi mengalami perubahan dengan sendirinya, apa penyebabnya? Meteor
jatuh? Gunung meletus? Perubahan arah angina? Variasi energy snar matahari yag
dipancarkan ke bumi?
Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang
kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa
mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?
Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana
molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek
rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur
permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu
saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.
Pemanasan Global merupakan fenomena naiknya suhu permukaan bumi karena
meningkatnya efek rumah kaca. Peningkatan efek rumah kaca dipengaruhi oleh naiknya
kadar gas-gas rumah kaca di atmosfer yaitu gas karbondioksida, uap air, ozon.
Fenomena pemanasan global menjadi isu international sejak berdampak pada
kelangsungan hidup makhluk hidup, yaitu berpengaruh pada perubahan iklim bumi. Keadaan
seperti ini dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk yang berupa kepunahan beberapa
spesies dan munculnya penyakit serta gejala-gejala alam yang belum pernah terjadi
sebelumnya.

Bukti-bukti ilmiah kebenaran pemanasan global


Suatu fakta tidak akan diterima kebenarannya tanpa sebuah bukti yang ilmiah dan
logis, banyak penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan yang memberikan bukti bahwa
bumi mengalami pemanasan global yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bukti penting yang menunjukkan bahwa telah terjadi global warming adalah
meningkanya suhu atmosfer, data penelitian menunjukkan bahwa Suhu rata-rata global pada
permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan
beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Gambar. 1 Anomali temperature dari tahun 1999-2008 dibandingkan dengan temperature


rata-rata tahun 1940-1980.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim
yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. [1] Ini mencerminkan
besarnya kapasitas panas dari lautan.
Tidak hanya itu, pencitraan satelit NASA dengan sensor AMSR-E Jepang
menunjukkan pemanasan yang paling signifikan terjadi di wilayah Arktik pada 1978-2003.
Sejak November 1978, atmosfer Arktik telah mengalami peningkatan panas 7 kali lebih cepat
daripada pemanasan di bumi bagian selatan. Peningkatan suhu ini disebabkan oleh
peningkatan kadar CO2.
Bukti lainnya adalah kenaikkan permukaan air laut akibat mencairnya es-es di kutub.
Berdasarkan laporan IPCC, tinggi muka laut dunia meningkat 10-25 cm selama abad 20.
Banyak pulau seperti P.Tegua dan P.Abenuea di Kiribati tenggelam pada tahun 1999.
Penduduk yang tinggal di kepulauan Cantaret di Papua New Guinea, Shismaref di Alaska,
dan Tuktoyaktuk di Kanada juga harus pindah karena pulau mereka terancam tenggelam.

B. PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL ATAU GLOBAL WARMING.


Penyebab pemanasan global secara mendasar baru diketahui sekitar tahun 1820, bapak
Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya
Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke
permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi inframerah yang seharusnya terpantul
terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).
Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang
menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul
tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang.
Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida
dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.
Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin
memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat
perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan
peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka
temperatur bisa meningkat sampai 1°C.
Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya
peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja,
perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan,
perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan
lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan
manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan
atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat
pemanasan dari perhitungan standar.
Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa
paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri,
itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e
(ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 – yang menyatakan rasio jumlah
molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah
mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.

a. Apakah akumulasi gas rumah kaca merupakan penyebab utama pemanasan


global?
Sesuai dengan yang telah dibahas diatas, penyebab utama pemanasan global adalah
terjebaknya panas oleh gas-gas rumah kaca (Green House Effect), lalu apa sajakah yang
tergolong gas rumah kaca dan dari manakah sumber gas-gas tersebut?
Gas-gas rumah kaca adalah gas yang apabila berakumulasi di atmosfer akan membentuk
suatu lapisan yang tidak dapat ditembus oleh energy rendah atau inframerah, gas tersebut
antara lain:
1. Uap air (H2O)
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang
terjadi ketika uap membentuk butir-butir air  Siklus Air. Sebenarnya uap air merupakan
penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar
kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih
hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini
akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
Karena jumlah uap air di atmosfer berada di luar kendali manusia (secara alami
keberadaan uap air sudah sangat banyak di atmosfer) maka peranan uap air dalam
peningkatan efek rumah kaca tidak akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikut.
2. Karbondioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global
yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia
terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi sebagai sumber energi. Carbondioksida
terbentuk dari reaksi oksidasi senyawa karbon:
CnH2n + 11/2n O2  nCO2 + nH2O
Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah
karbondioksida dalam atmosfer. Karena hutan merupakan sumber pepohonan guna
mengurangi jumlah CO2 di atmosfer untuk kepentingan fotosintesis.
6CO2 + 6H2O  C6H12O6 + 6O2
Namun selain efek rumah kaca tersebut, karbon dioksida juga memainkan peranan
sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan
bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang
dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida
diserap oleh ganggang.
Berdasarkan data badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BMKG), mencatat
bahwa konsentrasi karbondioksida diatmosfer semakin meningkat di sepanjang 10 tahun
terakhir seiring dengan meningkatnya suhu bumi.

Gambar. 2 Grafik konsentrasi CO2 tahun 2004-2009 (Sumber: Data BMKG Bukitkototabang)
3. Metana (CH4)
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan
ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa
udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di
rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan
karbon dioksida sebagai hasil sampingan.
C6H12O6  2 (C3H4O2) + 2H2O
2C3H4O2  CH4 + H2O + CO2
Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke
atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi
nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak
sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti, karena metana
dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan kentut.
Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah;
sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap
untuk menghasilkan energi listrik.
Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah
besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara.
Menurut data penelitian badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BKMG),
kadar gas metane di atmosfer cenderung semakin meningkat tiap tahunnya seiring
bertambah suhu atmosfer.

Gambar. 3 Grafik konsentrasi gas CH4 tahun 2004-2009 (BKMG Bukitkototabang)


4. Ozon (O3)
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer,
stratosfer). Ozone berfungsi sebagai pengubah sinar dengan panjang gelombang pendek
(UV) menjadi sinar denga panjang gelombang panjang (IR).
3O2 + e  2O3
Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika
sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat
mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
5. Dinitrogen oksida (N2O)
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami.
Dulunya gas ini digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang tertawa
sehingga juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’.
Tidak banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam
atmosfer. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen,
merupakan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen
meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah
kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Menurut data penelitian badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BKMG)
mencatat bahwa konsentrasi gas N2O di atmosfer meningkat tajan pada periode tahun
2004-2009.

Gambar. 4 Grafik konsentrasi gas N2O tahun 2004-2009 (BMKG Bukitkototabang)


6. Chloroflourocarbon (CFC)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat,
misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan
dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II.
Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’.
Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC
R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan
pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan
microchip.
Selain merupakan gas rumah kaca, CFC dapat merusak lapisan ozone, yang dapat
mengakibatkan radiasi sinar UV menembus atmosfer.
ClFC + O3  ClO + FO + CO
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan
kemampuan penyerapan energi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global.

Mekanisme Pemanasan Global oleh gas rumah kaca.


Gas rumah kaca (CO2, H2O, N2O) akan memberikan efek seperti rumah kaca, dimana
di dalam ruangan kaca lebih panas dibandingkan dengan luar ruangan, hal ini dikarenakan
panas yang masuk keruangan secara radiasi terjebak oleh lapisan kaca.
1. Mula-mula energy sinar matahari diradiasikan ke bumi, sinar matahari yang
diradiasikan berupa sinar energy tinggi (UV), sinar tampak (VIS), energy rendah (IR).
Radiasi sinar tersebut kemudian akan sampai kebumi dan sebagian akan dipantulkan
(Sinar energy rendah), sebagian lagi akan diserap (Sinar energy tinggi dan sinar
tampak).
2. Bumi memilki lapisan pelindung yang dinamakan atmosfer, bagian terpenting dari
artmosfer guna melindungi dari radiasi UV adalah O3 (Ozone), sinar energy tinggi
akan diubah menjadi sinar dengan panjang gelombang lebih panjang yaitu berupa
Infra Red.
3. Sinar matahari tampak dan infrared akan mencapai permukaan bumi, kemudian
sebagian diserap, sebagian lagi dipantulkan, radiasi sinar IR lebih banyak dipantulkan
dari pada sinar Vissible.
4. Radiasi sinar IR yang dipantulkan akan kembali ke Atmosfer, akibat dari akumulasi
CO2 dan gas rumah kaca lainnya, radiasi sinar IR ini terjebak, karena lapisan gas
rumah kaca memiliki sifat tidak dapat ditembus oleh radiasi sinar gelombang panjang
(IR).
5. Akibatnya radiasi sinar IR akan terjebak di troposfer yang kemudian mengakibatkan
akumulasi energy panas, akumulasi energy panas inilah yang menyebabkan suhu
permukaan bumi terus naik. Yang kemudian dinamakan Global Warming.

Gambar. 5 Skema efek Gloabal warming


b. Efek umpan balik
Salah satu penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan
balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di
udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan
balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir
konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini
hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat
dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga
akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung
pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini
sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125
hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya
(albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan
atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan
menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu,
es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat,
hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga
membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon
yang rendah.

c. Variasi Matahari
Gambar. 6 grafik variasi sinar matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek
rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak
telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi
kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena
variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan
efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun
1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin
telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan
bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-
rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott
dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan
aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan
bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari
sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari
Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil
sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil
untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan
Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi
Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam
sinar kosmis

C. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP


Pemanasan global yang terjadi di bumi kita ini memberikan dampak yang signifikan
terhadap kelangsungan hidup, dampak tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak
negatif bagi kehidupan. Pemanasan global berpengaruh besar terhadap perubahan iklim
global yang berimbas pada permasalahan lingkungan yang semakin besar.
DAMPAK NEGATIF
Pemanasan global memberikan dampak negative terhadap kelangsungan makhluk
hidup di bumi, dampak negative tersebut diantaranya:
Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain
di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan
malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena
uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi
pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih
banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal
ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus
tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane)
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim. Satidaknya ada 10 bencana besar
yang diperkirakan terjadi akibat pemanasan global.
kenaikan permukaan air laut
Salah satu akibat pemanasan global adalah dapat mencairnya es di Kutub Utara dan
Kutub Selatan. Pencairan es tersebut menyebabkan naiknya permukaan air laut. Peningkatan
permukaan air laut memperbesar resiko banjir. Hal ini terutama berlaku jika pemanasan
global dikaitkan dengan terjadinya badai dan topan yang ganas.
Banyak negara berkembang sangat bergantung pada industri pariwisata. Salah satu
daya tariknya ialah pantai-pantai pasir yang luas dan bersih. Untuk gambaran kasarnya, jika
terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10 cm, berarti hilangnya sekitar 10 m pantai.
Meningkatnya permukaan air laut mendorong batas antara air asin dan air tawar di muara
sungai lebih jauh ke daratan. Peningkatan setinggi 10 cm akan cenderung mengakibatkan
penembusan air laut sekitar satu kilometer lebih jauh ke darat dalam muara datar.
Penembusan air asin ke dalam cadangan air tawar dapat menjadi masalah serius ketika
permukaan air laut naik.

Gambar. 7 perubahan tinggi rata-rata air laut dari tahun 1880-2000

Penurunan Hasil Panen Pertanian dan Perikanan


Dengan terjadinya pemanasan global ini maka akan terjadi perubahan iklim, dimana
Jika iklim berubah seperti yang diramalkan, kemungkinannya bermacam-macam dan bahkan
bisa suram. Penurunan curah hujan jelas akan merupakan bencana bagi petani miskin di
daerah kering, misalnya di Afrika, Brasil, Pakistan serta India, dan dampak tersebut tidak
terbatas pada daerah kering saja. Sebagai contoh:
Pemanasan global dapat membuat daerah Barat-Tengah Amerika Serikat menjadi
lebih panas dan berangin. Apa yang dapat terjadi sudah dirasakan ketika kekeringan dan suhu
tinggi pada 1988 menurunkan hasil panen gabah sebesar 30 persen. Penurunan hasil panen
seperti ini, jika berlangsung terus, hampir pasti akan berakibat serius bagi negara berkembang
serta negara-negara lain yang bergantung pada impor gabah dari Amerika Serikat.
Para petani dimanapun telah menunjukkan diri mampu melakukan penyesuaian diri untuk
menanggapi perubahan keadaan. Mereka bersiap mengganti tanaman ketika pasar berubah,
menerapkan jenis biji baru ketika mereka melihat bahwa jenis tersebut lebih menguntungkan,
mengubah teknik bertani, atau mengambil langkah apapun yang mungkin meningkatkan
keamanan atau pendapatan mereka. Tetapi penyesuaian diri demikian memerlukan waktu dan
uang. Jika dunia sedang menuju ke abad yang suhu globalnya meningkat terus, kecepatan dan
kelanjutan perubahan akan meletakkan beban berat pada para petani di mana-mana.
Walaupun begitu, tidak seluruh kemungkinan negatif. Misalnya, ada kemungkinan bahwa
kondisi di beberapa daerah akan menjadi lebih menguntungkan bagi tanaman pertanian
daripada sekarang. Sebagai contoh:
Satu calon bagi perbaikan iklim demikian adalah Republik Rusia, bekas bagian dari
Uni Soviet. Diperkirakan bahwa suhu yang lebih tinggi disertai peningkatan curah hujan yang
mungkin terjadi akan meningkatkan hasil gabah sampai 50 persen. Ini akan memungkinkan
bagi Uni Soviet untuk menjadi salah satu pengekspor gabah terbesar, dan tidak lagi
bergantung pada impor dari Amerika Serikat.
Terumbu karang merupakan ekosistem planet yang paling beragam. Satu terumbu
dapat mendukung sebanyak 3000 spesies kehidupan laut. Terumbu terutama rentan terhadap
perubahan apapun dalam lingkungannya. Kondisi ekstrem dapat menyebabkan ganggang
simbiotik yang peka, pemberi warna dan makanan pada karang akan terlepas keluar. Jika hal
ini terjadi, kerangka kapur dari karang akan terkelupas, sehingga memberi warna keputihan.
Karang biasanya mendapatkan kembali ganggang setelah kejadian tersebut, tetapi kejadian
yang berulang dan lama akan mencegah pertumbuhan dan reproduksi karang dan lambat-laun
akan membunuh mereka.
perubahan keanekaragaman hayati
Setiap jenis tumbuhan dan hewan hanya dapat hidup dalam satu wilayah atau iklim
yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh:
Jenis pohon tertentu sesuai tumbuh di daerah curah hujan dan suhu savana. Jika iklim
menjadi lebih panas dan lebih kering, pohon ini kalah dibandingkan semak rendah yang
jarang tumbuhnya dan dapat hidup dalam iklim lebih keras. Jenis pohon ini akan digantikan
secara alami oleh jenis lain yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan iklim baru.
Jika perubahannya lambat, akan terjadi penyesuaian diri secara bertahap terhadap iklim baru,
seperti yang telah terjadi masa lalu. Diperkirakan jika kondisi yang lain tetap, tumbuh-
tumbuhan perlu pindah 100 – 150 km ke arah kutub untuk mengatasi peningkatan suhu
sebesar 1°C.
Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-
lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti
ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain
Pulau Tenggelam
Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling
terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini
disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat
drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air
laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib
sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi
terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan ,
Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.
Badai

Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat
akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa
tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu
banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai
biasa, namun masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis,
badai rita,dll.
Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang
menewaskan banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun
yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang
pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan
diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.
Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih
parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai
makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan
menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak
terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.
Perang dan Konflik

Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami
panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut
lahan yang belum rusak.
Ekosistem Hancur
Perubahan iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem
yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir
, badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami kesulitan
untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber air , udara bersih, bahan
bakar , sumber energi , bahan makanan, obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.
Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau
temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat
dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut
jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya
terancam karena kekurangan bahan makanan. Katak Atelopus sp misalnya, punah akibat
infeksi fungi patogen Batrachocytrium dendrobatridis yang terus meningkat akibat
peningkatan suhu di sekitar pegunungan Amerika Selatan

DAMPAK POSITIF
Selama ini ketika orang mendengar istilah pemanasan global, maka
dibenaknya hanya ada dampak yang negative dan negative, padahal menurut
kajian beberapa peneliti, global warming memberikan beberapa dampak positif.
IPCC (The Intergovernmental Panel on Climate Change) didirikan oleh World
Meteorological Organisation (WMO) dan The United Nations Environment Programme
(UNEP) adalah suatu lembaga panel yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia yang
tugas utamanya adalah menganalisa bukti-bukti scientific mengenai pemanasan global dan
perubahan iklim.
IPCC dibentuk guna mengatasi isu yang sangat pelik mengenai perubahan iklim. Para
pengambil kebijakan (policy makers) membutuhkan suatu sumber informasi yang obyektif
dan akurat tentang sebab-sebab perubahan iklim, dampaknya terhadap lingkungan, sosial
ekonomi serta alternatif penanggulangannya dan cara beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Menurut mereka, dampak positifnya antara lain:
1. Potensi yang lebih tinggi pada hasil pertanian di daerah yang terletak pada posisi
lintang tengah.
2. Potensi penambahan kayu global pada hutan yang dikelola dengan baik dan benar.
3. Peningkatan ketersediaan air untuk populasi pada beberapa wilayah yang relatif
kering, sebagai contoh di sebagian wilayah Asia Tenggara.
4. Pengurangan angka kematian pada musim dingin pada bumi di belahan lintang tengah
dan lintang tinggi.
5. Pengurangan permintaan energi untuk pemanas ruangan akibat suhu udara pada
musim dingin tidak terlalu dingin.
IPCC mensimulasi perubahan iklim menggunakan pemrograman komputer yang
disebut model numerik iklim global (numerical global climate model) atau model sirkulasi
global (global circulation models atau GCMs). Model numerik ini digunakan untuk
mensimulasi perubahan iklim rata-rata global dan membandingkannya dengan pengukuran
regional secara aktual.
Menurut IPCC sendiri, mereka mengakui bahwa masih ada ketidakpastian yang
melekat pada hasil simulasi tersebut, karena hasil pemodelan hanya merupakan proyeksi dan
bukan prediksi, dan masih ada kelemahan dalam simulasi dan pemodelan yang tidak
mempunyai kemampuan (inability) untuk memasukkan variabel radiasi sinar matahari dan
debu gunung berapi dalam persamaan matematika di dalam model.
Penting dicatat, bahwa IPCC hanya membuat skenario dari berbagai faktor
yang kemungkinan terjadi di masa depan berdasarkan pada kecenderungan
yang telah terjadi di masa lalu dan yang sedang terjadi pada saat ini. Dan sekali
lagi, skenario hanya merupakan proyeksi (projection) dan bukan prediksi
(prediction). Karena itu, proyeksi dan skenario ini bisa berubah tergantung pada
ada tidaknya perubahan yang terjadi seperti perkembangan pengetahuan,
perubahan perilaku sosial ekonomi manusia, kondisi ekonomi, dan lain-lain.
Meskipun pemanasan global memiliki dampak positif dan negative, namun dirasa
dampak negative dari peamanasan global lebih dominant, seyogyanya kita sebagai penghuni
bumi yang indah ini menjaga supaya hal-hal yang diprediksikan diatas dapat diminimalisasi.
dengan berkehidupan berwawasan lingkungan dan bersikap bijaksana terhadap lingkungan
akan mengurangi resiko bahaya akibat dari pemanasan global.

D. UPAYA PENCEGAHAN DAN MENGURANGI ANCAMAN PEMANASAN


GLOBAL
1) Mengurangi konsumsi bahan bakar fosil
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi
efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya
iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat
dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya,
pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi.
Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan
dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun
dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang
koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah
kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration
(menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Realisasi untuk menguarangi pemakaian bahan baker fosil dapat digunakan cara :

Konservasi Energi
Banyak orang khawatir bahwa konservasi energi akan berarti penurunan taraf hidup.
Hal ini merupakan isu belaka. Justru konservasi energi atau efisiensi penggunaan energi
secara lebih baik sering dinyatakan sebagai usaha pelestarian sumber energi dengan biaya
murah.
Di negara-negara maju, potensi terbesar untuk penghematan terdapat pada sektor industri
dimana sebagian besar energi di konsumsi. Hal yang sama juga ada dalam sektor industri,
perdagangan dan rumah tangga kelas atas di negara-negara berkembang.
Sejumlah besar bahan bakar dapat dihemat pemakaiannya pada gedung-gedung
pencakar langit berdinding kaca di kota-kota besar beriklim tropis yang membentuk sebuah
rumah kaca raksasa, sehingga memerlukan biaya besar dari pemilik dan penyewa untuk
mendinginkan ruangan. Kesalahan ini tidak perlu diulangi, bangunan-bangunan baru dapat
dengan mudah dirancang untuk mengurangi penyerapan panas.
Konsumsi listrik untuk penerangan dapat dikurangi dengan drastis melalui
penggunaan lampu yang lebih efisien. Sebuah lampu neon kompak 18 watt yang dipasang di
lubang lampu biasa dapat menghasilkan cahaya setara dengan lampu biasa 75 watt. Selama
masa pakai sekitar 10.000 jam, lampu ini dapat mengurangi emisi lebih dari 0,5 ton karbon
dioksida (> 500 kg karbon dioksida)!
Transportasi menggunakan sepertiga dari keseluruhan konsumsi bahan bakar minyak
dunia. Pada 1993 terdapat sekitar 500 juta kendaraan di jalan-jalan raya dunia, sekitar 400
juta adalah mobil. Seluruh sektor transportasi memerlukan peningkatan dalam efisiensi.
Mobil ‘peminum bensin’ buatan Amerika Serikat mempunyai angka konsumsi bahan bakar
dua atau tiga kali lebih tinggi daripada mobil buatan Eropa atau Jepang. Peraturan perpajakan
dan bea masuk untuk mencegah masuknya mobil yang boros, dapat membantu mengurangi
emisi karbon dioksida sekaligus membantu negara-negara berkembang mengurangi beban
impor bahan bakar minyak.

Eliminasi Chlorofluorocarbon
Dalam hal chlorofluorocarbon, karena sebuah kesepakatan internasional untuk
menghentikan penggunaannya pada 2000 telah ditandatangani, tingkat emisi di masa datang
akan bergantung terutama pada sejauh mana kesepakatan tersebut dipatuhi  dengan ketat
Perusakan Lapisan Ozon.

Mengurangi Emisi Metana dan Dinitrogen oksida


Hingga saat ini belum ada strategi yang tepat untuk mengurangi emisi metana maupun
dinitrogen oksida. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk sampai pada sebuah strategi
pengurangan yang sesuai.

Bahan Bakar Biomassa


Bahan bakar biomassa berasal dari kayu atau sisa-sisa tanaman pertanian. Bahan ini
dapat digunakan secara berkelanjutan, dengan jumlah penggunaan setara dengan jumlah
penanaman. Jika hal ini dilakukan, tidak ada emisi karbon dioksida karena tumbuhan yang
ditanam akan mengkonsumsi karbon dioksida sebanyak yang dilepaskan ketika bahan
dibakar. Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka
ada pula pengurangan emisi karbon dioksida.
Bahan bakar biomassa sudah digunakan secara berkelanjutan di berbagai industri
pedesaan pada negara-negara berkembang. Pabrik gula dan penggilingan padi, minyak kelapa
sawit dan agro-industri lainnya, secara berkala mengandalkan limbah mereka sendiri untuk
menghasilkan energi yang diperlukan. Industri penggergajian kayu sering menggunakan
potongan kayu dan limbah kayu lainnya untuk menghasilkan energi panas guna
mengeringkan kayu. Usaha-usaha seperti ini harus didorong untuk beralih dari penggunaan
bahan bakar fosil ke bahan bakar biomassa.

Teknologi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarui


Pemanfaatan sumber energi terbarui diyakini tidak menghasilkan emisi karbon dioksida.
Karena itu, peningkatan pemanfaatan energi dari sumber-sumber energi terbarui harus
dianggap sebagai unsur utama dalam strategi mengurangi emisi karbon dioksida. Namun
sejauh ini, sumbangan sumber-sumber energi terbarui terhadap pemasokan energi dunia amat
kecil, kecuali dari tenaga air.
Selain  tenaga air, dapat digunakan energi matahari dan tenaga angin Energi.

Penanaman Hutan
Menanam pohon bahkan pada skala besar sekalipun, tidak dapat mengimbangi keseluruhan
laju penambahan gas-gas rumah kaca ke atmosfer.
Walaupun demikian, peningkatan penanaman pohon oleh setiap negara akan memperlambat
penimbunan gas-gas rumah kaca.
Gambar . Pemanfaatan Sumber-sumber Energi Terbarui

2) Pajak Karbon
Harga merupakan salah satu faktor penentu jenis bahan bakar apa yang dipilih orang
dan berapa jumlah konsumsinya. Para ahli ekonomi menyarankan bahwa harga bahan bakar
dapat dinaikkan dengan menambah ‘pajak karbon’, sebagai cara mengurangi pemanasan
global. Pajak karbon akan dikenakan pada bahan bakar sesuai dengan jumlah karbon dioksida
yang dipancarkan. Dengan rancangan ini, batu bara akan dikenakan pajak yang lebih tinggi
daripada bahan bakar bensin karena batu bara merupakan sumber energi fosil yang
menghasilkan emisi gas karbon dioksida paling  tinggi saat dibakar, dan gas bumi
dikenakan pajak paling rendah.
Gagasan lain yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan "ijin yang
dapat dipertukarkan" atau tradable permits dalam emisi karbon dioksida. Ijin ini
membolehkan sebuah negara atau sebuah organisasi untuk mengemisi karbon dioksida dalam
jumlah tertentu. Jumlah tingkat emisi global karbon dioksida akan ditentukan oleh sebuah
badan internasional. Di dalam sebuah negara, ijin tersebut akan dibagi di antara pengguna
bahan bakar.

3) Strategi Antisipasi di Indonesia


Untuk mengantisipasi dampak dari pemanasan global, pemerintah Indonesia
membentuk Komisi Nasional untuk Evaluasi dan Monitoring Dampak Perubahan Iklim pada
Lingkungan pada tahun 1990.
Komisi tersebut pernah merangkum satu "Strategi Antisipasi Dampak Perubahan iklim".
Selain itu sudah dikeluarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
"Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor" (KEP-35/MENLH/10/93), "Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak" (KEP-13/MENLH/3/95), dan "Program Langit Biru"
(KEP-15/MENLH/4/96) yang dimaksudkan mencegah terjadinya pencemaran udara dan
mewujudkan perilaku sadar lingkungan.
Berbagai kebijakan tersebut sudah menampakkan hasilnya tetapi langkah tersebut
belum cukup, diperlukan tindakan menyeluruh misalnya dalam bidang konservasi energi,
penggunaan sumber energi terbarui, penghutanan kembali dan penerapan teknologi ramah
lingkungan guna mengatasi serta mengurangi ancaman pemanasan global.
Gambar . Negara-negara Penyebab Emisi Gas Rumah Kaca Tertinggi(Total dan per
Kapita)
4) Menetapkan Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Untuk menghilangkan ancaman pemanasan global secara menyeluruh, konsentrasi
gas-gas rumah kaca harus dikurangi sampai tingkat masa pra-industri. Ini merupakan tujuan
yang saat ini tidak mungkin tercapai.
IPCC (Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim) menghitung beberapa
penghematan yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat emisi yang ada saat ini. Data
ini disajikan pada tabel 4 dan memperlihatkan bahwa penghematan-penghematan tersebut
harus drastis. Emisi karbon dioksida, misalnya, harus turun 60 persen, yang berarti bahwa
penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, industri dan listrik pada tingkat global harus
dikurangi sampai tingkat setengah.
Sebuah skenario, berdasarkan penelitian Dr. Mick Kelly, Universitas East Anglia di
Inggris, dirancang untuk menetapkan konsentrasi gas rumah kaca tahun 2030 pada kadar
sedikit lebih tinggi dari pada kadar saat ini. Hal ini memerlukan perubahan mendasar.
Beberapa ciri kuncinya adalah sebagai berikut:
• Penghapusan produksi chlorofluorocarbon sejak 1995 dan mungkin juga bahan-bahan
penggantinya yang mempunyai efek rumah kaca;
• Menghentikan penggundulan hutan pada 2000, diikuti dengan penanaman kembali
hutan-hutan secara intensif;
• Pengurangan emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 persen dari
kadar saat ini pada 2020;
• Pengurangan dalam peningkatan konsentrasi tahunan metana dan dinitrogen oksida
sampai 25 persen dari nilai saat ini.
• Semua perubahan-perubahan ini pun tidak akan menghapuskan ancaman pemanasan
global secara menyeluruh.
• Dalam mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca, sebaiknya diikuti strategi ‘tanpa penyesalan’ atau ‘no regrets’
yang dinyatakan pada 1990 oleh Menteri Ilmu Pengetahuan Australia, Barry Jones:
• "Jika kita bertindak dan bencana terhindarkan, maka kita mencegah penderitaan berat
manusia. Jika kita bertindak dan tidak ada masalah, maka kita tidak rugi melainkan
mendapat keuntungan berupa lingkungan yang lebih bersih. Jika kita tidak bertindak
dan terjadi bencana, akan ada tragedi global. Jika kita tidak bertindak dan tidak ada
bencana, akibatnya kita akan tergantung semata-mata pada keberuntungan/nasib".
Tabel. Pengurangan Emisi yang Diperlukan untuk Menetapkan Konsentrasi Gas Rumah
Kaca pada Tingkat Sekarang
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. pemanasan global telah benar-benar terbukti secara ilmiah keberadaanya,
pwningkatan suhu rata-rata atmosfer tiap tahunnya menjadi bukti nyata pemanasan
global, serta perubahan iklim secara ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini.
2. pemanasan global telah terjadi sejal lama, tercatat 10 tahun terakhir merupakan
peningkatan pemanasan global yang paling tajam, diperkirakan tahun-tahun kedepan
dapat mencapai dua kali lipat dari pada tahun sekarang apabila tidak ada perbaikan
dan pelestarian lingkungan.
3. penyebab utama pemanasan global adalah adalah emisi gas-gas rumah kaca yang
terakumulasi di atmosfer, seperti gas CO2, N2O, CH4, CFC. Meskipun penyebab lain
seperti efek umpan balik dan variasi sinar matahari juga berperan sebagai penyebab
global warming.
4. akumulasi gas-gas rumah kaca (CO2, N2O, CH4, CFC) membentuk suatu lapisan yang
bersifat seperti kaca yaitu tidak dapat ditembus oleh radiasi sinar dengan panjang
gelombang yang panjang (Infra red). Yang menyebabkan energi panas terjebak di
dalam atmosfer, sehingga menyeababkan panas permukaan bumi meningkat.
5. selain berdampak negative, pemanasan global juga berdampak positif pada suatu
wilayah tertentu. Akan tetapi dampak negative dai pemanasan global lebih dominant
disbandingkan dampak positif.
6. untuk mengurangi ancaman bahaya pemanasan global, dapat dilakukan dengan upaya
mengurangi emisi gas ruamah kaca, menanam pohon serta memperluas hutan, dengan
begitu konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer akan berkurang.

B. SARAN
1. hendaknya generasi muda sekarang memberikan perhatian yang lebih terhadap
fenomena pemanasan global yang berimbas pada kelangsungan hidup manusia serta
lingkungan.
2. sebaiknya pemerintah membuat peraturan tertentu akan pentingnya memelihara
lingkungan.
3. dilakukan pemantauan rutin terhadap keadaan jumlah gas rumah di atmosfer oleh
instansi terkait, guna mengetahui sejauh mana emisi fosil masih diambang batas aman

(Ditambah2i dewe yow!!!!)


DAFATAR PUSTAKA

www.wikipedia.com/indonesia
www.yudhi’m.blogger.com
www.kompasiana.com
www.wapedia.com
(karang dewe)

You might also like