You are on page 1of 18

1.

Anatomi

Meatus
superior

Meatus
media

Meatus
inferior

Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dipisahkan kiri dan kanan oleh
septum nasi. Pintu masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang
belakang disebut nares posterior atau koana yang menghubungan dengan nasofaring.

Tiap cavum nasi mempunyai 4 buah dinding :

1. Dinding medial hidung : septum nasi

2. Dinding lateral hidung : konka (inferior yang paling bawah dan terbesar,
medial yang lebih kecil dan superior yang lebih kecil lagi).

Di antara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga kecil yang disebut
meatus. Juga ada 3 meatus yang ditentukan berdasarkan letaknya :

a. meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan
dinding lateral rongga hidung yang merupakan muara dari duktus
nasolakrimalis

b. meatus media terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga
hidung yang merupakan muara dari sinus frontal, maksilaris dan etmoid
anterior ( kelompok sinus anterior)

c. meatus superior merupakan ruang di antara konka media dan superior yang
merupakan muara dari sinus etmoid posterior dan sphenoid ( kelompok sinus
posterior).

3. Dinding inferior adalah dasar rongga hidung yang dibentuk oleh os maksila
dan os palatum.

4. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina
kribriformis yang memisahkan rongga tengkorak dan rongga hidung, tempat
masuknya serabut saraf olfaktorius.

Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang
dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi pentingnya adalah :
processus uncinatus, infundibulum ethmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger
nasi dan resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat
ventilasi dan drainase dari sinus yang letaknya anterior (maksila, frontalis, ethmoid
anterior). Jika terjadi obstruksi pada celah sempit ini maka akan terjadi perubahan
patologis yang signifikan pada sinus yang terkait.
Paranasal sinus merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala sehingga
terbentuk rongga di dalam tulang. Rongga tersebut berisi udara dan dilapisi oleh
mukosa bersilia dan palut lendir. Pada keadaan normal sinus tidak mengandung
organisme atau bakteri. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk
mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya pada rongga hidung mengikuti jalur
pola yang telah ditentukan. Jadi mucus tersebut dapat dikeluarkan dan udara dapat
bersirkulasi dengan baik.
Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpot mukosiliar sinus. Lendir yang
berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid
dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustacius. Lendir yang berasal dari sinus
posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis dialirkan ke nasofaring di posterior-
superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati post nasal drip tetapi
belum tentu ada sekret di tenggorokan.
Fungsi:
Sebagai pengatur kondisi udara
Sebagai penahan suhu
Membantu keseimbangan kepala
Membantu resonansi suara
Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Membantu produksi mucus

1. Sinus frontal : terletak pada tulang frontal, biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus
berlekuk –lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang tipis dari orbita dan fossa
cerebri sehingga infeksi akan mudah menyebar ke daerah ini. Persarafan adalah
dengan nervus supraorbital (V1)
2. Sinus maksilaris adalah sinus paranasal terbesar. Dengan batas-batas: superior
dasar orbit, inferior = prosesus alveolaris dan palatum, anterior = permukaan facial os
maksila, posterior : permukaan infra temporal maksila, medial = dinding lat dari
rongga hidung. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus
dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum ethmoid.
a. sinus maksilaris sangat berdekatan dengan akar gigi (P1,P2, M1,M2) sehingga
infeksi gigi geligi mudah naik ke atas disebut sinusits dentogen
b. sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita
c. pembukaan sinus maksila ini terletak lebih tinggi daripada dasar sinus,
sehingga drainase hanya tergantung gerak cilia dan juga hanya melalui
infundibulum yang sempit. Pembengkakan pada daerah iniakibat radang atau
alergi dapat menghalangi drainase sinus maksila dan bisa terinfeksi lebih
mudah = sinusitis
Suplai darah : arteri superior alveolar (arteri maksilaris) Persarafan = cabang dari
nervus anterior/ middle / posterior alveolar superior (V2)
3. Sinus Etmoidal yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap penting karena
merupakan focus infeksi bagi sinus lainnya. Sinus ini berongga-rongga terdiri dari sel-
sel yang menyerupai sarang tawon yang terletak di dalam massa bagian lateral os
etmoid, antara konka media dan dinding medial orbita. Dibagi menjadi sinus etmoid
anterior dan posterior.
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit yang disebut resesus
frontal yang berhubungan dengan sinus frontal dan pembengkakan pada daerah ini
dapat menyebabkan sinusitis frontalis. Set etmoid yang terbesar disebut bula etmoid
juga di daerah ini ada penyempitan yang disebut infundibulum tempat bermuaranya
ostium sinus maksila dan pembengkakannya dapat menyebabkan sinusitis maksila.
Batas-batas : atap = lamina kribosa, lateral = lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi sinus etmoid dari rongga orbita, posterior = sinus sfenoid.
Persarafan adalah nervus anterior/posterior etmoid cabang dari C1

4. Sphenoid : sinus terletak di tulang sphenoid, bagian dari atap rongga hidung adalah
atap rongga hidung pada bagian ni lemah. Jika rusak dalam perkelahian, dapat
menyebabkan kebocoran isi sinus atau bahkan CSF keluar dari hidung. Persarafan
adalah nervus ethmoidal posterior.
2. Fisiologi

Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara


sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang
akan terdesak.

- Sebagai pengatur udara (air conditioning).

- Peringan cranium.

- Resonansi suara.

- Membantu produksi mukus.

3. Definisi
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi
virus,bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus
yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat
akut (berlangsung selama 4 minggu atau kurang) , subakut 4 minggu- 3 bulan maupun
kronis (berlangsung selama lebih dari 3 bulan tetapi dapat berlanjut sampai berbulan
bulan)

4. Epidemiologi
Prevalensi sinusitis tinggi di masyarakat. Di bagian THT RSCM Jakarta, pada
tahun 2008 didapatkan sata sekitar 25% pasien dengan ISPA menderita sinusitis
maksila akut, dan pada sub bagian Rinologi didapatkan ata dari sekitar 496 penderita
rawat jalan, 249 orang terkena sinusitis (50%). Di Amerika Serikat diperkirakan 0,5%
dari infeksi saluran napas atas karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut.
Sinusitis kronis mengenai hampir 31 juta rakyat Amerika Serikat.
5. Etiologi

Penyebab sinusitis tergantung dari klasifikasi sinusitis yaitu akut dan kronis.

Penyebab sinusitis akut :

- rinitis akut ( alergi, hormonal, vasomotor )


- infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut
- infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)

Infeksinya sering disebabkan :

 Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya pilek).
 Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut. Penyebab paling sering adalah
Streptococcus pneumoniae (30-50%), Haemophilus influenzae (20-40%),
moraxella cataralis (5%) pada anak lebih banyak ditemukan.(20%).
 Infeksi jamur.

Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut.


Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita
gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur
merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.

- kelainan hidung ( septum deviasi, polip hidung, hipertrofi konka, sumbatan


KOM)
- berenang dan menyelam

- trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

- barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa

- penyakit tertentu : imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom Katagener,


fibrosis kistik ( kelainan sekresi lendir)

Penyebab sinusitis kronis :


- polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa
hidung
- alergi dan defisiensi imunologi juga dapat menyebabkan perubahan mukosa
hidung

- infeksi bakteri biasanya gram negatif dan anaerob.

- obstruksi osteomeatal complex

- kelainan anatomi

6. Patologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran


klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus
juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa
yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak
dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif
didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan
drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang
dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila
tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang
poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi
purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik.
Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan
bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan
kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista

Sinusitis & Gangguan Sistem Kekebalan


Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol atau penderita gangguan sistem
kekebalan, jamur bisa menyebabkan sinusitis yang berat dan bahkan berakibat
fatal.Mukormikosis (fikomikosis) adalah suatu infeksi jamur yang bisa terjadi pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol. Pada rongga hidung terdapat jaringan mati
yang berwarna hitam dan menyumbat aliran darah ke otak sehingga terjadi gejala-
gejala neurologis (misalnya sakit kepala dan kebutaan). Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan yang mati tersebut.
Pengobatannya meliputi pengendalian diabetes dan pemberian obat anti-jamur
amfoterisin B secara intravena (melalui pembuluh darah).
Aspergillosis dan kandidiasis merupakan infeksi jamur pada sinus yang bisa berakibat
fatal pada penderita gangguan sistem kekebalan akibat terapi anti-kanker atau
penyakit (misalnya leukemia, limfoma, mieloma multipel atau AIDS). Pada
aspergillosis, di dalam hidung dan sinus terbentuk polip.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap polip. Pengobatannya
berupa pembedahan sinus dan pemberian amfoterisin B intravena.

7. Gejala dan Tanda

Gejala klinis sinusitis akut ( diderita sampai dengan 4 minggu)


1. Hidung tersumbat
2. Nyeri / rasa tekanan pada daerah sinus
3. Ingus yang purulen yang sering kali turun ke tenggorok ( post nasal drip)
4. Demam dan lesu
5. Adanya reffered pain
Sinusitis maksila adanya nyeri pada pipi kadang ada nyeri alih ke telinga dan gigi
Sinusitis ethmoid adanya nyeri di antara bola mata atau di belakang bola mata
Sinusitis frontal adanya nyeri pada dahi atau seluruh kepala
Sinusitis sphenoid adanya nyeri di verteks, oksipital, belakang bola mata dan
daerah mastoid
6. Sakit kepala
7. Hiposmia / anosmia
8. Halitosis atau bau mulut
9. Post nasal drip yang dapat menyebabkan batuk dan sesak nafas pada anak

Pada anak juga didapatkan gejala


1. Infeksi saluran nafas atas yang mulai membaik tetapi kemudian memburuk
2. Demam tinggi yang diikuti oleh sekret hidung yang makin kental minimal 3
hari
3. Sekret dari hidung dengan atau tanpa batuk yang tetap ada setelah 10 hari dan
tidak membaik.

Gelaja sinusitis kronis ( diderita lebih dari 3 bulan) tidak khas dan lebih ringan
sehingga kadang sulit didiagnosis , kadang hanya 1 atau 2 gejala di bawah ini :
1. Sakit kepala kronik
2. Post nasal drip
3. Batuk kronik
4. Gangguan tenggorokan
5. Gangguan telinga akibat sumbatan kronik tuba eustachius
6. Gangguan pada paru seperti bronchitis, bronkiektasis dan asma
7. Pada anak mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gasteroenteritis

8. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Untuk mengetahui adanya kelainan pada sinus paranasal dilakukan inspeksi dari luar,
palpasi, rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, transiluminasi, pemeriksaan radiologic
dan sinoskopi.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Yang diperhatikan ialah adanya pembekakan pada muka. Pembengkakan di pipi
sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-merahan mungkin menunjukan
sinus maksila akut. Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan
sinusitis frontal akut.
Sinus etmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan di luar, kecuali bila telah
terbentuk abses.
Palpasi
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinusitis maksila.
Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus frontal, yaitu pada bagian
medial atap orbita. Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus
medius.
Transiluminasi
Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai untuk
memeriksa sinus maksila dan sinus frontal, bila fasilitas pemeriksaan radiologik tidak
tersedia. Bila pada pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infraorbita,
mungkin berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat
neoplasma di dalam antrum.
Bila terdapat kista yang besar di dalam sinus maksila, akan tampak terang pada
pemeriksaan transiluminasi, sedangkan pada foto rontgen tampak adanya
perselubungan berbatas tegas di dalam sinus maksila.
Transiluminasi pada sinus frontal hasilnya lebih meragukan. Besar dan bentuk kedua
sinus ini seringkali tidak sama. Gambaran yang terang berarti sinus berkembang
dengan baik dan normal, sedangkan gambaran yang gelap mungkin berarti sinusitis
atau hanya menunjukkan sinus yang tidak berkembang.
Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pencitraan
Dengan foto kepala posisi Water’s, PA, dan lateral, akan terlihat
perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang
sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis.
2. Sinoskopi
Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop
dimasukkan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau di fosa kanina.
Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret,
polip, jaringan granulasi, massa tumor dan kista, bagaimana keadaan mukosa
dan apakah ostiumnya terbuka.
3. Kultur
Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme
penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus
medius, meatus superior, atau aspirasi sinus.
4. Rontgen gigi
Dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum.

9. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan
mencegah perubahan menjadi kronik dengan prinsip pengobatan adalah membuka
sumbatan di KOM sehinga drainase dan ventilasi sinus pulih secara alami.

Sinusitis akut
Untuk sinusitis akut biasanya diberikan:
 Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan
 Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri
 Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
 Mukolitik
 Steroid oral atau topical
 Pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan(diatermi)

Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh
dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa
menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).
Untuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat
semprot hidung yang mengandung steroid.

Untuk sinusitis yang disebabkan oleh infeksi virus, tidak ada pengobatan antibiotik
diperlukan. Sering dianjurkan perawatan termasuk pengobatan nyeri dan demam
(seperti acetaminophen, dekongestan dan mucolytics)

Infeksi bakteri pada sinus dicurigai ketika terdapat nyeri wajah, cairan hidung
menyerupai nanah, dan gejala menetap selama lebih dari seminggu dan tidak berespon
terhadap obat-obat OTC hidung. Infeksi sinus bakteri akut biasanya diterapi dengan
antibiotik yang bertujuan untuk mengobati bakteri yang paling umum diketahui
menyebabkan infeksi sinus, karena tidak biasa untuk bisa mendapatkan bahan kultur
tanpa aspirasi sinus. Lima bakteri yang umumnya menyebabkan infeksi sinus adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis,
Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes. Antibiotik untuk pengobatan
infeksi sinus yang efektif harus mampu membunuh jenis bakteri penyebab tersebut di
atas. Meskipun amoxicillin adalah antibiotik pertama yang diterima untuk infeksi
sinus akut tanpa komplikasi, banyak dokter memilih kombinasi amoksisilin-
klavulanat sebagai obat lini pertama untuk pengobatan infeksi bakteri sinus karena
biasanya kombinasi obat ini efektif terhadap sebagian besar spesies dan strain bakteri
penyebab penyakit. Biasa juga digunalakan antibiotik golongan cephalosporin.
Antibiotik diberikan selama 10-14 hari walaupun gejala klinis sudah hilang.

Dekongestan (pseudoefedrin) dan mucolytics secara oral mungkin dapat membantu


dalam membantu drainase infeksi sinus.

Perlakuan bentuk kronis dari infeksi sinus memerlukan pengobatan yang lebih lama,
dan mungkin memerlukan prosedur drainase sinus. Drainase ini biasanya memerlukan
operasi bedah untuk membuka sinus. Antihistamin harus dihindari kecuali jika infeksi
sinusitis sinus karena alergi, seperti dari serbuk sari, bulu, atau penyebab lingkungan
lainnya. Antihistamin tidak rutin diberikan karena difat antikolinergiknya dapat
menyebabkan secret jadi lebih kental biasa diberikan antihistamin generasi 2

Sangat mungkin bahwa penggunaan steroid topikal nasal spray akan membantu
mengurangi pembengkakan pada individu alergi tanpa pengeringan yang disebabkan
oleh penggunaan antihistamin meskipun keduanya kadang-kadang digunakan.

Pada banyak orang, sinusitis alergi muncul pertama, dan kemudian diikuti infeksi
bakteri. Untuk individu, pengobatan dini sinusitis alergi dapat mencegah
perkembangan bakteri sinusitis sekunder.

Antihistamin  adalah  antagonis  reseptor  H1  yang  akan  menghalangibersatunya


histamin dengan reseptor H1 yang terdapat di ujung saraf dan epitel  kelenjar
pada  mukosa  hidung.  Akhir-akhir  ini  antihistamindidefenisikan sebagai inverse
H1-receptor agonists yang menstabilkanreseptor H1 yang inaktif sehingga
aktifasi oleh histamine dapat dicegah. Dengan demikian obat ini efektif untuk
menghilangkan gejala rinore dan bersin sebagai akibat dilepaskannnya histamin pada
RA.

Antihistamin lama (generasi pertama) sudah terbukti secara klinis


sangatefektif mengurangi gejala bersin dan rinorea akan tetapi mempunyai
efek samping yang kurang menguntungkan yaitu menyebabkan efek
mengantuk k a r e n a o b a t t e r s e b u t m a s u k k e p e r e d a r a n d a r a h o t a k .
Secara klinis antihistamin generasi ini sangat efektif menghilangkan rinore karena
mempunyai efek antikolinergik. Efek ini terjadi karena kapasitas ikatan
obat terhadap reseptor yang tidak selektif sehingga obat terikat juga pada
reseptor kolinergik. Kekurangan lain dari antihistamin generasi pertama
adalah ikatannya yang tidak stabil dengan reseptor H1, sehingga
d a y a kerjanya pendek. Efek samping yang lain adalah :mulut kering, peningkatan
nafsu makan dan retensi urin. Sampai sekarang antihistamin golongan ini masih
banyak digunakan karena masih efektif  dan murah. Beberapa contoh
antihistamin generasi lama yang sampai kinimasih popular adalah : klorfeniramin,
difenhidramin dan triprolidin.
 
Munculnya antihistamin generasi baru dapat menutup kelemahan
antihistamin lama. Karena tidak menembus sawar otak, antihistamin baru bersifat
non-sedatif, sehingga penderita yang menggunakan obat ini dapataman dan tidak
terhambat dalam melakukan aktifitasnya. Kelebihan lainantihistamin baru
adalah mempunyai masa kerja yang panjang sehingga penggunaannya  lebih
praktis  karena  cukup  diberikan  sekali  sehari. Antihistamin  baru  tersebut  adalah  :
astemizol,  loratadin,  setirizin, terfenadin.  Beberapa  antihistamin  baru
kemudian  dilaporkan menyebabkan  gangguan  jantung  pada  pemakaian  jangka
panjang(astemizol, terfenadin), sehingga dibeberapa negara obat –obat
tersebuttidak digunakan lagi. Antihistamin yang unggul adalah yang bekerja
cepatdengan waktu kerja yang panjang, yang tidak ada efek sedatif dan
tidak ada toksik terhadap jantung.

Sinusitis kronis
Diberikan antibiotik dan dekongestan. Antibiotik yang diberikan biasanya adalah
untuk golongan kuman gram negatif dan anaerob. Seperti golongan quinolon.
Untuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang
mengandung steroid. Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui
mulut).
Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:
- Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas
- Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam
- Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.

Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk
mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan. Pada anak-anak, keadaannya
seringkali membaik setelah dilakukan pengangkatan adenoid yang menyumbat
saluran sinus ke hidung. Pada penderita dewasa yang juga memiliki penyakit alergi
kadang ditemukan polip pada hidungnya. Polip sebaiknya diangkat sehingga saluran
udara terbuka dan gejala sinus berkurang. Selainterapi medikamentosa yang
dijelaskan diatas, rinosinusitis rekuren ataukronis memerlukan tindakan
bedah. Dengan indikasinya adalah :
1. sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi adekuat
2. sinusitis kronik disertai dengan kista atau kelainan yang
reversibel
3. polip ekstensif
4. komplikasi sinusitis
5. sinusitis jamur
 Radikal
a. Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
b. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
c. Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
 Non Radikal
Bedah  Sinus  Endoskopik  Fungsional  (BSEF).  Prinsipnya  denganmembuka
dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal(Irigasi sinus)

Pada saat ini tindakan bedah yangpalling direkomendasi adalah bedah


sinus endoskopi fungsional (BSEF) atau sering disebut dengan Fungsional
endoskopi sinus surgery (FESS).

10.Komplikasi

Ct scan merupakan suatu aset besar dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan
derajat infeksi di luar sinus ( pada orbita, jaringan lunak dan kranium). Pemeriksaan
ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronik atau berkomplikasi.
Komplikasi ini juga telah menurun drastis sejak ditemukan antibiotik dan biasanya
terjadi pada sinusitis akut atau sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut.

Komplikasi orbita
Sinus ethmoid merupakan penyebab komplikasi tersering namun dapat juga karena
sinusitis frontalis dan maksilaris. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis
dan perkontinuitatum. Terdapat 5 tahapan :
1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan
2. Selulitis orbita
3. Abses subperiosteal
4. Abses orbita
5. Trombosis sinus kavernosus

Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis
sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis :

Osteomielitis dan abses subperiosteal


Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak.
Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pipi.

Kelainan paru seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru disebut sinobronkitis. Selain itu juga dapat
juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum
sinusitisnya sembuh.

10. Prognosis
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara
spontan tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa mengalami relaps
setelah pengobatan namun jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %. Komplikasi dari
penyakit ini bisa terjadi akibat tidak ada pengobatan yang adekuat yang nantinya akan
dapat menyebabkan sinusitis kronik, meningitis, brain abscess, atau komplikasi extra
sinus lainnya.
Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan yang dini
maka akan mendapatkan hasil yang baik. Untuk komplikasinya bisa berupa orbital
cellulitis, cavernous sinus thrombosis, intracranial extension (brain abscess,
meningitis) dan mucocele formation.

11. Pencegahan
 Mengurangi pajanan terhadap alergen.
 Meningkatkan ventilasi rumah tangga dengan membuka jendela bila
memungkinkan.
 Gunakan humidifier di rumah atau kantor ketika seseorang memiliki dingin.
 Tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan. Ini mempromosikan drainase
sinus.
 Gunakan dekongestan dengan hati-hati.
 Hindari polutan udara (seperti asap) yang mengiritasi hidung.
 Makan diet seimbang dan olahraga.
 Minimalkan paparan untuk orang dengan infeksi diketahui.
Daftar Pustaka

1. Prof. Dr. Arsyad, Efiaty, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI;
2010.
2. Adams, Boies, Higler. BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi enam. Jakarta :
ECG, 1997.

3. Muller, dkk. Basic human anatomy. Available at : www.dartmouth.edu

4. Sahaja. The anatomy of the nasal cavity and paranasal sinuses. The skeletal
and smooth muscle tissues. The development of the pharyngeal  gut. Desember6,
2008. Available at :http://anatomytopics.wordpress.com/2008/12/06/the-
anatomy-of-the-nasal-cavity-and-paranasal-sinuses-the-skeletal-and-smooth-
muscle-tissues-the-development-of-the-pharyngeal-gut/

5. Medscape Acute Community-Acquired Sinusitis: Epidemiology and Causes of


Acute Bacterial Sinusitis. Diunduh pada tanggal 5-4-2011

6. Pubmed health. Sinusitis. Diunduh pada tanggal 5-4-2011

You might also like