You are on page 1of 4

Tuntut Pesangon, Ratusan Buruh OTP Demo

Tribun Kaltim - Kamis, 24 Februari 2011


SAMARINDA,tribunkaltim.co.id - Ratusan buruh Plywood PT Occeanias
Timber Products (OTP) kembali melakukan aksi unjukrasa di kantor operasional
PT OTP di Jl Ekonomi Loa Buah, Kecamatan Sungai Kunjang,
Samarinda,Kaltim, Kamis (24/2/2011).
Mereka menuntut pihak manajemen OTP yang hingga saat ini enggan
memberikan pesangon kepada sejumlah buruh yang telah di PHK (pemutusan
hubungan kerja) sejak Agustus 2010 lalu.
Saat ini tercatat ada 17 orang dari sekitar 30 buruh yang di PHK,
samasekali belum mendapatkan pesangon dari perusahaan. Padahal pesangon itu
merupakan hak karyawan sebagaimana diatur dalam Undang Undang
ketenagakerjaan nomor 13/2003.
"Aksi ini terpaksa kami lakukan karena ada beberapa teman-teman kami
(buruh PT OTP,red) yang di PHK tanpa pesangon. Awalnya ada sekitar 30 orang
lebih teman kami yang di PHK , tapi sekarang ini tinggal 17 orang yang belum
mendapatkan pesangon, sedangkan sebagian sudah selesai," kata Ketua DPC
Serikat Pekerja Buruh Indonesia (SBSI), Asmaran Gani kepada Tribun usai
pihaknya melakukan perundingan dengan manajemen, membahas masalah
tersebut, Kamis (24/2).
Aksi unjukrasa kemarin melibatkan ratusan karyawan OTPdan puluhan
LSM dari Gepak Kaltim. "Kami dari karyawan OTP yang masih bekerja,
melakukan aksi ini, karena semata-mata sebagai bentuk rasa solidaritas kami
kepada teman-teman yang telah di PHK tanpa pesangon dan kamipun khawatir,
bisa-bisa kami yang masih ada didalam (buruh yang belum di PHK,red) akan
mengalami nasib serupa. Makanya pada aksi ini kita juga minta bantuan dari LSM
Gepak untuk memperjuangkan nasib kami," ungkapnya.
Menurut Asmaran, alasan manajemen yang tidak memberikan pesangon
kepada buruh yang di PHK karena yang bersangkutan telah mengambil jamsostek
(jaminan sosial tenaga kerja) nya terlebih dahulu, itu sangat tidak logis, karena
pesangon tersebut tetap merupakan hak karyawan sebagaimana diatur dalam UU
No 13/2003.
Dejelaskan, dalam UU tersebut dijelaskan bahwa pekerja atau buruh yang
bersangkutan berhak menerima uang penggantian hak dan diberikan uang pisah
yang besar dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. "Dan mengenai perhitungan uang
pesangon, itu sudah diatur di UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
pasal 156,"jelasnya.
Pantau Tribun, aksi unjukrasa ratusan buruh OTP berlangsung sejak pukul
10.00 hingga pukul 12.00. Setelah itu, para pengunjukrasa membubarkan diri
ketika perwakilan serikat selesai berunding dengan manajemen yang dimediasi
pihak kepolisan dari Polresta Samarinda. Perundingan kemarin belum
menghasilkan solusi, perundingan akan berlanjut pada Senin 28/2) pekan depan di
Kantor Disnaker Samarinda Jl A Wahab Sjachranie.(*)

Permasalahan
1. Inti dari permasalah antara PT Ocean Timber Plywood dengan buruh
adalah adanya ketidak inginan dari pihak perusahaan untuk membayarkan
pesangon bagi 17 pekerja yang telah di PHK. Selain itu PHK yang di
lakukan oleh perusahaan merupakan PHK sepihak dari perusahaan itu
sendiri. Alasan manajemen yang tidak memberikan pesangon kepada
buruh yang di PHK karena yang bersangkutan telah mengambil jamsostek
(jaminan sosial tenaga kerja) nya terlebih dahulu.
Sebenarnya tentang pesangon sudah di atur dalam UU No.13 Tahun 2003
yaitu pada pasal 156, yang salah satu bunyi dari pasalnya adalah :
“Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha
diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan
masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima”.
Selain itu dalam pasal 156 juga di atur berapa besar pesangon yang
seharusnya di terima oleh pekerja.
2. Tindakan jika menjadi atasan
Tindakan saya jika menjadi atasan adalah berupaya memenuhi tuntutan
dari pekerja. Karena memang seharusnya mereka mendapatkan hak
mereka untuk mendapatkan pesangon. Jika kondisi keuangan perusahaan
sedang kritis, tentunya sebagai atasan harus melakukan perundingan
dengan perwakilan pekerja sehingga mendapatkan jalan tengah. Tindakan
seperti itu harus cepat dilakukan karena jika terlambat dilakukan akan
mengakibatkan unjuk rasa dan mogok kerja para pekerja. Sehingga hal itu
akan memperburuk tingkat kerugian dalam perusahaan karena
menurunnya produksi dalam perusahaan.
3. Tindakan jika menjadi pekerja
Tindakan saya sebagai pekerja adalah memperjuangkan hak-hak yang
seharusnya didapatkan oleh pekerja. Pertama yang dilakukan adalah
perundingan secara internal antara perwakilan pekerja dengan manajemen.
Jika sulit tercapai memakai bantuan pihak luar seperti LSM, Dinas
Ketenagakerjaan sebagai mediator untuk mendapatkan kesepakatan.
Tidak melakukan mogok kerja dalam waktu yang lama karena akan
menambah tingkat kerugian bagi perusahaan sehingga akan memperburuk
keadaan.

You might also like