You are on page 1of 3

Analisis metode terjemahan tarkib idhafi dalam kitab sulam at-taufiq

Pada umumnya tarkib idhafi dapat diterjemehkan kedalam bahasa Indonesia sebagaimana

susunan arabnya, tanpa mengalami penembahan ataupun pengurangan dari bsu-nya. Baru jika tidak

ditemukan padanan yang tepat ketika menerjemahkan tarkib idhafi dengan apa adanya atau sesuai

susunan arabnya.

Ada beberapa metode yang ditawarkan oleh mansyur dan kustiwan dalam bukunya, panduan

terjemah: pedoman bagi penerjemah arab-indonesia-arab. Menjelaskan ada lima metode.

Pertama, penyalinan (iqtibas), adalah penerjemahan yang mempertahankan susunan kata yang

membentuk frasa dalam bahasa sumber, dan dalam penerjemahannya mengikuti struktur bahasa

sasaran.

Kedua, pelesapan (hadzf), yaitu penerjemahan yang hampir sama dengan metode iqtibas,

penerjemahan apa adnya atau sesuai susunan arabnya. Perbedaannya ketika menemukan tarkib idhafi

yang terjemahannya mengharuskan membuang data yang tidak lazim digunakan dalam bahasa sasaran

atau tidak sesuai dengan padanan bahasa sasaran.

Ketiga, penambahan (ziyadah), yaitu penerjemahan yang hampir sama dengan metode iqtibas, akan

tetapi, terkadang ada yang terjemahannya tidak dapat dimengerti jika hanya diterjemahkan

sebagaimana susunan bahasa sumbernya. Oleh karena itu perlu ada tambahan yang disisipkan, sehingga

hasil terjemhannya menjadi lebih baik dan mudah dimengerti.

Keempat, pertukaran (taqdim wa tak’hir), yaitu penerjemahan yang menukar posisi dua kata yang

membenttuk frasa dalam bahasa sumber.


Kelima, perubahan (tabdil), yaitu penerjemahan yang tidak memperhatikan susunan kata yang

membentuk frasa dalam bahasa sumber, sehingga terjemahan yang dihasilkan adalah terjemahan idiom

atau penerjemahan suatu istilah yang disesuaikan dengan kaidah dan kebudayaan bahasa sasaran.

Terjemahan kata per kata : tangga kesuksesan

Terjemahan semantic : tangga pertolongan

Struktur terjemahan kata per kata dalam terjemahan di atas sebenarnya sudah bisa dipahami,

akan tetapi terjemahan tersebut tidak sesuai dengan konteks kalimat. Jika tetap menggunakan

terjemahan kata per kata, pesan tersebut tidak dapat tersampaikan dan akan melenceng dari konteks

kalimat. Sehingga terjemahan di atas perlu diganti dengan terjemahan yang mempunyai arti sesuai

dengan konteks kalimat, yaitu pertolongan. Penerjemahan jenis ini dinamakan Tabdil. Kata ___

berkedudukan sebagai mudhaf (pokok atau yang disandari), sedangkan ___ berkedudukan sebagai

mudhaf ilaih (tambahan atau yang disandarkan).

Terjemahan kata per kata : siksaan kubur

Terjemahan semantic : siksa kubur

Terjemahan idhafah di atas, dapat dimengerti oleh pembaca dengan menggunakan terjemahan

kata per kata, meskipun sedikit mengalami perubahan dengan dibuangnya akhiran –an, tapi, tidak

mengubah makna yang terkandung dalam kalimat tersebut. Terjemahan tersebut dikategorikan sebagai

penerjemahan hadzf. Kata ___ berkedudukan sebagai mudhaf, sedangkan ___ berkedudukan sebagai

mudhaf ilaih.
Terjemahan kata per kata : hokum Allah

Terjemahan seemantik : hokum Allah

Pembaca dapat mengerti hasil terjemahan di atas meskipun dengan membaca hasil terjemahan

kata per kata. Terjemahan tersebut dikategorikan sebagai penerjemahan istiqba, yang dalam

terjemahannya mengikuti struktur bahasa sasaran.

Makna yang terkandung pada terjemahan tersebut, menurut Mustthafa Ghalayaini dalam

karangannya jami’ ad-durus, termasuk ke dalam idhafah lamiyyah, yaitu idhafah yang menyimpan lam di

antara mudhaf dan mudhaf ilaih, yang mempunyai makna kepemilikan atau kekhususan. Maka kalimat

tersebut dapat diterjemahkan menjadi hokum milik Allah. Akan tetapi dalam konteks kalimat, cukup

diterjemahkan menjadi hokum Allah.

You might also like