Professional Documents
Culture Documents
Pada umumnya tarkib idhafi dapat diterjemehkan kedalam bahasa Indonesia sebagaimana
susunan arabnya, tanpa mengalami penembahan ataupun pengurangan dari bsu-nya. Baru jika tidak
ditemukan padanan yang tepat ketika menerjemahkan tarkib idhafi dengan apa adanya atau sesuai
susunan arabnya.
Ada beberapa metode yang ditawarkan oleh mansyur dan kustiwan dalam bukunya, panduan
Pertama, penyalinan (iqtibas), adalah penerjemahan yang mempertahankan susunan kata yang
membentuk frasa dalam bahasa sumber, dan dalam penerjemahannya mengikuti struktur bahasa
sasaran.
Kedua, pelesapan (hadzf), yaitu penerjemahan yang hampir sama dengan metode iqtibas,
penerjemahan apa adnya atau sesuai susunan arabnya. Perbedaannya ketika menemukan tarkib idhafi
yang terjemahannya mengharuskan membuang data yang tidak lazim digunakan dalam bahasa sasaran
Ketiga, penambahan (ziyadah), yaitu penerjemahan yang hampir sama dengan metode iqtibas, akan
tetapi, terkadang ada yang terjemahannya tidak dapat dimengerti jika hanya diterjemahkan
sebagaimana susunan bahasa sumbernya. Oleh karena itu perlu ada tambahan yang disisipkan, sehingga
Keempat, pertukaran (taqdim wa tak’hir), yaitu penerjemahan yang menukar posisi dua kata yang
membentuk frasa dalam bahasa sumber, sehingga terjemahan yang dihasilkan adalah terjemahan idiom
atau penerjemahan suatu istilah yang disesuaikan dengan kaidah dan kebudayaan bahasa sasaran.
Struktur terjemahan kata per kata dalam terjemahan di atas sebenarnya sudah bisa dipahami,
akan tetapi terjemahan tersebut tidak sesuai dengan konteks kalimat. Jika tetap menggunakan
terjemahan kata per kata, pesan tersebut tidak dapat tersampaikan dan akan melenceng dari konteks
kalimat. Sehingga terjemahan di atas perlu diganti dengan terjemahan yang mempunyai arti sesuai
dengan konteks kalimat, yaitu pertolongan. Penerjemahan jenis ini dinamakan Tabdil. Kata ___
berkedudukan sebagai mudhaf (pokok atau yang disandari), sedangkan ___ berkedudukan sebagai
Terjemahan idhafah di atas, dapat dimengerti oleh pembaca dengan menggunakan terjemahan
kata per kata, meskipun sedikit mengalami perubahan dengan dibuangnya akhiran –an, tapi, tidak
mengubah makna yang terkandung dalam kalimat tersebut. Terjemahan tersebut dikategorikan sebagai
penerjemahan hadzf. Kata ___ berkedudukan sebagai mudhaf, sedangkan ___ berkedudukan sebagai
mudhaf ilaih.
Terjemahan kata per kata : hokum Allah
Pembaca dapat mengerti hasil terjemahan di atas meskipun dengan membaca hasil terjemahan
kata per kata. Terjemahan tersebut dikategorikan sebagai penerjemahan istiqba, yang dalam
Makna yang terkandung pada terjemahan tersebut, menurut Mustthafa Ghalayaini dalam
karangannya jami’ ad-durus, termasuk ke dalam idhafah lamiyyah, yaitu idhafah yang menyimpan lam di
antara mudhaf dan mudhaf ilaih, yang mempunyai makna kepemilikan atau kekhususan. Maka kalimat
tersebut dapat diterjemahkan menjadi hokum milik Allah. Akan tetapi dalam konteks kalimat, cukup