Professional Documents
Culture Documents
DI SMKN 2 MALANG
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
Pebruari 2011
KATA PENGANTAR
Untuk mempermudah dalam mengerti isi laporan ini, maka telah dilampirkan
surat-surat yang diperlukan. Pada bagian akhir laporan ini, telah ditulis dan
dijelaskan kesimpulan-kesimpulan dari isi laporan ini.
1. Allah SWT
2. Bapak Prof. Dr. H. Amat Mukhadis, M.Pd.
3. Seluruh teman-teman S1 Pendidikan Teknik Otomotif
yang selalu senantiasa mendukung dan banyak menyumbang tenaga sehingga
observasi dan laporan ini dapat selesai tepat waktu.
Kami yakin bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan atau kekeliruan, untuk hal ini saran-saran dan usul perbaikan kami
terima dengan tangan terbuka.
TIM PENYUSUN
A. LATAR BELAKANG
B. INSTRUMEN PENILAIAN
Dalam teorinya, instrumen dalam evaluasi pembelajaran dibedakan
menjadi dua yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes
merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau
salah. Tes juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan
jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan
tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek
tertentu dari orang yang dikenai tes. Hasil tes merupakan informasi tentang
karakteristik seseorang atau sekelompok orang. Tes merupakan salah satu
cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak
langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap sejumlah stimulus atau
pertanyaan.
Instrumen nontes adalah suatu alat penilaian yang biasanya dipergunakan
untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes dengan
tidak menggunakan tes. Hal ini berarti bahwa jawaban yang diberikan oleh
peserta tes tidak bisa dikategorikan sebagai jawaban benar atau salah
sebagaimana interpretasi jawaban tes. Dengan teknik nontes maka penilaian
atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta
didik melainkan dilakukan dengan cara tertentu.
Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta
didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah ketrampilan
(psychomotoric domain). David Krathwohl (1974), sebagaimana dikutip
Anas Sudijono (2005 : 54) mengembangkan taksonomi mengenai ranah
afektif ini dengan membaginya kedalam lima jenjang yaitu : (1) receiving
(menerima) (2) responding (merespon) (3) valuing (menilai atau memaknai),
(4) organization (mengorganisasi) dan (5) characterization by a value or value
complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau nilai yang kompleks).
Contoh teknik penilaian nontes adalah observasi, wawancara, dan
kuesioner. Teknik pengamatan jika dilakukan untuk melihat apakah
perbuatan siswa sudah benar atau tidak dapat dikategorikan sebagai teknik
tes. Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian nontes
yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan
responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Kuesioner merupakan bentuk
lain dari teknik nontes. Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner
tertutup dan terbuka.
Dalam melakukan penilaian kemampuan siswa, SMK Negeri 2 Malang
membagi ranah penilaian menjadi 3, yaitu:
1. Penilaian kognitif,
2. Penilaian psikomotorik, dan
3. Penilaian afektif.
Penilaian kognitif merupakan penilaian yang berkaitan dengan daya
serap siswa terhadap materi yang diberikan guru khususnya berupa materi
teori. Penilaian kognitif ini sering dilakukan dengan mengadakan tes dan
ulangan. Tes di sini dapat berupa tes lisan yang dilakukan dengan guru
memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya.
Sedangkan tes tertulis dilakukan dengan memberikan ulangan pada materi
tiap kompetensi dasar selesai. Dengan tes semacam ini guru dapat menilai
tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap materi khususnya yang berupa
teori. Penilaian kognitif ini merupakan bentuk dari instrumen tes.
Penilaian Psikomotorik merupakan penilaian yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan atau skill yang berupa
praktek langsung. Penilaian ini dilakukan guru dengan terlebih dahulu
memberikan jobsheet kepada siswa. Siswa diminta untuk menyelesaiakan
jobsheet tersebut dengan prosedur yang telah dijelaskan oleh guru
sebelumnya. Penjelasan dari guru adalah berupa materi teori dan contoh
langkah kerja.
Sedangkan penilaian afektif, yaitu penilaian terhadap sikap dan tingkah
laku siswa di sekolah. Untuk melakukan penilaian afektif ini setiap guru
memiliki buku nilai harian tersendiri. Buku nilai harian tersebut juga berisi
presensi siswa yang dilakukan guru itu sendiri. Penilaian afektif ini
merupakan penilaian yang tersulit karena berkaitan dengan tingkah laku
seseorang, namun tetap harus dilakukan karena tingkah laku siswa akan
berpengaruh juga pada saat siswa memasuki dunia usaha dan dunia industry.
Salah satu bentuk instrument non tes sebagian besar direalisasikan dalam
ranah afektif ini.
Di semua sekolah kejuruan, termasuk di SMK Negeri 2 Malang ini,
ketiga ranah tersebut selalu ada dlaam proses penilaian pembelajaran yang
ada. Ketiganya diberikan bobot yang berbeda, dan di setiap sekolah
mempunyai kebijakan tersendiri dalam melakukan hal tersebut.
C. PELAKSANAAN EVALUASI
Dalam pelaksanaanya, evaluasi dapat dilakukan setelah proses
pembelajaran berlangsung. Sebelum masuk ke ranah evaluasi, guru di SMK
Negeri 2 Malang membuat semacam Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sebagai acuan pembelajaran dalam satu semester. Dalam
penyusunannya, RPP di SMK Negeri 2 Malang ini memiliki prosedur sebagai
berikut:
1. Terdapat sebuah kurikulum sebagai acuan pokok pembelajaran di
SMK Negeri 2 Malang. Kuurikulum yang dipakai adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Kurikulum tersebut digunakan sebagai acuan pokok dalam pembuatan
program tahunan (prota) dan program semester (promes) yang
dilaksanakan setiap awal tahun.
3. Dalam pembuatan prota dan promes tersebut, sudah terdistribusi
Setandart Kompetensi (SK) yang akan diberikan dalam struktur
kurikulum.
4. Di dalam SK tersebut terdapat Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
yang di dalamnya juga terdapat Kompetensi, Kompetensi Dasar (KD),
Indikator. Dari kesemuanya itulah, soal-soal baik tes dan non tes
dibuat.
5. Dari Promes dan Prota tersebut, Ketua koordinator kompetensi
membuat sebuah acuan khusus setiap semester.
6. Acuan khusus tersebut diberikan kepada guru mata pelajaran dan
Waka Kurikulum.
7. Di tangan guru, dari acuan khusus tersebut ditindaklanjuti untuk
membuat sebuah RPP, dan di tengan Waka Kurikulum acuan khusus
tersebut digunakan untuk memonitoring kinerja guru dalam satu
semester tersebut.
Prosedur di atas adalah prosedur dalam pembuatan RPP yang dijadikan
sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran.
D. PENGADMINISTRASIAN
KKM merupakna batas minimal yang harus dicapai oleh setiap siswa.
Dalam hal ini guru-guru mata pelajaran dalam program yang sama
melakukan rapat atau diskusi dan menentukan kesepakatan berapa
batasan minimal yang harus dicapai oleh siswa. Misalkan seluruh guru
mata pelajaran pada program produktif. KKM yang ditentukan oleh
forum guru di SMKN 2 Malang ini digunakan hanya untuk nilai per
Standart Kompetensi (SK).
Kartu Hasil Study (KHS) SMKN 2 Malang ini diberikan kepada setiap
siswa ketika akhir semester. Dalam KHS ini dicantumkan hasil-hasil
akhir penilaian hasil pembelajaran selama satu semester. Dari KHS ini
juga, siswa dapat mengetahui ketidaktuntasan pada KD atau SK mata
pelajaran tertentu yang telah ditempuh selama satu semester.
6. Rapor
E. Hambatan
Pada dasarnya secara teoritis, metode evaluasi itu mudah untuk dilakukan,
akan tetapi pada praktiknya ada banyak halangan. Salah satu kendala yang
paling menonjol adalah jika berkaitan dengan kondisi siswa (terkait minat
belajar siswa yang rendah.