You are on page 1of 8

Pendahuluan

Proses di berbagai bidang industri manufaktur biasanya sangat kompleks dan


melingkupi banyak subproses. Setiap subproses perlu dikontrol secara seksama agar
sinkron dengan subproses lain. Beberapa decade yang lalu, pengontrolan berbagai proses
di industri masih menggunakan cara konvensional, yaitu dengan menggunakan ratusan
bahkan ribuan relai yang disusun sedemikian rupa untuk mengkonstruksi logika kontrol
yang dirancang. Relai-relai tersebut memerlukan pengkabelan yang rumit sehingga
menimbulkan berbagai masalah. Kelemahan dari sistem kontrol elektrik konvensional
berbasis relai antara lain:
1. Sistem pengkabelan yang sangat rumit.
2. Relai yang digunakan merupakan komponen elektromekanik yang seringkali tidak
awet karena aus pada bagian mekaniknya.
3. Apabila hendak dilakukan perubahan pada strategi kontrol yang digunakan maka
perubahan tersebut tidak mudah untuk dilakukan karena harus mengubah secara fisik
relai beserta koneksinya.
4. Apabila terjadi kesalahan maka tidak mudah untuk menemukan kesalahan tersebut,
disamping juga memerlukan orang dengan keahlian khusus untuk membetulkannya.
5. Apabila terjadi kerusakan, sistem terpaksa dimatikan dalam waktu yang relatif lama
untuk memperbaikinya.
6. Memerlukan catu daya yang lebih besar untuk menggerakkan relai yang jumlahnya
banyak.
7. Sistem kontrol memerlukan ruang yang cukup besar karena ukurannya relai yang
digunakan.
Programmable Logic Controller (PLC) adalah sebuah perangkat yang dirancang
untuk mengantikan sistem kontrol elektrik berbasis relai yang mulai digunakan pada
tahun 1970-an. Ide utamanya adalah untuk mensubtitusi relai yang digunakan untuk
mengimplementasikan logika kontrol. Sesuai namanya, PLC dapat dengan mudah
diprogram ulang.
Keunggulan PLC dibanding sistem konvensional antara lain:
1. Relatif mudah untuk melakukan perubahan pada strategi kontrol yang akan diterapkan,
karena logika kontrol yang digunakan diwujudkan dalam bentuk perangkat lunak.
2. Jumlah relai yang diperlukan sangat dikurangi.
3. Lebih mudah untuk menginstalasinya karena pengkabelannya sederhana.
4. Lebih mudah untuk menemukan kesalahan dan kerusakan karena PLC memiliki
fasilitas self-diagnosis.
5. Secara umum biaya yang diperlukan lebih kecil, baik dari segi biaya pengadaan
maupun pemeliharaan.
6. Tahan bekerja terus menerus dalam lingkungan kerja yang umum dijumpai di pabrik-
pabrik, misalnya temperatur tinggi, tekanan tinggi, kelembaban tinggi, atau beracun.
Ukuran PLC biasanya dinyatakan dengan jumlah input dan output yang dapat
ditangani serta kapasitas memori programnya. PLC mikro biasanya hanya memiliki
beberapa I/O saja, sementara tipe mini memiliki puluhan I/O. PLC tipe rack memiliki
jumlah I/O ratusan atau bahkan ribuan.

Komponen Dasar PLC


PLC tersusun atas beberapa komponen dasar sebagaimana terlihat pada gambar 1,
yaitu:
1. CPU (Central Processing Unit), yaitu otak dari PLC yang mengerjakan berbagai
operasi, antara lain mengeksekusi program, menyimpan dan mengambil data dari
memori, membaca kondisi/nilai input serta mengatur nilai output, memeriksa adanya
kerusakan (self diagnistic), serta melakukan komunikasi dengan perangkat lain.
2. Input, merupakan bagian PLC yang berhubungan dengan perangkat luar yang
memberikan masukan kepada CPU. Perangkat luar input dapat berupa tombol, switch,
sensor ataupun piranti ukur lainnya.
3. Output, merupakan bagian PLC yang berhubungan dengan perangkat luar yang
memberikan keluaran dari CPU. Perangkat luar output dapat berupa lampu, katup
(valve), motor dan lain-lain.
4. Memori, yaitu tempat untuk menyimpan program dan data yang akan dijalankan dan
diolah oleh CPU. Dalam PLC memori terdiri atas memori program untuk menyimpan
program yang akan dieksekusi, memori data untuk menyimpan nilai-nilai hasil
operasi CPU, nilai timer dan counter, serta memori yang menyimpan nilai kondisi
input dan output. Kebanyakan PLC sekarang memiliki satuan memori dalam word
(16 bit).
5. Fasilitas komunikasi, yang membantu CPU dalam melakukan pertukaran data dengan
perangkat lain, termasuk juga berkomunikasi dengan komputer untuk melakukan
pemrograman.
6. Fasilitas Ekstensi, untuk menghubungkan modul PLC dengan modul pengembang
input/output sehingga jumlah terminal I/O dapat ditingkatkan.
7. Catu daya, untuk mensuplai daya kepada semua komponen dalam PLC. Biasanya
catu daya PLC adalah 220 VAC atau 24 VDC.

"

Gambar 1. Komponen Dasar PLC

Cara Kerja PLC


PLC beroperasi secara kontinu dalam 4 langkah (disebut 1 scan) yaitu:
1. Self Test. PLC memulai setiap scan dengan memeriksa apakah terdapat kesalahan
program yang akan dieksekusi serta mereset watch dog timer.
2. Input Scan. PLC membaca nilai/kondisi dari terminal input dan menyimpannya dalam
memori input. Pengolahan nilai input selanjutnya didasarkan pada nilai pada memori
input. Hal ini dimaksudkan agar nilai input tetap konsisten selama 1 scan. Apabila
terjadi perubahan nilai input maka baru akan berpengaruh pada scan berikutnya.
Namun, terdapat instruksi khusus apabila hendak mengambil nilai langsung dari
terminal input.
3. Solve Logic. Selanjutnya PLC mengeksekusi program satu demi satu menggunakan
nilai pada memori input dan memperbarui nilai pada memori output. Pemrograman
PLC difokuskan pada bagian ini.
4. Output Scan. Terakhir PLC mengeluarkan nilai dari memori output ke terminal output
dan selanjutnya ke perangkat luar output.
Setiap scan memerlukan waktu yang berbeda bergantung pada panjangnya
program yang diterapkan, namun secara umum berlangsung sangat cepat.

Contoh Aplikasi PLC:

PALANG PINTU LAPANGAN PARKIR OTOMATIS

Sistem ini menggunakan katup katup pneumatik untuk mengoperasikan palang


pintu lapangan parkir otomatis. Palang pintu ke arah dalam (masuk) akan dibuka apabila
uang logam yang benar dimasukkan ke dalam kotak. Palang pintu ke arah luar (ke luar)
akan dibuka apabila sebuah mobil terdeteksi berada di depan palang tersebut. Gambar 2
memperlihatkan jenis sistem yang digunakan. Katup katup yang digunakan untuk
mengoperasikan kedua palang memiliki sebuah selenoida yang akan menghasilkan satu
posisi dan sebuah pegas yang akan menghasilkan posisi lainnya. Maka, ketika selenoida
tidak dialiri arus listrik, posisi palang adalah posisi yang dihasilkan oleh pegas. Katup
katup digunakan untuk menggerakan piston piston. Ketika piston bergerak ke atas,
pergerakan ini menghasilkan salah satu ujung palang berputar pada titik tumpunya (pivot)
sehingga mengangkat lengannya ke atas. Ketika piston memendek gaya tarik pegas akan
mengakibatkan lengan palang kembali turun. Ketika beada pada posisi turun, palang
menekan sebuah saklar, sedangkan ketika naik palang menekan sebuah saklar lainnya,
dimana kedua saklar ini memberikan input input yang mengindikasikan bahwa koin yang
benar telah dimasukkan ke dalam kotak dan sebuah mobil datang mendekati palang pintu
keluar.
Katup B Katup D

2 4

Katup A Katup C

1 3

Gambar 2. Sistem katup piston

Gambar 3 memperlihatkan program tangga yang dapat digunaakn dalan format


Mitstubishi. Output Y430 ke selenoida 1 untuk mengangkat lengan palang dihasilkan
ketika output dari sensor kontak uang logam memberikan input ke X400. Output Y430
kemudian terkunci (latched) dan tetap aktif hingga relay internal M100 membuka kontak
kontaknya. Selain itu output tidak akan dihasilakn apabila palang sedang bergerak turun
dan terdapat sebuah output dari Y431 ke selenoida 2. Timer T450 digunakan untuk
mempertahankan palang tetap terangkat selama 10 detik, yang dipicu oleh input X402
dari sebuah sensor yang mengindikasikan palang terangkat. Pada akhir waktu preset
tersebut, output Y431 dihidupkan, mengaktifkan selenoida 2 dan menurunkan lengan
palang. Palang pintu keluar dinaikkan oleh Y432 ke selenoida 3 ketika sebuah sensor
mendeteksi keberadaan sebuah mobil dan memberikan input ke X401. Ketika palang
terangkat, timer T451 akan mempertahankan kondisi palang ini selama 10 detik, dipicu
oleh input ke X404 dari sebuah sensor yang mengindikasikan terangkatnya palang.
Setelah waktu preset ini habis, output Y433 dihidupkan, mengaktifkan selenoida 4 dan
menurunkan lengan palang.
X400 M100 Y431 Y430

Y430

X401 T450

M100
T450

M100 X402 Y430 Y431

Y431

X403 M101 Y433 Y432

Y432

X404 T451

T451 M101

M101 X405 Y432 Y433

Y433

END
Keterangan:
1. Untuk menaikkan palang pintu masuk X400 adalah saklar yang diaktifkan oleh uang
logam. Y430 adalah output ke selenoida 1.
2. Timer T450 membatasi waktu terangkatnya palang pintu masuk yaitu 10 detik. M100
adalah relay internal. X401 adalah input yang menghasilkan palang pintu dinaikkan.
3. Untuk menurunkan palang pintu masuk Y431 adalah output ke selenoida 2. X402
adalah input yang mengindikasikan palang pintu diturunkan.
4. Untuk menaikkan palang pintu keluar Y432 adalah output ke selenoida 3. X403
adalah input yang mengindikasikan keberadaan mobil di depan palang pintu.
5. Waktu terangkatnya palang pintu keluar 10 detik M101 adalah relay internal, X404
mengindikasikan palang pintu keluar dinaikkan.
6. Untuk menurunkan palang pintu keluar Y433 adalah output ke selenoida 4. X405
mengindikasikan palang pintu keluar diturunkan.

Input
X400 : Saklar yang diaktifkan oleh koin
X401 : Input yang diberikan ketika palang pintu masuk dinaikkan
X402 : Input yang diberikan ketika palang pintu masuk diturunkan
X403 : Input yang diberikan ketika sebuah mobil berada di depan palang pintu
X404 : Input yang diberikan ketika palang pintu keluar dinaikkan
X405 : Input yang diberikan ketika palang pintu keluar diturunkan

Output
Y430 : Katup A, selenoida 1
Y431 : Katup B, selenoida 2
Y432 : Katup C, selenoida 3
Y433 : Katup D, selenoida 4

You might also like