You are on page 1of 23

c

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PEMANFAATAN MIKROBA ISI RUMEN UNTUK MENGOLAH


LIMBAH PETERNAKAN MENJADI BIOGAS DALAM MENUNJANG
³PROGRAM BUMI SEJUTA SAPI Di NTB´

BIDANG KEGIATAN:

PKM GT

Diusulkan oleh:

Ketua: Muhammad Jaya Kusuma (NIM 107170007/2007)


Anggota: Adi Hardyansyah (NIM 10917A0054/2009)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


KOTA MATARAM
2011
HALAMAN PENGESAHAN

1.cJudul Kegiatam : Pemanfaatan Mikroba Isi Rumen untuk Limbah


Peternakan Melalui Biogas dalam Menunjang
³Program Bumi Sejuta Sapi di NTB´.
2.c Bidang Kegiatan : PKM GT
3.c Ketua Pelaksana Kegiatan
a.c Nama Lengkap : Muhammad Jaya Kusuma
b.c NIM : 107170007
c.c Jurusan : Pendidikan Fisika
d.c Universitas : Universitas Muhammadiyah
e.c Alamat rumah dan No Tel./ HP : Bebidas No 09 B pagesangan
mataram/081905146307
f.c Alamat e-mail : Ayankpratama@gmail.com
4.c Anggota Pelaksanaan Kegiatan : 1 orang
5.c Dosen Pendamping:
a.c Nama Lengkap dan Gelar : Kasma, S,Pd
b.c NIDN : 0810107002
c.c Alamat Rumah dan No Tel./ HP : Jl. Banda Seraya/ 081237002080

Mataram, 07 Maret 2011


Menyetujui
Ketua Program Studi Ketua Pelaksana Kegiatan

(Kasman, S,Pd) (Muhammad Jaya Kusuma)


NIDN 0810107002 NIM. 107170007

Pembantu Rektor III Dosen Pendamping

(Drs.H.Kamaluddin,SH.,M,Hum) (Kasma, S,Pd)


NIP. 141 466803 NIDN. 0810107002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
KaruniaNya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
³Pemanfaatan mikroba isi rumen untuk limbah peternakan dalam
menunjang ³program bumi sejuta sapi di NTB´.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
yang telah memberikan dukungan moril dan material. Rasa terima kasih penulis
sampaikan juga kepada:

1.c Bapak Kasman, S.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan yang sangat berguna bagi penulis.
2.c Teman-teman Fisika ¶07 yang telah memberikan bantuan moral dan material
dalam penyusunan karya tulis ini, serta sahabatku Nora atas penjelasannya
yang sangat berguna.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
penyempurnaannya. Akhir kata semoga karya tulis ini dapat memberikan
sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan secara luas.

Mataram, 07 Maret 2011

TIM

c
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................ ................................ .. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................ ...................... ii

KATA PENGANTAR ................................ ................................ . iii

DAFTAR ISI ................................ ................................ ............... iv

DAFTAR GAMBAR ................................ ................................ ... vi

RINGKASAN ................................ ................................ ............. vii

PENDAHULUAN ................................ ................................ ....... 1

Latar Belakang ................................ ........................... 1


Rumusan Masalah ................................ ...................... 2
Uraian Singkat Gagasan ................................ ............. 3
Tujuan Penulisan ................................ ........................ 3
Manfaat Penulisan ................................ ...................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ................................ .............................. 3

Biogas dan Limbah Peternakan Sapi.......................... 3

Pengolahan Limbah Peternakan ............................... 6

METODE PENULISAN ................................ .............................. 10

Prosedur Pengumpulan Data ................................ ...... 10

Pengolahan Data................................ ........................ 10

Pengambilan Simpulan dan Saran .............................. 10

ANALISIS SINTESIS ................................ ................................ . 11

PENUTUP ................................ ................................ ................... 12


Kesimpulan ................................ ............................... 12

Saran ................................ ................................ ......... 12

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITE

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Ketersediaan Energi Fosil di Indonesia ................. 4

Tabel 2 Komponon Penyusun Gas ................................ ..... 5

Tabel 3 Nilai Kesetaraan Biogas dan Energi yang


Dihasilkan ................................ ............................ 5

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Instlasi Digester ................................ .................... 8


ABSTRAK :

Sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan pada sektor


pertanian dan peternakan untuk menggerakkan roda perekonomian. Tanpa
disadari, produk-produk pertanian dan peternakan tersebut menghasilkan hasil
sampingan yang belum banyak mendapatkan perhatian, bahkan dianggap sebagai
sampah yang tidak dimanfaatkan. Pada umumnya, limbah tersebut dimanfaatkan
sebagai pupuk kandang. Padahal, dari limbah pertanian dan peternakan tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, yaitu dari biomassa.
Sumber-sumber energi biomassa berasal dari bahan organik. Apabila biomassa
tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan energi, maka energi tersebut disebut
dengan bioenergi. Salah satu bentuk bioenergi adalah biogas. Salah satu upaya
pemanfaatan limbah peternakan adalah dengan memanfaatkannya untuk
menghasilkan bahan bakar dengan menggunakan teknologi biogas. Teknologi
biogas memberikan peluang bagi masyarakat pedesaan yang memiliki usaha
peternakan, baik individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan energi
sehari-hari secara mandiri.Digester merupakan salah satu alat penghasil Biogas,
yang dapat diaplikasikan dengan mudah, dengan potensi pengembangan biogas di
Indonesia masih cukup besar terutama di NTB. Dikarenakan jumlah populasi sapi,
kerbau, kuda serta industri tahu tempe yang tersebar luas di Indonesia dimana 1
juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau, dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005.
Ditengah semakin melangitnya harga minyak mentah serta bahan bakar minyak,
biogas dapat menjadi alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk keperluan
sehari-hari. Biogas merupakan salah satu energi yang dapat diperbaharui
(^     ^), dengan ketersediaan yang melimpah dan sangat dekat dengan
manusia serta mudah pemanfaatannya. Dengan adanya Program ³Bumi Sejuta
Sapi ³ yang diselenggarakan oleh pemerintah NTB maka bahan baku untuk
mengolah biogas dari limbah peternakan dapat terpenuhi secara kontinyu atau
secara rutin, dengan begitu pasokan biogas untuk keperluan sehari ± hari dapat
terpenuhi, akan tetapi kesadaran masyarakat luas dalam mengaplikasikan digester
sebagai pengolah limbah perternakan dan pertanian sangat kurang dikarenakan
belum mengetahui tentang manfaat yang diperoleh dari pengolahan limbah
menggunakan digester, padahal banyak keuntungan yang didapat dengan
menggunakan digester sehingga penting sekali untuk memanfaatkan teknologi
digester untuk mengolah limbah peternakan agar menghasilkan biogas yang dapat
digunakan sebagai energi alternative pengganti minyak tanah dan LPG (

^ untuk keperluan sehari ± hari.

c
PEMANFAATAN MIKROBA ISI RUMEN UNTUK LIMBAH
PETERNAKAN MELALUI BIOGAS DALAM MENUNJANG ³PROGRAM
BUMI SEJUTA SAPI DI NTB´

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan semakin majunya peradaban manusia akan menuntut semakin


banyak aktifitas manusia yang akan dilakukan di muka bumi demi tujuan
pemenuhan kebutuhan hidup. Hampir semua aktifitas tersebut menyebabkan
pengakumulasian emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan
global ¦ ^  yaitu karbondioksida (H2 O), metana (CH4), nitrous
oksida (N2O), sulfur heksa florida (SF6), hidrofloro carbon (HFC) dan perfloro
carbon (PFC) seperti disimpulkan oleh kelompok peneliti dibawah naungan
Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Panel Antarpemerintah Tentang
Perubahan Iklim atau disebut  ^         (IPCC).
Salah satu penyumbang terbesar karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar
fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam yang juga merupakan sumber
daya yang tidak dapat diperbaharui (Al-adnani, 2008).

Apalagi belakangan ini kita ketahui adanya krisis minyak bumi yang
sangat menyusahkan berbagai negara di dunia. Hal tersebut salah satu disebabkan
karena menipisnya persediaan minyak bumi, diperkirakan cadangan minyak bumi
hanya dapat bertahan 18 tahun dari tahun 2007 (Sulaeman, 2008). Hal lainnya
disebabkan karena kondisi politik negara-negara produsen minyak yang sedang
kacau, contohnya negara-negara di Timur tengah, seperti Irak, Afganistan dan
Iran. Sehingga tidak heran harga minyak dunia saat ini sangatlah tinggi yaitu USD
124,24 sampai dengan 126,64 perbarel (Kementrian ESDM RI, 2008).
Melonjaknya harga bahan bakar minyak dunia mengharuskan kita untuk
mencari pengganti minyak apalagi kita telah mengetahui bahwa bakar minyak
yang kita gunakan sekarang merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui,
sehingga kita dituntut untuk mencari bahan bakar alternatif atau penggantinya.
Terutama untuk bahan pengganti minyak tanah atau 
 ^  (LPG)
yang mudah dan murah diperoleh oleh masyarakat kalangan menengah kebawah.
Biogas merupakan ^     ^ yang dapat dijadikan bahan bakar
alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak
tanah dan gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis
bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan
organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun
hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi (Hambali, E.,
2008).
Provinsi Nusa tenggara Barat (NTB) merupakan provinsi dengan sejumlah
sapi yang memadai, ditambah lagi dengan munculnya program ³Bumi Sejuta
Sapi´. Selama ini setiap tahunnya NTB rata-rata menghasilkan ternak potong dan
ternak bibit sekitar 50 ribu ekor, potensi ini masih terbuka untuk meningkatkan
berkali lipat mengingat besarnya daya tampung lahan dan pakan untuk sapi
dewasa yang ditaksir mencapai 2,6 juta ekor. Pada kondisi kini yang terpakai baru
24% atau 507.836 ekor, berarti masih ada peluang peningkatan populasi sekitar
76% dari daya tampung lahan dan pakan (Farid, 2008).
Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi
merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan biogas. Dengan kondisi NTB yang seperti ini, daerah-daerah di
NTB memungkinkan tersedianya bahan baku biogas secara kontinyu dalam
jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas.
Pengolahan limbah peternakan melalui anaerob atau fermentasi perlu
digalakkan karena dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu bioenergi.
Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas, mengurangi
pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha bagi peternak karena
produksinya terutama pupuk kandang dibutuhkan masyarakat.

Permasalahan

Permasalahan yang dikaji dalam penulisan karya tulis ini. Bagaimanakah


memanfaatkan mikroba isi rumen untuk limbah peternakan menjadi biogas dalam
menunjang ³program bumi sejuta sapi di NTB´?.

Uraian Singkat Gagasan

Penggunaan sumber energi fosil oleh manusia telah mengakibatkan


semakin banyaknya emisi gas efek rumah kaca ke lingkungan yang menyebabkan
pemanasan global, pencemaran lingkungan serta berkurangnya cadangan sumber
energi fosil tersebut. Hal ini mengakibatkan penuntutan pencarian sumber energi
yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya dengan pemanfaatan limbah yang
ada di sekitar kita seperti limbah peternakan sapi yang terdiri dari feses, urin dan
sisa pakan. Dengan sebuah perlakuan proses fermentasi (anaerobik) dalam sebuah
digester terhadap limbah peternakan dengan menambahkan isi rumen untuk
mempercepat reaksi bakteri metan menjadi gas metan yang bagus untuk proses
pembakaran karena menghasilkan api berwarna biru dan tidak berbau. Proses
pembentukan gas metan ini terdiri dari dari proses hidrolisir, pengasaman dan
metagonik yang memerlukan kondisi C/N 20-25, temperatur 32-34 0C atau 50-55
0
C, pH antara 6,8-8 serta air banyak.
Biogas dari limbah peternakan merupakan bahan bakar alternatif yang
paling prospektif dikembangkan sebagai pengganti minyak tanah ataupun LPG,
dimana provinsi NTB merupakan daerah dengan peternak sapi yang banyak
sehingga bahan baku yaitu feses sapi, urin, dan sisa pakan ternak dapat diperoleh
dengan mudah sehingga mencukupi untuk menghasilkan biogas secara kontinyu,
akan tetapi pengelolaan biogas dari limbah peternakan ini belum dilakukan karena
kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara mengolah tentang pembuatan
biogas dan memanfaatkan mikroba isi rumen tersebut.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam karya tulis ini adalah supaya kita
dapat memanfaatkan mikroba isi rumen untuk limbah peternakan menjadi biogas
dalam menunjang ³program bumi sejuta sapi di NTB´.

Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan melalui penulisan karya tulis ini adalah sebagai salah
satu sumbangan pemikiran dalam memanfaatkan mikroba isi rumen untuk limbah
peternakan menjadi biogas dalam menunjang ³program bumi sejuta sapi di NTB´.

TELAAH PUSTAKA

Biogas dan Limbah Peternakan Sapi

Sumber daya energi mempunyai peran penting dalam semua aspek


pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan
industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran
energi akan lebih berkembang untuk mendukung pertumbuhan sektor industri dan
kegiatan lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah salah satu negara batu bara,
minyak bumi dan gas, namun dengan berkurangnya cadangan minyak dan
penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan
yang menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan.
Kondisi saat ini sangat memperhatinkan, ketergantungan terhadap sumber
energi tidak dapat dihindarkan, dengan semakin majunya peradaban manusia
maka kebutuhan akan sumber energi dalam sektor kehidupan sangatlah besar.
Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 52,5% pemakaian
energi di Indonesia, gas bumi sebesar 19%, batu bara 21,5%, air 3,7%, panas
bumi 3% dan energi terbarukan hanya sekitar 0,2% dari total penggunaan energi.
Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 miliar barel. Apabila terus
dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru. Diperkirakan cadangan
minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Untuk mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar minyak, pemerintah telah menerbitkan
peraturan Repoblik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi
nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan
bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif tersebut adalah biogas, gas ini
berasal dari limbah organik seperti biomasa, kotoran hewan, kotoran manusia,
dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses  ^   , Proses ini
merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan
mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil.
Tabel 1. Ketersediaan energi fosil di Indonesia

Energi Fosil Minyak Bumi Gas Batu Bara

Sumber Daya 86,9 miliar barel 384,7 TSCF 57 miliar ton

Cadangan 9 miliar barel 182 TSCF 19,3 miliar ton

Ketersediaan 500 juta barel 3,0 TSCF 130 juta ton

Sumber: Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2006


Sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
minyak dengan mengembangkan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan
dan terbarukan. Salah satu jenis bahan bakar alternatif yang dimaksud adalah
bioenergi. Bioenergi selain bisa diperbaharui bersifat ramah lingkungan, dapat
terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca dan kontinyuitas bahan baku
cukup terjamin. Bahan baku bioenergi dapat diperoleh dengan cara sederhana
yaitu melalui budidaya tanaman penghasil    dan memanfaatkan limbah yang
ada di sekitar kehidupan manusia (Setiawan, 2008).

Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi
merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan biogas. Namun disisi lain perkembangan atau pertumbuhan industri
peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah
peternakan termasuk didalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini menjadi
polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa        
(BOD) dan         (COD), bakteri patogen sehingga
menyebabkan polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan),
polusi udara dengan debu dan bau yang ditimbulkan. Biogas merupakan
^     ^ yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk
menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas
alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis bioenergi yang
didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti
kotoran seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun
hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi (Hambali E,
2008) .

Gas metan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, Cina, Roma kuno
untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama kali ditemukan
oleh AlessandroVolta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat terbakar ini
dilakukan Willam Hendry pada tahu 1806 dan Becman (1868) murid Lois Pasteur
dan Tappeiner (1882) adalah orang pertama yang memperlihatkan asal
mikrobiologis dari pembentukan gas metan.

Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah
biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi
melalui proses anaerobik digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang terbentuk dapat
dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4 ) dalam persentase
yang cukup tinggi. Komponen biogas disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Komponen Penyusun Biogas

Jenis Gas Persentasi

Metan (CH4 ) 50-70%

Karbondioksida (CO2) 30-40%

Air (H2O) 0,3%

Hidrogen sulfide (H2S) Sedikit sekali

Nitrogen (N2) 1-2%

Hidrogen 5-10%

Sumber: Bacracharya dkk, 1985

Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara
dengan 60-100 Watt lampu selama 6 jam penerangan. Kesetaraan biogas
dibandingkan dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Nilai Kesetaraan Biogas dan Energi yang Dihasilkan

Aplikasi 1m3 Biogas setara dengan


Elpiji 0,46 kg

Minyak tanah 0,62 liter

1m3 Biogas Minyak solar 0,52 liter

Kayu bakar 3,50 kg

cSumber: Wahyuni, 2008

Potensi pengembangan biogas di Indonesia masih cukup besar, hal tersebut


mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda serta industri tahu
tempe yang tersebar luas di Indonesia dimana 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor
kerbau, 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi atau kerbau
dapat dihasilkan lebih dari 2m3 biogas perhari, potensi ekonomis biogas adalah
sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1m3 biogas dapat digunakan setara
dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan
dari proses produksi biogas sudah tentu mempuyai nilai ekonomis yang tidak
kecil pula (Djoko, 2006).

Pemanfaatan limbah peternakan khususnya kotoran ternak sapi menjadi


biogas mendukung konsep ù ^  sehingga sistem pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai.

Menurut Santi (2006), beberapa kegunaan kotoran ternak sebagai penghasil


biogas sebagai berikut.

1.c Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah, pencemaran


udara (bau).
2.c Memanfaatkan limbah peternakan tersebut sebagai bahan bakar biogas yang
dapat digunakan sebagi energi alternatif untuk keperluan rumah tangga.
3.c Mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk kebutuhan energi bagi kegiatan
rumah tangga yang berarti dapat meninggalkan kesejahteraan peternak.
4.c Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya biogas
untuk menjadi energi listrik untuk diterapkan dilokasi yang masih belum
memiliki akses listrik.
5.c Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya kegiatan
ini sebagai usulan mekanisme pembangunan bersih ¦      
 .
Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Menjadi Biogas

Pengolahan limbah peternakan sapi menjadi biogas pada prinsipnya


menggunakan metode dan perlatan yang sama dengan pengelolahan biogas dari
biomasa yang lain. Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama
dibangun 1900. Pada abad akhir ke-19, riset untuk menjadikan gas metan sebagai
biogas dilakukan oleh Jerman dan Prancis pada masa antara dua perang dunia.
Selama perang dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat
alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat
kemudahan memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) dan harganya yang murah
pada tahun 1950-an, proses pemakain biogas ini mulai ditinggalkan, Tetapi di
negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu
tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus
dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti
Cina, Filipina, Korea, Taiwan dan Papua Nugini telah melakukan berbagai riset
dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi
biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman (Anonymus,
1977).
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan
proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan (Nandianto, 2007).
Menurut Haryati (2006), proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari
reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri
metaogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara, bakteri ini secara
alami terdapat pada limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran
binatang, manusia dan sampah organik rumah tangga. Gas metan adalah gas yang
mengandung 1 atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas
metan yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas.
Bahan organik yang bisa digunakan sebagi bahan baku industri ini adalah sampah
organik, limbah yang sebagaian besar terdiri dari kotoran dan potongan-potongan
kecil sisa-sisa tanaman seperti jerami dan sebagainya serta air yang cukup banyak.
Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio C : N,
temperatur, keasaman juga digester yang dipergunakan. Kondisi optimum pada
temperatur sekitar 32-350C atau 50-550C dan pH antara 6,8-8. Pada kondisi ini
proses pencernaan mengubah bahan organik dengan adanya air menjadi energi
gas. Jika dilihat dari segi pengelolahan limbah, proses anaerobik juga memberikan
beberapa keuntungan lain yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid,
volatile solid, nitrogen nitrat dan nitrogen organik. Proses pencernaan anaerobik
yang merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan organik
oleh aktifitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa
udara. Bakteri ini secara alami dalam limbah yang mengandung bahan organik,
seperti kotoran binatang, manusia dan sampah organik rumah tangga.
Pembentukan biogas meliputi 3 (tiga) tahap proses yaitu:
½ c i li i t i it j i i i l t
i l t j i
t i t t t li j i t 
 c  
    t   
 


 l  
tt  t i li i
j i
iti

t  
   i i 
 ll   t i
it  
  tt   it  
t  ltt  ll   iit tit   
 i i  i  
i
 c Mti    t 
ti tj i    
t  

t  Bti   i lt j t  t l
    ii  

  i lt 
 lli
j ii  li 
 i ilitli  
lit  l
l’  
i i t
j  C     i  i i  l
  i B  t C         i i 
l li
 !i
B  t C  "  #  $    t
 % ½ &      '
 (½ ti 
j    t i i   
 
)R i:%½ (# ½ ½ '½ ½#* liti il 
i  
ii
  li  iit ti t i 
 t 
 
/ tt
t 
i +i    ,
 $t ii i ji      lt i  tl
i
 i  t i  i  ti ti il  ji 
j
l  ll t t  lt     ll 

ti  it
il  
it 


-
½ . tl i/i t

$
 / t
0it l  i t i   ti tj l
 i ii   
itt l  il ti itt j l l 

  il ti  t
 tit iit:
1.c Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 2 (bahan
biogas).
2.c Masukan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian ¦  
hingga bahan yang dimasukan ke digester ada sedikit yang keluar melalui
lubang pengeluaran ¦  , selanjutnya akan berlangsung proses produksi
biogas di dalam digester.
3.c Setelah kurang lebih 8 (delapan) hari biogas yang terbentuk di dalam digester
sudah cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan
bahan plastik, penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras
karna adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai
bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4.c Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu
sebanyak kira-kira 10% dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas
berupa   secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran setiap kali
dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas
tersebut dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam
keadaan basah maupun kering.
Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau
digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakkan generator
listrik, patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dan lain
sebagainnya.
Beberapa alasan mengapa biogas belum populer penggunaannya dikalangan
peternak atau kalaupun sudah ada banyak yang tidak lagi operasi, yaitu kurang
sosialisasi, pengolahannya membutuhkan waktu yang cukup lama, teknologi
yang diterapkan kurang praktis dan perlu pemeliharaan yang seksama dan
kurangnya pengetahuan para petani tentang pemeliharaan digester. Solusi yang
pernah ditawarkan dan diterapkan adalah menggunakan digester yang telah
didesain dengan stater (yaitu media buatan untuk bakteri metana yang dibiakan
secara laboratorium untuk mempercepat proses fermentasi). Akan tetapi digester
semacam ini sangat sulit dioperasikan dan harganya sangat mahal. Oleh karena
itu, Kami mencoba menawarkan solusi untuk mempercepat pengolahan bakteri
metana dengan mencampurkan hasil rumen, yang mengandung berbagai mikroba
yang mengutungkan.
Isi rumen merupakan salah satu limbah rumah potong hewan yang belum
dimanfaatkan secara optimal bahkan ada yang dibuang begitu saja sehingga
menimbulkan pencemaran lingkungan (Suhermiyati dalam Anang, 2010).
Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) terdapat
populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung
bakteri dan protozoa. Konsentrasi bakteri sekitar 109 setiap cc isi rumen ,
sedangkan protozoa bervariasi sekitar 106 setiap cc isi rumen (Tilman dalam
Anang, 2010). Beberapa jenis bakteri/mikroba yang terdapat dalam isi rumen
adalah bakteri/mikroba pembentuk asam, bakteri/mikroba amilolitik,
bakteri/mikroba lipolitik, bakteri/mikroba proteotik. Mikroorganisme tersebut
mencerna pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan protein untuk membentuk
mikrobial dan vitamin B (Sutrisno dkk, 1994).
METODE PENULISAN

Prosedur Pengumpulan data

m  

Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka berupa buku-buku,
artikel dan browsing data dari internet, berhubungan satu dengan yang lain,
relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian atau analisis pembahasan


 

Diskusi dan konsultasi dengan orang-orang yang sekiranga tahu dan paham
mengenai biogas.

Pengolahan Data

Dalam penulisan karya tulis ini dipergunakan metode deskriptif. Data yang
terdapat dalam karya tulis ini adalah data sekunder. Dalam melakukan pengkajian,
data yang telah ada dari berbagai referensi dikumpulkan dan diseleksi. Analisis
dan sintesis dilakukan sehingga diperoleh suatu konsep bahwa perlunya
memanfaakan mikroba isi rumen untuk limbah peternakan menjadi biogas.

Penarikan Simpulan

Dalam menarik kesimpulan da merusmuskan saran digunakan kaidah deduktif


yakni dengan mengaitkan variabel yang bersifat umum kemudian dijadikan poin
dalam beberapa simpulan dan saran ke hal-hal yang lebih khusus.
Penulisan karya tulis ini berdasarkan pedoman penyusunan karya tulis (KKTIM)
yang dikeluarkan oleh DIKTI tahun 2011.
ANALISIS SINTESIS

Analisis Sintesis

Biogas adalah salah satu energi alternatif yang dapat diperbaharui. Melalui
Program dari pemerintah NTB yaitu ³Program Bumi Sejuta Sapi´, sehingga
ketersediaan akan feses sapi sebagai bahan baku untuk membuat biogas dari
limbah peternakan dapat terpenuhi yang dapat digunakan bagi keperluan rumah
tangga sehari-hari.
Berdasarkan data dari Departemen Pertanian (2006) Hasil biogas dari
rata 3 ± 5 ekor sapi setara dengan 1-2 liter minyak tanah/hari. Dengan asumsi rata-
rata 4 ekor sapi setara dengan 1,5 liter minyak tanah/hari, maka dengan
perhitungan perbandingan senilai dimiliki:
2 ƒ 2
±
1 ƒ 1

Keterangan ::
!populasi ternak sapi NTB tahun 2009

!populasi 4 ekor sapi


ƒ!asumsi produksi biogas seteh dilakukan penyetaraan dengan minyak
tanah untuk569.050 ekor sapi
ƒ!asumsi produksi biogas setelah dilakukan penyetaraan dengan minyak
tanah untuk 4 ekor sapi = 1,5 liter minyak tanah/hari

569.050   2 569 .050 1,5 


È È 2  213.393,75 Liter minyak tanah/hari.
4 1,5 4

Jadi, dengan potensi 569.050 ekor sapi yang dimiliki NTB tahun 2009,
penggunaan Minyak tanah yang bisa dihemat jika seluruh limbah kotoran sapi
diolah secara maksimal adalah sebesar 213.394 Liter minyak tanah/hari.

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa 0,62 liter minyak tanah setara dengan 1 m3
biogas. Ini berarti dengan cara yang sama (penghitungan perbandingan senilai)
diperoleh: Populasi ternak sapi NTB tahun 2009 dapat menghasilkan 344.183 m3
biogas/hari.

Dengan perkiraan hanya 30% saja dari produksi biogas yang dihasilkan
mengingat 50% lebih peternakan sapi di NTB dilakukan dengan cara digembala
maka biogas yang masih bisa dihasilkan adalah sekitas 103.255 m3 biogas/hari
atau setara dengan penghematan 64.018 Liter minyak tanah/hari. Perhitungan ini
memungkinkan untuk bertambah mengingat populasi ternak di NTB dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan.

Perhitungan di atas menunjukkan besarnya potensi pemanfaatan limbah


ternak dari kotoran sapi di provinsi NTB. Tentunya hal ini tidak boleh disia-
siakan, mengingat pemanfaatan limbah ternak ini memberikan      ^,
antara lain: pengurangan penggunaan bahan bakar minyak, kayu bakar dan limbah
ternak yang dapat mencemari lingkungan, dan perolehan pupuk dari limbah
biogas yang jumlahnya tidak sedikit. Namun sangat disayangkan sosialisasi yang
kurang kepada masyarakat dan belum aktifnya akademisi bidang terkait untuk
mempraktekkan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas menjadikan potensi
pemanfaatan energi alternatif biogas di Provinsi NTB belum terdengar gaungnya.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan telaah pustaka, analisis sintesis yang telah dilakukan. Maka dapat
disimpulkn bahwa, Potensi pemanfaatan limbah ternak berupa kotoran sapi
sebagai penghasil biogas di Provinsi NTB cukup besar, yaitu sekitar 103.255 m3
biogas/hari atau setara dengan penghematan 64.018 Liter minyak tanah/hari.
Biogas sebagai sumber energi alternatif untuk kebutuhan bahan bakar rumah
tangga dapat dioptimalkan dengan menambahkan isi rumen pada proses
pengolahan karena dapat mempercepat reaksi yang menghasilkan gas metan.

Saran

Berdasarkan hasil telaah pustaka dan pembahasan, maka dapat diberikan beberapa
rekomendasi untuk ditindak lanjuti yaitu:
c Pemerintah Provinsi dan Dinas Pertanian baik dalam hal, pendanaan dan
tekhnis pengolahan kotoran sapi menjadi biogas agar realisasinya menjadi
lebih mudah.
c Terakhir, kepada para akademisi dan praktisi (NTB khususnya) di bidang
energi alternatif agar terlibat aktif dalam mengembangkan penelitian
mengenai biogas dari kotoran sapi atau bahan organik lainnya. Sehingga
sumber daya yang ada tidak terbuang percuma, sekaligus mengurangi dampak
pencemaran lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-adnani, Abu fatiah. 2008. Global Warming, sebuah isyarat dekatnya akhir
zaman dan kehancuran dunia. Granada Mediatama: Surakarta.
Anang, 2010. Kandungan Zat Rumen Sapi. http://anang-
pasi.blogspot.com/2010/07/kandungan-zat-rumen-sapi.html. Di
download pada tanggal 26-02-2011, pukul 01:14.
Anonim, 2009. Peternakan Sapi NTB Tempati Urutan Delapan.
www.kapanlagi.com. Di download pada tanggal 01 Februari 2011,
pukul 16.25.
Anonymus, 1997, S   "#  $% ^  $ &  ^ & 
 & . Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tahun 21 No.
1 : 60.
Bajracharya, T.R., A. Dhungana., N. Thapaliya dan G. Hamal. 1985.
 ^       ^      " '  ^ ( ^  .
Journal of The Institute of Engineering 7 (1) : 1 ± 9.
Djoko Said, 2006, ^^   #& '  %) Departemen
Pertanian Jakarta 21 November 2009.
Departemen Pertanian. 2009.      *^ % ^&
+  ( ^   . Seri Bioenergi Pedesaaan. Direktorat
Jenderal Hasil Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta.
Haryati, T., 2006.  "   ^& + #  ^( ^ 
, ^ - Jurnal Wartazoa 6(3) : 160 ± 169.
Nandianto, 2007. Biogas, the best alternatives. http://harry-
chandra.blogspot.com/2008/05/biogas-best-alternatives.html. Di
download pada tanggal 01 Februari 2011, pada pukul 16.45.
Nurhasanah, Wahyuni, A. Asari dan E. Rahmarestia. 2006.  ^& 
   ^     . http://www.mekanisasi.litbang.go.id.
Di download pada tanggal 01 Februari 2011, pukul 16.15.
Pambudi, N. Agung, 2008. Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif
http://www.dikti.org. Di download pada tanggal 01 Februari 2011,
pukul 17.30.
Santi,T 2006. Biogas :     ^&  +  #  ^ ( ^ 
, ^ .Jurnal Wartazoa 6(3) : 160 ± 169.
Sulaeman, Dede, 2008. Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran
Ternak. http://www.agribisnis.deptan.gp.id/layanan.inf. Di
download pada tanggal 25 februari 2011, pukul 01:14.
Sutrisno,C.L et al. 1984. Proceeding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Peternakan Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian
Ternak. Ciawi.
Tolomundu, Farid ,2008,  & .%  ^ ) Jaring Penapress.
Mataram, 2008.

CURRICULUM VITAE

Identitas Penulis

Nama : Muhammad jaya kusuma

NIM : 107170007

Semester : VIII (delapan)

Tempat Tanggal Lahir : Rade, 06 Agustus 1989

Alamat : Jl.Bebidas No 09 B Pagesangan

Agama : Islam

Program Studi : Pendidikan Fisika

IP Kumulatif : 3,27

Fakultas : Pendidikan MIPA

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Mataram

Riwayat Pendidikan

SD : SDN 02 BOLO
SMP/MTs : Ponpes Al-husainy kota Bima,lulus tahun
2004

SMA/MA : SMA N 1 Madapangga,lulus tahun 2007

Perguruan Tinggi : Program Pendidikan Fisika Universitas


Muhammadiyah Mataram

Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Periode

HMJ MIPA (Himpunan Coordinator Bidang Humas 2007-2008

mahasiswa Jurusan
Staf Departemen
Matematika dan ipa ) FKIP 2009-2010
UMM Kesekretariatan

Kegiatan dan Pelatihan yang pernah diikuti :

1.c Co. Asisten Praktikum Fisika dasar I dan II, Tahun 2008-2009
2.c Co. Asisten Praktikum Fisika dasar I dan II, Tahun 2009-2010
3.c Diskusi Terarah ³    # %-.  .  % ^"
 &     ^   &**.´, 16 Juli 2009
4.c Mengikuti WorkShop ³Metodelogi Penelitian´ dengan tema ³  
 ) ^ ^  )#  ^&  /14 Juni 2009.
0-c Seminar Regional dengan tema ³÷  # ^    ^ & 
   + ,&  & ^  &/6 Januari 2010
6.c Seminar Nasional dengan tema ³ # &    +    &
#  ^/31 Mei 2009
Prestasi Dan Karya Ilmiah yang Pernah diraih:

1.c Juara I Sinopsis se-Kabupaten Bima tahun 2007


2.c Juara I Dakwah islamiah (Da¶i) Se- Kabupaten dan Kota Bima antar
Pelajar tahun 2007.

CURRICULUM VITAE

Identitas Penulis

Nama : Adi Hardiyansyah

NIM : 1917A0054

Semester : III (Tiga)

Tempat Tanggal Lahir : Nata, 19 Februari 1991

Alamat : Jln. Bebidas No. 9 B pagesangan Mataram

Agama : Islam

IP Kumulatif : 3,49

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Mataram

Riwayat Pendidikan

SD : MIS Nata Pali Belo

SMP/MTs : SMPN 1 Pali Belo, Lulus tahun 2006

SMA/MA : SMAN 2 Kota Bima ,lulus tahun 2009


Perguruan Tinggi/institut : Universitas Muhammadiyah Mataram

Pengalaman Organisasi

Organisasi Jabatan Periode

HMPS(Himpunan
KETUA HMPS 2009-2010
Mahasiswa Program Studi
Fisika) KABID 2010-2011
HMI

Prestasi Pernah diraih:

3.c Juara 3 ceramah agama se- SMA 2 Kota Bama tahun 2007, 2008 dan juara
2 pada tahun 2009
4.c Juara satu ceramah agama se-Desa Nata 2009, kemudian juara satu
ceramah agama se-kecematan pali belo, dan mengikuti ceramah sekabuten
bima pada tahun 2009.
c

You might also like