Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Tahun-tahun terakhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 ditandai terutama
oleh semakin intens-nya globalisasi. Dalam zaman atau era globalisasi ini
kerjasama antar bangsa di dunia juga berkembang dengan pesat dan semakin
dominasi oleh negara industri maju (terutama Amerika Serikat), maka pengaruh
dan arus informasi yang berasal dari Barat menjadi sangat dominan. Misalnya,
tidak jarang berbeda dengan sikap atau persepsi Pemerintah dan masyarakat
mengenai kebijakan Pemerintah Indonesia. “Tidak hanya itu, Deplu pun semakin
membuat semua pihak bisa dalam sekejap akan terlimpah dengan berbagai
informasi. Kondisi itu kadang justru membuat seseorang akan terjebak pada apa
yang disebut sebagai paradox of plenty” (Kompas edisi 10 Maret, 2002 : 3).
“Ada dua hal yang diperhatikan reporter. Hal pertama, tidak setiap
“posisi atau pengalaman” dari sumber berita “akan dan mesti” tahu akan
informasi yang dipertanyakan. Ini mungkin berhubungan dengan
ketidaktahuan sumber berita. Atau, sumber berita yang kurang pandai
berbicara dan menyampaikan keterangan. Sumber berita yang memang
tidak mau membagi informasi. Dan terakhir, sumber lupa mengingat
fakta-keterangan yang dibutuhkan reporter” (Kurnia, 1999 : 40).
Sementara itu, pada saat yang sama, situasi dalam negeri telah
mengalami perubahan yang mendasar, dari suatu situasi atau sistem yang otoriter
menjadi sistem yang lebih terbuka dan demokratis. Sejalan dengan globalisasi
memandang perlu untuk membentuk atau menetapkan suatu unit organisasi atau
informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat luas melalui pers, baik
politik dan hubungan luar negeri” (Pasal 2). Fungsi dari Departemen Luar Negeri
Dalam hal ini, hubungan luar negeri adalah “setiap kegiatan yang
masyarakat, atau warga negara Indonesia” (Pasal 1). Sedangkan yang dimaksud
dengan politik luar negeri adalah “kebijakan, sikap, dan langkah yang diambil
Contoh dari politik luar negeri adalah sikap dan kebijakan Pemerintah
internasional.
lain, atas dasar fungsional, sehingga terdapat unit-unit yang ditugaskan khusus di
bidang tertentu. Karena itu, terdapat pemisahan antara unit di bidang politik
5
Dalam struktur lama tersebut tidak terdapat suatu unit khusus, atau
pejabat khusus, yang diberi wewenang atau tugas menjadi ‘Juru Bicara’
Departemen Luar Negeri. Karena itu, tugas menjadi Juru Bicara atau Spokesman
Departemen Luar Negeri seringkali harus dilakukan oleh Menteri Luar Negeri
sendiri. Hal demikian sesungguhnya tidak lazim, karena disamping Menteri Luar
kepada pers atau masyarakat tentang berbagai issu penting atau tentang
Juru Bicara Departemen Luar Negeri, yang mampu menjelaskan dengan baik,
restrukturisasi yang diputuskan pada akhir tahun 2001 dan dilaksanakan pada
6
awal tahun 2002, Departemen Luar Negeri telah menunjuk pejabat khusus
dengan tingkat kredibilitas yang tinggi untuk bertindak sebagai Juru Bicara
Dari segi pengertian, ”Juru Bicara adalah orang yang kerjanya memberi
keterangan resmi dan sebagainya kepada umum; pembicara yang mewakili suara
1999 : 423).
dan pelaksanaan politik luar negeri dengan sebaik-baiknya atau sejelas mungkin.
Penjelasan atau informasi tersebut juga meliputi penjelasan tentang sikap atau
atau issu dalam rangka politik dan hubungan luar negeri atau hubungan
internasional.
pertemuan regular dengan pers (Press Briefing), yang biasanya diadakan pada
Press Briefing tersebut menjadi sumber berita utama bagi media massa,
masyarakat Indonesia maupun pihak luar negeri. Pertemuan yang dikenal dengan
Press Briefing ini tidak hanya diikuti oleh pers nasional saja, melainkan juga
dimana dalam kegiatan ini terdapat session tanya jawab antara pers dengan Juru
Bicara.
Kebijakan, 1999:29-30).
8
Strentz lalu membagi dua sumber berita yang dicari reporter : “Sumber
Berita Konvensional dan Nonkonvensional. Sumber berita konvensional
ialah tempat-tempat dimana biasa wartawan mencari dan memperoleh
berita. Tempat-tempat itu : kantor-kantor pemerintahan, humas atau
sumber-sumber promosi, berbagai peristiwa yang bernilai berita, dan
catatan publik. Sedang sumber berita nonkonvensional, biasanya
ditemukan dari cara pengumpulan berita baru atau kurang sering
dipergunakan, seperti teknik precision jurnalism, peliputan ke kelompok
minoritas (AIDS, misalnya) dan terorisme (politik)” (Kurnia, 1999 : 41).
di dalam negeri, yang juga bersangkutan dengan hubungan luar negeri, maka
tema Press Briefing yang diangkat difokuskan pada masalah ‘terorisme, yaitu
diartikan sebagai pihak yang mengirim pesan mengenai politik dan hubungan
luar negeri, dalam hal ini mengenai terorisme, kepada pers yang hadir dalam
kegiatan Press Briefing, yang merupakan sumber berita atau salah satu pelaku
utama dalam proses komunikasi dan salah satu unsur yang penting dan
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sesuatu yang baru dan
Luar Negeri, terutama proses komunikasi antar Juru Bicara dengan pers dalam
kegiatan Press Briefing, serta pelaksanaan fungsi Juru Bicara dalam kegiatan
Press Briefing.
Briefing?
Briefing?
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
juga agar ruang lingkup masalah yang dibahas menjadi jelas dan terarah, maka
1. Masalah yang akan diteliti hanya terbatas pada fungsi Juru Bicara dalam
dan pengertian pers yang hadir pada kegiatan Press Briefing bulan
3. Masalah yang akan diteliti hanya terbatas pada fungsi Juru Bicara
masalah terorisme.
4. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah pers yang terdaftar
Luar Negeri, yang berlokasi di Jl. Pejambon no.6 Jakarta Pusat, yaitu
sampel oleh penulis adalah 30% dari populasi yang sebenarnya, yaitu
sebanyak 19 orang.
penjelasan atau keterangan atau jawaban kepada pihak lain (dalam hal ini
pers) dari orang atau pihak yang diwakilinya atau yang menugaskannya.
dijawabnya pertanyaan atas issu atau peristiwa yang lain. Dalam hal ini,
4. Press Briefing (Taklimat Pers) termasuk bentuk jumpa pers resmi yang
tahunan oleh pihak Humas atau pimpinan perusahaan, dan pejabat tinggi
pertemuan antara pihak media massa atau pers dengan Departemen Luar
Negeri RI yang dipimpin oleh Juru Bicara. Kegiatan Press Briefing ini
diadakan empat kali dalam satu bulan, yaitu setiap hari Jum’at di ruang
Bicara telah menyiapkan bahan yang perlu untuk disajikan pada semua
Pemerintah Indonesia.
bidang pemerintahan luar negeri yang dipimpin oleh Menteri yang berada
14
menyajikan informasi atau masalah yang sedang dihadapi (dalam hal ini
dapat terjawab.
4. Juru Bicara baru diangkat sebagai suatu unit khusus atau pejabat khusus
di Departemen Luar Negeri pada awal tahun 2002, maka penulis ingin
15
mengetahui fungsi Juru Bicara dalam kegiatan Press Briefing, yang juga
baru diadakan awal tahun 2002, sebagai kegiatan mingguan antara pihak
atau titik tolak dalam melakukan penelitian ini, mengingat fungsinya sangat
berikut :
2. Press Briefing (Taklimat Pers) termasuk bentuk jumpa pers resmi yang
tahunan oleh pihak Humas atau pimpinan perusahaan, dan pejabat tinggi
instansi bersangkutan.
16
Pertemuan ini, diadakan mirip dengan suatu diskusi atau berdialog, saling
180).
3. Informasi :
baginya merupakan hal atau peristiwa ang baru (Effendy, 1989 : 177).
Umum
bukan soal-soal yang cuma berarti atau dipahami oleh seorang atau
kelompok tertentu.
maksudkan.
hati pula dengan istilah atau kata-kata yang berasal dari bahasa
daerah atau bahasa asing yang dapat ditafsirkan lain. Sejauh mungkin
Positif
Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan melihat hal-
hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan
simpati.
18
Seimbang
sebab itu kita perlu mengetahui keadaan, waktu dan tempat dalam
Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI Dalam Kegiatan Press Briefing”, dan
- Memenuhi pertanyaan
- Menanggapi pertanyaan
menurut Issac and Michael dalam bukunya : “Hand Book in Research and
20
Hal ini guna memperoleh suatu gambaran mengenai fungsi Juru Bicara
hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau
“Ciri lain metode deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana
alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya
membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku
observasinya. Denagn suasana alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun
langsung ke lapangan. Ia tidak berusaha untuk memanipulasikan vriabel.
Karena kehadirannya mungkin mempengaruhi perilaku gejala (reactive
measures), peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini” (Rakhmat,
2001:25).
berikut :
21
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pers yang hadir pada
dengan permasalahan.
lokasi, yaitu Departemen Luar Negeri RI, yang berlokasi di Jl. Pejambon
1.10.1 Populasi
berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar,
Populasi yang akan diteliti penulis adalah seluruh pers yang terdaftar atau
tercatat sebagai peliput pada bulan Oktober hingga Desember dalam kegiatan
Press Briefing Departemen Luar Negeri, berlokasi di Jl. Pejambon no.6, Jakarta
Pusat, yaitu sebanyak 62 responden (yang berasal dari media cetak dan
1.10.2 Sampel
Dengan adanya sampel ini, maka diharapkan populasi dapat menunjukkan dan
simple random sampling. Populasi yang dijadikan sampel oleh penulis adalah
23
30% dari populasi yang sebenarnya (62 orang), yaitu sebanyak 19 orang, dengan
cara mengundi, sehingga populasi yang ada mempunyai kesempatan yang sama
Kartono bahwa : “Tidak ada aturan yang ketat untuk secara mutlak menentukan
berapa persen sampel tersebut harus diambil atau dipilih dari populasi” (Kartono,
1996 : 135).
Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan dari Wahyu M.S. yang
mengatakan bahwa : “Mengenai basarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku
atau rumusan yang pasti, sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan
BAB I : PENDAHULUAN
karangan.
Penulisan dalam bab ini diuraikan teori yang berkaitan dengan masalah
tentang Juru Bicara, dan tinjauan tentang Press Briefing, yang berdasarkan buku
Dalam bab ini penulis mengemukakan sekilas tentang tugas, fungsi, dan
Menteri, peranan dan fungsi Juru Bicara Departemen Luar Negeri RI dalam
kegiatan Press Briefing, dan tujuan, fungsi dan sasaran kegiatan Press Briefing.
Bab ini berisikan analisis deskriptif data responden dan analisis data hasil
penelitian yang diperoleh dari pengisian angket dari responden terpilih yang
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan rangkuman dan kesimpulan dari penelitian ini, serta
dilaksanakan.
25
BAB II
mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Dengan
kepentingan kepada orang lain guna mencapai tujuan hidup tersebut. Tetapi,
Sebuah kata dapat mempunyai makna yang berbeda-beda atau lebih dari
satu bila diartikan oleh manusia yang berbeda pula. Sama seperti kata
atas sebuah panggung, diskusi antara pegawai dalam sebuah rapat, atau
pertukaran pendapat atau pikiran antar dua orang. Banyak pula yang berpikiran
bahwa komunikasi harus berkaitan dengan media massa – surat kabar, televisi,
buku, radio, atau film. Untuk sebagian orang, komunikasi adalah sesuatu yang
Komunikasi jauh lebih luas dari hanya berbicara dan mendengar, dan
Orang awam atau orang yang tidak begitu mengerti atau mengenal ilmu
dari segi pengertian. Maka, ada beberapa pengertian dari para pakar, sebagai
berikut :
Komunikasi menurut Sir Gerald Barry, adalah berasal dari kata Latin ;
Comunicare, artinya ‘to talk together, corfer, discourse and consult with
another’. Perkataan ini menurut Barry ada hubungannya pula dengan
perkataan Latin yang lain Communitas, yang artinya : not only
community but also fellowship and justice in men’s dealings with one
another. Katanya selanjutnya : Society is based on the possibility of men
living and working together for common-ends in a word, on cooperation.
(Palapah dan Syamsudin, 1983 : 2)
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
berarti atau kata-kata untuk merubah tingkah laku orang lain, yaitu komunikate.
Sedangkan, komunikasi antar manusia tidak dapat dihindari. “We can not
penyampaian informasi yang tidak ada hentinya, dan sebaliknya, kita secara
terus menerus dan tanpa bisa dihindari menerima informasi mengenai orang lain,
komunikasi yang bertujuan untuk saling mengerti dan bekerjasama antara semua
secara berkesinambungan dan teratur, dengan tujuan apa yang disampaikan dapat
bermacam-macam humas.
- Humas Pemerintahan
- Humas Industri dan Bisnis
- Humas Sosial
- HUmas Organisasi Internasional
(Kusumastuti, 2002 : 37).
umum telah diterima sejak lama. Humas dalam pemerintahan dan politik tidak
dapat dilepaskan dari opini publik. Hal tersebut dapat dilihat dari keputusan
Menteri Luar Negeri dalam menunjuk suatu pejabat tertentu dengan kredibilitas
dalam menghadapi suatu masalah, kepada masyarakat luas. Hal ini direalisasikan
melalui kegiatan rutin Juru Bicara dengan pers, yaitu melalui Press Briefing.
dari berbagai publik dengan kepentingan yang sangat kompleks pula. Hal ini
memang tidak lepas dari “karakteristik” yang melekat dalam setiap kegiatan
Namun, tugas yang berat tersebut ternyata masih ditambah dengan hambatan-
program yang tidak perlu merupakan hal-hal yang memperburuk citra humas
pemerintahan.
Ivy Lee berpendapat bahwa “semua jenis materi pers harus bebas dari
nilai-nilai dan kepentingan sepihak”. Kiteria kejujuran dan kenetralan
harus dipegang teguh oleh kalangan praktisi humas. Setiap pesan atau
berita yang mereka sampaikan kepada masyarakat melalui pers haruslah
sesuai dengan kenyataan yang sesuangguhnya. Baik atau buruknya
humas diukur berdasarkan kejujuran dan sikap netralnya. Kepentingan
masyarakat, harus senantiasa diutamakan. Kalau hal ini benar-benar
diperhatiakan maka sambutan khalayak pembaca, pendengar dan
pemirsa, dengan sendirinya akan positif sehingga perusahaan induk atau
klien humas tadi pasti akan memperoleh suatu publisitas yang baik
seperti yang diinginkannya, dan pada saat itulah kepentingan-
kepentingannya sendiri akan dapat terpenuh” (Jefkins, 1996 : 99).
Dari segi pengertian, ”Juru Bicara adalah orang yang kerjanya memberi
keterangan resmi dan sebagainya kepada umum; pembicara yang mewakili suara
1999 : 423).
“A person who speaks for another or for a group, atau seseorang yang
berbicara atas nama orang lain atau perkumpulan” (Wawancara dengan
bagian Biro Administrasi Menteri, 7-9 Oktober 2002).
adalah pihak atau seeorang yang mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi
atau lembaga untuk berbicara atau menyampaikan pesan, antara lain kebijakan-
kebijakan organisasi yang bersangkutan kepada pihak luar. Dalam hal ini, Juru
sedang dihadapi, guna menjaga citra Departemen Luar Negeri, baik di dalam
32
maupun di luar Departemen dan juga menjaga citra Indonesia baik di mata
1. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian
tujuan,
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar
organisasi,
3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif,
4. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam
menangani situasi konflik,
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.
(Siagian, 1999 : 48).
dalam anggota kelompok organisasi apakah lebih tinggi, lebih rendah, atau
diangkatnya Juru Bicara adalah untuk mencapai tujuan Departemen Luar Negeri
Tetapi tujuan tersebut tidak akan berlangsung dengan baik bila Juru Bicara tidak
tujuan dan berbagai sasarannya, tidak ada organisasi atau lembaga, baik lembaga
terisolasir. Artinya, tidak ada organisasi yang akan mampu mencapai tujuannya
tanpa memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak di luar organisasi
atau lembaga yang bersangkutan sendiri. Pada tingkat negara pun, pemeliharaan
hubungan itu dewasa ini sudah diterima sebagai keharusan mutlak, baik pada
budaya. ASEAN, OPEC, APEC, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh
ini tidak ada lagi negara yang akan mampu mencapai tujuannya tanpa
berhubungan dengan berbagai negara lainnya. Prinsip yang sama berlaku bagi
kepada masyarakat. Dalam hal ini Kepala Biro Administrasi Menteri lah yang
bertindak sebagai wakil dan Juru Bicara Departemen Luar Negeri dalam
Negeri, yang ditunjuk langsung oleh Menteri Luar Negeri, yang bertugas untuk
Negeri. Serta mengklarifikasi issu-issu atau masalah yang sedang dihadapi, guna
Departemen dan juga menjaga citra Indonesia baik di mata bangsa Indonesia,
sebagai pelaksanaan dari berbagai keputusan yang telah diambil baik oleh
Luar Negeri juga mendampingi Menteri Luar Negeri bila bepergian atau
menjalankan tugas ke luar negeri, serta mengetahui komunikasi yang masuk dan
Negeri.
yang tidak tertulis adalah, saya mengikuti semua kegiatan Menteri Luar
Negeri, baik dalam menerima tamu atau pun mendampingi Menteri ke
luar negeri. Dengan itu ungkapan-ungkapan dan pandangan-pandangan
Menteri Luar Negeri dapat saya rekam dan ingat” (Wawancara dengan
Juru Bicara Departemen Luar Negeri, 31 Desember 2002).
adalah bahwa:
pertanyaan oleh pihak luar. Misalnya pada saat wawancara langsung dengan
pihak media massa atau pada forum tanya jawab dalam kegiatan Press Briefing,
ini Departemen Luar Negeri), guna menumbuhkan persepsi yang tepat dan dapat
dipahami dari berbagai pihak, terutama media massa. Karena media massa
organisasi dalam usaha pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Serta bila telah timbul
adanya issu yang kurang tepat dengan masalah yang sebenarnya, dapat
lain dari Juru Bicara adalah mengklarifikasi issu atau masalah tertentu yang
Briefing yang diadakan Juru Bicara atau organisasi yang bersangkutan. Dengan
tentunya dilakukan melalui proses komunikasi, baik secara lisan maupun secara
organisasi.
tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan
perasaannya kepada orang lain” (1993 : 14) (a). Karena itu komunikator biasa
Briefing, Juru Bicara memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam
Oleh karena itu, dalam hal ini Juru Bicara harus terampil berkomunikasi,
dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas. Tetapi, keefektifan komunikasi
tidak saja ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi, melainkan juga oleh diri
Juru Bicara dan komunikate. Komunikate, dalam hal ini pers yang dijadikan
A. Etos Komunikator
a. Kesiapan (preparedness)
b. Kesungguhan (seriousness)
c. Ketulusan (sincerity)
d. Kepercayaan (confidence)
41
e. Ketenangan (poise)
f. Keramahan (friendship)
g. Kesederhanaan (moderation)
Kesederhanaan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik, tetapi juga
dalam hal penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan
perasaan dan dalam gaya mengkomunikasikannya.
B. Sikap komunikator
a. Reseptif (receptive)
Sikap reseptif berarti kesediaan untuk menerima gagasan dari orang lain, dari
staf pimpinan, karyawan, teman, bahkan tetangga, mertua, dan isteri. Dengan
42
b. Selektif (selective)
Seperti halnya dengan faktor reseptif, faktor selektif pun penting bagi
komunikator dalam peranannya selaku komunikan, sebagai persiapan untuk
menjadi komunikator yang baik. Jadi, untuk menjadi komunikator yang baik, ia
harus menjadi komunikan yang terampil. Tetapi dalam menerima pesan dari
orang lain dalam bentuk gagasan atau informasi, ia harus selektif dalam rangka
pembinaan profesinya untuk diabdikan kepada masyarakat.
c. Dijestif (digestive)
d. Asimilatif (assimilative)
e. Transmisif (transmissive)
menyampaikan pesan. Komunikator, dalam hal ini Juru Bicara Departemen Luar
Negeri, yang menyampaikan pesan dengan cara yang baik sangat penting dan
dikuasai. Seyogianya cara atau gaya yang merusak penyampaian pesan tidak
mengatakan bahwa:
Press Briefing atau Jumpa Pers merupakan suatu kegiatan hubungan pers,
selain Press Release, Kunjungan Pers, Resepsi Pers, dan lain sebagainya.
peristiwa atau kegiatan penting dan besar. Kelebihan Press Briefing terletak pada
aspek diskusi atau tanya jawab. Dengan adanya forum diskusi atau tanya jawab
44
antara Juru Bicara dengan pers, memungkinkan pers makin kaya lagi dengan
diperhatikan hal-hal penting di atas tersebut. Hal sekecil apa pun harus
Press Briefing Departemen Luar Negeri merupakan kegiatan rutin tiap minggu
dengan waktu dan lokasi yang sama, yang biasanya diselenggarakan pada hari
memastikan adanya kegiatan tersebut dengan waktu dan tempat yang telah
ditetapkan.
karyawan pada organisasi, dimulai dari tingkat tertinggi sampai dengan yang
terendah. Bila dilihat secara struktural, seperti dikatakan oleh Effendy diatas,
pimpinan Departemen, dalam hal ini Menteri Luar Negeri, melainkan oleh Juru
Bicara yang merangkap sebagai Kepala Biro Administrasi Menteri. Jadi, bila
pihak luar atau publik luar memerlukan informasi baik mengenai Departemen
Luar Negeri maupun hubungan dan politik luar negeri, pihak yang memberikan
informasi tersebut adalah Juru Bicara Departemen Luar Negeri. Contoh dari
kegiatan komunikasi eksternal untuk publik pers yang dilakukan oleh Juru
Bicara adalah: Press Briefing, Press Interview, Press Reception, dan lain
sebagainya.
“Oleh seluruh unsur yang ada pada organisasi, dimulai dari tingkat
pimpinan dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan
komunikasi dapat dilakukan tertinggi sampai dengan karyawan
operasional sampai merupakan representasi publik organisasi atau
membawa nama organisasi pada saat mereka melakukan kegiatan
komunikasi dengan publik luar” (2000 : 109).
dilakukan oleh pihak dalam, dalam hal ini adalah Departemen Luar Negeri yang
diwakili oleh Juru Bicara, kepada pihak luar, yaitu publik pers.
hidup berbangsa.
Syarat untuk terjalinnya hubungan ini semua sudah tentu harus ada
berdiri sendiri tanpa bantuan pihak lain, baik pihak luar maupun pihak dalam
itu sendiri adalah “interviu tatap muka antara tiga individu atau lebih dengan
hubungan, tetapi dengan adanya hubungan tidak berarti akan terjadi komunikasi.
Salah satu hubungan yang dibina dalam suatu organisasi adalah hubungan
suatu pesan atau informasi yang maksimum untuk menciptakan pengetahuan dan
peningkatan citra positif melalui media massa. Bentuk kegiatan hubungan pers
yang dilakukan Departemen Luar Negeri RI antara lain adalah : Press Release,
Jumpa Pers (press briefing, press conference), Kunjungan Pers, Resepsi pers,
Press Briefing merupakan kegiatan rutin (setiap satu minggu sekali) yang
harmonis, dan dinamis dengan pers. Dengan kata lain untuk memperkokoh
kemitraan antara diplomat dan media massa. Press Briefing ini dilakukan pula
untuk perbaikan pelayanan informasi dari pihak Departemen Luar Negeri kepada
media massa.
sosial yang nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula. Komunikasi
49
tatap muka ini lebih cenderung dilakukan secara sengaja, dan umumnya para
pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing.
Ini dapat dilihat dari peranan anggota kelompok dari Press Briefing tersebut,
hubungan dan politik luar negeri. Kemudian pers berperan sebagai pihak yang
BAB III
OBJEK PENELITIAN
pemerintahan luar negeri yang dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan
baru, yang dilaksanakan pada awal tahun 2002. Proses restrukturisasi tersebut
diri itu pada umumnya menyangkut restrukturisasi Departemen Luar Negeri dan
sekarang berbeda dengan 50 tahun lalu. Struktur organisasi pusat yang sudah
sejak tahun 1974 dinilai tidak memadai lagi, dan telah terjadi perubahaan besar
dan mendasar pada tingkat nasional dan internasional. Dunia yang sekarang
hubungan luar negeri. Seperti meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar
negeri agar mampu melakukan diplomasi proaktif dalam segala bidang untuk
menyelenggarakan fungsi :
Pembinaan, koordinasi, dan konsultasi dalam pelaksanaan politik luar negeri dan
Departemen;
makro;
budaya, dan penerangan luar negeri; serta pengaturan dan pelaksanaan protokol
dan konsuler.
Departemen Luar Negeri pun berubah. Departemen Luar Negeri yang sekarang
berikut :
Staf Ahli:
Inspektorat Jenderal:
Sekretariat Jenderal;
Perwakilan RI.
Biro Kepegawaian;
Biro Keuangan;
Biro Hukum;
Pusat Komunikasi.
Inspektorat Wilayah I
Inspektorat Wilayah II
Inspektorat Wilayah IV
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, yang diperkuat dengan lima
direktorat, yaitu:
Direktorat Afrika;
Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, juga terdiri dari lima Direktorat, yaitu :
55
Direktorat Jenderal Multilateral Politik, Sosial, dan Keamanan, terdiri dari empat
Direktorat, yaitu:
Juga Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler, yang diperkuat oleh empat
Direktorat, yaitu :
Direktorat Protokol;
Direktorat Konsuler;
Indonesia.
Afrika;
Perwakilan RI
Gambar 3.1
58
pada akhir tahun 2001. Biro Administrasi Menteri merupakan salah satu
dilaksanakan secara resmi oleh Menteri Luar Negeri Hassan Wirayuda pada hari
Departemen Luar Negeri, di mana segala atau seluruh kawat, facsimile, nota,
Jakarta, yang ditujukan pada Menteri Luar Negeri, ditangani oleh Biro
mana yang patut untuk diberikan dan menjadi perhatian Menteri Luar Negeri dan
mana yang tidak. Mana yang klasifikasinya UDK (untuk diketahui), yaitu hanya
untuk dijadikan informasi saja, dan mana yang untuk didisposisikan oleh Menteri
Luar Negeri.
komunikasi yang masuk dan keluar dari Departemen Luar Negeri. Mulai dari
59
harus menyeleksi hal-hal yang penting, yang patut menjadi perhatian, serta
Luar Negeri serta menyelenggarakan urusan rumah tangga Menteri dan urusan
soal politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan serta soal-soal hukum untuk
oleh unit kerja terkait serta penyajian naskah pidato terakhir kepada Menteri;
60
Menteri.
Subbagian Protokol;
(naskah mengenai) soal-soal politik, sosial, dan keamanan serta soal-soal hukum
dan budaya di wilayah Asia Pasifik dan Afrika, Amerika dan Eropa, organisasi
dan pembangunan di wilayah Asia Pasifik dan Afrika, Amerika dan Eropa,
informasi kepada media massa, serta pelaksanaan pemantauan berita cetak dan
elektronik.
keamanan dan rumah tangga Menteri, pelayanan Staf Ahli, serta urusan
pelayanan administrasi Biro dan Staf Ahli. Adapun fungsi dari Bagian Umum
keamanan dan rumah tangga Menteri, Pelayanan administrasi staf Ahli Menteri
atas nama Menteri Luar Negeri atau Departemen Luar Negeri. Juru Bicara
Luar Negeri) untuk berbicara kepada publik dan masyarakat luas, yaitu termasuk
Foreign Policy Breakfast yang pertama, pada tanggal 16 Januari 2002 di Gedung
pertama ini, diundang para tokoh media massa. Beberapa masukan dari diskusi
yang dilakukan secara rutin, serta perbaikan pelayanan informasi kepada media
massa.
Kepala Biro Administrasi Menteri, yang secara resmi dan struktural diangkat
Departemen Luar Negeri pada awal tahun 2002 bersamaan dengan pengangkatan
atau pelantikan sebagian dari pejabat Departemen Luar Negeri lainnya, setelah
senior seperti mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas, Mantan Duta Besar Nana
Sutresna dan Irawan Abidin, namun pengangkatan Juru Bicara secara resmi dan
Memang sebelumnya tidak ada yang secara struktur disebut sebagai Juru
Bicara. Dalam struktur Departemen Luar Negeri yang lama, yang ada adalah
istilahnya lebih tegas sebagai spoksman, yaitu Juru Bicara, juga dalam struktuk
Departemen Luar Negeri yang baru ini Juru Bicara dikombinasikan dengan tugas
Kepala Biro Administrasi Menteri, yang mana Biro Administrasi Menteri ini
Tujuan utamanya adalah untuk memastikan agar salah satu kendala yang
Penerangan karena secara struktural jauh dari kegiatan Menteri jadi sukar untuk
secara dekat.
jabatan Kepala Biro Administrasi Menteri ini, maksudnya adalah supaya tidak
ada kesenjangan, dan supaya adanya pemahaman yang lebih mendalam dengan
apa yang menjadi perhatian dari Menteri Luar Negeri dan Departemen Luar
Negeri.
negara tersebut. Ideal yang bisa dilihat sehari-hari adalah seperti di State
64
Department Amerika Serikat, karena sudah sangat mapan, seperti fungsi Juru
Bicaranya. Dengan melihat perbandingan itu, jelas masih sangat banyak yang
harus dilakukan Departemen Luar Negeri. Tetapi paling tidak Departemen Luar
yaitu Kementerian Luar Negeri Singapore dan Thailand, seandainya ada Juru
Bicara tidak dipersonifikasikan. Jadi hanya kantornya yang ada, yaitu kantor
Setelah berjalan hampir satu tahun, Juru Bicara Departemen Luar Negeri
kini menjadi pintu utama informasi terkini dari Indonesia. Marty Natalegawa,
sebagai Juru Bicara Departemen Luar Negeri kini, menjadi orang yang diburu
wartawan tiap kali ada peristiwa tak mengenakkan yang dialami orang atau
Bicara merupakan bagian dari upaya pembenahan diri, baik dari aspek struktural
masyarakat nasional maupun internasional, tapi juga masukan dan kritik dari
65
masyarakat. Dengan adanya jabatan Juru Bicara, jika ada kritik pasti akan
memahami pada umumnya seluruh kegiatan dari Departemen Luar Negeri, baik
yang secara tertulis maupun yang tidak tertulis. Secara tertulis misalnya, sebagai
Kepala Biro Administrasi, menerima seluruh kawat, facsimile, nota, dan lain
sebagainya yang ditujukan pada Menteri Luar Negeri dan menyeleksinya untuk
merangkap sebagai Juru Bicara, mengetahui kegiatan dan masalah apa saja yang
masuk ke dalam Departemen Luar Negeri, begitu pula yang keluar Departemen
Hal di atas sangat mendukung peranan Juru Bicara, yaitu berbicara atas
nama Menteri Luar Negeri atau Departemen Luar Negeri kepada pers, maupun
Departemen Luar Negeri dalam hubungannya dengan politik luar negeri dan
hubungan luar negeri. Karena mau tidak mau Juru Bicara akan well informed,
66
atau lebih mempunyai pengetahuan mengenai masalah yang masuk dan keluar
harus mengikuti perkembangan atau semua kegiatan Menteri Luar Negeri, baik
dalam menerima tamu, ataupun mendapingi Menteri Luar Negeri ke luar negeri.
disuarakan Menteri Luar Negeri dapat terekam dan coba untuk diingat sedapat
mungkin oleh Juru Bicara, guna memberikan jawaban yang tidak terlalu jauh
dengan pandangan Menteri Luar Negeri tersebut, bila ada pertanyaan dari pers
sebelum kepada Menteri Luar Negeri karena tidak ada di tempat, maka Juru
bila jawaban yang diberikan Juru Bicara kurang tepat, maka dengan cara yang
Pada saat Juru Bicara ke luar negeri mendampingi Menteri Luar Negeri,
karyawan Biro Administrasi Menteri lainnya melalui telepon yang selalu dibawa
Juru Bicara, yang dapat di akses dari Jakarta, agar pengetahuan Juru Bicara tidak
Jadi, menjadi Juru Bicara harus tetap mengkoleksi informasi yang ada
sedang di dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan kata lain Juru Bicara
Pada intinya, Juru Bicara adalah pembicara tetap pada kegiatan Press
Briefing. Bila Juru Bicara sedang bertugas ke luar negeri, Press Briefing pada
umumnya tidak ada. Karena Juru Bicara berfungsi sebagai penyampai informasi
atau pembicara tetap pada kegiatan Press Briefing. Kecuali sempat dua kali tidak
dilakukan oleh Juru Bicara, yang salah satunya adalah dilakukan oleh Menteri
Luar Negeri, yang pada saat itu mengangkat masalah mengenai money
laundering. Tetapi selain itu tidak pernah diadakan Press Briefing bila bukan
penyedia informasi kepada publik dan pers, mengenai issu-issu terkini, dan
politik luar negeri yang bersifat umum, faktual, dan tepat serta bukan
Negeri, dimana Juru Bicara berfungsi sebagai pembicara atas nama Departemen
Luar Negeri. Selain pada kegiatan Press Briefing, Juru Bicara melayani atau
menerima jika ada permintaan wawancara dari stasiun televisi, radio, atau yang
Fungsi Juru Bicara dalam kegiatan yang rutin adalah pada kegiatan Press
Briefing, yaitu berfungsi sebagai penyedia informasi atas nama Departemen Luar
Negeri, kepada pers mengenai issu-issu terkini yang sedang berkembang serta
berlangsung 1 hingga 1½ jam, di mana Juru Bicara sedapat mungkin tidak terlalu
pers yang hadir guna melengkapi informasi pers untuk kemudian dijadikan
berita.
politik dan hubungan luar negeri, serta masalah warga Indonesia yang berada di
atau issu-issu yang sedang dihadapi Departemen Luar Negeri. Selain itu, Juru
tanya jawab, yang selalu dibuka setelah Juru Bicara menyampaikan hal-hal atau
Press Briefing.
Meski dari sisi Departemen Luar Negeri tidak ada hal atau masalah yang
khusus yang harus disampaikan kepada pers dalam kegiatan Press Briefing,
sejauh ini Juru Bicara tetap melangsungkan Press Briefing karena Juru Bicara
ingin adanya interaksi antara pers dengan pihak Departemen Luar Negeri,
apakah tetap akan diadakan Press Briefing bila dari sisi Departemen Luar Negeri
tidak ada hal khusus yang harus disampaikan secara terencana. Tetapi di sisi lain,
jika Juru Bicara tidak mengadakan Press Briefing sama sekali, seandainya ada
sesuatu yang ingin dipertanyakan pers dan tidak tersampaikan, ada kemungkinan
Departemen Luar Negeri akan dianggap tidak transparan. Maka jika tidak ada
hal khusus yang ingin disampaikan Departemen Luar Negeri, Juru Bicara akan
Karena Juru Bicara berfungsi untuk berbicara atas nama Departemen dan
diberikan wewenang penuh untuk itu, maka Juru Bicara harus benar-benar
Untuk hanya berbicara adalah mudah, tapi jika untuk berbicara dengan
pemahaman bahwa setiap kata dan istilah yang digunakan membawa implikasi
yang bisa berarti, harus dilakukan dengan hati-hati. Dengan ini dapat
yang konserfatif, yang sehati-hati mungkin tapi juga di lain pihak selangsung
media, mereka kadang kala belum bisa membedakannya. Jadi, yang menjadi
Jadi pada intinya, fungsi Juru Bicara dalam kegiatan Press Briefing
kegiatan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang, atau
posisi Departemen Luar Negeri dalam suatu masalah yang sedang dihadapi.
juga secara jelas menyampaikan peranan Departemen Luar Negeri dan kegiatan-
kegiatannya.
berita utama di media massa, maka sangat penting bahwa media massa tersebut
memberitakan kejadian atau gambaran yang tepat atas tujuan dan apa yang
gambaran yang sebenarnya. Ini berarti Juru Bicara tidak hanya harus tanggap
atau informasi yang kurang tepat mengenai Departemen Luar Negeri, dan juga
didengarkan dan diakui oleh seluruh pihak, baik di dalam Departemen maupun
di luar Departemen.
Pancasila, Departemen Luar Negeri. Pada acara ini, disepakati betapa pentingnya
informasi kepada media massa. Maka, dua hingga tiga bulan setelah kesepakatan
Briefing pertama.
sedang dihadapi Departemen Luar Negeri, serta menyediakan wadah untuk para
pers bertanya mengenai masalah atau peristiwa yang sedang menjadi perhatian
faktual mengenai isu-issu terkini yang diutarakan kepada pers. Press Briefing
Departemen Luar Negeri adalah kegiatan rutin, setiap minggu yang khusus diatur
Departemen Luar Negeri, dengan Juru Bicara sebagai pihak yang ditunjuk
Departemen Luar Negeri, untuk berbicara atas nama Departemen Luar Negeri.
Luar Negeri berlangsung singkat antara 1 hingga 1 ½ jam, dan tidak bersifat
wawancara khusus, serta bukan atas permintaan tertentu, karena Press Briefing
wawancara untuk para wartawan dan telah khusus diatur untuk memberi
Pemerintah Indonesia di bidang politik luar negeri, dan dilakukan secara rutin
pada hari Jum’at, yang dapat dihadiri baik oleh kalangan pers dalam negeri
maupun pers luar negeri. Pada umumnya Press Briefing difokuskan kepada satu
atau beberapa issu atau peristiwa tertentu, namun tetap membuka kemungkinan
dijawabnya pertanyaan atas issu atau peristiwa yang lain. Dalam hal ini,
Departemen Luar Negeri, yaitu Direktorat Informasi dan Media selaku pihak
73
facsimile. Istilahnya Direktorat Informasi dan Media adalah hadrware dari Press
persiapan yang dibutuhkan dalam Press Briefing, misalnya tempat atau ruangan
berkaitan dengan politik dan hubungan luar negeri, serta posisi Departemen Luar
Negeri dalam menghadapi suatu masalah, dapat tersalurkan dengan lebih baik,
mudah dan terencana. Ini dapat menandakan bahwa Departemen Luar Negeri
menyampaikan apa yang telah dan akan dilakukan Departemen Luar Negeri
Tetapi Press Briefing ini diadakan bukan hanya untuk memenuhi atau
teknologi informasi saja, dimana hal tersebut tetap merupakan prioritas utama
bagi Departemen Luar Negeri, tetapi juga meningkatkan hubungan baik antara
Departemen Luar Negeri dengan media massa (dalam hal ini press relations).
74
Luar Negeri
baik dari madia massa cetak maupun dari media massa elektronik. Masalah
atau issu-issu yang disampaikan Juru Bicara dalam kegiatan ini adalah
sebagai dua sisi yang berbeda pada satu koin, karena mereka saling berhubungan
internasional, diketahui bahwa masalah luar negeri tidak dapat terlepas dari
masalah dalam negeri, juga sebaliknya, masalah dalam negeri tidak bisa terlepas
dunia internasional dan di dalam negeri, perlu dibangun pemahaman baru dunia
tentang dunia. Dalam hal ini, tujuan diadakannya Press Briefing adalah agar
adalah bahwa informasi yang telah diberikan kepada wartawan nasional dan
75
wartawan internasional adalah informasi yang faktual dan tepat, sehingga pada
gilirannya akan mengakibatkan penulisan atau peliputan yang faktual dan tepat
pula. Press Briefing juga bertujuan agar adanya interaksi dan hubungan yang
baik antar pihak Departemen Luar Negeri dengan pihak luar, dalam hal ini media
massa, baik media massa asing maupun media massa lokal, selain memperbaiki
pelayanan informasi kepada media massa dari pihak Departemen Luar Negeri.
Tetapi di lain pihak Juru Bicara tidak mau menampilkan sosok yang
memaksakan pandangan kepada media massa atau memberi kesan bahwa Juru
Bicara atau pihak Departemen Luar Negeri serba tahu dan serba benar. Dimana
Pemerintah, padahal hal tersebut tidak sejalan dengan misi Departemen Luar
Indonesia yang seutuh dan selengkap mungkin. Jadi, Departemen Luar Negeri
dari para pengamat, yang seharusnya pada akhirnya pers tersebut menarik
Jadi, tujuan dari Press Briefing pada intinya ada dua. Yang pertama
kepada media massa. Hal ini bertujuan guna memberi pemahaman yang lebih
baik kepada media massa apa yang menjadi pandangan dan kebijakan
Departemen Luar Negeri dan kebijakan Pemerintah. Tujuan yang kedua adalah
76
informasi mengenai apa yang menjadi perhatian media massa, guna dijadikan
introspeksi bagi Departemen Luar Negeri. Press Briefing ini pun bermanfaat
untuk dijadikan rujukan oleh perwakilan RI di luar negeri bila ada wartawan
yang bertanya mengenai posisi Indonesia tentang berbagai hal yang belum tentu
rangkuman tersebut dari Direktorat Informasi dan Media mengenai hasil Press
Briefing.
berfungsi sebagai dorongan agar adanya hubungan baik antar Departemen Luar
Negeri dengan pihak luar, yaitu media massa, yang juga menyatakan bahwa
masalah yang sedang dihadapi mengenai politik dan hubungan luar negeri.
Dengan adanya Press Briefing, maka salah satu dampak positifnya adalah bahwa
hubungan dan politik luar negeri dan posisi Departemen Luar Negeri dalam
77
negeri, dimana hasil dari Press Briefing tersebut dijadikan rujukan untuk mereka
untuk pers, untuk dijadikan liputan esok harinya. Seperti yang pernah terjadi,
Juru Bicara tidak bisa mengadakan Press Briefing karena suatu hal. Dampak dari
hal tersebut adalah Juru Bicara mendapatkan banyak telepon dan e-mail dari
Press Briefing. Jadi, Press Briefing tidak hanya bermanfaat untuk media massa,
Hal tersebut sangat berguna terutama pada saat menghadapi masalah bom
Bali beberapa bulan yang lalu. Tidak mungkin Juru Bicara tidak mengadakan
Press Briefing, karena banyak sekali pers yang ingin mengetahui mengenai
masalah tersebut, dimana posisi Indonesia, dan langkah-langkah apa saja yang
posisi Indonesia dalam politik dan hubungan luar negerinya, terutama dengan
pada warga Indonesia yang berada di luar negeri. Selain Departemen Luar
bom Bali kepada pers, baik pers nasional maupun pers internasional, yang
Conference hari berikutnya, dimana Menteri Luar Negeri yang turun langsung
menjadi pembicaranya, dan pada minggu yang sama telah diadakan beberapa
Press Briefing tambahan (selain Press Briefing regular yang diadakan setiap hari
Jum’at).
tertentu mengenai Departemen Luar Negeri yang tidak sama atau kurang sesuai
untuk mengklarifikasi masalah tersebut. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa
diplomatik dapat berarti banyak, dan tidak menutup kemungkinan pers yang
meliput salah mengartikan kata-kata tertentu karena kadang pers belum bisa
membedakannya. Hal tersebut bisa menjadi fatal dampaknya bila tidak di tindak
mungkin, guna menghindari dari kesalah pahaman yang lebih besar. Misalnya
diplomasinya antara deplore dan condemn ada gradasinya, dimana deplore lebih
rendah dari pada condemn. Kadang kala ada nuansa-nuansa tertentu yang Juru
penting oleh pers, di mana pada akhirnya bisa timbul masalah karena Juru Bicara
Negeri atau posisi Pemerintah setepat mungkin. Jadi pada akhirnya, Juru Bicara
79
harus sehati-hati mungkin dalam berbicara, selain adanya Press Briefing yang
berfungsi juga bagi Juru Bicara untuk mengklarifikasi bila ada suatu masalah.
mengundang seluruh jenis media massa, baik media massa elektronik, yaitu
radio, televisi, media massa cetak, yaitu majalah, surat kabar, juga perusahaan
dot com, dan lain sebagainya. Departemen Luar Negeri selain mengundang
media massa nasional, juga media massa internasional yang berada di Indonesia.
Sehari sebelum kegiatan Press Briefing diadakan, yaitu pada hari Kamis
siang, salah satu Direktorat Departemen Luar Negeri, yaitu Direktorat Informasi
dan Media menyebarkan undangan Press Briefing pada pers, yang berisikan
kadang-kadang saja datangnya, tidak rutin dan tidak sesering wartawan lokal.
Wartawan asing biasanya hanya datang bila ada big event saja. Misalnya setelah
terjadinya tragedi bom Bali, para wartawan asing sering dan banyak yang datang
pada kegiatan Press Briefing untuk menanyakan hal-hal atau masalah yang
Luar Negeri dalam masalah tersebut. Press Briefing kurang dimanfaatkan oleh
melalui telepon.
wartawan asing untuk lebih terpanggil untuk datang pada kegiatan Press
Briefing, dengan cara yang memang efektif tanpa menimbulkan kesan bahwa
untuk wartawan asing dan ada suatu forum lainnya untuk wartawan lokal.
Negeri
Jum’at. Pada awalnya Press Briefing dilaksanakan pada siang hari, dan
menghabiskan waktu kurang lebih 1 hingga 1 ½ jam, yaitu mulai pukul 14.00
Press Briefing dilaksanakan di pagi hari, yaitu pada pukul 10.00 pagi hingga
11.30. hal demikian dilakukan karena pertama, dari sisi eksternal ada beberapa
siang hari, dan itu tidak mungkin untuknya mengikuti Press Briefing dan
dari sisi internal, yaitu penyelenggara Press Briefing, termasuk Juru Bicara, ingin
menyelesaikan tugasnya lebih awal. Lalu, alasan Press Briefing diadakan pada
hari Jum’at adalah ikhtisar dari satu minggu yang telah dijalani para pekerja
Bicara menunggu agar pers yang datang sudah banyak sebelum ia memulai
Press Briefing tersebut. Karena Juru Bicara tidak menginginkan pers yang
datang terlambat tidak mendapatkan informasi yang ingin mereka liput juga
tidak sempat menanyakan hal-hal yang menjadi perhatian mereka. Tetapi di sisi
lain, pers pun menunggu kehadiran Juru Bicara datang terlebih dahulu agar
digunakan untuk meliput masalah lain yang menjadi perhatian pers tersebut.
Departemen Luar Negeri dan juga diadakan di kantor Departemen Luar Negeri.
pertama atau lantai dasar, di mana pada ruangan tersebut berfasilitas air
Press Briefing tersebut berlangsung, juga microphone dan speaker sebagai alat
Press Briefing berpindah tempat pada ruangan di lantai tiga, dengan gedung
yang sama. Hal ini disebabkan ruangan di lantai tiga lebih memadai dan bersifat
lebih mendekatkan Juru Bicara dengan pers, dimana tidak ada jarak antara posisi
Juru Bicara dengan pers karena posisi meja dan kursi membentuk suatu persegi
BAB IV
ANALISIS DATA
yaitu Departemen Luar Negeri yang berlokasi di Jl.Pejambon no.6, Jakarta Pusat.
tiga pada bulan Desember 2002, kuesioner dibagikan pada sampel penelitian atau
yang merupakan pers, baik yang berasal dari media massa lokal maupun media
massa asing yang datang pada kegiatan Press Briefing pada bulan Oktober
84
memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti. Adapun hasil
Protestan, Budha, Hindu. Jumlah responden beragama Islam lebih banyak dari
pada jumlah responden yang beragama Katolik, Protestan, Budha dan Hindu,
yakni sebanyak 15 orang responden atau sebesar 79%, lalu responden yang
beragama Protestan berjumlah 3 orang responden atau sebesar 16%, dan yang
beragama Katolik hanya sebanyak 1 orang atau sebesar 5%. Sedangkan tidak ada
responden yang beragama Budha, Hindu, dan lain-lain, jadi dalam penelitian ini
Tabel 1
Jenis Agama
No Pernyataan f %
1 Islam 15 79
2 Katolik 1 5
3 Protestan 3 16
4 Budha - -
5 Hindu - -
6 Lain-lain - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
Indonesia beragama Islam, yaitu sebesar 83,5%, yang kedua adalah yang
beragama Protestan, yaitu sebesar 7,9%, sedangkan yang beragama Katolik yaitu
sebesar 4,3%, yang beragama Hindu sebesar 3%, dan yang beragama Budha
sebesar 1,3%” (2002 : 480). Dilihat dari data di atas tersebut, dapat dikatakan
yang beragama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha selalu berada pada
kisaran persentase di atas. Pada Departemen Luar Negeri tidak ada aturan secara
legalitas formal mengenai persyaratan jenis agama pers yang datang pada
19 orang responden yang telah ditetapkan, jenis media massa surat kabar
merupakan jenis media massa yang terbesar di mana responden bekerja yaitu
86
sebanyak 5 orang responden atau sebesar 26%, sedangkan lain-lain atau jenis
media yang tidak tercantum pada angket adalah sebanyak 4 orang responden atau
sebesar 21%, yang bekerja pada majalah sebanyak 3 orang responden atau
sebesar 16%, begitu pula yang bekerja pada radio sebanyak 16%, responden
yang bekerja pada televisi pun sebanyak 16%, dan yang berasal dari perusahaan
Tabel 2
Jenis Media
No Pernyataan f %
1 Televisi 3 16
2 Radio 3 16
3 Perusahaan Dot Com 1 5
4 Majalah 3 16
5 Surat Kabar 5 26
6 Lain-Lain 4 21
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
Untuk melaksanakan kegiatan hubungan pers yang baik, dalam hal ini
pers. Hal tersebut diungkapkan oleh Frank Jeffkins yang dikutip oleh Aceng
Kebijaksanaan keredaksian;
Frekuensi penerbitan;
Tenggat terbit;
Proses produksi;
Daerah sirkulasi;
Khalayak pembaca;
Metode distribusi (2001 : 19).
Bicara dalam menyampaikan informasi secara efektif, karena setiap media massa
87
memiliki sikap yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan, sehingga antara
media yang satu dengan yang lain pasti memiliki sikap yang berbeda. Juga
dengan mengetahui asal media massa pers bekerja, maka Juru Bicara dapat
akan sia-sia bila tidak bisa di muat atau disiarkan karena terganjal oleh deadline
cukup penting dan menarik. Dengan ini dapat pula mempengaruhi frekuensi pers
pada surat kabar lebih banyak dibanding dengan media massa lainnya, karena
“sejak reformasi, telah terdapat 1.500 media cetak (data Juli 1999) di Indonesia
dan sekitar 70% dari media cetak tersebut terbit di Jakarta” (Abdullah, 2001:10).
Data tabel di atas pun dapat menunjukkan bahwa Juru Bicara telah
bekerjasama dengan berbagai jenis media massa, dengan itu Juru Bicara telah
seluruh jenis masyarakat yang luas melalui berbagai media massa yang hadir
yang berasal dari dalam negeri yaitu berjumlah 14 orang responden atau sebesar
74%, dan responden yang berasal dari media massa luar negeri adalah sebanyak
Penulis ingin mengetahui apakah banyak atau ada responden yang berasal
dari media massa luar negeri, karena Departemen Luar Negeri tidak hanya
mengundang media massa lokal saja akan tetapi juga media massa asing. Ini
Tabel 3
Asal Media
No Pernyataan f %
1 Dalam Negeri 14 74
2 Luar Negeri 5 26
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
Dengan adanya data ini, maka penulis dapat mengetahui bahwa ada 5
orang responden atau sebesar 26% media responden berasal dari luar negeri.
Lebih banyaknya media responden lokal yang hadir pada kegiatan Press Briefing
media massa tersebut. Tetapi pada kenyataannya tidak ada satu media massa pun
Departemen Luar Negeri sama saja. “Salah satu hal-hal yang perlu dipahami
menyukai jika ada media tertentu yang dianakemaskan” (Abdullah, 2001 : 101).
Bicara menyatakan bahwa pada awalnya tidak ada perbedaan asal media massa
yang diundang karena semua media massa yang bersangkutan dengan politik dan
89
hubungan luar negeri dan beberapa jenis media massa lainnya diundang dengan
cara, hari dan undangan yang sama. Tetapi pada kenyataannya media massa
lokallah yang lebih berminat atau sering datang pada kegiatan Press Briefing.
Sebenarnya Juru Bicara pun belum mengetahui penyebab dari masalah tersebut
dan pada tahun ini Juru Bicara akan mulai melakukan pendekatan lagi dengan
“Kita tidak membedakan antara pers luar dan dalam. Tapi kenyataannya
dalam pemanfaatannya, saya mensinyalir yang luar tidak datang sesering
yang saya kira. Saya tidak tahu mengapa. Mereka biasanya berinteraksi
dengan saya secara langsung, tapi tidak di forum Press Briefing. Bahkan
di forum Press Briefing sudah saya sampaikan bahwa bukan saja
wartawan asing, tetapi diplomat-diplomat asing di Jakarta juga saya
persilahkan datang jika mau. Wartawan asing kadang-kadang datang
kalau ada big event saja. Sementara mereka tidak merasa terpanggil untuk
diatur dalam suatu skenario gitu. Jadi for this coming year, saya ingin
mencoba bagaimana untuk menjangkau wartawan asing ini dengan cara
yang memang efektif tanpa menimbulkan kesan kita diskriminatif. Yang
menjadi kepedulian saya, saya tidak mau seolah ada forum buat
wartawan asing dan satu forum buat wartawan lokal. Nanti ada yang
mengira ada favoritism” (Wawancara dengan Juru Bicara, 31 Desember
2002).
mana 11 orang responden atau sebesar 58% menyatakan bekerja pada media
berita umum, 4 orang responden atau sebesar 21% menyatakan lain-lain karena
tidak terdaftar pada angket tersebut, sebanyak 2 orang responden atau sebesar
menyatakan berasal dari media berita hukum sebanyak 1 orang responden atau
90
sebesar 5%, begitu pula yang menyatakan berasal dari media massa politik
Di satu sisi, media massa yang ada di Indonesia lebih banyak berjenis
umum, yaitu tidak hanya menggeluti pada satu bidang saja melainkan lebih dari
satu bidang. Tetapi di sisi lain, melihat data di atas dapat mendukung bahwa
terjadinya tragedi bom Bali tidak hanya diminati oleh media berita politik atau
hukum saja, tetapi juga oleh media berita lainnya, karena hal tersebut tidak
hanya berpengaruh pada politik Indonesia dan hubungan luar negeri, akan tetapi
Tabel 4
Jenis Media Pemberitaan
No Pernyataan f %
1 Media Berita Umum 11 58
2 Media Berita Ekonomi 2 11
3 Media Berita Hukum 1 5
4 Media Berita Politik 1 5
5 Lain-Lain 4 21
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
yang baru atau yang dianggap baru atau asing baginya, dimana hal tersebut
menarik perhatiannya. Dengan itu individu mencari tahu tidak terbatas dari
individu lainnya, juga melalui media massa dan dengan cara-cara yang
orang, juga mendorong orang untuk ingin lebih tahu lagi. Keinginan ini bukan
saja yang ada sangkut pautnya dengan bidangnya, tetapi juga mereka yang
merasakan akibat atau manfaat dari hal yang baru tersebut” (2000 : 8).
frekuensi terbitnya media mereka adalah harian, 5 orang responden atau sebesar
sebesar 10%, dan 1 orang responden lagi atau sebesar 5 % menyatakan bahwa
Tabel 5
Frekuensi Terbit Media
No Pernyataan f %
1 Harian 11 59
2 Mingguan 1 5
3 Dua Mingguan 2 10
4 Bulanan - -
5 Lain-Lain 5 26
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
Banyaknya pers yang datang pada kegiatan Press Briefing berasal dari
media massa yang mempunyai frekuensi terbit harian karena 26% media massa
responden berjenis surat kabar, radio 16% dan televisi 16%, di mana dari data
mereka terdapat jawaban bahwa media massa mereka merupakan media massa
mendapatkan berita yang dapat diterbitkan pada hari berikutnya bahkan disiarkan
pada sore harinya. Maka dalam hal ini Juru Bicara cukup berhasil menetapkan
waktu kegiatan Press Briefing karena dapat membantu pers untuk mendapatkan
berita, dalam hal ini take and give, dan Juru Bicara telah dibantu oleh pers untuk
Tabel 6
Frekuensi Mengikuti Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 1 Kali 1 5
2 2 Kali 4 21
3 3 Kali 4 21
4 4 Kali 10 53
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
93
Briefing dalam satu bulan. Berdasarkan pada data tabel di atas, dari 19
mengikuti kegiatan Press Briefing sebanyak 4 kali dalam satu bulan, yang
atau sebesar 21%, begitu pula yang menyatakan mengikuti Press Briefing
sebanyak 2 kali dalam satu bulan adalah sebanyak 4 orang responden atau
sebesar 21%, dan responden yang menyatakan 1 kali mengikuti kegiatan Press
Briefing dalam satu bulan hanya sebanyak 1 orang responden atau sebesar 5%.
Hal ini menandakan bahwa Press Briefing dengan tema terorisme atau
pada tanggal 12 Oktober 2002, diminati dan menarik perhatian sebagian besar
pers pada media massa di Indonesia. Hal tersebut dapat dikarenakan bahwa
tragedi tersebut termasuk salah satu masalah yang besar yang dihadapi Indonesia
yang sampai saat ini dikatakan bahwa tragedi tersebut berhubungan dengan
citra Indonesia di mata dunia, dan masalah politik juga hubungan luar negeri,
yang berarti bahwa komunikan dalam benak atau tingkah lakunya mencari
1988 : 209).
94
perhatian mereka. Dengan ini pers dapat mengetahui apa sebenarnya inti
permasalahan dari masalah yang mereka tanyakan. Selain itu, adanya forum
tanya jawab juga dapat menarik perhatian pers untuk datang pada kegiatan yang
dimaksud karena dengan itu pers mendapatkan jawaban atas apa yang menjadi
perhatian mereka.
Tabel 7
Lama Bekerja
No Pernyataan f %
1 Kurang Dari 1 Tahun - -
2 1-2 Tahun 8 42
3 2-3 Tahun 6 32
4 3-4 Tahun 2 10
5 Lebih Dari 4 Tahun 3 16
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
menyatakan telah bekerja antara satu hingga dua tahun sebanyak 8 orang
responden atau sebesar 42%, yang telah bekerja antara dua hingga tiga tahun
telah bekerja lebih dari empat tahun sebanyak 3 orang responden atau sebesar
95
16%, dan sisanya menyatakan telah bekerja antara dua hingga tiga tahun yaitu
Briefing tidak dilihat dari pengalaman kerja atau lamanya mereka bekerja pada
media massa mereka. Selain itu dalam penempatan pencarian berita, bidang dan
berarti bahwa wartawan yang pengalaman kerjanya lebih sedikit tidak mampu
membidangi pekerjaannya.
pesan pada apa yang sebenarnya mengenai terorisme yang disampaikan Juru
dalam kegiatan Press Briefing secara umum, 3 orang responden atau sebanyak
disampaikan Juru Bicara secara umum, dan 3 orang responden lainnya atau
sebanyak 16% menyatakan cukup mengerti. Dalam hal ini, tidak ada satu pun
Tabel 8
Pengertian Terhadap Informasi Yang Disampaikan Juru Bicara
Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing Secara Umum
No Pernyataan f %
1 Sangat Dimengerti 3 16
2 Dimengerti 13 68
3 Cukup Dimengerti 3 16
4 Kurang Dimengerti - -
5 Tidak Dimengerti - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
dalam kegiatan Press Briefing secara umum, 3 orang responden atau sebanyak
disampaikan Juru Bicara secara umum, dan 3 orang responden lainnya atau
sebanyak 16% menyatakan cukup mengerti. Dalam hal ini, tidak ada satu pun
mengenai terorisme oleh Juru Bicara kepada pers jelas menggunakan kata-kata.
penyampaian kata-kata yang rancu serta tidak akurat. Hal tersebut hanya akan
tersebut dibiarkan terjadi maka, Juru Bicara akan dianggap tidak memiliki
Dari data di atas dapat dilihat bahwa 68% mengatakan mengerti atas
informasi yang disampaikan Juru Bicara, 16% mengatakan sangat mengerti, dan
16% lagi mengatakan cukup mengerti. Maka, dapat disimpulkan bahwa Juru
pada kegiatan Press Briefing karena sebagian besar dari responden menyatakan
mengerti atas apa yang Juru Bicara sampaikan. Hal ini pun dapat dilihat dari
tabel di atas bahwa tidak ada satu pun responden yang menyatakan kurang
mengerti dan tidak mengerti atas apa yang disampaikan Juru Bicara pada
Salah satu kerangka rujukan yang dapat digunakan untuk menilai bahwa
Bicara mengenai terorisme pada kegiatan Press Briefing adalah baik, disebabkan
oleh pers yang menilai memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik. Dalam
hal ini sebagai komunikate pada kegiatan Press Briefing, yang memungkinkan
mereka untuk mengerti dengan mudah mengenai arti dari setiap pesan yang
disampaikan Juru Bicara mengenai terorisme. Hal tersebut juga disebabkan oleh
Tabel 9
Pemenuhan Keingintahuan Masyarakat Terhadap Informasi Yang
Disampaikan Juru Bicara Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press
Briefing Secara Umum
No Pernyataan f %
1 Sangat Memenuhi - -
2 Memenuhi 6 32
3 Cukup Memenuhi 12 63
4 Kurang Memenuhi 1 5
5 Tidak Memenuhi - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
mengenai terorisme pada kegiatan Press Briefing secara umum. Responden yang
atau sebesar 5 %.
atau kejelian komunikator, dalam arti hal ini harus ditunjang dengan wawasan
dalam bahasa dan istilah yang jelas dan mudah dipahami. Karena tidak jarang
terjadi adanya kata-kata yang merupakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh
komunikate. Jika hal ini sering kali terjadi maka akan timbul kerancuan makna di
mana persepsi komunikate akan berlawanan dengan apa yang dimaksud oleh
komunikator.
Dalam menggunakan istilah, komunikator dalam hal ini Juru Bicara harus
dan istilah-istilah yang dianggap rumit atau yang terlalu banyak menggunakan
disimpulkan bahwa Juru Bicara telah cukup berhasil dalam mengolah informasi
yang dimaksud.
sasaran atau komunikan dari komunikasi yang kita lancarkan selalu mempunyai
(2000 : 34).
101
yang disampaikan Juru Bicara jelas, 7 orang responden atau sebesar 37%
jelas, dan tidak ada yang menyatakan kurang jelas maupun tidak jelas.
Tabel 10
Kejelasan Terhadap Informasi Yang Disampaikan Juru Bicara
Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Jelas 2 10
2 Jelas 10 53
3 Cukup Jelas 7 37
4 Kurang Jelas - -
5 Tidak Jelas - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
kata-kata, dan istilah-istilah yang digunakan Juru Bicara pada kegiatan tersebut,
pelaksanaan acara pers yang baik demi terciptanya hubungan pers yang baik
“Persiapan waktu dan peralatan bicara dengan seksama, mulai dari VCR,
perangkat TV, overhead projector, layar peraga, sampel, foto-foto, panel-
panel, dan sebagainya” (Jeffkins, 1996 : 121).
Dengan melihat tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa Juru Bicara
dengan jelas, yang dikarenakan telah berhati-hati dalam memilih kata-kata dan
istilah-istilah dalam bahasa yang jelas sehingga dapat dimengerti pers, yang juga
dibantu oleh alat komunikasi yang berupa speaker, microphone, dan sebagainya.
Hal tersebut telah memberi nilai plus terhadap fungsi Juru Bicara, karena
persepsi pers yang sama dengan Juru Bicara terhadap informasi yang dimaksud
tersebut.
Tabel 11
Kejelasan Terhadap Lembaran Informasi Yang Disebarkan Juru
Bicara Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Jelas - -
2 Jelas 5 26
3 Cukup Jelas 9 48
4 Kurang Jelas 4 21
5 Tidak Jelas 1 5
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
disebarkan Juru Bicara kepada pers mengenai terorisme pada kegiatan Press
Briefing cukup jelas, sebanyak 5 orang responden atau sebesar 26% menyatakan
jelas, sebanyak 4 orang responden atau sebesar 21% menyatakan kurang jelas,
informasi yang disebarkan Juru Bicara pada kegiatan Press Briefing tidak jelas.
pada kegiatan Press Briefing cukup jelas, akan tetapi masih ada responden yang
menyatakan bahwa lembaran informasi tersebut kurang jelas, yaitu sebesar 21%
dan 5% menyatakan tidak jelasnya lembaran informasi yang dimaksud. Ini dapat
informasi yang dimaksud. Maka, Juru Bicara harus lebih meningkatkan isi dari
tersebut, sifat informasi tersebut (objektif atau tidak, menarik atau tidak, dan
diberikan pada pers merupakan pra kegiatan dari Press Briefing, guna
menambahkan kelengkapan data yang akurat dari materi yang disampaikan pada
menyediakan bahan tertulis sehingga kalangan pers memiliki data yang akurat
Dengan ini jika lembaran informasi tersebut tidak jelas menurut pers,
Briefing. Tetapi, dalam hal ini karena 48% responden menyatakan lembaran
informasi tersebut cukup jelas, maka dapat dikatakan bahwa dengan adanya
tersebut.
sebesar 32% juga menyatakan bahwa informasi yang disampaikan Juru Bicara
mengatakan terbuka, dan 2 orang responden lagi atau sebanyak 10% menyatakan
terorisme.
Tabel 12
Keterbukaan Terhadap Informasi Yang Disampaikan Juru Bicara
Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pertanyaan f %
1 Sangat Terbuka 2 10
2 Terbuka 6 32
3 Cukup Terbuka 5 26
4 Kurang Terbuka 6 32
5 Tertutup - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
jujur dan apa adanya. Keterbukaan tersebut merupakan langkah strategis dan
praktis yang dilakukan oleh Juru Bicara, dengan harapan seluruh pers yang
dan paham akan arah langkah, keputusan, tujuan, dan jelas atas informasi yang
mengenai terorisme dan perkembangannya, agar tidak ada prasangka buruk dari
pers terhadap Departemen Luar Negeri. Dengan keterbukaan ini pers jadi
terorisme. Setidaknya, dengan kondisi yang serba terbuka ini seluruh pers
106
mengetahui akan niat baik Departemen Luar Negeri dalam upaya memberantas
terorisme dan mendukung atas tindakan Pemerintah dalam rangka mencari atau
Ketidakterbukaan pesan bisa berasal dari pengetahuan pers yang sangat tinggi
mengenai masalah yang diangkat Juru Biara, dimana pers mengetahuinya dari
menjadi samar-samar, tidak jelas keasliannya dan membuat pers bingung. Hal
tersebut juga dapat terjadi bila pers mengetahui masalah tersebut lebih banyak
dari pada Juru Bicara sendiri, sehingga pada saat pers mengajukan pertanyaan,
dapat menjawabnya dengan pasti. Atau dapat pula terjadi karena pers bertanya
mengenai masalah atau hal yang seharusnya ditanyakan pada pihak lain, dengan
kata lain pers bertanya pada pihak atau sumber yang salah.
sebesar 48% berpendapat bahwa bahasa yang digunakan Juru Bicara dalam
6 orang responden atau sebesar 32% menyatakan cukup jelas, sedangkan yang
menjawab sangat jelas sebanyak 2 orang responden atau sebesar 10%, dan yang
menjawab kurang jelas terhadap bahasa yang digunakan Juru Bicara dalam
besar jumlahnya seperti yang menjawab sangat jelas yaitu sebanyak 2 orang
Tabel 13
Kejelasan Terhadap Bahasa Yang Digunakan Juru Bicara Dalam
Penyampaian Informasi Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press
Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Jelas 2 10
2 Jelas 9 48
3 Cukup Jelas 6 32
4 Kurang Jelas 2 10
5 Tidak Jelas - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
sangat mempengaruhi proses komunikasi dan tujuan yang ingin dicapai. Problem
dialami dalam komunikasi lain dari yang diharapkan, lain pula yang kita peroleh.
108
Dalam hal ini 10% responden menyatakan kurang jelas disebabkan adanya
digunakan Juru Bicara dan tidak ada responden yang menyatakan tidak jelas atas
atau sebesar 53% menyatakan bahwa istilah-istilah yang digunakan Juru Bicara
Briefing jelas, 8 orang responden atau sebanyak 42% menyatakan bahwa istilah
sangat jelas, dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa istilah-istilah
yang digunakan Juru Bicara mengenai terorisme kurang jelas dan tidak jelas.
Tabel 14
Kejelasan Terhadap Istilah-Istilah Yang Digunakan Juru Bicara
Dalam Penyampaian Informasi Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan
Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Jelas 1 5
2 Jelas 10 53
3 Cukup Jelas 8 42
4 Kurang Jelas - -
5 Tidak Jelas - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
istilah yang tepat dan jelas dalam menyampaikan informasi mengenai terorisme
Juru Bicara jelas. Ini dapat disimpulkan bahwa Juru Bicara berhasil dalam
dan digunakannya. Ini dilakukan karena Juru Bicara sangat berhati-hati dalam
pemahaman bahwa setiap kata yang kita gunakan, setiap istilah yang kita
gunakan itu membawa implikasi yang bisa berarti, harus dengan kehati-
hatian” (Wawancara dengan Juru Bicara Departemen Luar Negeri, 31
Oktober 2002).
komunikator akan sulit bahkan tidak bisa mencapai apa yang diinginkannya atau
tujuannya.
yang disampaikan Juru Bicara, 4 orang responden atau sebesar 21% berpendapat
kurang positif dan 1 orang responden lagi atau sebesar 5% menyatakan sangat
positif.
111
Informasi yang positif dalam hal ini adalah bentuk atau sifat dari
tersebut dapat menyenangkan komunikate, dalam hal ini pers. Contoh pesan
Bali yang disampaikan dalam Press Briefing mengenai terorisme dapat berupa
Luar Negeri peduli akan tragedi tersebut dan tidak mendukung terjadinya hal
tersebut. Hal demikian bisa mendapatkan simpati dan nilai plus dari pers.
Tabel 15
Sifat Informasi Yang Disampaikan Juru Bicara Mengenai Terorisme
Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Positif 1 5
2 Positif 8 42
3 Cukup Positif 6 32
4 Kurang Positif 4 21
5 Negatif - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
112
Dilihat dari tabel di atas masih ada 4 orang responden atau sebesar 21%
“Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan melihat hal-hal
yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar
diusahakan diutarakan dalam bentuk positif. Cara mengemukakan pesan
itu diupayakan agar akan lebih mendapatkan simpati” (Widjaja dan
Hawab, 1987:62).
Tetapi apa pun bentuk atau sifatnya informasi tersebut, harus tetap
disampaikan Juru Bicara pada pers karena pers dan masyarakat berhak
jaringan teroris internasional. Bila dilihat dari tabel di atas maka kebijakan
masih ada beberapa responden yang menyatakan cukup positif dan kurang positif
Tabel 16
Sifat Informasi Yang Disampaikan Juru Bicara Mengenai Kebijakan
Departemen Luar Negeri Dalam Menanggapi Masalah Terorisme
Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Positif - -
2 Positif 9 48
3 Cukup Positif 5 26
4 Kurang Positif 5 26
5 Negatif - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
yang dimaksud sebagai wujud bahwa Departemen Luar Negeri peduli, dan
disampaikan melalui kegiatan Press Briefing pada pers. Salah satu contoh kecil
114
dari tindakan tersebut adalah mengirim Juru Bicara Departemen Luar Negeri
sebagai wakil dari Departemen Luar Negeri ke Bali setelah kejadian pemboman
tersebut.
“Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan melihat hal-hal
yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar
diusahakan diutarakan dalam bentuk positif. Cara mengemukakan pesan
itu diupayakan agar akan lebih mendapatkan simpati” (Widjaja dan
Hawab, 1987:62).
Tabel 17
Kenetralan Terhadap Informasi Yang Disampaikan Juru Bicara
Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Netral 1 5
2 Netral 6 32
3 Cukup Netral 11 58
4 Kurang Netral - -
5 Memihak 1 5
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
sebesar 32%, dan yang berpendapat bahwa informasi tersebut sangat netral
yang praktis dan tepat dilakukan Juru Bicara untuk menyampaikan informasi
menggambarkan pertentangan yang terlalu mencolok dan berbeda dari dua kutub
yang berbeda, maka informasi tersebut tidak akan disukai oleh komunikate atau
pendengarnya. Juru Bicara seharusnya menjadi pihak dan atau berada pada pihak
yang netral bila ia berbicara atas nama lembaga, karena ia membawa nama baik
Bicara.
Pada kenyataannya, seperti yang bisa dilihat pada tabel di atas, Juru
Bicara berbicara cukup netral dan netral pada saat menyampaikan informasi
mengenai terorisme. Karena Juru Bicara dapat merumuskan informasi atau pesan
menyatakan bahwa informasi yang disampaikan Juru Bicara sangat netral. Tetapi
pada tabel tersebut dapat juga dilihat bahwa ada 1 orang responden atau sebesar
disebabkan karena Juru Bicara merupakan wakil dan pihak yang diberi
116
Departemen Luar Negeri yang positif. Di lain pihak, alasan lainnya adalah
karena Juru Bicara pun masih merupakan manusia biasa meskipun ia mempunyai
kenetralan sebuah pesan 100%. Karena ia pun bisa saja terlarut pada
Briefing.
merupakan salah satu dari peranan humas. Oleh karena itu kriteria kejujuran dan
kenetralan harus dipegang teguh oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri.
Bicara mengenai terorisme. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 8 orang
Juru Bicara mengenai terorisme pada kegiatan Press Briefing bersifat objektif, 8
117
orang responden atau sebesar 42% mengatakan cukup objektif, dan 3 orang
responden lagi atau sebesar 16% mengatakan kurang objektif. Sedangkan tidak
ada responden yang menyatakan bahwa informasi yang disampaikan Juru Bicara
Salah satu unsur dari kualitas berita atau informasi adalah objektivitas
dalam hal ini mengenai terorisme, harus bersih dari prasangka Juru Bicara dan
Tabel 18
Sifat Informasi Yang Disampaikan Juru Bicara Mengenai Terorisme
Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Objektif - -
2 Objektif 8 42
3 Cukup Objektif 8 42
4 Kurang Objektif 3 16
5 Tidak Objektif - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
merupakan nilai plus bagi Juru Bicara sebagai pihak dan wakil Departemen Luar
tersebut diakui pers, dimana dapat mempengaruhi khalayak medianya juga, dan
ini perlu ditingkatkan lagi agar semakin baik tanggapan yang diberikan pers,
itu hanya 16% tetapi sangat berarti bagi penilaian mereka terhadap fungsi Juru
Seperti yang dikatakan di atas bahwa masih ada 16% atau sebanyak 3
Bicara bersifat kurang objektif. Ini berarti bahwa informasi yang disampaikan
Juru Bicara masih ada yang bersifat objektif, di mana hal ini menunjukkan masih
yang disampaikan di mata pers. Walaupun persentasenya kecil, hal ini tetap
dilakukan. Walaupun satu kalimat, Juru Bicara bisa saja larut dalam
penyampaian isi informasi tersebut sehingga sadar atau tidak, unsur objektivitas
turut dalam penyampaian informasi tersebut. Oleh sebab itu dengan keadaan Juru
mendapatkan hasil dan pandangan atau opini yang lebih baik juga, karena
apapun yang ditulis atau disiarkan pers dalam media massanya merupakan hasil
dari penilaiannya terhadap apa yang disampaikan Juru Bicara sebagai sumber
beritanya.
orang responden atau sebesar 26% berpendapan bahwa informasi tersebut kurang
keinginan komunikate, dan tidak ada seorang responden pun yang menjawab
Tabel 19
Kesesuaian Keinginan Komunikate Terhadap Informasi Yang
Disampaikan Juru Bicara Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press
Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Sesuai 1 5
2 Sesuai 3 16
3 Cukup Sesuai 10 53
4 Kurang Sesuai 5 26
5 Tidak Sesuai - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
120
Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa Juru Bicara dalam
(accuracy) adalah salah satu faktor yang mendasar bagi keberhasilan suatu
berita. Seperti teori yang dikemukakan oleh Paul De Maeseneer sebagai berikut :
Jika kita tidak dapat berlaku cermat, maka kita akan kehilangan audience dan
kehilangan kredibilitas”.
kepentingan tertentu.
Tabel 20
Sumber Informasi Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press
Briefing
121
No Pernyataan f %
1 Sangat Dipercaya 3 16
2 Dipercaya 11 58
3 Cukup Dipercaya 5 26
4 Kurang Dipercaya - -
5 Tidak Dipercaya - -
Jumalah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
dipercaya, 5 orang responden atau sebesar 26% menyatakan bahwa Juru Bicara
merupakan pihak yang sangat dipercaya sebagai sumber informasi pada kegiatan
Press Briefing, dan 3 orang responden lainnya atau sebesar 16% menyatakan
cukup mempercayai Juru Bicara sebagai sumber informasi pada kegiatan Press
Briefing.
kegiatan Press Briefing, yaitu Juru Bicara merupakan pihak yang dipercaya oleh
pers. Ini dikarenakan bahwa Menteri Luar Negeri sendiri yang telah menunjuk
langsung Kepala Biro Administrasi Menteri sebagai Juru Bicara Deplu, dan ia
diberi wewenang penuh sebagai pihak yang dipercaya Departemen Luar Negeri
untuk berbicara atas nama Departemen Luar Negeri. Hal tersebut juga dapat
dikarenakan Juru Bicara dapat meyakinkan pers bahwa apa yang ia sampaikan
122
dalam kegiatan Press Briefing merupakan informasi yang benar, tepat, dan
bukan hasil rekayasa Juru Bicara. Ini dapat dilihat bahwa banyaknya pers yang
Luar Negeri, wawancara via telepon, Juru Bicara diundang untuk berdialog pada
suatu stasiun televisi, ataupun Juru Bicara dan pers tersebut bertemu di suatu
“Tapi pada intinya Menteri Luar Negeri memberikan ini adalah: you are
speaking on behalf of the Departement. Anda berbicara atas nama
Departemen, yang diberikan wewenang penuh untuk itu” (Wawancara
dengan Juru Bicara Departemen Luar Negeri, 31 Desember 2002).
Tabel 21
Ketetapan Waktu Terhadap Informasi Mengenai Terorisme Dalam
Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Tepat Waktu 1 5
2 Tepat Waktu 6 32
3 Cukup Tepat Waktu 10 53
4 Kurang Tepat Waktu 2 10
5 Tidak Tepat Waktu - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
informasi yang cukup tepat waktu, 6 orang responden atau sebesar 32%
informasi tersebut sangat tepat waktu, dan tidak ada responden yang menyatakan
salah satu unsur penilaian terhadap kualitas suatu informasi atau berita. Rasa
ingin tahu pers akan masalah yang baru terjadi atau menarik perhatian
merupakan salah satu alasan mengapa pers sering datang pada kegiatan Press
tepat waktu, dilihat dari segi informasi yang selalu disampaikan Juru Bicara pada
masalah tersebut. Ini terbukti dari sebesar 53% responden mengatakan cukup
tepat waktu, 32% responden mengatakan tepat waktu, dan 5% dari keseluruhan
responden menyatakan sangat tepat waktu. Meski masih ada beberapa yang
date karena selain informasi tersebut akan dikemas oleh pers menjadi berita yang
Briefing pun dikemas oleh Direktorat Informasi dan Media yang bekerjasama
negara lain. Hal tersebut biasanya dijadikan rujukan untuk mereka (perwakilan
RI di negara lain), bila ada wartawan asing atau kedutaan asing yang bertanya.
atau ketepatan waktu berita atau informasi yang disampaikan tergantung pada
tidak aktual lagi bagi pihak lain akan tetapi masih hangat dan masih layak untuk
dijadikan berita bagi Juru Bicara, maka akan tetap disampaikan oleh Juru Bicara.
Salah satu unsur suatu berita atau informasi dikatakan aktual menurut
Charnley (1965 : 24) adalah “Bila berita tersebut memuat berita tentang
peristiwa yang menarik perhatian. Menarik perhatian di sini dapat
diartikan ditemukannya fakta yang baru terhadap suatu peristiwa yang
sudah lalu atau pun memang penyampaian berita tentang peristiwa yang
baru terjadi dan disampaikan semenarik mungkin”.
Akan tetapi, hal tersebut besifat relatif. Menarik atau tidaknya suatu informasi
atau berita itu tergantung dari rasa ingintahu pers terhadap informasi yang
yang paling aktual dalam kegiatan Press Briefing agar dapat menarik perhatian
125
pers sehingga informasi tersebut dapat dijadikan berita dan dikutip atau disiarkan
pada media massanya. Masih adanya 2 orang responden yang menyatakan bahwa
informasi yang dimaksud kurang efektif dapat dikarenakan pers tersebut telah
mengetahui masalah atau informasi yang disampaikan Juru Bicara dari pihak
atau sumber lain. Dimana sekarang seperti yang kita ketahui sangat mudah untuk
klarifikasi yang dilakukan Juru Bicara terhadap suatu issu atau masalah
Tabel 22
Penjernihan Klarifikasi Oleh Juru Bicara Terhadap Issu Atau
Masalah Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
126
No Pernyataan f %
1 Sangat Menjernihkan - -
2 Menjernihkan 5 26
3 Cukup Menjernihkan 9 47
4 Kurang Menjernihkan 5 26
5 Tidak Menjernihkan - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
masalah tersebut sehingga dapat kembali pada arti dan masalah yang sebenarnya.
Dalam hal ini klarifikasi yang dilakukan Juru Bicara cukup menjernihkan
kejernihan masalah yang lebih baik, maka Juru Bicara dapat memperhatikan
penafsiran yang sebenarnya terhadap masalah yang diklarifikasi. Ada pun syarat-
masalah yang dimaksud dari beberapa pihak lain dengan versi yang berbeda-
mengenai terorisme pada kegiatan Press Briefing cukup tinggi. Hal ini terlihat
dari data yang diperoleh pada tabel 23 di bawah yang menggambarkan bahwa
disampaikan Juru Bicara mengenai terorisme pada kegiatan Press Briefing cukup
orang responden atau sebesar 5%. Dalam hal ini tidak ada satu orang responden
pun yang menyatakan bahwa klarifikasi yang dimaksud kurang dipercaya dan
tidak dipercaya.
Tabel 23
Kepercayaan Terhadap Klarifikasi Yang Disampaikan Juru Bicara
Mengenai Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
128
No Pernyataan f %
1 Sangat Dipercaya 1 5
2 Dipercaya 8 42
3 Cukup Dipercaya 10 53
4 Kurang Dipercaya - -
5 Tidak Dipercaya - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
bahwa pers yang hadir pada kegiatan Press Briefing mempercayai klarifikasi
yang disampaikan Juru Bicara terhadap issu atau masalah terorisme yang sedang
klarifikasi tersebut kurang dipercaya dan tidak dipercaya. Ini dapat disebabkan
karena kemampuan Juru Bicara dalam menangani issu atau masalah tersebut
sudah cukup baik, tetapi harus tetap ditingkatkan, karena ketidakpercayaan atau
krisis kepercayaan dan kepercayaan seseorang, dalam hal ini pers, merupakan
sifat alamiah dari pers sebagai seorang individu manusia. Maka, apabila Juru
dalam hal ini kemampuannya dalam melakukan klarifikasi (baik dengan cara
komunikasi yang efektif, dalam hal ini bila pers mempercayai Juru Bicara
sebagai komunikator maka usaha klarifikasi yang dilakukan Juru Bicara pada
kegiatan Press Briefing mengenai suatu issu atau masalah terorisme akan
129
klarifikasi yang dilakukan Juru Bicara dalam kegiatan Press Briefing terhadap
issu atau masalah terorisme dapat menjelaskan sebanyak 8 orang responden atau
sebesar 42%, begitu pula yang menyatakan cukup menjelaskan yaitu sebanyak 8
orang responden atau sebesar 42%, dan 3 orang responden lagi menyatakan
Tabel 24
Upaya Penjelasan Terhadap Klarifikasi Yang Disampaikan Juru
Bicara Mengenai Issu Atau Masalah Terorisme Dalam Kegiatan Press
Briefing
No Pernyataan F %
1 Sangat Menjelaskan - -
2 Menjelaskan 8 42
3 Cukup Menjelaskan 8 42
4 Kurang Menjelaskan 3 16
5 Tidak Menjelaskan - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
biasanya kurang mempelajari materi atau masalah yang akan disampaikan pada
130
komunikator tidak berusaha untuk lebih memahami dan menguasai materi dan
semua yang berhubungan dari masalah yang ingin diklarifikasi. Namun pada
tinggi mengenai masalah yang dimaksud karena Juru Bicara tanggap atas
melainkan wewenang pemerintah misalnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian pada tabel 28, 29, 30, dan 31, yang menunjukkan kelangsungan,
pengertian dan agar dapat mengembalikan pada masalah dan arti yang
kegiatan Press Briefing dapat dimengerti, hal ini tergambar dari data hasil
Tabel 25
Pengertian Terhadap Klarifikasi Yang Disampaikan Juru Bicara
Mengenai Issu Atau Masalah Terorisme Dalam Kegiatan Press
Briefing
No Pertanyaan f %
1 Sangat Dimengerti - -
2 Dimengerti 10 53
3 Cukup Dimengerti 9 47
4 Kurang Dimengerti - -
5 Tidak Dimengerti - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
132
“Sering terjadi penafsiran yang keliru karena perbedaan arti suatu istilah.
Cara mengatasinya diperlakukan pengetahuan bahasa bagi kelompok
tertentu. Selain itu, hendaknya dipergunakan bahasa baku yang berlaku
umum dan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah yang berlaku” (Widjaja, 2000:70).
lebih kompleks.
dan 47% cukup mengerti terhadap klarifikasi yang disampaikan Juru Bicara,
merujuk pada pendapat H.A.W. Widjaja bahwa : “Supaya yang kita sampaikan
masalah tersebut dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga pers dapat mengerti
dan mengikuti apa yang Juru Bicara maksud, juga telah menggunakan bahasa
atau istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh pers. Karena dari hasil tabel dapat
dilihat bahwa tidak ada satu pun responden yang menyatakan kurang mengerti,
apa lagi tidak mengerti terhadap klarifikasi yang disampaikan Juru Bicara, akan
tetapi sebagian besar atau sebesar 53% menyatakan bahwa mereka mengerti dan
133
47% lagi menyatakan bahwa mereka cukup mengerti atas klarifikasi yang
dimaksud.
Bicara mengenai issu atau masalah terorisme pada kegiatan Press Briefing dapat
sebesar 21%, begitu pula yang menyatakan kurang dapat mengembalikan pada
Hal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata setelah pers yang
hadir pada kegiatan Press Briefing mendengarkan klarifikasi mengenai suatu issu
sebenarnya. Dari yang salah atau kurang mengerti atau salah mengartikan
dengan mengartikan persepsi yang sama dengan yang dimaksud Juru Bicara.
Tabel 26
Pengembalian Pada Masalah Yang Sebenarnya Terhadap Klarifikasi
Yang Disampaikan Juru Bicara Mengenai Issu Atau Masalah
Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan f %
1 Sangat Dapat Mengembalikan Pada Masalah Yang - -
Sebenarnya
2 Dapat Mengembalikan Pada Masalah Yang 4 21
Sebenarnya
3 Cukup Dapat Mengembalikan Pada Masalah Yang 11 58
Sebenarnya
4 Kurang Dapat Mengembalikan Pada Masalah Yang 4 21
Sebenarnya
5 Tidak Dapat Mengembalikan Pada Masalah Yang - -
Sebenarnya
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
Tabel 27
Pengembalian Pada Arti Yang Sebenarnya Terhadap Klarifikasi Yang
Disampaikan Juru Bicara Mengenai Issu Atau Masalah Terorisme
Dalam Kegiatan Press Briefing
135
No Pernyataan F %
1 Sangat Dapat Mengembalikan Pada Arti Yang 1 5
Sebenarnya
2 Dapat Mengembalikan Pada Arti Yang Sebenarnya 7 37
3 Cukup Dapat Mengembalikan Pada Arti Yang 8 42
Sebenarnya
4 Kurang Dapat Mengembalikan Pada Arti Yang 3 16
Sebenarnya
5 Tidak Dapat Mengembalikan Pada Arti Yang - -
Sebenarnya
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
42% mengatakan klarifikasi yang Juru Bicara sampaikan pada kegiatan Press
sebenarnya.
tujuan pesan tersebut. Maksud dan tujuan tersebut adalah dalam hal ini
136
mengembalikan suatu masalah atau issu pada arti yang sebenarnya melalui
menumbuhkan pengertian dan pemahaman serta arti yang sebenarnya atas pesan
yang disampaikan pada pers. Apabila semua unsur di atas dapat dijalankan
dengan baik, maka pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti
dengan mudah oleh pers sesuai dengan maksud, tujuan, pemahaman dan
pengertian kata-kata dan masalah yang sama dengan yang dimaksud oleh Juru
Bicara.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 3 orang responden atau sebesar
mengembalikan pada arti yang sebenarnya. Hal demikian dapat terjadi karena
ada suatu jarak antara bahasa yang digunakan Juru Bicara sebagai diplomat
dengan bahasa pers atau bahasa Indonesia biasa, dimana ada ukuran-ukuran
tertentu dalam menggunakan kata atau istilah yang dimaksud. Karena ada
bahasa Indonesia yang sebenarnya. Maka hal demikian dapat terjadi oleh pers
atas, Juru Bicara dapat dikatakan cukup dapat mengembalikan issu atau masalah
14 orang responden atau sebesar 74% menyatakan bahwa Juru Bicara hampir
diajukan pada kegiatan Press Briefing, 4 orang responden atau sebesar 21%
responden yang menyatakan bahwa Juru Bicara hampir tidak pernah langsung
kadang langsung memberikan jawaban, merupakan hal yang biasa selama itu
tidak memakan waktu yang lama, karena Juru Bicara harus berpikir dengan
kehati-hatiannya jawaban apa yang harus, pantas dan tepat diberikan atas
pertanyaan tersebut, juga memilih kata-kata dan istilah tertentu yang dapat
langsung dimengerti pers sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Juru Bicara.
138
Tabel 28
Juru Bicara Selalu Langsung Menjawab Pertanyaan Mengenai
Terorisme Pada Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan F %
1 Selalu Langsung Menjawab Pertanyaan 4 21
2 Hampir Selalu Langsung Menjawab Pertanyaan 14 74
3 Kadang-Kadang Langsung Menjawab Pertanyaan 1 5
4 Hampir Tidak Pernah Langsung Menjawab - -
Pertanyaan
5 Tidak Pernah Langsung Menjawab Pertanyaan - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
pertanyaan pers, sehingga sebelum pers selesai bertanya Juru Bicara sudah
mengetahui inti pertanyaan pers maka lebih mudah bagi Juru Bicara untuk
Juru Bicara pun dapat menandakan bahwa Juru Bicara mempunyai pengetahuan
yang cukup luas dan tinggi atas permasalahan tersebut, sehingga Juru Bicara
Tabel 29
Kesesuaian Jawaban Yang Diberikan Juru Bicara Terhadap
Pertanyaan Pers Mengenai Masalah Terorisme Pada Kegiatan Press
Briefing
No Pernyataan F %
1 Sangat Sesuai - -
2 Sesuai 10 53
3 Cukup Sesuai 8 42
4 Kurang Sesuai 1 5
5 Tidak Sesuai - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
sebesar 53% berpendapat bahwa jawaban yang diberikan Juru Bicara sesuai
terhadap pertanyaan yang diajukan pers mengenai terorisme pada kegiatan Press
sesuai atas jawaban yang diberikan Juru Bicara terhadap pertanyaan pers,
dan tidak ada responden yang menyatakan sangat sesuai dan tidak sesuai.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Juru Bicara dapat memberikan jawaban
yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pers mengenai terorisme pada
kegiatan Press Briefing. Dengan ini, supaya Juru Bicara dapat memberikan
jawaban yang sesuai maka, ia harus menguasai materi atau masalah yang
yang diberikan Juru Bicara sebagai jawabannya. Selain itu, Juru Bicara pun tidak
140
Juru Bicara dapat menjawabnya secara serius dan tepat, karena dapat merepotkan
Juru Bicara sendiri bila hal tersebut dimuat pada media massa, di mana setiap
kredibilitas Juru Bicara juga citra Departemen Luar Negeri karena Juru Bicara
membawa dan berbicara atas nama Departemen Luar Negeri, di mana ia telah
diberi wewenang penuh oleh Menteri Luar Negeri untuk berbicara atas nama
Hal tersebut mengacu pada pendapat Aceng Abdullah, bahwa salah satu
Dalam hal ini, fungsi Juru Bicara dalam kegiatan Press Briefing selain
sesuai, dapat dipercaya, serta memenuhi pertanyaan pers yang diajukan pada
kegiatan tersebut. Maka bila apa yang ia berikan sebagai jawaban atas
pertanyaan pers tidak sesuai, maka fungsi Juru Bicara pun tidak berjalan dengan
baik dan efektif karena sudah tentu bahwa pers tersebut tidak akan merasa puas
atas jawaban yang diberikan Juru Bicara tersebut sebab tidak mendapatkan
Tabel 30
Pemenuhan Jawaban Yang Diberikan Juru Bicara Terhadap
Pertanyaan Pers Mengenai Masalah Terorisme Pada Kegiatan Press
Briefing
No Pernyataan F %
1 Sangat memenuhi - -
2 Memenuhi 6 32
3 Cukup Memenuhi 12 63
4 Kurang Memenuhi 1 5
5 Tidak Memenuhi - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
kegiatan Press Briefing, hal ini terbukti sebanyak 12 orang responden atau
sebesar 63% menjawab cukup memenuhi, dan 6 orang responden atau sebesar
terorisme oleh Juru Bicara dapat menunjukkan apakah Juru Bicara dapat
jawaban yang diinginkan pers dari Juru Bicara sebagai narasumber. Karena
untuk mencari orang yang memiliki kredibilitas sebetulnya tidak terlalu sulit,
142
tidak sulit untuk mencari seseorang yang bergelar, seperti doktor atau guru besar.
Jadi pemenuhan jawaban Juru Bicara atas pertanyaan yang diajukan pers
pada kegiatan Press Briefing, dalam hal ini mencakup pemberian jawaban yang
tajam dan analisis yang dalam terhadap suatu masalah, juga ketanggapannya
pada pertanyaan pers akan mempengaruhi pers datang lagi pada kegiatan Press
Dalam hal ini, Juru Bicara cukup mampu memenuhi pertanyaan yang
diajukan pers dan mampu menjadi narasumber yang baik, dapat dilihat dari hasil
pada tabel 6 yang menyatakan bahwa frekuensi pers yang datang pada kegiatan
Press Briefing dalam satu bulan sebanyak 10 orang responden atau sebanyak
53% hadir sebanyak 4 kali dan 21% menyatakan 3 kali dan 2 kali menghadiri
Press Briefing dalam satu bulan, kemudian hanya 1 responden atau sebesar 5%
yang hadir hanya 1 kali dalam satu bulan. Maka dapat dikatakan bahwa Juru
Bicara dapat menarik pers untuk datang lagi pada kegiatan Press Briefing
Tabel 31
Ketanggapan Juru Bicara Terhadap Pertanyaan Pers Mengenai
Terorisme Dalam Kegiatan Press Briefing
No Pernyataan F %
1 Sangat Tanggap 2 10
2 Tanggap 11 58
3 Cukup Tanggap 6 32
4 Kurang Tanggap - -
5 Tidak Tanggap - -
Jumlah 19 100
n: 19 Sumber: Angket Penelitian
terhadap pertanyaan yang diajukan pers dalam kegiatan Press Briefing, dapat
dilihat bahwa sebagian besar responden, yaitu sebesar 58% atau sebanyak 11
pers mengenai terorisme, sedangkan yang berpendapat bahwa Juru Bicara cukup
tanggap sebanyak 6 orang responden atau sebesar 32%, dan sisa 2 orang
responden lagi atau sebesar 10% menyatakan bahwa Juru Bicara sangat tanggap
terhadap pertanyaan pers adalah bahwa Juru Bicara sadar betapa pentingnya
menyampaikan informasi atau berita yang diminati atau yang menjadi perhatian
pers, oleh karena itu Juru Bicara harus tanggap terhadap apa yang pers tanyakan.
yang tepat dan apa adanya akan membawa hasil yang baik karena pers akan
merasa puas.
Salah satu fungsi Juru Bicara dalam kegiatan Press Briefing adalah
membuka forum tanya jawab atau menjawab pertanyaan yang diajukan pers. Bila
Juru Bicara tidak tanggap akan pertanyaan tersebut, maka kegiatan Press
Briefing tidak akan berjalan dengan lancar. Karena sudah tentu bahwa pers yang
datang tidak hanya untuk mendengarkan informasi apa yang telah Juru Bicara
susun sebelumnya, tetapi juga mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang pers
ajukan. Adanya beberapa responden yang menyatakan bahwa Juru Bicara cukup
tanggap terhadap pertanyaan pers bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi Juru
ke tingkat yang lebih baik. Hal tersebut dapat diakibatkan karena terkadang, pada
saat Juru Bicara membuka forum tanya jawab, pers langsung saling berlomba
untuk bertanya agar mendapatkan jawaban terlebih dahulu, dengan itu suara satu
Bicara. Tetapi pada akhirnya dapat dikendalikan atau diterbitkan oleh Juru
Bicara.
terhadap pertanyaan pers, memberikan nilai positif pada Juru Bicara karena
dengan ini menandakan bahwa pers tersebut puas atas ketanggapan Juru Bicara.
Selain itu Juru Bicara yang efektif tidak lagi terletak pada kemampuannya untuk
kemampuannya untuk berfikir, dalam hal ini tanggap atas pertanyaan pers juga
145
memberikan jawaban secara lengkap, luas, dengan analisis yang dalam. Hal
BAB V
PENUTUP
146
uraian terdahulu, kemudian mengambil suatu kesimpulan dari apa yang telah di
memberi manfaat bagi pengembangan lembaga Juru Bicara pada kegiatan Press
Briefing.
5.1 Rangkuman
dengan pesat dan semakin meningkat, baik di bidang politik, ekonomi dan sosial,
juga semakin mudah untuk memperoleh akses terhadap berbagai informasi dan
Luar Negeri memandang perlu untuk membentuk dan menetapkan suatu unit
diberi wewenang dan mampu untuk memberikan dan menyajikan informasi yang
dilakukan pada awal tahun 2002. Sebelumnya tidak ada jabatan Juru Bicara
Briefing, pada hari Jum’at. Press Briefing yang diadakan di Gedung Palapa
Departemen Luar Negeri, semula diselenggarakan di siang hari, yaitu pada pukul
14.00 hingga pukul 15.30, dan sekarang diadakan pada pagi hari yaitu pukul
Briefing”. Dalam hal ini penulis menarik salah satu tema dalam kegiatan Press
Briefing, dan (3) bagaimana fungsi Juru Bicara Departemen Luar Negeri dalam
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pers yang
datang pada kegiatan Press Briefing pada bulan Oktober hingga Desember 2002,
teknik simple random sampling, dimana sampel tersebut diambil sebesar 30%
informasi mengenai masalah terorisme pada kegiatan Press Briefing, fungsi Juru
masalah terorisme pada kegiatan Press Briefing, dan fungsi Juru Bicara
5.2 Kesimpulan
mengenai terorisme dalam kegiatan Press Briefing sudah berjalan dengan baik.
Hal ini terlihat dari hasil data yang diperoleh yang menunjukkan bahwa
149
informasi yang disampaikan Juru Bicara mengenai terorisme secara umum telah
informasi yang disebarkan pada kegiatan tersebut), kejelasan bahasa dan istilah-
istilah yang digunakan maupun bentuk pesan yang positif dan seimbang (tidak
memihak). Disamping itu, informasi atau pesan yang disampaikan oleh Juru
date. Juru Bicara dalam berkomunikasi selalu berusaha bersikap hati-hati, baik
kegiatan Press Briefing tersebut juga ditunjang oleh penguasaan bahasa asing
(bahasa Inggris) dan bahasa Indonesia yang baik, penguasaan materi atau
substansi informasi (tentang terorisme) yang lebih dari memadai dan penampilan
sikap yang tegas atau percaya diri, sehingga memberikan kesan sumber yang
kegiatan Press Briefing sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
antara lain, bahwa klarifikasi yang disampaikan Juru Bicara sudah cukup
menjernihkan, dapat dipercaya, cukup jelas, dan dapat dimengerti oleh pers.
usaha Juru Bicara yang difokuskan pada pengembalian pada masalah dan arti
sehingga dapat dimengerti dan dapat dipercaya oleh pers. Dalam hal, ini Juru
Bicara berusaha untuk tidak menyalahkan pihak tertentu, misalnya media massa
tertentu karena salah menafsirkan suatu berita yang telah disebarkan pada
khalayak, tetapi tetap pada intinya yaitu mengembalikan pada arti dan masalah
yang sebenarnya.
terhadap pertanyaan pers yang diajukan pada kegiatan Press Briefing sudah baik.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh yang menunjukkan
tertentu yang diajukan sehingga jawaban yang diberikan Juru Bicara sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan pers. Hal demikian tercapai karena Juru Bicara
5.3 Saran-saran
saran-saran berupa :
151
menyajikan buku khusus tentang Juru Bicara, minimal buku saduran atau
selanjutnya. Hingga saat ini buku yang khusus membahas mengenai Juru
pada akhirnya pers dan masyarakat akan bersikap dan berperilaku sesuai
mengenai masalah atau hal yang menjadi perhatian pers dan masyarakat,
guna keefektivan Press Briefing dimana hasil dari kegiatan tersebut dimuat
oleh pers dan disajikan pada masyarakat, juga memancing ketertarikan pers
penafsiran pers terhadap apa yang disampaikan Juru Bicara dalam kegiatan
Press Briefing, juga kepercayaan pers terhadap Juru Bicara sebagai sumber
informasi.
kepercayaan pers terhadap Juru Bicara dan Departemen Luar Negeri bahwa
mengenai keaslian atau kebenaran masalah tersebut. Hal demikian pun dapat
berasal dari pihak yang kurang tepat. Maka Juru Bicara disarankan untuk
yang disebabkan oleh kesalahan Juru Bicara sendiri. Selain itu, Juru Bicara
dan istilah-istilah umum yang juga dapat dimengerti oleh pers pada kegiatan
terorisme.
masalah politik dan hubungan luar negeri. Di sisi lain, diharapkan Juru Bicara
tersebut. Dalam hal ini ketanggapan Juru Bicara terhadap pertanyaan pers harus
tinggi guna dapat memenuhi seluruh pertanyaan dan sesuai dengan apa yang pers
sedikitpun guna kepuasan dan kepercayaan pers terhadap Juru Bicara dan apa
yang sebenarnya sedang terjadi, kecuali bila hal tersebut merupakan rahasia
negara karena Juru Bicara Departemen Luar Negeri tidak berhak untuk
sesuai dengan waktu yang dicantumkan pada undangan Press Briefing yang
ketepatan waktu dapat menentukan pandangan pers terhadap Juru Bicara, juga
mempengaruhi hubungan Juru Bicara dengan pers. Selain itu Juru Bicara dan
guna keefektivan kegiatan tersebut dan kegiatan Juru Bicara dan pers lainnya.
di tempat dan pada waktu yang sama, tetapi Departemen Luar Negeri harus
155
tetap menghargai pers, apa lagi bila mereka mempunyai kesibukan yang
Briefing, karena akan sia-sia bila tidak bisa di muat atau disiarkan karena
merupakan berita yang cukup penting dan menarik. Dengan ini dapat pula