Professional Documents
Culture Documents
B. Dasar teori
Relay pengaman gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah tergantung
dari besarnya arus gangguan tanah, sedang besarnya arus gangguan tanah sangat
dipengaruhi oleh sistem pentanahannya.
Besarnya arus gangguan tanah (Io) adalah:
E
I o=
Z 1 +Z 2 +( Z 0 +3 Z n )
Dimana Z1, Z2 dan Z0 masing-masing merupakan total impedansi urutan positif,
negatif dan nol sistem dilihat dari titik gangguan ke sumber dan Z n merupakan
impedansi pentanahannya, E merupakan tegangan fasa. Z n bias tak terhingga
besarnya, bila sistem tersebut tidak ditanahkan (pentanahn mengambang), R n bila
ditanahkan dengan tahanan, Xn bila ditanahkan melalui reaktans atau kumparan
Peterson dan nol jika sistem ditanahkan langsung.
Karena arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah bisa kecil sekali
sampai besar sekali tergantung sistem pentanahannya maka gangguan ini
selanjutnya disebut gangguan tanah.
Pada pentanahan mengambang, karena Zn= ∞ , maka secara teoritis
(arus kapasitansi diabaikan) arus gangguan tanah sama dengan nol. Tetapi terjadi
penyimpangan tegangan, dimana tegangan fasa yang terganggu terhadap tanah
menjadi nol, dan tegangan fasa yang tidak terganggu terhadap tanah naik menjadi
C. Pertanyaan Pendahuluan
1. Sebut dan jelaskan jenis-jenis pentanahan yang anda ketahui?
E. Langkah Percobaan
1. Membuat rangkaian seperti pada gambar 3.8
2. Relay diset pada keadaan:
Waktu tunda : 0.5 s
Resetting ratio UR/UA : 0.5
Jembatan 1-2 dihubungkan dan jembatan lainnya terbuka
3. Mengubah nilai operasi UA/UN dari 0.3 sampai 0.7 dengan step tiap
langkahnya adalah 0.1 (tegangan nominal UN dari masukan relay adalah 100
V).
4. Naikkan tegangan secara perlahan-lahan yang dimulai dari 0 V pada
eksperimen transformator sampai relay beroperasi. Catat hasilnya pada tabel
3.4.
5. Kemudian turunkan tegangan secara perlahan-lahan sampai relay release.
(penting pengubahan tegangan secara perlahan-lahan , karena reaksi relay
memiliki delay sebesar 0.5 s).
6. Mengulangi setiap pengukuran untuk resetting ratio UR/UA 0.9 dan 0.99 dan
mencatat hasilnya pada table 3.5 dan 3.6 pada lembar data percobaan yang
tersedia, dan bandingkan nilai-nilai hasil pengukuran dari setiap setting pada
relay.
7. Hitung nilai resetting ratio menggunakan persamaan (3.3).
8. Ukurlah daya nyata yang diserap oleh komponen-komponen elektronik sesuai
dengan gambar yang telah diberikan, kemudian hitung daya tersebut dengan
menggunakan persamaan (3.2).
9. Ukurlah daya nyata yang diserap oleh rangkaian (lihat gambar 3.7)
pengukuran dengan tegangan diatur pada tegangan 20 sampai 100 V. catat
hasilnya pada table 3.7.
Gambar 3.8.
Rangkaian dasar untuk meneliti kelakuan dari relay alarm gangguan tanah.
Percobaan: Kelompok: Asisten:
Nama NIM TTD
U (V) 20 40 60 80 100
I (mA)
S (VA)
B. Dasar Teori
Bila arus gangguan mengalir di dua arah melalui relay maka perlulah
ditambahkan kontrol elemen-elemen arah untuk menjadikan respon relaynya
berarah. Elemen ini pada dasarnya adalah alat pengukur daya dimana tegangan
sistem digunakan sebagai referensi untuk menentukan arah relatif atau arah fasa
dari gangguannya.
Walaupun secara prinsip merupakan alat pengukur daya, elemen-elemen
ini tidak disusun untuk merespon sistem daya aktualnya, karena:
1. Sistem daya terpisah dari beban dan bersifat reaktif, sehingga faktor daya
ganguan tersebut biasanya rendah. Suatu relay yang merespon secara
murni terhadap komponen aktif tidak akan membentuk suatu torsi yang
tinggi dan mungkin lebih lambat.
2. Tegangan sistem umumnya hilang pada titik hubung singkat. Bila
gangguannya satu fasa, tegangan diantara titik yang mengalami hubung
singkat berkurang. Jadi suatu gangguan fasa B – C akan menyebabkan
tegangan fasa B dan C bergerak bersama.
Pada titik gangguan vektor-vektor tersebut berimpitan dan menghasilkan
tegangan nol pada titik gangguan, tetapi tegangan gangguan ke tanah akan
menjadi setengah dari tegangan fasa netral. Pada titik-titik lain pada sistem
tersebut akan berkurang pergeseran vektornya, tetapi relay yang ditempatkan pada
titik semacam itu akan menerima tegangan yang tidak seimbang.
Efek dari ketidakseimbangan yang besar dalam arus dan tegangan adalah
menjadikan torsi yang dibangkitkan oleh elemen-elemen fasa yang berbeda akan
sangat bervariasi dan bahkan berbeda dalam tanda jika besaran yang diterapkan
pada relay tadi ditulis secara hati-hati. Untuk tujuan ini setiap fasa dari relay
tersebut terpolarisasi dengan suatu tegangan yang tidak berkurang secara
berlebihan kecuali oleh gangguan tiga fasa.
Untuk mendapatkan respon arah maka dibutuhkan suatu hubungan
tegangan yang disebut tegangan residual dari sistem tersebut yang merupakan
penjumlahan vektoris tegangan fasa. Jika lilitan sekunder suatu tegangan
transformator tiga fasa, lima lengan atau tiga unit fasa tunggal dikoneksikan
dengan hubung delta terbuka. Tegangan yang terbentuk di seluruh terminalnya
adalah jumlah vector dari tegangan-tegangan ke tanah sehingga merupakan
tegangan residu dari sistem tersebut.
Komponen arah atau sering juga disebut relay arah adalah relay yang
bekerja berdasarkan pada hubungan sudut fasa antara dua besaran input listrik,
yaitu:
1. Besaran patokan pembanding (referensi/polarizing), umumnya adalah
besaran tegangan karena fasa/arahnay tidak dipengaruhi oleh letak
gangguannya.
2. Besaran kerja penggerak, umumnya adalah besaran arus karena
fasa/arahnya ditentukan oleh letak gangguannya.
Kopel/torsi yang terjadi ditentukan oleh persamaan berikut:
T = k 0 p sin α
Keterangan:
T = torsi/kopel yang terjadi dengan harga α = 90o
k = konstanta
0 = fluksi kerja operasi
p = fluksi patokan/pembanding
α =sudut antara fluksi kerja dengan fluksi patokan, harga positif bila
besaran operasi mendahului besaran patokan.
0 = 0 sin (t+)
Sudut positif
p = p sin (t)
Sudut negatif
Gambar 3.9. Diagram vektor hubungan antara fluksi patokan dan fluksi operasi
pada pengaman relay arah.
C. Pertanyaan Pendahuluan
= Tempat relay
D. Alat dan Bahan
1 buah transformator experimen 6 HU (cat. no. 725 77)
1 buah beban resistif 1.0 (cat. no. 733 10)
1 buah L-C load (cat. no. 745 31)
1 buah relay directional, satu fasa (cat. no. 745 292)
1 buah moving iron meter 2.5 A (cat. no. 727 32)
1 buah moving iron meter 1 A (cat. no. 727 311)
1 buah moving iron meter 100/400 V (cat. no. 727 39)
1 buah miliampermeter AC
supply tegangan 220 VAC
1 buah buzzer
jembatan penghubung warna hitam dan hijau/kuning secukupnya
kabel penghubung warna hitam, merah, biru, dan hijau/kuning secukupnya.
E. Langkah Percobaan
1. Membuat rangkain seperti pada gambar 3.10.
2. Nilai L = 300 mH pada beban L-C load.
3. Posisi karakteristik sudut pada relay dimulai dari +1, kemudian posisi
tegangan pada eksperimen transformator adalah 0 V, kemudian naikkan
tegangan secara perlahan-lahan hingga relay trip (tegangan tidak boleh lebih
dari 100 V). jika relay tidak trip, ulangi percobaan ini untuk berbagai
karakteristik sudut pada relay hingga diperoleh trip. (tegangan harus nol setiap
kali mengganti karakteristik sudut pada relay). Catatlah hasil sudut setiap kali
relay trip.
4. Ulangi percobaan no. 3 untuk nilai C = 30 μ F pada beban L-C dan 100
ohm pada beban resistif.
5. Membuat diagram fasor (arus terhadap tegangan) karakteristik bekerjanya
relay dari semua beban yang dicoba sesuai dengan sudut trip yang diperoleh.
Dimana 1 α = 15o.
6. Mengukur daya nyata yang diserap oleh komponen elektronik (lihat
gambar 3.7) dengan mengukur arus dan tegangan pada rangkaian tambahan,
kemudian menghitung daya yang diperoleh.
7. Menentukan daya nyata yang diserap oleh rangkaian pengukuran (lihat
gambar 3.7) dengan nilai tegangan ditentukan pada kondisi 100 V dan arus 1
A, kemudian hitung daya yang diperoleh berdasarkan setting tegangan dan
setting arus tersebut.
Gambar 3.10. Rangkaian untuk menginvestigasi kelakuan dari relay arah satu
fasa.
Percobaan: Kelompok: Asisten:
Nama NIM TTD