Professional Documents
Culture Documents
Pada Provinsi jawa timur pada tahun 2009 memiliki total pendapatan Rp
5,950,572,000, hal ini terdiri dari PAD yang cukup dominan yaitu Rp
3,886,986,000 dan tingkat DAU Rp 1,118,478,000 dan DAK Rp 18,001,000.
selain itu masih ada lagi pendapatan dari Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan
pajak sebesar 733,154 jika ditotal maka dana perimbangan berjumlah Rp
1,869,633,000.pendapatan terbesar tetap berasal dari pajak daerah yang
berjumlah Rp 3,267,125,000,dengan selisih antara PAD dan DAU ini dapat
disimpulkan Jawa timur tidak terlalu tergantung dari dana perimbangan.namun
dengan belanja tidak langsung yang berjumlah Rp 3,843,103,000 sehingga
mengakibatkan perbandingan defisit antara pendapatan dan belanja sebesar Rp
-363,484,000.pendapatan Provinsi Jawa Timur adalah sebesar Rp 5,950,572,000
dan belanja sejumlah Rp 6,314,056,000
Dari Provinsi jawa timur, daerah(kota maupun katan dan kabupaten) yang
memiliki PAD terbesar adalah Kota Surabaya dengan PAD Rp 864,083,000 dan
ber Pendapatan Total sebesar Rp 2,599,946,000 namun pendapatan total
ternyata lebih kecil dibandingkan belanja langsung , bahkan Kota Surabaya
mengalami defisit sebesar Rp - 1,429,910,000.Dana Perimbangan sebesar Rp
1,459,643,000 ternyata masih belum mampu memenuhi belanja langsung kota
surabaya.namun dengan tingginya selisih antara PAD dan dana perimbangan
mengindikasikan surabaya masih bergantung pada dana bantuan.dengan jumlah
defisit tersebut menempatkan kota surabaya sebagai kota yang memiliki defisit
terbanyak.
Sedangkan yang memiliki PAD terendah di Provinsi jawa timur adalah kabupaten
Ngawi dengan PAD yang hanya menyumbang Rp 19,233,000 ,namun dengan
dana perimbangan sejumlah Rp 673,174,000 sehingga mempengaruhi
pendapatan total sejumlah Rp 715,953,000, mampu membuat kondisi yang
stabil bagi Kabupaten ngawi, yaitu terjadinya tingkat surplus sejumlah Rp
1,408,000.hal ini ditenggarai oleh jumlah belanja langsung yang hanya
berjumlah Rp 232,365,000 dan belanja tidak langsung Rp 482,180,000.dengan
tingkat surplus ini menempatkan Kabupaten ngawi sebagai daerah yang
memiliki profit terbesar.
Dari Jumlah APBD Provinsi Jawa Timur tahun 2009 yang berjumlah Rp
5,950,572,000 menghasilkan PDRB tahun 2009, berupa beberapa sektor yang
memiliki produktivitas yang tinggi , berikut 3 sektor yang memiliki nilai
produktivitas > 100 :
Pada tahun 2009 produktivitas sektor Listrik, gas dan air mulai terkontraksi
hingga sebesar 7,45 persen, diperkirakan penurunan ini terjadi karena produksi
dan harga per kwh listrik selama tahun 2009 berjalan stagnan, sementara
jumlah tenaga kerja yang terserap masih terus bertambah. Namun demikian
produktivitas sektor Listrik, gas dan air masih yang tertinggi yaitu sebesar
Rp.506,41 juta. Sektor lainnya rata-rata masih mengalami peningkatan
produktivitas, seperti sektor Pertambangan dan penggalian meningkat sebesar
24,49 persen, sektor Industri pengolahan meningkat sebesar 10,06 persen,
sektor Konstruksi 12,27 persen, sektor Keuangan 10,62 persen dan sektor
Pertanian masih meningkat sebesar 6,87 persen. Sedangkan sektor
Pengangkutan dan komunikasi hanya mengalami peningkatan sebesar 7,21
persen dan sektor Jasa-jasa hanya meningkat sebesar 3,95 persen.
Namun jika kita lihat pada tabel diatas ternyata kenaikan PDRB tidak
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi terutama setelah tahun 2007, hal ini
dikarenakan karena pada akhir tahun 2007 hingga kuartal kedua tahun 2008,
kenaikan harga minyak dunia meningkat hingga mencapai 147 dollar AS per
barrel. Secara perlahan, kenaikan itu juga berdampak pada kenaikan harga BBM
di dalam negeri yang pada akhirnya mendorong naiknya harga barang dan jasa.
Kondisi ini terus berlanjut dengan terjadinya krisis finansial yang dimulai dari
kasus subprime mortgage di Amerika Serikat, hingga meluas di berbagai negara
di dunia termasuk Indonesia. Bagai efek domino, Jawa Timur juga terkena imbas,
sehingga pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 melambat kembali dan hanya
mencapai 5,94 persen. Dampak Krisis Keuangan Global yang terjadi pada akhir
tahun 2008 terus berlanjut hingga tahun 2009, ekspor beberapa komoditi
unggulan Jawa Timur khususnya ke negara-negara Amerika dan Eropa ikut
merosot, dan berakibat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2009
terus melambat dengan hanya tumbuh sebesar 5,01 persen.
Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi di luar negeri sedang mengalami kelesuan
dan kacau dikarenakan krisis sehingga permintaan akan barang-barang
berkurang sehingga produk dan hasil produksi dari jawa timur walau
berkontribusi pada produksi nasional namun karena barang nasional mengalami
permaslahan dalam penjualan produk nya, maka kenaikan PDRB tidak
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi jawa timur.