You are on page 1of 19

Peran Kebijakan Moneter Bank Indonesia dalam Rangka

Mendukung Bangkitnya Sektor Riil Guna Mendukung


Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011

TUGAS KELOMPOK

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Ekonomi
Makro 1

semester dua

Hilmansyah (1110046200005)

Dwi Ariyanti (1110046200019)

Kurniasih (1110046200020)

Muhammad Fahmi Q (1110046200029)

JURUSAN ASURANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji kehadiratan Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, penulis juga bersyukur atas
kesehatan yang diberikanNya, sehingga dapat mengumpulkan materi-materi
untuk makalah yang berjudul “Peran Kebijakan moneter BI dalam Sektor Riil
guna Membangun Perekonomian Tahun 2011” yang dibuat guna memenuhi
tugas Teori Ekonomi Makro-1.

Penulis juga meminta maaf, jika makalah ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan dan belum sempurna. Maka dari tu, penulis menerima kritik dan
saran yang membangun agar ke depannya akan lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya dan tujuan


penulis pun dapat tercapai.

Sekian dari penulis, terimakasih atas perhatiannya.

Jakarta, Mei 2011

Penulis

Daftar Isi
2
Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah


4

b. Rumusan Masalah
4

c. Tujuan Penulsan 4

Bab II Pembahasan

a. Hakikat Bank Indonesia


5

b. Kebijakan Moneter

a. pengertian kebijakan moneter


7

b. instrumen kebijakan moneter


8

c. tujuan kebijakan moneter


9

c. Peran Kebijakan Moneter terhadap Sektor Riil

a. BI Rate
9

b. transmisi kebijakan moneter


10

c. pengaruh BI Rate terhadap perekonomian Indonesia


12

3
d. pengaruh BI Rate disektor Riil
13

Bab III Penutup

a. Kesimpulan
15

b. Saran 15

Daftar Pustaka
17

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

Kestabilan perekonomian dalam suatu negara akan selalu menjadi


prioritas yang ingin dicapai suatu negara, karena dengan stabilitas ekonomi akan
menciptakan suasana kondusif dalam kegiatan perekonomian. Kestabila
ekonomi ini dapat diukur dengan melihat stabilitas makroekonomi yang ada.
Namun stabilitas makroekonomi ini sangat rentan terhadap perubahan. Apabila
terjadi guncangan dalam suatu variabel ekonomi akan berdampak pada variabel
yang lain dan keadaan ini menjadikan fluktuasi dalam makroekonomi. Bila
fluktuasi yang terjadi relatif kecil dan waktu mencapai keseimbangan jangka
panjang relatif tidak lama, maka dapat dikatakan kondisi makroekonomi relatif
stabil.

Perkembangan perekonomian suatu negara dapat dikatakan sedang


meningkat atau menurun dapat dilihat dari beberapa indikator dasar
makroekonominya, diantaranya suku bunga, jumlah uang beredar, inflasi, nilai
tukar dan pengangguran. Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga otoritas moneter
telah melakukan stabilisasi melalui instrumen suku bunga SBI, dimana
4
penetapan SBI dilakukan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar.
Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak (berlebih), maka
hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas penulis mencoba merumuskan masalah yang


akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya yakni :

• Bagaimanakah peran Bank Indonesia sebagai pengendali kebijakan


moneter terhadap perekonomian Indonesia ?

• Bagaimanakah hakikat kebijakan moneter serta instrumen-instrumennya


sebagai kebijakan untuk mengendalikan perekonomian nasional ?

• Bagaimanakah peran kebijakan moneter terhadap sektor riil ?

• Bagaimanakah langkah kerja BI Rate dalam menekan laju Inflasi ?

• Bagaimana keadaan sekor riil perekonomian Indonesia dengan adanya


kebijakan BI Rate yang telah diterapkan pada tahun 2011 ?

C. Tujuan Penulisan

Mengingat penulisan makalah tentang kebijakan moneter ini, penulis ingin


memberi sedikit penjabaran terhadap perekonomian nasional, daripada itu
penulis memiliki tujuan penulisan sebagai berikut :

• Mengetahui bagaimana peran Bank Indonesia dalam mengontrol


perekonomian Indonesia

• Memahami arti dan instrumen dalam kebijakan moneter

• Memahami peran BI Rate dan langkah kerrjanya dalam menekan laju


inflasi

• Mengetahui keadaan perekonomian Indonesia dalam sektor Riil akibat dari


penerapan BI Rate sebagai kebijakan moneter

5
Bab ll

Pembahasan

A. Hakekat Bank Indonesia

Dalam suatu negara pasti terdapat bank sentral yang merupakan


pengendali kebijakan-kebijakan moneter di negara tersebut. Begitu pula di
Indonesia, terdapat bank sentral yang mengandalikan tingkat inlasi, peredaran
uang atau kebijakan moneter di Indonesia.
Bank indonesia , dalam perjalanannya memiliki tugas dan tujuan yang
berbeda dari waktu kewaktu seiring dengan perkembangan perekonomian yang
ada. Namun daripada itu bank Indonesia memiliki saatu tujuan tetap yaitu
mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah.
Bank sentral yang memiliki otoritas moneter bertanggung jawab penuh
terhadap peredaran uang di Indonesia, dan selain itu kestabilan nilai rupiah juga
merupakan tanggung jawab BI sebagai mana teercantum dalam pasal 7 ayat 1
UU.NO.3 Tahun 2004 yang menyatakan : “ Tujuan Bank Indonesiaadalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah”. Dalam melaksanakan tugas
6
ini Bank Indonesia memiliki Dewan Gubernur sebagai pelaksana tugas dan
wewenang Bank Indonesia yang pelaksanaannya bebas dari intervensi
pemerintah.
Peran Bank Indonesia dalam memelihara Stabilitas keuangan

• Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter


antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar
terbuka. BI dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter
dengan tepat dan berimbang, karena stabilitas moneter
berdampaklangsung terhadap stabilitas ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan
cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula
sebaliknya.
• Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja
lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan
kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme
pengawasan dan regulasi.
• Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar
(failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem
pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius
dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.
• Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank
Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai
mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan
sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock)
yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset,
Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator
macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan.
Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi
rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor
keuangan.
• Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman
sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the

7
last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank
Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna
menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi
sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal
maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang
menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya
krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat
diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer
namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali.

B. Kebijakan Moneter

a. Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan


perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan
mengatur jumlah uang beredar. Melalui kebijakan moneter ini pemerintah bisa
mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam
upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh sekaligus
mengendalikan inflasi. Kondisi ini akan meningkatkan output keseimbangan dan
atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol).

Dalam kamus hukum ekonomi yang disusun oleh A. F. Elly Erawaty dan J.
S. Badudu, kebijakan moneter (monetary policy) adalah tindakan bank sentral
selaku pemegang otoritas moneter dalam menjaga keseimbangan moneter
negara. Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan jumlah uang beredar dalam suatu negara dan memiliki hak
untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya
dan persediaan uang. Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan
instrument Bank Sentral yang sengaja dirancang untuk memengaruhi variable-
variabel finansial seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang.

Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara stabilitas nilai uang baik
terhadap faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan
stabilitas harga yang pada akhirnya akan memengaruhi realisasi pencapaian
tujuan pembangunan suatu Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar,
pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil
yang optimum dan stabilitas ekonomi.

8
b. Instrumen Kebijakan Moneter

Bank Indonesia memiliki 4 instrumen yang merupakan bagian dari


kerangka pelaksanaan kebijakan moneter yang terdiri atas :
1. Operasi Pasar Terbuka ( open market operation )
Merupakan instrument kebijakan moneter yang berfungsi sebagai
pengendali inflasi melalui penjualan dan pembelian surat – surat berharga.
Dengan penjualan terhadap surat – surat berharga maka uang yang berlebih
akan masuk ke dalam otoritas moneter dengan demikian inflasi dapat
dikendalikan.
2. Fasilitas diskonto ( Discount rate )
Tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah
atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Ini Merupakan suatu
tingkat suku bunga yang mencerminkan perkembangan laju inflasi di Indonesia.
Dalam transmisi kebijakan moneter, Fasilitas diskonto merupakan instrument
utama karena memiliki dampak dan pengaruh yang bersifat sistemik terhadap
perekonomian.
3. Rasio cadangan wajib ( reserve requirement ratio )
Merupakan instrument kebijakan moneter yang bertujuan mengendalikan
kemampuan pinjaman perbankan terhadap masyarakat. Bila Giro Wajib Minimum
dinaikan maka yang akan terjadi adalah kemampuan perbankan dalam
memberikan pinjaman kepada masyarakat dan dunia usaha akan melemah.
Begitu juga sebaliknya.

4. Imbauan Moral ( Moral Persuasion )


Imbauan moral merupakan kebijakan moneter yang bersifat kualitatif,
dimana dalam pelaksanaanya kebijakan moneter ini merupakan peringatan atau
saran dari dewan gubernur Bank Indonesia mengenai tindakan–tindakan yang
semestinya dilakukan oleh pasar agar stabilitas perekonomian tidak terganggu.

c. Tujuan Kebijakan Moneter

Dalam UU NO.3 Tahun 2004 telah tercantum bahwa tujuan Bank Indonesia
adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Yang dimaksud dengan
kestabilan rupiah ini adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa

9
yang tercermin pada inflasi. Untuk memenuhi upaya ini Bank Indonesia telah
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem
nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar ini
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.

Dalam melaksanakan tujuan utamanya, Bank Indonesia memiliki


wewenang untuk menentukan kebijakan moneter melalui penerapan sasaran
moneter ( misal uang beredar atau suku bunga) dengan berpijak pada sasaran
laju inflasi yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk mengendalikan sasaran
moneter tersebut, Bank Indonesia menggunakan empat instrumen kebijakan
moneter yang telah dijelaskan di atas.

Pada bulan juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan


penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation
Targeting Framework (ITF), kerangka kerja ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas dan tata kelola kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir
kestabilan harga untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Langkah tersebut terdiri dari empat
elemen dasar, diantaranya adalah :
1. penguatan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate
2. proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif
3. strategi komunikasi yang lebih transparan
4. penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah

C. Peran Kebijakan Moneter Terhadap sektor Riil

Telah dijelaskan di atas bahwa kebijakan moneter yang telah diterapkan


Bank Indonesia adalah mengendalikan laju inflasi dalam posisi yang aman. Untuk
melaksanakan hal tersebut Bank Indonesia telah membuat instrumen yang
dapat memudahkan laju inflasi tersebut yaitu BI Rate.

a. BI Rate

10
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang tercermin sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
pubik. Tujuan utama adanya BI Rate ini adalah menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan stabil.

Bank Indonesia berupaya dalam setiap aktivitasnya menentukan tingkat


suku bunga yang wajar dengan tujuan akhir inflasi yang rendah. Namun jalur
kegiatan BI Rate ini hingga mencapai sasara inflasinya memerlukan waktu dan
kegiatannya sangat kompleks.

b. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

aliran kerja BI rate yang kompleks tersebut dinamakan Mekanisme


Transmisi Kebijakan Moneter, kerangka tersebut tersusun sebagai berikut :

Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui


perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya
mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya
berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi
antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil.

11
Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya
jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur
ekspektasi.

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga


deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter
yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan
meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan
inflasi.

Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.


Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,
akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku
bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong
investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen
keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya
akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan
harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi
lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan
mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya
pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.

Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro


melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga
aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan
perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.

12
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga
mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku
bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya
inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan
meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh
produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu


(time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur
nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga
kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan
perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan
moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon
perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat.
Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit
belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan,
penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian
sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi
sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses
transmisi kebijakan moneter.

c. Pengaruh Bi Rate Terhadaap Perekonomian Indonesia di Sektor Riil 2011

Dari Kebijakan moneter yang telah diterapkan oleh Bank Indonesia, telah
menunjukan sedikit hasil terhadap perekonomian nasional, salah satunya dalam
sektor Riil. Di lihat dari data Tinjauan Kebijakan Moneter (TKR) Bank Indonesia
pada tiga bulan terakhir Ekonomi Indonesia dalam sektor riil mengalami
peningkatan.

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan


meningkatnya pendapatan masyarakat. Pada triwulan II 2011, konsumsi rumah
tangga diprakirakan tumbuh mencapai 4,8% dan berada pada kisaran 4,4%-
4,9% untuk keseluruhan tahun 2011. Pada tahun 2012, konsumsi rumah tangga
diprakirakan tumbuh lebih tinggi dan mencapai kisaran 4,6%-5,1%.
Pendapatan masyarakat yang meningkat secara umum berasal dari

13
peningkatan upah dan gaji serta pendapatan dari hasil ekspor. Pada tahun 2011,
rata-rata Upah Minimum Provinsi (UMP) naik sebesar 8,7%. Kenaikan itu lebih
tinggi dibandingkan rata-rata kenaikan pada tahun 2010 sebesar 8%. Lebih
tingginya kenaikan UMP 2011 dibandingkan kenaikan UMP 2010 akan
mendorong konsumsi masyarakat. Selain UMP, peningkatan konsumsi rumah
tangga berasal dari kenaikan gaji aparat negara sebesar 10% - 15% dan
dibagikannya gaji ke-13. Perbaikan pendapatan aparat negara diprakirakan juga
berasal dari perbaikan remunerasi terkait reformasi birokrasi di beberapa
kementrian/lembaga. Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Negara, jumlah
pegawai negeri sipil pada tahun 2010 tercatat sebanyak 4,6 juta pegawai.
Peningkatan daya beli dari pegawai tersebut diperkirakan akan memberi
dorongan terhadap kinerja konsumsi rumah tangga.
Dorongan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh masih
baiknya daya beli masyarakat, harga barang impor yang relatif rendah, dan
relatif stabilnya ekspektasi penghasilan ke depan. Kinerja konsumsi yang masih
kuat terindikasi dari perkembangan berbagai indikator dini seperti penjualan
mobil dan motor serta penjualan eceran yang masih tumbuh tinggi sampai
dengan Januari 2011.
Pertumbuhan investasi pada triwulan I 2011 diprakirakan meningkat
terlihat dari beberapa indikator dini khususnya terkait peningkatan kapasitas
produksi dan bangunan. Faktor yang mendukung peningkatan investasi di
antaranya masih tingginya permintaan eksternal, persepsi pasar yang masih
positif terhadap iklim investasi baik dari investor dalam negeri maupun luar
negeri, peningkatan pembiayaan terutama dari pasar modal serta kemajuan
proyek infrastruktur jalan. Pertumbuhan investasi diperkirakan terjadi hampir di
seluruh komponennya. Hingga Januari 2011, aktivitas investasi mengindikasikan
peningkatan baik pada investasi bangunan maupun nonbangunanibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Indikasi peningkatan investasi
Kinerja ekspor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih mencatat
pertumbuhan tinggi meski lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Lebih rendahnya pertumbuhan ekspor sejalan dengan volume
perdagangan dunia dan perkembangan indeks produksi di negara maju maupun
emerging markets yang mengalami tren perlambatan. Harga komoditas ekspor
sampai dengan Februari 2011 juga menunjukkan perlambatan kecuali komoditas
pertambangan. Selain itu, sektor-sektor yang menghasilkan produk ekspor juga
diperkirakan akan mengalami perlambatan pada triwulan laporan.

14
Impor pada triwulan I 2011 diprakirakan masih kuat sejalan dengan masih
kuatnya permintaan. Masih kuatnya impor didukung oleh impor barang konsumsi
yang tumbuh tinggi. Meningkatnya impor barang konsumsi terutama terjadi
pada komoditas makanan bahan mentah maupun makanan jadi serta barang
semi durables. Di sisi lain, impor bahan baku dan barang modal melambat dan
terjadi pada seluruh komponennya dengan impor kendaraan penumpang
mengalami penurunan yang terbesar. Impor nonmigas pada Januari 2011
tumbuh sebesar 15,8%, melambat dari rata-rata pertumbuhan pada triwulan IV
2010 sebesar 20,5%.

d. Tingkat BI Rate di Indonesia tahun 2011

Suku bunga acuan (BI Rate) di Indonesia saat ini adalah 6,5 %, angka ini
merupakan angka yang tertinggi di Asia Tenggara karena Malaysia hanya 2,75
%, Thailand 1,75 %, Filipina 4 % dan Singapura hanya 0.5 %.

Tingkat BI Rate yang dinaikkan sebagai upaya meredam inflasi, adalah


sebuah kebijakan yang salah. Karena semua negara sudah menurunkan suku
bunga untuk menaikan sektor riil. Tingginya inflasi saat ini adalah akibat dari
naiknya harga minyak dunia, jadi apabila BI Rate dinaikan adalah cara yang
kurang tepat, karena akan menurunkan minat masyarakat terhadap
perekonomian seperti kredit perbankan.

Apabila BI Rate naik maka yang diuntungkan adalah kalangan perbankan


dan jasa keuangan, namun berdampak bagi kegiatan investasi langsung sector
riil akan tertekan.

15
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan


perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan
mengatur jumlah uang beredar. Kebijakan moneter ini dilakuakan oleh Bank
Indonesia dengan tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Yang dimaksud dengan kestabilan rupiah ini adalah kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inlasi.

Salah satu kebijakan moneter yang dilakuakan BI adalah dengan BI rate


atau disebut juga dengan suku bunga. Dari Kebiakan moneter yang telah
diterapkan oleh Bank Indonesia, telah menunjukan sedikit hasil terhadap
perekonomian nasional, salah satunya dalam sektor Riil. Di lihat dari data Bank
Indonesia pada tiga bulan terakhir Ekonomi Indonesia dalam sektor riil
mengalami peningkatan.

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan


meningkatnya pendapatan masyarakat. Pada triwulan II 2011, konsumsi rumah
16
tangga diprakirakan tumbuh mencapai 4,8% dan berada pada kisaran 4,4%-
4,9% untuk keseluruhan tahun 2011. Pada tahun 2012, konsumsi rumah tangga
diprakirakan tumbuh lebih tinggi dan mencapai kisaran 4,6%-5,1%. Pendapatan
masyarakat yang meningkat secara umum berasal dari peningkatan upah dan
gaji serta pendapatan dari hasil ekspor. Pada tahun 2011, rata-rata Upah
Minimum Provinsi (UMP) naik sebesar 8,7%. Kenaikan itu lebih tinggi
dibandingkan rata-rata kenaikan pada tahun 2010 sebesar 8%.

Dengan data di atas, bisa membuktikan bahwa kebijakan moneter yang


dilakukan oleh BI dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
tahun 2011 ini. Meski belum terlalu banyak peningkatan, namun jika dilakukan
dengan lebih baik lagi, tbukan tidak mungkin Indonesia akan lebih maju
perekonomiannya, terutama dalam sektor riil dan bisa bersaing di dunia global.

B. Saran

Menanggapi masalah kebijakan moneter yang diterapkan BI, sungguh


sangat kompleks. Itu diakibatkan saat ini terjadipergolakan di dunia
Internasional, khususnya negara-negara timur tengah. Akibat pergolakan itu
tekanan inflasi cenderung meningkat, walaupun prospek perekonomian dunia
meningkat pula.

Melihat masalah ini Bank Indonesia diharapkan agar bisa selalu


mempertimbangkan kebijakan-kebijakan moneternya agar tingkat bunga deposit
dan kredit bisa selalu terjaga dengan baik dan semakin menunjukan penurunan
suku bunga tersebut. Karena apanila tingkat bunga deposit dan kridit semakin
menurun akan berdampak pada perekonomian masyarakat membaik, karena
masyarakat bisa meminjam pinjaman kepada bank dengan suku bunga yang
rendah.

17
Daftra Pustaka

Rahardja Pratama, Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar


Edisi Empat, Jakarta :

UI Press.

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Transmisi+Kebijakan+Moneter/

http://www.newsbanking.com/2011/03/tinjauan-kebijakan-moneter-maret-
2011.html

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/peran-bank-indonesia-dalam-
pemeliharaan- kestabilan-sektor-keuangan/

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Tujuan+Kebijakan+Moneter/

http://indocashregister.com/2009/10/22/hatta-rajasa-berjanji-akan-gerakan-
ekonomi-sektor-riil-kita-nantikan/

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2567A97B-06E8-40C6-B064-
FC464A88A1F8/22831/LKMI2011BIndonesia1.pdf
18
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2642E170-FFD7-4761-BA48-
D9E06240298D/22305/zTKMFEB2011.pdf

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/311062A2-9F33-4EC8-A167-
CF1352E5071A/22558/TKMMaret2011.pdf

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/01/17/membedah-perekonomian-
indonesia-di-tahun-2011-bersama-aviliani/

http://www.kabarindo.com/?act=dnews&no=6488

1.1 Pengertian Sektor Riil

Sektor riil meliputi kegiatan yang terkait dengan permintaan agregat


(aggregate demand) dan penawaran agregat (aggregate supply) dalam perekonomian.

Sektor riil mengacu pada sektor yang memproduksi barang dan jasa melalui
pemanfaatan bahan baku dan faktor-faktor produksi lainnya seperti tenaga kerja,
tanah, modal, atau peralatan produksi lainnya.

19

You might also like