Professional Documents
Culture Documents
pembedahan.Hanya eter yang memiliki trias anestesia. Karena anestesi modern saat ini menggunakan obat-obat
selain eter, maka trias anestesi diperoleh dengan menggabungkan pelbagai macam obat. Hipnosis didapat dari
sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran, sevofluran). Analgesia didapat dari N2O, analgetika narkotik,
NSAID tertentu. Sedangkan relaksasi otot didapatkan dari obat pelemas otot (muscle relaxant).
PSO
Identifikasi
RPS (Riwayat penyakit sekarang)
RPP (Riwayat penyakit dahulu)
Obat dimakan → interaksi
Riwayat operasi
Riwayat kebiasaan ex ; merokok, peminum, narkoba
Riwayat keluarga
Anamnesa Sistemik
- CVS
- Respirasi
- Git
- Urogenital
- Syaraf
- Metabolik
- Pemeriksaan Phisik
- Pemeriksaan Penunjang
- LAB
4. Teknik anastesi
pulsa oksimetri
troli pediatrik peralatan yang berisi masker, saluran udara, tabung endotrakeal dan konektor
dalam berbagai ukuran pediatric
2. Pernafasan (breathing)
Respirasi dapat diamati dengan memonitor pergerakan dada atau dengan melakukan ekspirasi melalui
telapak tangan pada mulut atau hidung pasien. Oksigenasi juga dapat diperkirakan dalam beberapa derajat dengan
mengamati warna pasien. Warna kebiruan menunjukkna terjadinya hipoksia, dan ha ini paling mudah dilihat pada
sektar bibir atau lidah. Untuk dapat menentukan warna tersebut dibutuhkan pencahayaan yang baik. Pemberian
suplementasi oksigen dapat mencegah terjadinya hipoksemia, tetapi masalah yang muncul adalah tidak bisa
terdeteksinya apnea oleh pulse oxymeter.
Kecepatan nafas dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bradipneum dan takpneu . Bradipneu atau nafas ambat
biasanya terjadi akibat penggunaan opioid selama operasi dan biasanya disertai dengan pupil yang mengecil. Hal ini
dapat menghilang secara spontan setelah obat anesthesia tereliminasi dan pasien tersadar. Takipnea atau nafas cepat
dapat berkaitan dengan agen volatile tertentu (khusunya eter), asidosis, hipovolemia, nyeri, hipokseia, atau masalah
respirasi lain.
3. Sirkulasi (circulation)
Sirkulasi dapat diamati dengan palpasi nadi (takikardia mengarahkan pada deplesi volume) dan dengan
merasakan perifer (tangan yang dingin dengan perfusi buruk mengarahkan pada hipovolemia atau hipotermia akibat
operasi yang lama). Kecepatan jantung harus berada pada keadaan normal, kira-kira 60-90 kali per menit.
Hipertensi dapat disebabkan karena nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakhea, cairan infus berlebihan,
buli-buli penuh atau aktivasi saraf simpatis karena hipoksia, hiperkapnia dan asidosis. Hipertensi akut dan berat yang
berlangsung lama kana menyebabkan gagal ventrike kiri, infark miokird, disritmia, edema paru atau perdarahan otak.
Terapi hipertensi ditujukan pada faktor penyebab dan kalau perlu dapat diberikan klonidin (catapres) atau nitropusid
(niprus) 0,5-1,0 mikrogram/kgBB/menit.
Hipotensi yag diakibatkan isian balik vena (venous return) menurun disebabkan oleh beberapa ha seperti
perdarahan, terapi cairan kurang adekuat, diuresis, kontraksio miokardium kurang kuat atau tahanan vaskuler perifer
menurun. Hipotensi harus segera diatasi untuk mencegah terjadinya hipoperfusi organ vital yang dapat berlanjut
dengan hipoksemia dan kerusakan jaringan. Terapi hipotensi disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Berikan
oksigen 100 % dan infus kristaloid RL atau asering 300-500 ml. Disritmia yang terjadi dapat disebabkan oleh
hipokalemia, asidosis-alkalosis, hipoksia, hiperkapnia atau penyakit jantung.
Hipotensi adalah komplikasi kardiovaskuler yang paling sering muncul selama dan setelah pemberian obat
sedatif dan analgesia. Monitoring reguler terhadap status sirkulasi pasien, termasuk denyut jantung, tekanan darah,
temperatur, warna kulit, dan denyut nadi perifer, dapat meengidentifikasi maslah sehingga penanganan yang sesuai
dapat dilakukan. Lebih jauh lagi, pengamatan terhadap status cairan tubuh pasien dapat memfasilitasi pemberian
cairan yang tepat dibutuhkan pasien. Hal ini membutuhkan perhitungan dari pengurangan status cairan pasien selama
puasa dan kebutuhan cairannya.
<10 kg 4 ml/kg/jam
4. Suhu (temperature)
Hipotermia adalah salah 1 masalah yang juga sering muncul dan membutuhkan monitoring dan
penatalksanaan dini. Hipotermia kebanyakan muncul selama tindakan operasi dilakukan, tetapi juga dapat muncul
pada pasien yang diberi obat sedatif untuk prosedur diagnostik ataupun terapi. Hipotermia juga menyebabkan
kesulitan tubuh untuk mengkompensasi terhadap penggumpalan darah, yang pada beberapa pasien dapat
menyebabkan komplikasi, seperti pada pasien yang menjalani angiografi atau kateterisasi. Penggunaan selimut
hangat dan penyesuaina suhu pendingin atau penghangat ruangan biasanya berguna untuk mengembalikan keadaan
suhu pasien ke normal.
5. Tingkat kesadarn
Tingkat kesadaran harus dimonitor dengan mengobservasi kembalinya berbagai refleks; seperti; refleks
berkedip, refleks menelan, dan refleks bersuara, serta berespon tehadap perintah. Pada pasien yang menjalani
anesthesia regional (spinal atau epidural), tingginya blokade harus diamati sampai efek anesthesi tersebut
menghilang. Cara termudah untuk mengujinya adalah dengan mengukur titik dimana pasien tidak lagi dapat
merasakan sensasi dingin (menggunakan etil klorida atau es). Akan lebih aman apabila meletakkan pasien pada
posisi duduk terlalu cepat, karena hal ini bisa saja menyebabkan terjadinya hipotensi postural.
Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernafasan dilakukan paling tidak setiap dalam 15
menit pertama atau hingga stabil, setelah itu dilakukkan setiap 15 menit, selama 2 jam pertama. Dan setiap 30 menit
selama 4 jam berikutnya. Pulse oximetry dimonitor hingga pasien sadar kembali sambil meakukan pemeriksaan
suhu.
Dulu diyakini bahwa kadar Hb harus lebih tinggi dari 9 sampai 10 ml/dl agar tersedia cukup oksigen untuk
memenuhi kebutuhan organ vital (otak,jantung) dalam mencukupi stres. Sekarang sudah dibuktikan, bahwa Hb 3
sampai 6 g/dl masih dapat mencukupi kebutuhan oksigen jaringan. Dari percobaan diketahui bahwa Hb 2-3 g/dl
atau 6-8% masih mampu menunjang kehidupan (Singler,1980;Johnson,1991). Batas “anemia aman” bagi pasien
yang memiliki jantung normal adalah hematokrit 20%. Pasien yang menderita penyakit jantung koroner
memerlukan batas 30%
Penggantian volume yang hilang harus didahului karena penurunan 30% saja sudah dapat menyebabkan kematian.
Sebaliknya batas toleransi kehilangan Hb lebih besar. Kehilangan Hb sampai 50% masih dapat diatasi. Bagi pasien
tanpa penyakit jantung, Hb 8-10 gm/dl masih dapat memberikan cukup oksigen untuk jaringan dengan baik (asal
volume sirkulasi normal). Karena itu, tidak semua perdarahan harus diganti transfuse. Terapi diprioritaskan untuk
mengembalikan volume sirkulasi dengan cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9% atau Plasma Substitute/koloid
(Expafusin, Dextran, Hemaccel, Gelafundin) selama Hb masih 8-10 gm/dl. Cara terapi dengan cairan ini disebut
hemodilusi. Perdarahan sampai volume darah masih dapat diganti saja tanpa transfusi.
Pada kehilangan 30-50% volume darah, maka setelah pemberian cairan, jika Hb < 8-10 gm/dl atau hematrokit <
20-25% maka transfusi diberikan.
Sasaran transfusi adalah mengembalikan kadar Hb sampai 8-10 gm/dl saja. Tidak perlu sampai Hb “normal” 15
gm/dl lagi.
Dari perhitungan kadar Hb, darah satu kantong hanya menaikkan Hb 0,5 gm/dl. Peningkatan sebesar ini juga dapat
dicapai dengan pemberian gizi yang baik dan terapi Fe++. Manfaat kenaikan Hb 0,5 gm/dl tidak sebanding dengan
resiko penularan penyakit.
Teknik hemodilusi tidak dapat digunakan pada pasien trauma dan trauma thorax karena dapat menyebabkan edema
otak/paru.
TUJUAN TRANSFUSI
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
2. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma substitute atau larutan albumin
Jenis Darah Yang Ditransfusikan
12 jam penyimpanan
indikasi : pasien dengan Hb& platelet rendah, trombositopenia, transfusi masif dengan darah simpan
3. Packed Red Cell
Dari WB < 6 jam simpan. penyimpanan -20oC (3 bulan). Penyimpanan -30oC 1 tahun
diinfuskan setelah mencair
Indikasi: Mengganti faktor koagulasi, mengganti volume plasma
Diberikan 10 cc/kg satu jam pertama, dilanjutkan 1 cc/kg Bb per jam sampai PPT dan APTT mencapai nilai 1,5 x
nilai kontrol yang normal.
Terapi plasma tidak tepat untuk memperbaiki pasien hipoalbuminemia karena tidak akan meningkatkan kadar
albumin secara nyata
6. Thrombocyte Concentrate = TC
darah pasien sendiri diambil pada masa pra-bedah, disimpan untuk digunakan pada waktu pembedahan yang terencana
(efektif). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tidak ada resiko penularan penyakit sama sekali.
b. Furosemid
Tanda: Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk nonproduktif.
2. Reaksi alergi
a. “Anaphylactoid”
b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus dihentikan.
1. “dilutional coagulopathy”
2. disseminated intravascular coagulation (dic)
3. intoksikasi sitrat (komplikasi yang jarang terjadi)
4. keadaan asam basa
5. hiperkalemi
6. hipotermi
7. Post transfusion hepatitis (PTH)
TANDA OVERLOAD SIRKULASI
I. Pasien Sadar
1. dada sesak
2. batuk
3. dispnea
4. sianosis
5. vena leher membesar
6. takikardi
7. krepitasi basal
8. edema pulmo
II. Pasien dalam anestesi
1. takikardi
2. TD menurun
3. sianosis
4. vena leher membesar
5. krepitasi basal
Terapi:
1. stop transfusi
2. inhalasi O2
3. sandarkan pasien
4. digitalis iv, kecuali pasien gagal ginjal dan tua
5. diuretic furosemid
6. morfin
7. aminofilin
7. terapi cairan
Kebutuhan Cairan
Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)
Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak
Berat badan Kebutuhan air (perhari)
s/d 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)
> 20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 20 kg)
Contoh :
Pria BB 50 kg
à EBV 50 X 70 ml = 3500 ml
maka jika perdarahan 800 ml digantikan dengan
10% pertama (350 ml) à kristaloid 700-1400 ml
10% kedua (350 ml) à koloid 350 ml
100 ml à darah 100 ml
Pada anak dan bayi
Pemeliharaan:
10 kg pertama 4 ml/kgBB/jam
10 kg kedua 2 ml/kgBB/jam
Kg selanjutnya 1 ml/kgBB/jam
bedakan dengan kebutuhan per hari :
Defisit puasa (DP): cairan pemeliharaan x jam puasa
Stress operasi :
Ringan : 2 ml/kgBB/jam
Sedang : 4 ml/kgBB/jam
Berat : 6 ml/kgBB/jam
C. Pasca operasi
Terapi cairan pasca bedah ditujukan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit, nutrisi
b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris)
c. Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif
d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan
Pada penderita pasca operasi nutrisi diberikan bertahap (start low go slow).
Penderita pasca operasi yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75-125 gr/hari Hipoalbuminemia
edema jaringan, infeksi, dehisensi luka operasi, penurunan enzym pencernaan
Rumus Darrow
BB (kg) Cairan (ml)
0-3 95
3-10 105
10-15 85
15-25 65
>25 50
Tetesan infus: Mikro: BBx darrow /96
Makro: BB x darrow/24
Melihat tanda-tanda pada pasien disesuaikan dengan prosentase EBV yang hilang:
TANDANYA
Tensi systole 120 mmhg 100 mmhg < 90 mmhg < 60-70 mmhg
Nadi 80 x/mnt 100 x/mnt > 120 x/mnt > 140 x/mnt
Perfusi Hangat Pucat Dingin Basah
Estimasi Minimal 600 ml 1200 ml 2100 ml
perdarahan
Estimasi infus Minimal 1-2 liter 2-4 liter 4-8 liter
Problem puasa
a. Pada keadaan normal kehilangan cairan berupa
Insesible water losses (IWL)
Sensible water losses (SWL)
Pada orang dewasa kehilangan 2250 cc yang terdiri atas
1) IWL 700 ml / 24 jam
(suhu lingkungan 25 oC kelembaban 50-60 %, suhu badan 36-37 oC).
2) SWL
Urine 1 cc / kgbb / jam (24 cc / kg / bb / 24 jam)
b. Kebutuhan elektrolit tidak terpenuhi
Kebutuhan normal: Na+ 2-4 mEq / kgbb / 24 jam
K+ 1-2 eEq / kgbb / 24 jam
c. Kebutuhan kalori tidak terpenuhi
Kebutuhan normal: 25 Kcal / kgbb / jam
d. Pada operasi elektif yang dipuasakan, penggantian cairan hanya untuk maintenance saja
e. Pemberian cairan pre operasi adalah untuk mengganti bila ada
1) Kehilangan cairan akibat puasa.
2) Kehilangan cairan akibat perdarahan.
3) Kehilangan cairan akibat dehidrasi.
f. Pemberian darah pre operasi di dasarkan atas pertimbangan yang matang dan apabila perlu dilakukan pemeriksaan
darah lebih dahulu.
Cairan pengganti
- Kristaloid 2-4 kali dari jumlah perdarahan.
- Koloid 1 kali dari jumlah perdarahan
- Darah (WB) 1 kali dari jumlah perdarahan
I. KRISTALOID
A. Cairan Hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (< 285 mOsmol/L) cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya
Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intracranial
Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
B. Cairan isotonik
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah) = 285 mOsmol/L,
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
C. Cairan Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum (> 285 mOsmol/L), sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah
(darah), dan albumin
II. KOLOID
Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/ dinding pembuluh darah. dan tetap
berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch)
Vol.Intra-
vask.
Vol.Inter-
stitiel
- ¯
Vol.Intra-sel
- ¯ - ¯
8. ORIF
Defenisi : ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang
mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergeseran.
Tujuan
untuk memmbantu klien berjalan
untuk membantu klien bergerak
menjaga supaya tidak terjadi fraktur lagi
Indikasi
pasien penderita dan pasca stroke
pasien yang menderita kelumpuhan
pasien yang menderita fraktur
Kontraindikasi
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi pada fungsi – fungsi vital lainya, termasuk
depresi respiratori, bradikardi dan mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan contoh : hemoragi, sedikit
penurunan tekanan darah sangan dibutuhkan. Namun pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis
yang berlebihan.
b. Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung ke serabut saraf.
c. Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari Infus yang diisi narkotik menurut resep, dipasang dengan pengatur
pada lubang injeksi intravena. Pengandalian analgesik oleh klien adalah menekan sejumlah tombol agar masuk
sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat khusus untuk mencegah masuknya obat pada waktu yang belum
ditentukan. Analgesik yang dikontrol klien ini penggunaanya lebih sedikit dibandingkan dengan cara yang standar,
yaitu secara intramuscular. Penggunaan narkotik yang dikendalikan klien dipakai pada klien dengan nyeri pasca
bedah, nyeri kanker, krisis sel.
d. Obat – obat nonsteroid
Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap penghambatan sintesa prostaglandin. Pada dosis
rendah obat – obat ini bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan
dari khasiat analgesik.
Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea, arthritis dan gangguan
musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan
sampai sedang.
Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. 1989. Anestesiologi. Jakarta : CV. Info Medika