You are on page 1of 20

KEGIATAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI

KONSERVASI SUMBER DAYA MINERAL


DI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG, PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh :
Danny Z . Herman
SUBDIT KONSERVASI

ABSTRACT

The Conservation monitoring and evaluation for mineral resources was carried out in Regency
of Tulungagung, East Java in May 2004; with priority to mining concession areas of PT. Mega Budi
Manganis (PT. MBM) and PT. Industri Marmer Tulungagung Indonesia (PT. IMIT).
Detailed exploration done by PT. MBM in the total exploitation concession area of 1,941 Ha -
KW.96PP0193 had identified a total mineable manganese reserve of 600,000 tons in an area of 80
Ha, containing averages of 77.48% to 79.40% MnO2. The company activity was apparently in a phase
of management and mining preparation; and evaluated that there’s no conservation programme
within the mining system. Therefore there was monitored that some activities have connection with
application of conservastion, for instance : developing detailed exploration to identifie accuracy of
reserve quantity and quality, planning of a precise mining system and metalurgical examination of ore
for precise utility.
PT. IMIT was monitored as the marble mining company in the SIPD
(No.188.4/019/116/SIPD/2000) concession area of 5,93 Ha, and had produced marble of 11,437.174
m3 from the area of 2.01 Ha. Unless conservation programme wasn’t involved within mining activity,
there were some indications of conservation application such as : selective mining of marble, which is
qualified for industrial criteria; choosing precisely a mining/processing method; and eficiency in
handling of mining waste and tailing.

SAR I

Kegiatan pemantauan dan evaluasi konservasi sumber daya mineral di Daerah Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur dilakukan pada bulan Mei 2004 di Wilayah-wilayah pertambangan PT.
Mega Budi Manganis (PT. MBM) dan PT. Industri Marmer Tulungagung Indonesia (PT. IMIT).
Dari hasil eksplorasi rinci terhadap wilayah pertambangan KP.Eksploitasi No.KW.96PP0193
seluas total 1.941 Ha, PT. MBM telah mengidentifikasi cadangan layak tambang dari bahan galian
mangan sebesar 600.000 ton pada lahan seluas 80 Ha, dengan kadar rata-rata 77,48 – 79,40% MnO2.
Kegiatan perusahaan terpantau sedang pada tahap pembenahan di bidang manajemen dan penyiapan
operasional penambangan. Kegiatan perusahaan terpantau sedang pada tahap; dan terevaluasi bahwa
tidak terdapat program konservasi dalam system penambangannya. Meskipun demikian terpantau
bahwa beberapa kegiatan menunjukkan keterkaitan penerapan konservasi, misalnya : kegiatan
pengembangan eksplorasi rinci untuk menentukan akurasi kuantitas dan kualitas cadangan bahan
galian, perencanaan sistem penambangan yang tepat, dan pengujian metalurgi untuk mengetahui
ketepatan manfaat bahan galian.
PT. IMIT terpantau sebagai perusahaan pertambangan marmer berdasarkan SIPD
(No.188.4/019/116/SIPD/2000) pada Wilayah Pertambangan seluas 5,93 Ha; dan telah menghasilkan
sejumlah 11.437,174 m3 marmer dari lahan seluas 2,01 Ha. Meskipun tidak melibatkan program
konservasi dalam kegiatan penambangannya, terpantau beberapa indikasi penerapan konservasi
seperti: penambangan secara terpilih bahan galian sesuai kriteria standar mutu industri, pemilihan
metode penambangan/pengolahan yang tepat, dan efisiensi penanganan limbah tambang/pengolahan.

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-1


1. PENDAHULUAN persyaratan kelayakan untuk ditambang
berdasarkan pengkajian geologi, kelayakan dan
1.1. Latar Belakang ekonomi.
Tercatat beragam kegiatan eksplorasi yang Informasi di bawah mungkin dapat
berkaitan dengan usaha pertambangan bahan dijadikan gambaran sejauh mana kegiatan
galian di wilayah Kabupaten Tulungagung, eksplorasi telah dikembangkan oleh Pemerintah
diantaranya telah mencapai peningkatan hingga Daerah Kabupaten Tulungagung :
tahap penambangan, pengolahan dan pemasaran. (1) Kegiatan eksplorasi terhadap sumber daya
Dalam perjalanannya tidak semua usaha beragam jenis bahan galian telah lama
pertambangan tersebut berhasil dikembangkan dilakukan oleh beberapa penanam modal;
hingga tahap penambangan/eksploitasi, karena dengan data hasil eksplorasi menunjukkan
kuantitas dan kualitas sumber daya atau bahwa bahan galian dimaksud masih
cadangan bahan galian yang diharapkan masih dimasukkan ke dalam kategori sumber
dalam proses pembuktian atau tidak memenuhi daya (Tabel 1).

Tabel 1.
Sumber Daya Bahan Galian di Wilayah Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Kategori
No. Bahan Lokasi Sumber Kuantitas Kualitas Tahap
Galian Daya Penyelidikan
1 Mangan Sukorejo & Tenggong Tereka 500 ton 189 ton 34,24-41,43% Prospeksi
(Mn) Kec.Rejotangan bijih logam Mn
2 Mangan Trenggalek,Tulungagung Tereka 215 ton 180 ton 84,06% Prospeksi
(Mn) Kec.Besuki & Watulimo bijih logam MnO2
3 Mangan Tulungagung Terunjuk 45.000 ton 21.555 ton 47,9% Eksplorasi
Kec.Bandung bijih logam Mn umum
4 Marmer Besole,Kec.Besuki Terunjuk 9.855.000 ton - Eksplorasi
umum
5 Marmer G.Kuncung Tereka 351.000 ton Kuat tekan Prospeksi
Kec.Kalidawir 1198kg/cm
6 Sirtu Kec. Kauman Hipotetik 22.000 ton - Survei tinjau
7 Besi Desa Ngipik,Klumpit dan Terukur 50 ton bijih 52,22-56,59% Eksplorasi rinci
(Fe) Kemiri; Kec.Kalidawir Fe

(2) Eksplorasi rinci juga telah dilakukan a) Penerapan peraturan/kebijakan oleh


oleh PT.Mega Budi Manganis terhadap Pemerintah Daerah dalam kegiatan usaha
sumber daya mangan (Mn) di wilayah pertambangan.
KP. Eksplorasi KW.96PP0202 b) Aspek potensi sumber daya mineral yang
(G.Gebang dan G.Kuncung) seluas meliputi luas daerah; metode eksplorasi;
1.941 Hektar; telah mengidentifikasi sebaran, jenis, cadangan bahan galian dan
total cadangan terukur bijih mangan asosiasi mineral.
sebesar 9.774.375 ton dengan kadar c) Kegiatan usaha pertambangan yang meliputi
79,40% MnO2. Kegiatan tersebut metode penambangan dan pengolahan;
memerlukan waktu eksplorasi selama 5 recovery penambangan dan pengolahan;
(lima) tahun, sebagai persyaratan utama penanganan bahan galian nilai/kadar
untuk peningkatan status Kuasa marginal dan rendah; penanganan mineral
Pertambangan Eksplorasi menjadi ikutan, sisa cadangan, tailing dan limbah
Kuasa Pertambangan Eksploitasi. tambang; dampak lingkungan dsb.

1.2. Maksud dan Tujuan Program konservasi diterapkan dengan


Kegiatan pemantauan dan evaluasi tujuan agar para pelaku usaha pertambangan di
konservasi di wilayah Kabupaten Tulungagung wilayah Kabupaten Tulungagung dapat
dimaksudkan untuk : (a) inventarisasi usaha- melakukan pengelolaan bahan galian hasil
usaha pertambangan bahan galian dan (b) penambangan secara baik, benar, bijaksana,
pendataan segala informasi yang berkaitan berdayaguna dan berhasilguna untuk
dengan optimalisasi pemanfaatan bahan galian memperoleh manfaat yang optimal dan
tersebut; dengan ruang lingkup pemantauan berkesinambungan bagi masyarakat; serta
terhadap : memberikan kontribusi bagi perekonomian
daerah.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-2
1.3. Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah pengumpulan data dari dokumen-dokumen di
Kabupaten Tulungagung termasuk kedalam perpustakaan milik para pelaku usaha
Wilayah Provinsi Jawa Timur, yang dapat pertambangan dan Pemerintah Daerah, yang
dicapai dengan 2 (dua) cara : berkaitan dengan segala informasi tentang usaha
1. Dengan pesawat terbang reguler pertambangan bahan galian di wilayah
Bandung – Surabaya, diteruskan Kabupaten Tulungagung. Pengumpulan data
dengan jalan darat Surabaya – primer dilakukan dengan cara pengamatan
Mojokerto – Jombang – Kediri - lapangan dan pemercontohan bahan galian
Tulungagung. terpilih dari daerah-daerah penambangan
2. Perjalanan darat Bandung – Ciamis – tertinggal/tidak aktif dan sekitarnya, untuk
Gombong – Kebumen – Surakarta – keperluan analisis laboratorium dan evaluasi.
Madiun - Trenggalek – Tulungagung.
2. 1.2. Pemercontohan
1.4. Kendala Teknis dan Non Teknis Metodologi pemercontohan terhadap bahan
Kendala teknis yang dihadapi pada saat galian mangan (logam) dan marmer (non-logam)
melakukan kegiatan pemantauan konservasi dipastikan mempunyai perbedaan karena
adalah keterbatasan perangkat landasan hukum dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya/cadangan,
(kebijakan, standardisasi dan pedoman) dan yang paling penting tergantung kepada
Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan tata tujuan/sasaran pemercontohan tersebut.
cara pelaksanaan pemantauan/pengawasan Mengingat kegiatan penerapan konservasi
konservasi terhadap pengelolaan bahan galian, di Kabupaten Tulungagung ditekankan pada
yaitu : kegiatan pemantauan untuk evaluasi optimalisasi
a) Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa pemanfaatan bahan galian, maka diperlukan
Timur Nomor 29 Tahun 2003, mengenai pemercontohan secara terpilih dari
Pengelolaan Bahan Galian Pasir. sumberdaya/cadangan bahan galian yang
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia menjadi sasaran evaluasi.
Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Karena bentuk sumberdaya, kualitas dan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor kuantitas bahan galian logam (Mn) di daerah
32 Tahun 1969 (tentang Pelaksanaan sasaran secara umum telah diketahui, maka
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 : metodologi pemercontohan dilakukan secara
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok terpilih pada tubuh-tubuh dimana bijih mangan
Pertambangan). terkonsentrasi atau lebih dominan (bulk
c) Surat Keputusan Menteri ESDM Nomor sampling).
1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Berbeda dengan bahan galian mangan,
Teknis Penyelenggaraan Tugas pemercontohan terhadap bahan galian marmer
Pemerintahan di Bidang Pertambangan dilakukan dengan cara pengambilan contoh
Umum. produk akhir pengolahan (berupa contoh blok
marmer) yang memenuhi persyaratan untuk
Kendala non-teknis berupa tidak terjalinnya dipasarkan.
komunikasi antara pihak pelaksana pemantauan
dengan PT. Mega Budi Manganis di Jakarta dan 2.3. Analisis Laboratorium
di Wilayah Kuasa Pertambangan KW. 99PP0193 Analisis laboratorium dilakukan sebagai
(Kabupaten Tulungagung atau Trenggalek). Izin persyaratan pengujian kualitas bahan galian,
untuk memasuki Wilayah Kuasa Pertambangan untuk dijadikan salah satu penunjang upaya
milik perusahaan baru didapatkan dari evaluasi terhadap optimalisasi pemanfaatan
penanggungjawab tim eksplorasi PT.Mega Budi bahan galian tersebut dalam memenuhi
Manganis di lapangan. peningkatan keekonomian daerah otonom.
Pengujian kualitas bijih mangan (Mn) akan
melibatkan beberapa metodologi analisis
2. KEGIATAN PEMANTAUAN DAN laboratorium, diantaranya :
EVALUASI KONSERVASI a) Kimiawi-untuk mendeteksi kandungan
MnO2, CaO, SiO2 dan Fe2O3 (dalam %)
2.1. Metodologi Pemantauan, Pendataan dan b) Mineragrafi-untuk mendeteksi asosiasi
Evaluasi Konservasi kandungan mineral bijih
2.1.1. Pengumpulan Data c) Petrografi-untuk mengidentifikasi mineral
Kegiatan pemantauan dan evaluasi utama dan pengotor yang membentuk
konservasi melibatkan penggunaan metodologi batuan induk mineralisasi.
pendataan sekunder, yaitu dengan cara
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-3
Sementara pengujian terhadap bahan galian mineral di wilayah Kabupaten
marmer melibatkan metodologi analisis : Tulungagung di masa mendatang.
a) Kuat tekan, penyerapan air, ketahanan aus b) Melengkapi Data Base Konservasi
rata-rata dan kekekalan bentuk. Bahan galian, Direktorat Inventarisasi
b) Petrografi-untuk mengidentifikasi mineral- Sumber Daya Mineral.
mineral pembentuk batuan

2.4. Pengolahan Data dan Pelaporan 3. KEADAAN GEOLOGI, BAHAN GALIAN


Penggunaan data sekunder (berupa laporan DAN PENAMBANGAN
dan hasil wawancara) adalah yang paling
dominan sebagai bahan pengolahan informasi 3.1. Geologi Regional dan Daerah Kegiatan
untuk pelaporan. Sementara data primer yang 3.1.1. Geologi Regional
dapat digunakan adalah berupa foto visual di Wilayah Kabupaten Tulungagung dibentuk
lapangan dan hasil analisis laboratorium baik oleh formasi-formasi batuan sedimen dan
secara kimiawi maupun secara mikroskopik dari gunungapi dari umur Oligosen-Miosen hingga
conto-conto bahan galian/batuan induk dalam Plistosen, yang ditutupi sebagian besar oleh
wilayah-wilayah pertambangan yang dipantau. endapan aluvial.
Kedua jenis data tersebut digabungkan agar Formasi Arjosari adalah satuan batuan yang
dapat menjadi informasi yang berarti dan tertua di wilayah ini; berumur Oligosen Akhir-
dijadikan bahan referensi untuk pembuatan Miosen Awal dan terdiri dari breksi polimik,
laporan. Karena bersifat laporan akhir, yang juga batupasir, batulanau, batulempung dan
sebagai bukti pertanggungan jawab kegiatan konglomerat dengan sisipan batuan gunungapi.
pemantauan dan evaluasi konservasi bahan Sebagian besar batuan terubah sedang hingga
galian; maka kandungan laporan akan memuat kuat berupa terkersikkan dan terkloritkan akibat
tentang hasil pemantauan dan evaluasi tentang pengaruh terobosan batuan beku. Secara
hal-hal yang berkaitan dengan aspek landasan mendatar berubah berangsur (menjemari)
hukum, potensi sumberdaya atau cadangan menjadi batuan gunungapi dari Formasi
mineral/bahan galian, usaha pertambangan dan Mandalika, dimana terdiri dari breksi gunungapi,
penerapan konservasi bahan galian yang tersedia lava dan tuf bersisipan batupasir /batulanau.
khususnya di wilayah pertambangan PT.Mega Kedua formasi di atas ditutupi oleh Formasi
Budi Manganis dan PT.Industri Marmer Campurdarat yang berumur Miosen Awal, terdiri
Indonesia Tulungagung serta umumnya di dari batugamping hablur bersisipan batulempung
daerah Kabupaten Tulungagung. berkarbon. Sebagian batugamping telah berubah
termarmerkan, terpiritkan dan termineralisasi
2.5. Evaluasi Konservasi mangan (Mn) akibat pengaruh terobosan batuan
Metodologi evaluasi mengacu kepada beku.
petunjuk pelaksanaan teknis resmi/formal yang Formasi Jaten diendapkan di atas Formasi
berkaitan dengan konservasi di bidang energi Campurdarat pada akhir Miosen Awal, terdiri
dan sumberdaya mineral berdasarkan Peraturan dari batuan sedimen klastik hasil rombakan
Perundang-undangan yang diterbitkan oleh formasi batuan yang lebih tua.
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Formasi Wuni yang terdiri dari batuan
Secara legal hukum acuan pelaksanaan evaluasi runtuhan gunungapi dan piroklastik,
adalah Pedoman Pengawasan Konservasi Bahan diperkirakan diendapkan menjemari dengan
Galian-Pertambangan Umum yang tercantum Formasi Jaten; yang kemudian ditindih secara
dalam Lampiran XI Keputusan Menteri Energi selaras oleh batuan klastik dari Formasi Nampol.
dan Sumberdaya Mineral, Nomor : 1453 Formasi gunungapi Wilis kemudian
K/29/MEM/2000 Tanggal 3 November 2000. diendapkan secara tidak selaras pada Plistosen di
atas formasi-formasi batuan terdahulu.
2.2. Hasil Yang Diharapkan Sementara aluvium yang merupakan endapan
Hasil dari pengumpulan data sekunder dan sungai, pantai dan rawa adalah satuan batuan
primer diharapkan dapat digunakan untuk : termuda yang menutupi sebagian besar formasi-
a) Evaluasi terhadap penerapan kaidah formasi batuan berumur lebih tua di wilayah
konservasi yang telah dilakukan dalam Tulungagung.
usaha pertambangan bahan galian di 3.1.2. Geologi Wilayah Pertambangan
wilayah-wilayah pertambangan, sebagai (1) Wilayah pertambangan PT.Mega Budi
rekomendasi perencanaan dan Manganis dibentuk oleh litologi yang terdiri
penerapan konservasi sumber daya dari batugamping, breksi aneka bahan,
batuan dioritik dan aluvium.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-4
Batugamping terbagi menjadi 2 (dua) jenis terdiri dari : G.Gebang dan G.Kuncung,
yaitu : masing-masing seluas 25 Ha dan 55 Ha.
a. Batugamping berwarna putih keabuan Bijih mangan (Mn) yang terbentuk
mengandung fosil cangkang moluska. dalam zone mineralisasi disusun oleh
b. Batugamping berwarna putih – merah, mineral-mineral pirolusit, psilomelan dan
sebagian marmeran, bersisipan batu manganit; pada umumnya berupa pengisian
rijang berwarna kuning – merah rekahan/retakan, ruang antar fragmen
tembaga, termineralisasi mangan (Mn) breksi, pori-pori, rongga-rongga dan bidang
berupa pengisian rongga/rekahan antar perlapisan batugamping (sebagian
dengan asosiasi urat-urat kuarsa dan marmeran) dengan asosiasi urat-urat halus
kalsit. kuarsa, kalsit, limonit dan goetit. zone
Breksi aneka bahan berwarna abu-abu mineralisasi bentuk lain ditemukan sebagai
kehijauan terkloritkan, dibentuk oleh pengayaan sekunder (secondary
komponen menyudut-membundar tanggung enrichment) berupa konkresi dan bongkah-
dengan pemilahan buruk berdiameter 5 – 25 bongkah bijih MnO2, yang diduga
cm; yang terdiri dari batuan andesit, dasit, merupakan hasil pelapukan mineral-mineral
diorit, batugamping tertanam pada masa mengandung Mn berasal dari jenis
dasar batupasir tufan bersisipan batupasir mineralisasi tersebut di atas.
tufan, konglomerat dan batuan gunungapi Eksplorasi rinci yang telah dilakukan
dioritik dengan ketebalan 10 – 20 cm. terdiri dari pemetaan geologi (skala 1:1000),
Batuan dioritik berwarna abu-abu pembuatan 33 (tigapuluh tiga) buah sumur
kecoklatan dan bertekstur porfiritik, uji dan 5 (lima) lubang pemboran inti di
diperkirakan merupakan terobosan batuan kedua daerah prospek; sementara 14 (empat
beku yang menyebabkan batuan-batuan belas) buah parit uji hanya dibuat di daerah
disekitarnya mengalami ubahan hidrotermal prospek G.Kuncung. Untuk
dan termineralisasi. Sementara aluvium mengidentifikasi kuantitas dan kualitas
terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan cebakan bijih MnO2 bawah permukaan di
kerakal; sebagai hasil pengendapan sungai daerah prospek G.Gebang; telah dibuat
yang menutupi batuan-batuan yang lebih sebanyak 15 (lima belas) buah sumur uji
tua di daerah-daerah pedataran. dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m/kisaran
(2) Wilayah pertambangan PT.Industri Marmer kedalaman 3,5 – 8 m dan 3 (tiga) lubang
Indonesia Tulungagung (PT. IMIT) pemboran inti (masing-masing kedalaman 5,
dominan ditutupi oleh batugamping 30 dan 33 m), yang dilengkapi dengan
termarmerkan yang berasal dari Formasi pemercontohan batuan termineralisasi/bijih
Campurdarat. Ubahan termarmerkan diduga mangan.
terjadi karena proses malihan (metamorfosa) Gabungan hasil analisis terhadap
kontak secara setempat yang disebabkan kuantitas dan kualitas cebakan bijih
oleh suhu tinggi dari batuan terobosan; menunjukkan bahwa di daerah G.Gebang
dimana mineral kalsit dalam batuan asal seluas 25 Ha terdapat zone cebakan bijih
mengkristal kembali (recrystalized) untuk dengan ketebalan rata-rata 17 m dan
mengubah batugamping menjadi batuan densitas 1,3 ton/m3; memiliki cadangan
malihan bertekstur granoblastik saccaroidal terukur bahan galian sebesar 5.525.000 ton
(marmer) yang dominan disusun oleh dengan kandungan rata-rata 77,48% MnO2.
kristal-kristal kalsit. Apabila faktor koreksi kesalahan dianggap
25%, maka cadangan terukur menjadi
3.2. Bahan Galian sebesar 4.143.750 ton.
3.2.1. Bahan Galian pada Wilayah Kerja Sementara di daerah prospek
Penambangan G.Kuncung seluas 55 Ha, zone cebakan
3.2.1.1. Wilayah Pertambangan PT.Mega Budi bijih teridentifikasi dari 18 (delapan belas)
Manganis sumur uji, mempunyai ketebalan rata-rata
(I) Kegiatan eksplorasi yang dilakukan selama 10,5 m. Dengan densitas yang sama, jumlah
5 (lima) tahun (1994-1998) oleh PT.Mega cadangan terukur bijih adalah 7.507.500 ton
Budi Manganis pada wilayah pertambangan mengandung rata-rata 79,40% MnO2.
KW.96PP0202 (status KP. Eksplorasi) Dengan memperhitungkan faktor kesalahan
seluas 1.941 Ha termasuk ke dalam 2 (dua) 25%, cadangan terukur menjadi 5.630.625
daerah Kabupaten Tulungagung dan ton.
Trenggalek; telah mengidentifikasi daerah Dengan menggabungkan cadangan di
prospek mineralisasi mangan (Mn) yang kedua daerah prospek tersebut diperoleh
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-5
total cadangan terukur bijih sebesar 3.2.1.2. Wilayah Pertambangan PT. Industri
9.774.375 ton berkualitas rata-rata antara Marmer Indonesia Tulungagung
77,48 – 79,40% MnO2. Perusahaan ini telah melakukan kegiatan
usaha pertambangan yang meliputi tahap
(II) Dengan berubahnya status KP.Eksplorasi penambangan, pengolahan dan pemasaran bahan
(seluas 1.941 Ha) menjadi KP.Eksploitasi galian marmer; berdasarkan perpanjangan Surat
(seluas 158 Ha) tertanggal 6 Desember Izin Pertambangan Daerah (SIPD) Nomor :
2000, PT.Mega Budi Manganis telah 188.4/019/116/SIPD/2000 Tanggal 9 Mei 2000
melakukan eksplorasi ulang secara rinci, dengan masa berlaku 10 (sepuluh) tahun, pada
pengkajian keekonomian dan kelayakan wilayah pertambangan seluas 5,93 hektar di
pada kedua daerah prospek G.Gebang dan Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten
G.Kuncung. Kegiatan eksplorasi kembali Tulungagung.
secara rinci meliputi penelitian geologi, Jenis marmer sebagai bahan galian dipilih
pemetaan topografi, pembuatan sumur berdasarkan kategori yang mengacu kepada ciri-
uji/parit uji, pemboran inti, pemercontohan ciri fisika : warna gading (terang hingga agak
dan perhitungan cadangan bijih. gelap), berbutir halus dan padat; dimana
Hasil eksplorasi telah mengidentifikasi disesuaikan dengan acuan kriteria kualitas
cebakan bijih mangan berketebalan rata-rata standar industri, yang terdiri dari :
10 m dengan densitas rata-rata 0,125 – 0,15 Kuat tekan rata-rata 1.225 kg/cm2
ton/m3 di daerah prospek G.Gebang dan Daya serap air 0,49%
G.Kuncung, yang mempunyai cadangan Ketahanan aus rata-rata 0,046 mm/menit
terukur sebesar 1.264.250 ton bijih dengan Kekekalan bentuk Baik, tidak cacat.
kandungan 79,40% MnO2.
Pengkajian keekonomian Penambangan aktif terhadap bahan galian
mengindikasikan bahwa pada wilayah marmer sejak berlakunya perpanjangan SIPD
KP.Eksplorasi KW.96PP0202 seluas 1.941 tahun 2000 hingga April 2004 baru mencapai
Ha dapat dilakukan eksploitasi di daerah- wilayah penambangan seluas 2,01 Ha.
daerah prospek G.Gebang (ketinggian 234 Sementara terinventarisasi produksi
m dpl) dan G.Kuncung (ketinggian 308 m penambangan bahan galian marmer dari Mei
dpl), dengan cadangan layak tambang 1994 hingga April 2004, sebagai berikut :
sejumlah 65% (600.000 ton) dari cadangan
total bijih yang teridentifikasi.

Tabel 2
Produksi Penambangan Bahan Galian Marmer
PT.Industri Marmer Indonesia Tulungagung

No. Bulan-Tahun M3 Ton


1 Mei – Desember 1994 246,157 640,0082
2 Januari-Desember 1995 806,913 2.186,7350
3 Januari-Desember 1996 1.202,374 3.258,4338
4 Januari-Desember 1997 1.333,072 3.612,6250
5 Januari-Desember 1998 1.235,560 3.348,3677
6 Januari-Desember 1999 1.391,580 3.771,1820
7 Januari-Desember 2000 1.535,000 4.159,4060
8 Januari-Desember 2001 2.782,193 7.539,7425
9 Januari-Desember 2002 2.768,304 7.502,1049
10 Januari-Desember 2003 3.449,498 9.348,1824
11 Januari - April 2004 1.413,846 3.831,5207
Jumlah 18.164,497 49.198,3082

3.3. Kondisi Pertambangan Penjualan dengan masa berlaku 6 (enam) tahun


3.3.1. Wilayah Pertambangan PT.Mega Budi (6 Desember 2000 s.d. 6 Desember 2006)
Manganis berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Wilayah KW.99PP0193 yang dikuasai oleh Pertambangan Umum Nomor : 711
PT.Mega Budi Manganis berstatus Kuasa K/24.01/DJP/2000 Tanggal 6 Desember 2000,
Pertambangan Pertambangan, Pengangkutan dan merupakan pengembangan dari KP.Eksplorasi

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-6


KW.96PP0202 ex. DU.600/Jatim. Luas wilayah ini mengacu kepada petunjuk teknis
158 Ha, meliputi daerah G.Kuncung dan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
G.Gebang yang termasuk ke dalam Kecamatan Pertambangan Umum Nomor
Gandusari/Pogalan-Kabupaten Trenggalek dan 697.K/29/DDJP/1996 tanggal 31
Kecamatan Bandung-Kabupaten Tulungagung, Desember 1996 dimana posisi titik
Provinsi Jawa Timur. dinyatakan dengan koordinat 3 (tiga)
Pihak PT.Mega Budi Manganis pernah dimensi (x, y dan z) yang mengacu
melakukan kerjasama dengan PT.Tarakindo kepada sistim koordinat geosentrik
Intan Putera berdasarkan surat Akte No.6 Datum Global WGS 1984 Ellipsoid GPS
Tanggal 20 Desember 2002, ditandatangani oleh 1980 dan Datum Geodesi Nasional 1995
Notaris Abdullah Ashal; yang telah berakhir (DGN 1995).
pada tanggal 31 Juli 2003. b) Survei sarana jalan untuk transportasi
Dalam memenuhi kewajiban sebagai alat-alat berat penunjang penambangan,
pemegang kuasa pertambangan tersebut diatas, pengangkut bahan galian dan pengiriman
hingga saat pemantauan konservasi dilakukan logistik menuju/dari lokasi penambangan.
(bulan Mei 2004) pihak perusahaan telah sedang c) Penyiapan rancangan model tambang
melakukan kegiatan sebagai berikut : terbuka yang menggunakan sistim undak
(1) Non teknis, yang terdiri dari : dan peledakan block cut, dimulai dari
a) Penyelesaian administrasi pelaporan blok bagian barat G.Kuncung dengan
tentang izin Kuasa Pertambangan, jarak daerah penyangga sejauh 500 m
Pengangkutan dan Penjualan kepada sehubungan adanya lokasi antena relay
Pemerintah Daerah Tingkat I, Muspika PT.Telkom di bagian timur lokasi
aparat keamanan setempat serta instansi penambangan.
terkait lainnya. Dari wilayah penambangan seluas 2.500
b) Penyelesaian masalah tumpang tindih m x 500 m (= 50 Ha) akan dibagi menjadi
wilayah pertambangan dengan wilayah 5 (lima) blok @ 10 Ha; tanah penutup
hutan produksi Perhutani wilayah Jawa (ketebalan rata-rata 22,5 m) terlebih
Timur sesuai SKB. Nomor : dahulu dipisahkan dari tubuh bahan galian
969.K/05/M.PE/1989 tanggal 23 Agustus dan akan ditempatkan di bagian selatan
1989 Jo Keputusan Bersama Nomor lokasi tambang. Tanah penutup ini akan
429/Kpts-II/1989; Menteri Pertambangan digunakan untuk kegiatan reklamasi pada
dan Energi dan Menteri Kehutanan pasca penambangan.
Nomor : 1101.K/702/M.PE/1999 tanggal Jumlah undak dirancang sebanyak 25
30 Juli 1991 dan 436/702/M.PE/1999. buah dengan ketinggian paling
c) Kerjasama dengan institusi Puskopol aman/efisien 5 m, lebar 25 m dan
Polda dalam proses penyelesaian hak kemiringan 70o; total kedalaman lubang
pinjam pakai wilayah KP.Eksploitasi tambang dihitung dari puncak bukit (309
dengan Perum Perhutani. m dpl) ke arah bawah (200 m dpl). Sisa
(2) Penambangan bahan galian mangan secara pengalian pada ketinggian 109 m di atas
konvensional, yang telah dilakukan : muka air laut dirancang untuk direklamasi
a) Pada periode September – November pada pasca penambangan.
2001, memproduksi bahan galian rata-rata d) Penempatan penunjang kegiatan
98,08 ton/bulan dengan jumlah total penambangan direncanakan di blok
sebesar 294.245 ton. bagian timur lokasi tambang termasuk
b) Pada pertengahan tahun 2002 telah gudang bahan peledak. Sementara unit
menghasilkan sebanyak 576 ton bahan penghancur (crusher) dan penyimpanan
galian, yang dikirim ke pabrik pengolah (stock pile) bahan galian ditempatkan
metalurgi (PT.Maxi Manganindo Industri) sejauh ± 50 m di blok bagian barat lokasi
untuk keperluan pengujian metalurgi. tambang; sehingga memudahkan
(3) Yang berkaitan dengan pembenahan transportasi bahan galian (menggunakan
perusahaan dan efisiensi teknis operasional pipa curah bersistim gravitasi sepanjang
usaha pertambangan : 50 m) dari lokasi tambang (run of mine).
a) Pengukuran batas wilayah kuasa e) Rencana penambangan sebanyak 5.000
pertambangan, pemetaan topografi dan ton/bulan dari 600.000 ton bahan galian
geologi rinci untuk menentukan luas mangan layak tambang (65% dari
daerah prospek sebagai alternatif pertama cadangan terukur total 1.264.250 ton),
wilayah penambangan dari luas total yang diharapkan dapat mencapai masa
wilayah kuasa pertambangan. Kegiatan penambangan ± 10 tahun.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-7
f) Penyimpanan bahan galian hasil Meningkatnya permintaan akan marmer
pengolahan direncanakan di daerah yang untuk memperindah berbagai bangunan dari
terletak di Desa Kedung Lurah pada dalam negeri dan luar negeri, menjadikan
lokasi di tepi jalan raya Trenggalek – marmer berperan sebagai komoditas yang sangat
Tulungagung berjarak ± 12 km dari menjanjikan. Banyak pengusaha swasta nasional
Trenggalek. Sarana jalan untuk yang tertarik dengan potensi pasar marmer,
transportasi bahan galian dari lokasi sehingga bermunculan perusahaan-perusahaan
penambangan menuju tempat yang bergerak di bidang industri marmer di
penyimpanan tersebut dirancang daerah-daerah tempat ditemukannya sumber
sepanjang ± 5 km dengan lebar 12 m, daya bahan galian tersebut. Dampak yang
tidak melalui daerah perkampungan dan ditimbulkannya adalah dalam bentuk persaingan
pemeliharaannya dilakukan dengan pasar baik secara lokal, nasional bahkan
bekerjasama oleh pihak perusahaan dan internasional.
Dinas Pekerjaan Umum. Dengan pertimbangan bahwa komoditas
(4) Kegiatan yang sedang dilakukan pada saat marmer bukan merupakan kebutuhan hajat hidup
pemantauan adalah : orang banyak dan pengembangan industri
a) Pemetaan rinci ulang secara geologi untuk marmer telah mampu dilakukan oleh pihak
mengetahui akurasi sebaran lateral swasta, maka pemerintah memutuskan untuk
cebakan bahan galian mangan. menjual seluruh saham perusahaan BUMN
b) Baru memulai pengujian ulang pemboran (Persero) PT.Industri Marmer Indonesia
inti (jenis BM) terhadap keberadaan bijih Tulungagung kepada pihak pengusaha swasta
di bawah permukaan untuk mengetahui nasional. Penjualan seluruh saham dengan
ketebalan secara akurat, sebanyak 10 titik melalui proses pelelangan pada tanggal 25 Maret
bor pada lokasi-lokasi tertentu dengan 1994, menghasilkan kepemilikan baru oleh
kedalaman 30 (tiga puluh) meter/titik PT.Gajah Perkasa Indah Surabaya sebagai
(kedalaman total 300 m). pemenang tender. Sejak peristiwa tersebut, usaha
pertambangan dan industri marmer di Desa
3.3.2. Wilayah Pertambangan PT. Industri Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten
Marmer Indonesia Tulungagung Tulungagung telah menjadi wewenang salah satu
Pada masa penjajahan Belanda, bahan perusahaan swasta nasional tersebut; dengan
galian marmer dikenal sebagai Marmer Wajak tetap mempertahankan identitas PT.Industri
Tulungagung dan telah ditambang terutama dari Marmer Indonesia Tulungagung.
wilayah Tulungagung Selatan yang saat ini Sebagai perusahaan pemegang Surat Izin
dikenal sebagai Desa Besole, Kecamatan Besuki, Pertambangan Daerah (SIPD) PT.Industri
Kabupaten Tulungagung. Marmer Indonesia Tulungagung telah
Pasca penjajahan Belanda, pemerintah melakukan kegiatan penambangan, pengolahan
Republik Indonesia melakukan kembali dan pemasaran marmer yang dapat diterangkan
penelitian potensi bahan galian marmer pada sebagai berikut :
jalur pegunungan selatan dan terutama di Desa a) Penambangan bahan galian menggunakan
Besole tersebut di atas. Hasil penelitian sistim tambang terbuka dengan pola medan
menunjukkan bahwa bahan galian dimaksud berjenjang berdasarkan ketentuan teknik
mempunyai cadangan cukup besar dan kualitas sebagai berikut :
yang memenuhi syarat untuk bahan bangunan 1. Tinggi jenjang maksimal 15 m
lantai atau pelapis dinding. 2. Lebar jenjang minimal 15 m
Berdasar hasil penelitian pada tahun 1961, 3. Sudut jenjang maksimal 90o
pemerintah Republik Indonesia menetapkan 4. Sudut total jenjang maksimal 45o
berdirinya Proyek Marmer Tulungagung di Desa 5. Kemiringan lantai dasar galian 0,5%.
Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Kegiatan ini meliputi
Tulungagung; dimana peresmian pengupasan/pembersihan lapisan penutup
pembangunannya dilakukan oleh Menteri dan pembentukan jenjang, yang melibatkan
Perindustrian Rakyat pada tanggal 27 Januari pemboran inti dan
1962. Sebagai perintis industri marmer di pemotongan/penggergajian terhadap batuan
Indonesia, proyek tersebut berkembang pesat induk.
sehingga pada tanggal 12 Mei 1971 berubah Kegiatan pemboran menggunakan bor
status menjadi Badan Usaha Milik Negara inti (∅ 10 cm) secara horisontal dan
(Persero) PT.Industri Marmer Indonesia vertikal hingga kedalaman tertentu;
Tulungagung. dimaksudkan untuk memudahkan
pemotongan/penggergajian batuan oleh alat
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-8
Hydro Wire Saw dalam memisahkan blok c. Wilis Agung dan Aneka
bahan galian marmer dari batuan induknya d. Toba Agung dan Aneka
dengan ukuran sesuai kemampuan alat e. Bromo Agung dan Aneka.
gergaji tersebut. Blok bahan galian marmer d) Usaha penambangan dan pengolahan bahan
yang sudah terlepas kemudian dibor galian marmer di wilayah pertambangan ini
kembali dan dipotong berdasarkan pola telah menciptakan limbah dalam bentuk
pembentukan blok berukuran maksimal 250 padatan hingga cairan. Penanganan terhadap
cm x 150 cm x 120 cm, yang disesuaikan limbah padat dilakukan melalui kerjasama
dengan alat pengangkat/pemuat (crane) dengan para pelaku usaha kecil industri
berkapasitas 20 ton dan ukuran mesin marmer di sekitarnya dengan cara :
pemotong pada unit pengolahan. (1) Pembersihan limbah sisa
Mengacu kepada persyaratan pemotongan/penggergajian bahan
berdasarkan kriteria kualitas bahan industri, galian yang berasal dari bagian
maka bahan galian marmer yang dihasilkan penambangan dan pengolahan.
dari penambangan batuan induk setelah (2) Pengangkutan limbah tersebut ke
melalui pemilahan hanya dapat mencapai tempat-tempat penyimpanan milik
kisaran perolehan 15% hingga 20%. perusahaan industri marmer setempat.
b) Pengangkutan bahan galian dari lokasi (3) Pemilahan sebagian limbah padat
penambangan ke unit pengolahan dilakukan berukuran tertentu/relatif besar dan
dengan menggunakan dump truck dan block masih dapat dimanfaatkan untuk
carrier, yang masing-masing berkapasitas 8 pembuatan barang-barang industri
ton dan 15 ton. Mengingat terdapat rumah tangga dan cindera mata.
perbedaan kecepatan antara kegiatan
pengiriman dengan proses pengolahannya, Sementara limbah cair berupa
maka bahan galian yang belum campuran air dan debu marmer (koloida)
terkirim/terangkut dikumpulkan di tempat sisa penggergajian yang berasal dari unit
penyimpanan di sekitar lokasi tambang atau pengolahan ditampung di kolam
unit pengolahan. penampungan limbah, dimana air didaur
c) Pengolahan bahan galian menjadi Barang ulang untuk digunakan kembali dalam
Jadi Akhir (BJA) marmer yang siap pengolahan marmer.
dipasarkan melibatkan proses : pembelahan
blok marmer berukuran 250 cm x 150 cm x
120 cm menjadi bentuk lembaran (slabs), 4. HASIL EVALUASI
pemotongan dengan sekaligus perataan
slabs marmer, dan pemolesan slabs marmer. Upaya konservasi terhadap bahan galian
Termasuk dalam proses pemolesan adalah dilakukan untuk menciptakan pengelolaan
penyemenan atau penutupan pori- sumber daya/cadangan secara baik, benar,
pori/bukaan/retakan yang ditemukan pada bijaksana, efektif dan efisien. Oleh karena itu,
bagian-bagian tertentu dari marmer; program konservasi menjadi penting diterapkan
sehingga dapat dicapai ketentuan kriteria untuk menjaga keseimbangan antara
standar baku mutu BJA . pemanfaatan dan penghematan sumber
Proses pengolahan bahan galian daya/cadangan bahan galian yang tersedia.
menghasilkan Barang Jadi Akhir (BJA) Penerapan program tersebut diharapkan
dengan perolehan sebesar 20 – 25%, yang akan lebih memberikan nilai tambah apabila
dibentuk dalam berbagai ukuran dari dilakukan mulai dari kegiatan hulu (tahap
maksimal 250 cm x 150 cm x 120 cm penyelidikan) hingga kegiatan hilir (usaha
hingga berukuran sesuai permintaan pertambangan); terutama dengan melibatkan
konsumen/pasar. Jenis marmer yang siap pengkajian geologi, keekonomian dan kelayakan
dipasarkan ditentukan berdasarkan kategori tambang dalam mengidentifikasi kuantitas dan
: terang, tidak terang dan penamaan pasar. kualitas suatu sumber daya/cadangan bahan
Beberapa jenis BJA yang telah galian.
dihasilkan dan dikenal secara nasional Hasil evaluasi terhadap data sekunder dan
adalah sebagai berikut : primer yang diperoleh dari kedua wilayah
(I) Dari jenis terang : Kawi Agung pertambangan memberikan indikasi tentang
dan Aneka upaya-upaya yang berkaitan dengan konservasi,
(II) Dari jenis tidak terang : sebagai berikut :
a. Tengger Agung dan Aneka
b. Dieng Agung dan Aneka
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-9
PT.Mega Budi Manganis terhadap : kondisi bentang alam dari wilayah
a) Kegiatan eksplorasi secara rinci yang telah pertambangan dan kemampuan peralatan
dilakukan pada periode KP berstatus tambang yang dimiliki, mengindikasikan
Eksplorasi hingga periode KP Eksploitasi bahwa perusahaan telah berupaya
mengindikasikan bahwa pihak perusahaan menambang bahan galian secara efisien
sedang dalam tahap pelaksanaan upaya : dengan tujuan memdapatkan perolehan
Penetapan secara akurat sumber (recovery) seoptimal mungkin.
daya/cadangan bahan galian mangan (Mn) di b) Indikasi upaya peningkatan nilai tambah juga
seluruh wilayah pertambangan, peningkatan dapat diamati dari tindakan perusahaan untuk
sumber daya menjadi cadangan dan untuk mendapatkan hasil pengolahan berupa barang
menambang seluruh cadangan yang tersedia. jadi akhir (BJA) marmer yang sesuai
Ini dinyatakan dengan penetapan wilayah permintaan konsumen/pasar, yaitu dengan
yang mengandung sumber daya/cadangan melakukan pemilahan bahan galian
(158 Ha dari luas total 1.941 Ha) dimana berdasarkan acuan standar kualitas bahan
kuantitas dan kualitas cadangan terukur bahan industri pada saat sebelum dan setelah proses
galian yang tersedia dalam wilayah pengolahan.
pertambangan terpilih (dari cadangan total c) Penanganan limbah penambangan/pengolahan
sebesar 9.774.375 ton) menjadi sejumlah melalui kerjasama dengan para pelaku usaha
1.264.250 ton, dengan cadangan layak industri marmer di sekitar wilayah
tambang 600.000 ton dan kadar rata-rata 77,48 penambangan adalah salah satu upaya
– 79,40% MnO2). perusahaan terutama untuk menciptakan
b) Dalam rangka upaya optimalisasi efisiensi pendanaan dalam penanganan
penambangan bahan galian mangan di wilayah limbah, dan sekaligus memberikan
kuasa pertambangan, pihak perusahaan telah kesempatan bagi para pelaku usaha kecil
melakukan pengkajian terhadap kondisi : industri marmer di sekitarnya untuk
lingkungan setempat, topografi, geologi dan memanfaatkan secara optimal limbah padat
struktur tubuh cadangan bahan galian. Dengan berukuran relatif besar dari sisa pemilahan di
pertimbangan kondisi tersebut dihasilkan unit penambangan/pengolahan.
keputusan bahwa rancangan sistem tambang
terbuka (berundak) adalah pilihan terbaik Mengacu kepada ketentuan dalam
untuk menambang secara optimal cadangan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan PBB
bahan galian yang tersedia; dengan spesifikasi bahwa kategori sumber daya atau cadangan
bench berketinggian 5 m, berm selebar 25 m suatu bahan galian baru dapat ditetapkan
dan kemiringan permukaan bench sebesar 70o. apabila telah melalui tahap-tahap : studi
c) Perencanaan sarana jalan untuk kegiatan geologi, pengkajian kelayakan dan ekonomi.
penambangan dan pengangkutan serta Keterkaitan ketiga unsur ini begitu erat
rancangan peralatan pipa curah bersistem sehingga sangat berpengaruh terhadap
gravitasi berjarak pendek dari lokasi tambang penetapan kuantitas dan kualitas sumber daya
ke unit penghancur (crusher) atau tempat atau cadangan bahan galian yang akan
penyimpanan (stock pile) merupakan upaya ditambang. Tahap-tahap pengkajian menjadi
perusahaan untuk mendapatkan perolehan persyaratan yang wajib untuk dipahami dan
(recovery) pengangkutan secara optimal bahan dilakukan agar menghasilkan penetapan
galian yang akan ditambang (run of mine). sumber daya atau cadangan dengan tingkat
d) Upaya pengujian metalurgi terhadap bahan akurasi tinggi.
galian mangan pernah dilakukan dengan
mengirimnya ke pabrik pengolah metalurgi Untuk mengetahui hingga sejauh mana
yang menunjukkan bahwa perusahan telah PT.Mega Budi Manganis telah melaksanakan
berupaya untuk mengetahui kualitas dan ketiga tahap pengkajian tersebut, perlu
manfaat bahan galian secara tepat guna. dievaluasi segala informasi yang berasal dari
data sekunder dan primer. Hasil evaluasi di
PT. Industri Marmer Indonesia Tulungagung bawah ini diharapkan dapat memberikan
Kegiatan perusahaan pada saat ini telah gambaran tentang kegiatan yang telah dilakukan
mencapai tahap penambangan bahan galian, dalam kaitannya dengan usaha pertambangan :
pengolahan bahan galian menjadi barang jadi
akhir (BJA) dan penjualan barang jadi akhir. (1) Tahap studi geologi (Stage of Geological
a) Penambangan secara terbuka berpola medan Study).
berjenjang dilakukan dengan acuan ketentuan PT.Mega Budi Manganis telah melakukan
teknik yang dihasilkan berdasarkan kajian kegiatan eksplorasi rinci pada periode KP.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-10
Eksplorasi dalam wilayah pertambangan seluas efisiensi operasional penambangan, yang
1.941 Ha, dengan melibatkan pemercontohan meliputi :
singkapan, sumur uji dan inti bor. Kegiatan a) Penyelesaian administrasi atau segala hal
eksplorasi telah mengidentifikasi mineralisasi non-teknis yang berkaitan dengan aspek
mangan (Mn) pada daerah seluas 158 Ha, hukum.
dimana cebakan bahan galian terjadi karena b) Penyiapan metode penambangan yang
proses hidrotermal dan secara umum merupakan sesuai/tepat.
pengisian bukaan/rekahan dan ruang antar c) Survei dan penyiapan sarana penunjang
fragmen batugamping terbreksikan. kegiatan penambangan termasuk
Pola pemercontohan dapat dianggap transportasi, penentuan lokasi mesin
sebagai pola daerah sasaran pemboran dan penghancur, pabrik pengolahan dan tempat
merupakan suatu fungsi dari metode penyimpanan bahan galian.
pemercontohan, kesampaian daerah, keadaan d) Melanjutkan eksplorasi rinci melalui
geologi, tujuan proyek dan statistik analisis; pemetaan geologi dan pemboran inti, dalam
sehingga pemercontohan sistematik kisi (grids) rangka upaya penetapan berakurasi tinggi
biasa dikembangkan selama eksplorasi berjalan. dari sumber daya/cadangan bahan galian
Pemercontohan secara acak (random) mangan.
adalah salah satu teknik klasik untuk mengetahui
populasi conto yang tidak bias/menyimpang, Informasi di atas mengindikasikan bahwa
tetapi tidak memberikan gambaran tentang kegiatan perusahaan masih dalam tahap
keberadaan suatu tubuh cebakan bahan galian pengumpulan data untuk penataan proyek, yang
tertentu. Sementara dengan cara sistematik kisi menurut SNI dan standar PBB di kategorikan ke
dihasilkan liputan statistik, yang dapat dalam studi pra-kelayakan (prefeasibility
digunakan untuk membuat penampang geologi study).
dengan proyeksi minimum; dimana
dimungkinkan sekaligus memperoleh informasi (3) Tahap pengkajian kelayakan ekonomis
ketebalan atau kadar cebakan yang (Economic Viability Assessment).
terdentifikasi. Pada praktiknya, pola Pada periode KP.Eksplorasi, kegiatan
pemercontohan akhir biasanya ditentukan secara eksplorasi rinci yang melibatkan pemercontohan
kompromis dengan mempertimbangkan aspek sumur uji (33 buah) dan pemboran inti (5
kesesuaian dan ekonomis. lubang) telah dapat mengidentifikasi kuantitas
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan PBB awal cebakan bahan galian yang tersedia ke
untuk klasifikasi sumber daya/cadangan mineral dalam kategori cadangan terukur sebesar total
mensyaratkan bahwa dalam menentukan batas 3 9.774.375 ton dengan kualitas rata -rata antara
(tiga) dimensi bertingkat akurasi tinggi dari 77,48–79,40% MnO2.
cebakan bahan galian yang telah diketahui pada Pada periode Kuasa Pertambangan,
suatu wilayah pertambangan; diperlukan Pengangkutan dan Penjualan; kelanjutan
eksplorasi rinci yang melibatkan pengambilan eksplorasi rinci menghasilkan penentuan daerah-
contoh secara kisi (grids) dengan kerapatan yang daerah terpilih G.Gebang seluas 25 Ha dan
disesuaikan ukuran, bentuk, struktur, kadar dan G.Kuncung seluas 55 Ha dengan kuantitas
ciri-ciri lain dari cebakan bahan galian. cebakan bahan galian yang tersedia sebesar total
Ini penting diperhatikan karena informasi 1.264.250 ton dan kualitas 79,40% MnO2. Maka,
dari eksplorasi rinci ini akan digunakan sebagai berdasarkan kriteria SNI dan Standar PBB,
dasar untuk memutuskan dilakukannya studi cebakan bahan galian mangan (Mn) ini ditinjau
kelayakan. dari segi kelayakan ekonomis dapat
diklasifikasikan ke dalam sumber daya
(2) Tahap pengkajian kelayakan (Stage of berpotensi ekonomis.
Feasibility Assessment). Hasil evaluasi terhadap data sekunder
Pihak perusahaan sebagai pemegang kuasa menunjukkan bahwa penentuan kategori
pertambangan, pengangkutan dan penjualan cadangan terukur oleh pihak perusahaan
telah melakukan tahap studi kelayakan terhadap mengindikasikan kerancuan dalam penetapan
segi teknis dan ekonomis dari usaha sumber daya/cadangan karena diduga belum
pertambangan melalui pengkajian terhadap mengacu kepada kerangka klasifikasi Standar
informasi-informasi geologi, rekayasa, Nasional Indonesia (SNI) atau standar PBB.
lingkungan, hukum dan ekonomi. Studi tersebut Berdasarkan kerangka klasifikasi keduanya,
telah menghasilkan keputusan bahwa PT. Mega tahap eksplorasi rinci ini hanya dilakukan untuk
Budi Manganis masih dalam kondisi mengidentifikasi kuantitas dan kualitas cebakan
pembenahan perusahaan dan perencanaan
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-11
bahan galian dalam tingkat sumber daya pra- pirolusit dan psilomelan yang teridentifikasi
kelayakan (prefeasibility resource). sebagai impregnasi; dimana dominan
Penetapan sumber daya/cadangan di berasosiasi dengan kalsit dan silika/kuarsa
wilayah PT.Mega Budi Manganis diduga dan setempat dengan rodokrosit dan bijih
berpedoman hanya kepada hasil eksplorasi rinci besi (lihat Lampiran Hasil Analisis Kimia
yang meliputi pemercontohan sumur uji dan dan Mineragrafi).
pemboran inti berpola acak (random), sehingga
dihawatirkan belum mencapai penetapan secara Terabaikannya perhatian terhadap kedua
optimal batas tiga dimensi tubuh cebakan faktor di atas akan berpengaruh terutama dalam
dimaksud. Untuk mendapatkan penetapan secara penentuan : nilai ekonomis dari cadangan layak
akurat dari sumber daya/cadangan bahan galian tambang, teknik penambangan dan pengolahan
yang tersedia; maka seharusnya dilakukan (metalurgi).
pemercontohan yang memenuhi persyaratan
kerapatan yang disesuaikan dengan karakteristik Keputusan kelayakan tambang terhadap
tubuh cebakan tersebut. Dengan demikian dapat cadangan bahan galian marmer di wilayah
diperoleh data rinci dari cebakan yang meliputi pertambangan PT.Industri Marmer Indonesia
tonase/volume, berat jenis, ukuran, bentuk, ciri- Tulungagung (PT.IMIT) diyakini ditetapkan
ciri fisika, kualitas dan kandungan mineral. berdasarkan hasil pengkajian dalam waktu lama.
Infra-struktur yang dibangun dalam wilayah
(4) Tahap pengkajian kelayakan tambang. pertambangan serta sistem penambangan,
Pengkajian ini telah dilakukan oleh pengangkutan, pengolahan dan pemasaran yang
PT.Mega Budi Manganis terhadap unsur-unsur telah berjalan merupakan gambaran pelaksanaan
hukum/perundang-undangan, sosial, ekonomi, usaha pertambangan yang berorientasi dan
lingkungan, teknik penambangan, pengolahan mengacu kepada rancangan berdasarkan hasil
(metalurgi) dan pemasaran. Hasil pengkajian pengkajian geologi, kelayakan dan ekonomi.
menetapkan keputusan bahwa bahan galian yang Marmer sebagai Barang Jadi Akhir yang
akan ditambang berjumlah 65% dari total dinyatakan oleh perusahaan adalah terminologi
sumber daya berpotensi ekonomis (1.264.250 kepentingan perdagangan, dimana berdasarkan
ton), sehingga diperoleh cadangan bahan galian analisis petrografi teridentifikasi sebagai
layak tambang sebesar ± 600.000 ton. Dengan batugamping (lihat Lampiran Analisis Petrografi
rencana penambangan 5.000 ton/bulan, maka conto TAG-10 dan 11).
diperlukan waktu operasional usaha Evaluasi terhadap mutu Barang Jadi Akhir
pertambangan selama ± 10 tahun. marmer dilakukan melalui pengujian fisika oleh
Mengingat bahwa cebakan bahan galian Laboratorium Fisika Mineral Direktorat
merupakan jenis pengisian bukaan/rekahan dan Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM). Dari
ruang antar fragmen breksi; maka diharapkan 2 (dua) jenis conto Barang Jadi Akhir (BJA)
penentuan/perhitungan cadangan layak tambang marmer yang diuji teridentifikasi bahwa mutu
telah mempertimbangkan faktor-faktor dibawah BJA tersebut memiliki tingkat yang berbeda
ini : dengan kriteria standar baku mutu yang telah
a) Bentuk tubuh cebakan bahan galian yang ditentukan perusahaan (Tabel 3). Terdeteksi
secara geometris tidak beraturan (irregular), bahwa kuat tekan BJA marmer jauh lebih kecil,
yang mungkin dapat disetarakan dengan sementara ketahanan aus dan penyerapan air
jenis cebakan pada zone shear/stockworks. menunjukkan angka yang ekstrim lebih besar
b) Susunan bahan galian, terutama dengan dibandingkan dengan ketentuan standar.
kadar MnO2 rendah (1,83% - 34,07%)
ditentukan oleh kandungan mineral bijih

Tabel 3
Perbandingan Standar Baku Mutu BJA Marmer PT.IMIT
dan Hasil Analisis Laboratorium Fisika Mineral DIM
Nomor Conto
No. Jenis Pengujian Standar TAG 10 TAG 11
(Terang) (Tidak terang)
1 Kuat tekan (kg/cm2) 1.225 675 655
2 Ketahanan aus (mm/menit) 0,046 0,095 0,090
3 Penyerapan air (%) 0,49 0,71 0,73
4 Kekekalan bentuk Baik/Tidak cacat Baik Baik
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-12
Data di atas memperlihatkan bahwa secara beraturan (irregular) dan luas daerah
umum BJA mengalami perubahan mutu yang penambangan. Dihawatirkan bahwa bahan galian
ditandai dengan menurunnya daya tekan, yang tersedia tidak terdeteksi secara rinci, yang
meningkatnya penyerapan air dan ketahanan aus; kemudian akan berdampak kepada kurangnya
sehingga menuntun ke arah dugaan bahwa : tingkat akurasi dalam penetapan sumber
a) Perubahan daya tekan dan penyerapan air daya/cadangan pada wilayah pertambangan.
disebabkan oleh perubahan kondisi fisika Kategori cadangan terukur bahan galian
dari bahan galian asal (batugamping) karena mangan (MnO2) yang ditetapkan oleh PT. Mega
rentan terhadap proses pelapukan, yang Budi Manganis mengindikasikan kerancuan
dapat terjadi pada saat penanganan di dalam penentuan sumber daya/cadangan apabila
lingkungan udara terbuka (yang meliputi mengacu kepada kerangka klasifikasi Standar
transportasi, penyimpanan dan suplai) Nasional Indonesia atau standar PBB; dimana
sebelum memasuki tahap pengolahan. berdasarkan kedua standar tersebut masih pada
b) Peningkatan ketahanan aus kemungkinan tingkat sumber daya pra-kelayakan
terkait dengan tertutupnya bukan/retakan (prefeasibility resources).
pada lembaran (slab) bahan mentah oleh Secara genesa dan berdasarkan hasil
upaya penyemenan dan perekatan dalam analisis petrografi, Barang Jadi Akhir (BJA)
proses pengolahan untuk menghasilkan BJA marmer yang telah dihasilkan oleh PT. Industri
marmer. Marmer Indonesia Tulungagung (PT. IMIT)
masih termasuk ke dalam jenis batugamping
klastik. Penetapan marmer oleh perusahaan
5. KESIMPULAN adalah terminologi untuk kepentingan
perdagangan yang disesuaikan dengan acuan
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa belum kriteria kualitas standar industri. Hasil analisis
disertakannya program konservasi dalam sistem Laboratorium Fisika Mineral DIM terhadap
usaha pertambangan oleh para pelaku usaha di mutu menunjukkan bahwa BJA marmer telah
Wilayah Kabupaten Tulungagung diduga mengalami peningkatan daya serap air dan
diantaranya disebabkan oleh: ketahanan aus, tetapi memperlihatkan penurunan
a) Usaha pertambangan dilakukan sebagai daya tekan; bila dibandingkan ketetapan standar
pelaksanaan kewajiban Kuasa baku mutu yang ditetapkan perusahaan.
Pertambangan yang hanya meliputi tahap Mengacu kepada filosofi konservasi yang
eksploitasi, pengangkutan dan penjualan; menekankan pengelolaan bahan galian untuk
melakukan reklamasi, pengawasan dalam menghasilkan manfaat yang optimal,
bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja berkesinambungan dan memberikan kontribusi
(K3), pemantauan dan pengelolaan bagi perekonomian masyarakat daerah otonom;
lingkungan. maka menjadi kewajiban bagi Pemerintah
b) Belum menguasai dan mendalami Daerah Kabupaten Tulungagung untuk
filosofi/prinsip konservasi, terutama melakukan pembinaan, bimbingan, evaluasi dan
tentang manfaat penerapan konservasi pengawasan aspek konservasi kepada :
dalam suatu usaha pertambangan bahan umumnya masyarakat dan khususnya para
galian. pelaku usaha pertambangan bahan galian dalam
c) Belum mengetahui dan memiliki Pedoman wilayahnya.
Konservasi Bahan Galian yang tercantum Karena keberhasilan program konservasi
dalam Lampiran XI Keputusan Menteri sangat tergantung kepada segi pengawasan
ESDM No.1453.K/29/MEM/2000, Buku terhadap kegiatan penambangan, pengolahan,
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas penggunaan produksi, penanganan limbah
Pemerintah di Bidang Pertambangan tambang/tailing dan pemasaran hasil produksi;
Umum. maka diperlukan sumber daya manusia dengan
keahlian di bidang terkait. Untuk keperluan
Kegiatan eksplorasi rinci yang melibatkan tersebut disarankan kepada Pemerintah Daerah
pemercontohan 33 buah sumur uji dan 5 lubang untuk menyiapkan sumber daya manusia
pemboran inti pada 2 (dua) daerah terpilih pengawas konservasi dengan kualifikasi tingkat
(G.Gebang/25 Ha dan G.Kuncung/55 Ha) di dasar dan lanjutan yang menguasai bidang-
Wilayah Pertambangan PT. Mega Budi bidang geologi, tambang dan metalurgi.
Manganis, terindikasi berpola acak (random);
yang seharusnya dilakukan secara kisi (grid)
dengan berpedoman kepada persyaratan
kerapatan sesuai karakteristik tubuh bijih tidak
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-13
DAFTAR PUSTAKA Department of Mining and Geological
Engineering, The University of Arizona,
Annels, Alwyn E.; 1991, Mineral Deposit John Willey and Sons, New York.
Evaluation-A Practical Approach,
Department of Geology, University of United Nations, 1996; United Nations
Wales, Cardiff; Chapman and Hall, London. International Framework Classification
for Reserves/Resources-Solid Fuels and
Badan Standardisasi Nasional-BSN, 1998; Mineral Commodities; United Nations
Standar Nasional Indonesia, SNI 13-4726, Economic and Social Council, Economic
ICS 73.020, Klasifikasi Sumberdaya Commission for Europe, Committee on
Mineral dan Cadangan. Sustainable Energy.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,


Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber
Daya Mineral, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral; 2003; Peta Potensi
dan Neraca Sumber Daya/Cadangan
Mineral Seluruh Kabupaten di Jawa, Edisi
Tahun 2003.

Jensen, M.L.; and Bateman, A.M.; 1981;


Economic Mineral Deposits, Third Edition,
John Wiley & Sons, New York.

Mega Budi Manganis, PT.; 1999; Laporan


Eksplorasi Lengkap Bahan Galian
Mangan di Wilayah Ex. DU.600/Jatim,
Kecamatan Bandung, Kabupaten
Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

---------------, 2001; Laporan Kegiatan


Eksploitasi Triwulan I di Wilayah
KW.99PP0193, Kecamatan Gandusari,
Kabupaten Trenggalek dan Kecamatan
Bandung, Kabupaten Tulungagung,
Propinsi Jawa Timur.

---------------, 2004; Laporan Kegiatan


Eksploitasi Akhir Tahun 2003 di Wilayah
KW.99PP0193, Kecamatan Gandusari,
Kabupaten Trenggalek dan Kecamatan
Bandung, Kabupaten Tulungagung,
Provinsi Jawa Timur.

Peters, William C.; 1987, Exploration and


Mining Geology, Second Edition,

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-14


Foto 1
Kenampakan bijih mangan (Mn)
Dalam bentuk pengisian bukaan/rekahan pada batugamping

Foto 2
Kenampakan bijih mangan (Mn)
Dalam bentuk pengisian ruang antar fragmen batugamping terbreksikan

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-15


Foto 3
Close up bijih mangan (Mn)
dari jenis pengisian ruang antar fragmen batugamping terbreksikan

Jenjang

Jenjang

Foto 4
Penambangan bahan galian marmer
dengan sistem tambang terbuka berpola medan berjenjang
di Wilayah Pertambangan
PT.Industri Marmer Indonesia Tulungagung (PT.IMIT)

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-16


Crane

Blok
bahan galian

Foto 5
Peralatan pengangkut (crane) bahan galian marmer
Di Wilayah Pertambangan PT. IMIT

Foto 6
Mesin pemotong lembaran (slabs) marmer
Di Unit Pengolahan PT. IMIT

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-17


Gambar 1
Peta Geologi Regional Daerah Tulungagung,
Lokasi Wilayah Pertambangan PT. Mega Budi Manganis dan PT. Industri Marmer Indonesia-Tulungagung

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-18


60-18
Gambar 2
Peta Geologi dan Lokasi Conto Bahan Galian/Batuan
di Wilayah Pertambangan PT. Mega Budi Manganis-Tulungagung

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-19


47-19
Gambar 3.
Peta Geologi dan Lokasi Conto Bahan Galian Marmer
di Wilayah Pertambangan PT. Industri Marmer Indonesia Tulungagung

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 60-20


60-20

You might also like