You are on page 1of 77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya manusia diciptakan berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan, keduanya diciptakan berbeda agar dapat saling melengkapi

guna membangun suatu kekuatan baru, dan bermanfaat bagi kelangsungan

umat manusia di muka bumi ini. Namun dalam perkembangan selanjutnya

telah terjadi dominasi oleh satu pihak terhadap yang lain, sehingga

menimbulkan diskriminasi antara perempuan dengan laki-laki. Secara

statistik pada umumnya, kaum perempuan mendapatkan posisi yang kurang

menguntungkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti peran produktif

atau peran di sektor publik menyangkut pekerjaan yang menghasilkan

barang dan jasa, peran reproduktif atau peran domestik yang berkaitan

dengan sumber daya manusia dan pekerjaan rumah tangga serta peran sosial

dalam kegiatan sosial ke masyarakat. Situasi ini merupakan hasil akumulasi

dan nilai sosio kultural suatu masyarakat.

Penduduk merupakan bagian dari suatu negara yang memiliki

peranan penting dalam arti bahwa penduduk adalah subyek dan obyek dari

pembangunan. Dikatakan subjek pembangunan karena penduduk adalah

pelaksana pembangunan sehingga harus berpartisipasi dalam menjalankan

aktivitas pembangunan, sedangkan sebagai objek pembangunan artinya

penduduk menjadi tujuan untuk memajukan pembangunan. Dalam peraturan

perundang-undangaan maupun Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

1
tidak pernah dinyatakan adanya diskriminasi perlakuan antara pria dan

wanita.

Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pandangan mengenai peran

serta dan tanggung jawab perempuan sebagai anggota masyarakat. Menurut

Riga Adiwoso (1990), pembangunan dipengaruhi dan mempengaruhi

perempuan dan laki-laki secara berbeda, sehingga dorongan dan bantuan

khusus perlu diberikan pada berbagai kegiatan perempuan karena ada

perbedaan status antara perempuan dan laki-laki di luar rumah tangga.

Adanya perbedaan tersebut merupakan salah satu penyebab masih

kurangnya keterlibatan perempuan di masyarakat, hal ini banyak terjadi

didunia ketiga termasuk di Indonesia. Keadaan ini menyebabkan perempuan

masih terkesan dan memiliki citra sebagai kelompok masyarakat yang

kurang berperan. Kegiatan yang mampu dilakukan oleh perempuan

dianggap hanya pekerjaan rumah tangga saja, sedangkan pekerjaan kaum

laki-laki dianggap sebagai dasar ekonomi masyarakat, dan informasi

mereka dipandang sebagai komunikasi sosial yang penting (Reiter, 1999).

Keadaan ini menyebabkan perempuan ditempatkan lebih banyak pada

tugas-tugas mengatur rumah tangga sedangkan laki-laki di luar rumah

tangga (Hastuti, 2000).

Pandangan terhadap perempuan sudah mengalami perubahan yang

mendasar di mana perempuan dipandang sangat penting dalam

pembangunan. Perkembangan pembangunan yang pesat membutuhkan

tenaga kerja yang sangat banyak, tidak hanya tenaga laki-laki namun juga

2
tenaga kerja perempuan. Ditinjau dari sudut pandang sumber daya manusia

(SDM), baik secara kualitas yang melekat pada pribadinya maupun secara

kuantitas, wanita memiliki dimensi multi dimensional. Wanita secara

kodratiah adalah menjadi istri dan ibu dari anak-anak dalam kehidupan

keluarga, serta memiliki kedudukan, fungsi dan peranan dalam kehidupan

sosial. Dalam aspek ekonomi wanita sebagai tenaga kerja ( man power),

tenaga ahli (expertice) dan tenaga kepemimpinan (leadership), yang

menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan usaha.

Dalam ketetapan MPR-RI No II Tahun 1993 disebutkan bahwa

perempuan, baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber daya insani

dalam pembangunan, mempunyai tugas dan kewajiban serta kesempatan

yang sama dengan laki-laki dalam pembangunan di segala bidang. Hal ini

dapat diwujudkan melalui pembinaan peranan perempuan sebagai mitra

sejajar dengan laki-laki yang ditujukan untuk meningkatkan peran aktif

dalam kegiatan pembangunan, termasuk upaya mewujudkan keluarga sehat,

sejahtera dan bahagia serta pengembangan anak remaja dan pemuda dalam

rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat dalam

pembangunan perlu dipelihara dan ditingkatkan sehingga dapat memberikan

sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa dengan

memperhatikan kodrat serta harkat dan martabat (Achmad, 2001). Lebih

lanjut dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan yang makin meningkat

akan tenaga kerja terampil dalam pembangunan, tenaga kerja perempuan

3
sangat diperlukan di berbagai lapangan pekerjaan. Peranan perempuan

dalam pembangunan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan

perlu terus ditingkatkan terutama dalam menangani berbagai masalah sosial

ekonomi yang diarahkan pada pemerataan hasil pembangunan,

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan pemeliharaan

lingkungan.

Eksistensi wanita telah mendapat pengakuan dari pemerintah, baik

sebagai warga negara maupun sebagai sumber daya insani pembangunan,

mempunyai kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam

pembangunan di segala bidang. Pembinaan peran wanita sebagai mitra

sejajar pria ditunjukan untuk mendapatkan peran aktif dalam kegiatan

pembanguan, termasuk mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia.

Memperhatikan besarnya potensi perempuan sebagai sumber daya

manusia, maka upaya menyertakan perempuan dalam proses pembangunan,

menurut Sayogyo & Pujiwati (1999), bukan hanya merupakan hal yang

bersifat manusiawi, tetapi juga merupakan tindakan yang efisien. Hal ini

berarti tanpa mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan berarti

pemborosan dan akan memberikan pengaruh negatif terhadap laju

pertumbuhan ekonomi.

Apabila dicermati secara sepintas, memang tampak bahwa

perempuan Bali nampaknya tidak ada masalah dalam kehidupan

bermasyarakat. Akan tetapi kalau diperhatikan secara detail, ternyata

4
masalahnya cukup rumit dan sangat kompleks, salah satunya menyangkut

masalah adat istiadat dan budaya.

Bagi perempuan yang berperan ganda, banyak ditemukan suami

yang kurang setuju bila istrinya bekerja. Alasannya bermacam-macam,

bahkan ada yang cenderung tidak masuk akal dan takut merasa tersaingi.

Padahal istri memiliki kontribusi relatif tinggi terhadap pendapatan rumah

tangga bagi kelangsungan hidup perekonomian keluarganya. Masuknya

perempuan dalam kegiatan ekonomi terjadi di semua sektor dan tidak

hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Hal ini bila dilihat dalam

struktur dasar aktivitas perekonomian, tenaga kerja perempuan merupakan

faktor produksi yang sangat penting, dimana perempuan memiliki peran

ganda karena disamping sebagai faktor produksi juga bertindak selaku

pelaku ekonomi, tenaga kerja perempuan bertindak aktif dan berkemampuan

mempengaruhi atau melakukan manajemen terhadap faktor produksi lain

yang terlibat dalam proses produksi (Nasikum, 2000).

Jumlah jam kerja penduduk laki-laki di Provinsi Bali lebih banyak

daripada jumlah jam kerja wanita yang terlihat pada umur antara 35--59

tahun. Laki-laki sebagai kepala rumah tangga, di tuntut bekerja lebih giat

untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Menururt Kirana

(1999:25), agar tetap dapat menjalankan kewajiban mengurus rumah tangga,

angkatan wanita memeilih bekerja pada sektor informal seperti industria

kecil dan kerajinan. Salah satu alasannya adalah karena tidak ada batasan

waktu kerja seperti layaknya tenaga kerja di sektor formal dan urusan

5
rumah tangga dapat berjalan dengan baik. Atau dapat dikatakan, bahwa jam

kerja dan tempat kerjanya fleksibel. Hal ini dapat dilihat dari jam kerja

yang di miliki oleh penduduk Provinsi Bali disajikan di Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Penduduk bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja dan Jenis
Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2008.

Jumlah Jam Kerja Laki-laki Perempuan Jumlah


seminggu yang lalu (Orang) (Orang) (Orang)
(Jam)
0 23.450 19.608 43.058
1-9 21.034 24.578 45.612
10-24 117.567 169.920 287.487
25-34 139.736 148.432 288.168
35-44 241.476 204.818 446.294
45-59 415.191 222.648 637.839
60+ 158.146 123.126 281.272
Jumlah 1.116.600 913.130 2.029730
Sumber: BPS Provinsi Bali, Bali Dalam Angka Tahun 2009

Pada tabel menunjukan bahwa jumlah jam kerja seminggu yang lalu

yang terhitung dari 0 jam (libur atau tidak bekerja) hingga yang bekerja

dalam jam kerja mencapai 60 jam ke atas dalam seminggu yang lalu,

menunjukan bahwa perbandingan jam antara laki-laki dan perempuan

bervariasi. Waktu bekerja perempuan yang bekerja antara 1-34 jam dalam

seminggu lebih banyak daripada jumlah pekerja laki-laki. Sedangkan dari

34-60 jam ke atas dalam seminggu menunjukan tenaga kerja laki-laki lebih

banyak daripada tenaga kerja perempuan.

Dari uraian tersebut di atas salah satu strategi untuk meningkatkan

peranan perempuan adalah dengan memberikan peluang atau mendorong

perempuan untuk bekerja walaupun pekerjaan yang dikerjakan tersebut

6
sebagai pekerjaan sampingan yang paling penting adalah perempuan mampu

merubah image di masyarakat bahwa perempuan hanya mampu mengurus

rumah tangga atau mengasuh anak saja. Peningkatan pendapatan keluarga

akan mempengaruhi pola konsumsi dan tabungan keluarga tersebut.

Tabel 1.2 Jumlah Pekerja Menurut Jenis Kelamin Pada Masing-


Masing Sektor Ekonomi Di Kabupaten Gianyar Tahun
2009.

No Lapangan Usaha Jumlah Penduduk Jumlah


Laki-laki Perempuan (orang)
(orang) (orang)
1 Pertanian 37.130 36.992 74.122
2 Pertambangan 124 216 340
3 Industri 41.620 25.111 66.731
4 Listrik 937 313 1.250
5 Kontruksi 16.704 3.298 20.002
6 Perdagangan 19.560 34.938 54.498
7 Transportasi dan 10.809 2.628 13.437
Komunikasi
8 Lembaga Keuangan 2.753 2.059 4.812
dan jasa perusahaan
9 Jasa kemasyarakatan 12.311 9.489 21.800
JUMLAH 141.948 115.044 256.992
Sumber : BPS Kabupaten Gianyar, 2009

Tabel di atas menunjukan bahwa,lapangan usaha di bidang

perdagangan didominasi oleh tenaga kerja perempuan, sedangkan selain di

bidang perdagangan tenaga kerja yang mendominasi adalah laki-laki.

Peningkatan pendapatan rumah tangga, dapat terwujud melalui

kontribusi seluruh anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan.

Perempuan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga,

karena perempuan juga mempunyai kemampuan untuk bekerja di sektor

7
publik. Dengan adanya kesempatan yang sama antara laki-laki dengan

perempuan dalam memperoleh pekejaan dalam kegiatan produktif, akan

mampu meringankan beban keluarga. Namun dalam hal belum ada

informasi yang jelas mengenai peranan pekerja perempuan dalam

menunjang pendapatan keluarga pada sektor kerajinan dan industria kecil di

Kabupaten Gianyar, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan

dengan hal tersebut, sehingga diharapkan dengan hasil penelitian sebagai

informasi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan yang terkait

dengan peranan pekerja perempuan Dalam Menunjang Pendapatan Keluarga

Pada Sektor Kerajinan dan Industri Kecil di Desa Puhu yang ada di wilayah

kota Gianyar, Kecamatan Payangan.

Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar adalah salah

satu desa yang memiliki program pemberdayaan perempuan yang

dinamakan Simpan Pinjam Perempuan (SPP), dimana program ini

merupakan bantuan dari Kabupaten yang disalurkan ke desa-desa.

Gambaran ragam mata pencaharian penduduk Desa Puhu disajikan dalam

Tabel 1.3

Tabel 1.3 Tenaga Kerja Perempuan di Desa Puhu Menurut Mata

Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah


(Orang)
1 Tani 1.343

8
2 Pengrajin 283
4 PNS 82
5 TNI/POLRI 22
6 Karyawan swasta 257
7 Dagang/Jasa 265
8 Tukang 239
9 Lain-lain 73
Sumber : Profil Desa Puhu, 2009

Tabel 1.3 menunjukan bahwa penduduk di Desa Puhu memiliki mata

pencaharian yang bervariasi, salah satunya adalah pengerajin yang

berjumlah 283 orang yang didominasi oleh tenaga pekerja perempuan. Di

bidang pengerajin yang di dalamnya juga termasuk industri kecil dalam

bekerja tidak menekan waktu atau tidak terpaku pada waktu bekerja

sehingga perempuan berperan aktif di dalam mata pencaharian tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Seberapa besar kontribusi pendapatan pekerja perempuan di

sektor kerajinan dan industri kecil terhadap total pendapatan rumah

tangga di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar?

2. Apa motivasi pekerja perempuan bekerja di sektor kerajinan

dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten

Gianyar?

3. Apakah curahan waktu bekerja, pengalaman kerja dan tingkat

pendidikan berpengaruh significant secara simultan terhadap

9
persentase pendapatan pekerja perempuan kerajinan dan industri

kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar ?

4. Apakah curahan waktu bekerja, pengalaman kerja dan tingkat

pendidikan berpengaruh significant secara parsial terhadap

persentase pendapatan pekerja perempuan kerajinan dan industri

kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan pekerja perempuan di

sektor kerajinan dan industri kecil terhadap total pendapatan rumah

tangga di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.

2. Untuk mengetahui motivasi pekerja perempuan bekerja di sektor

kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan

Kabupaten Gianyar.

3. Untuk mengetahui pengaruh signifikan secara simultan curahan

waktu bekerja, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan terhadap

persentase pendapatan pekerja perempuan kerajinan dan industri

kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.

4. Untuk mengetahui pengaruh signifikan secara parsial simultan

curahan waktu bekerja, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan

terhadap persentase pendapatan pekerja perempuan kerajinan dan

10
industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten

Gianyar.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Praktis

Untuk memperoleh gambaran secara komperehensif tentang pekerja

perempuan yang bekerja di sektor industri kecil dan kerajinan dan

hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pemerintah di Desa

Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar dalam merumuskan

kebijakan pembangunan khususnya yang menyangkut pekerja

perempuan. Beberapa kebijakan yang dapat dikeluarkan oleh

pemerintah dalam rangka peningkatan pendapatan perempuan

2. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi bagi pengembangan dunia ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang sumber daya manusia (SDM),

pada pekerja perempuan dalam peningkatan pendapatan keluarga.

Penelitian ini juga merupakan wahana untuk membuktikan atau

memperkuat teori mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan

pendapatan perempuan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka penulisanya

terbagi atas lima bab secara terperinci dan sitematis. Sistematika dari masing-

masing bab adalah sebagai berikut:

11
Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang dari

penelitian yang kemudian dirumuskan ke dalam pokok masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, dan bagian akhir akan

dikemukakan mengenai sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep atau teori yang

didasari dan mendukung pokok masalah. Teori-teori tersebut dapat

diperoleh dari berbagai literatur yang berhubungan dengan variabel

yang digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian akhir akan

dikemukakan mengenai jawaban sementara atau hipotesis

penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai lokasi penelitian, obyek

penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis

dan sumber data, metode penentuan sampel, dan teknik analisis

data.

Bab IV Pembahasan

12
Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum daerah

penelitian, deskripsi hasil penelitian, serta pembahasan hasil

penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Pada bab ini akan diuraikan mengenai simpulan dari hasil

pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya serta saran

yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Feminisme dan Gender

Feminisme merupakan gerakan yang berangkat dari asumsi bahwa

kaum perempuan pada dasarnya ditindas. Dalam usaha mengakhiri

13
penindasan tersebut, mereka masih berselisih mengenai apa, mengapa dan

bagaimana penindasan terjadi. Dengan demikian, feminisme laki-laki,

melakukan berbagai perjuangan diantaranya untuk transpormasi sistem dan

struktur yang tidak adil menuju sistem bagi perempuan maupun laki-laki

(Mansour Fakih,2001). Feminisme dipahami sebagian suatu kesadaran akan

penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat ditempat

kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun

laki-laki untuk mengubah keadaan (Kamla Bashin dan Night Said Khan

dalam Yuniahar Ilyas, 2000). Sedangkan menurut Yuniahar Ilyas

mendefinisikan feminisme sebagai kesadaran akan ketidakadilan gender

yang menimpa perempuan baik di dalam keluarga maupun masyarakat serta

tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan

tersebut.

Gender merupakan pembagian laki-laki dan perempuan yang

dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya perempuan

dianggap yang lembut, emosional, keibuan dan sebagainya. Sedangkan laki-

laki dianggap kuat, rasional, perkasa, sifat-sifat tersebut tidaklah kodrat

karena tidak abadi dan dapat ditukarkan. Artinya ada laki-laki yang

emosional, lemah lembut dan mempunyai jiwa keibuan, sementara

perempuan ada yang kuat, rasional perkasa dan sebagainya.

Maka gender berubah menurut waktu dan tempat. Misalnya pada

zaman dulu ada suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi

pada jaman yang lain dan tempat yang berubah, laki-laki yang lebih kuat.

14
Gender juga berbeda menurut kelas sosialnya. Misalnya perempuan kelas

bawah di pedesaan lebih kuat dibandingkan kaum laki-laki kelas atas.

Dengan kata lain semua sifat baik laki-laki maupum perempuan dapat

ditukar dan berubah sesuai dengan waktu, tempat dan kelas sosial disebut

dengan gender (Mansour Fakih,2001).

2.1.2 Konsep Ketenagakerjaan

Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu

perekonomian pada suatu waktu tertentu. Untuk mengetahui angkatan kerja

diperlukan dua informasi yaitu penduduk usia kerja dan bukan angkatan

kerja (Sukirno, 2001:20).

Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan dan

menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran, serta

pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) diarahkan pada pembentukan

tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja produktif. Pembengunan

ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada

peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang

berkualitas, produktif, efesiensi, efektif, dan berjiwa wirausaha sehinggan

mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta

kesempatan berusaha.

Simanjuntak (2000) mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk

yang sudah dan sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang

sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah atau mengurus rumah

tangga. Tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh umur. Tenaga

15
kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun atas. Sementara

Sumitro (1999) berpendapat bahwa tenaga kerja adalah bagian dari

penduduk yang berusia 10-64 tahun.

Pengertian tenaga kerja menurut Sobri (2002) adalah penduduk

dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam

suatu negara yang dapata memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap tenaga tenaga mereka, dan jika mau berpartisipasi dalam aktivitas

tersebut. Sedangkan menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1997, tenaga

kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih.

Mubyarto (1997) mengatakan bahwa tenaga kerja terdiri dari laki-

laki dan perempuan, baik dewasa maupun anak-anak yang dianggap mampu

melakukan sesuatu. Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dengan

anak-anak pada setiap proses produksi maupun proses konsumsi sangat

beragam, baik dari segi cara-cara bekerja dan teknologi yang dipakai.

Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh

penghasilan atau keuntungan dalam satu jam selama seminggu (BPS, 1996).

Mantra (1997), mendefinisikan bekerja adalah melakukan suatu kegiatan

untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan

maksud memperoleh pendapatan baik berupa uang atau barang dalam kurun

waktu tertentu.

2.1.3. Tenaga Kerja Perempuan dan Partisipasinya dalam


Pembangunan

16
Sayogyo dan Pudjiwati (1999) mengatakan bahwa tujuan

peningkatan kesejahteraan tidak dapat dilepaskan dan harus diusahakan

terus menerus. Hal yang menjadi kunci kearah tersebut adalah adanya

partisipasi aktif dari masyarakat kearah itu termasuk di dalamnya partisipasi

kaum perempuan. Berbagai program yang diajukan untuk perbaikan kualitas

hidup masyarakat, seperti program kependudukan, kesehatan, pendidikan,

banyak yang tergantung pada partisipasi perempuan untuk keberhasilannya.

Dengan adanya kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan sebagai

gerak dari pembaharuan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah akan

nyata pula. Dalam hal status perempuan berubah karena peranan perempuan

dalam bidang ekonomi telah berubah, walaupun pada umumnya dalam

usaha produksi atau pekerjaan mencari nafkah terdapat penilaian yang

berbeda dalam masyarakat mengenai pekerjaan laki-laki dan perempuan.

Perempuan yang jumlahnya lebih dari separuh jumlah penduduk,

lebih berkepentingan mengenai masa depan keluarga mereka dan karenanya

keharusan untuk turut serta dalam pembangunan di segala tingkat

(Sofwayani,1995). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tenaga kerja

perempuan adalah setiap perempuan yang mampu melakukan pekerjaan di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Gayatri (1997), dalam penelitiannya di desa Luwus, Kecamatan

Baturiti, Kabupaten Tabanan, mengatakan bahwa tenaga kerja perempuan

perdesaan yang berstatus ibu rumah tangga, sering tidak terlepas dari

17
keterlibatannya secara tidak langsung dalam mencari nafkah guna

membantu ekonomi rumah tangganya disamping tugas pokoknya melakukan

pekerjaan rumah tangga yang tetap merupakan pekerjaan seorang

perempuan. Lebih lanjut dikatakan dalam kegiatan pertanian, dari semua

tahapan pekerjaan dalam kegiatan pengusahaan tanaman, peranan tenaga

kerja perempuan cukup tinggi hampir terlibat dalam setiap tahap kegiatan.

Umumnya perempuan mempunyai dua peranan yaitu 1) sebagai istri

dan ibu rumah tangga; dan 2) sebagai partner untuk mencari nafkah bagi

kehidupan rumah tangganya. Sebagai perempuan dalam rumah tangga

khususnya, sangat memperhatikan kegiatan rumah tangga seperti memasak,

mengasuh anak dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

kerumahtanggaan, karena hal ini merupakan kewajiban mereka. Sementara

itu hak mereka adalah menentukan dan mengatur anggaran belanja,

mengatur menu makanan dan lain-lainnya yang berkaitan dengan

kerumahtanggaan. Dalam mengambil keputusan untuk melakukan suatu

pekerjaan di luar kegiatan rumah tangga seperti sebagai pengerajin, buruh,

pegawai dan lain-lainya merupakan hak mereka dalam membantu

pendapatan suami atau menunjang ekonomi keluarga, sehingga untuk itu

mereka bisa berjalan selaras dan harmonis karena semua yang dilakukan

adalah untuk menjaga keutuhan keluarga yang merupakan salah satu dari

pembinaan keluarga (Pudjiwati, 1999).

Partisipasi perempuan dalam berbagai kegiatan ekonomi telah

meningkat secara berganti pada semua sektor, terutama di kalangan pekerja

18
perempuan muda dan di sektor modern. Namun demikian, kendala yang

dihadapi kaum perempuan umumnya tidak diakui dan cenderung

memperkuat ketimpangan gender dalam pasar kerja. Sekalipun partisipasi

wanita dalam pasar kerja meningkat secara signifikan, diskriminasi terhadap

pekerja perempuan tetap menjadi masalah besar. Dapat dikatakan, bahwa

sebagian dari perbedaan tingkat upah antara perempuan dan laki-laki hanya

diterangkan oleh diskriminasi seksual. Diskriminasi itu sering tercermin

dalam perlakuan dan persyaratan bekerja yang berbeda. Hambatan itu

dihadapi pekerja perempuan, karena kurang adanya modal. Di samping itu

mereka juga belum memiliki jaringan kerja seluas seperti yang dimiliki oleh

kaum laki-laki.

2.1.4 Pengertian Industri

Ada beberapa pengertian industri yang mengatakan bahwa industri

itu adalah pabrik-pabrik besar yang menggunakan mesin-mesin dan tenaga

manusia yang banyak, untuk mengolah bahan mentah menjadi barang

setengah jadi maupun barang jadi, padahal industri adalah merupakan

kegiatan yang mengubah bentuk, baik secara mekanis maupun secara

kimiawi, dari bahan organik dan unorganik, baik berupa bahan mentah

ataupun setengah jadi sehingga menjadi produk yang lebih tinggi mutunya,

dimana proses perubahan tersebut bisa dilakukan di pabrik atau rumah

tangga dengan mesin atau alat yang digerakkan oleh mesin peng gerak atau

alat yang sejenisnya dan hasilnya terutama untuk dijual atau dipakai sendiri

19
untuk memenuhi kebutuhan. Industri berukuran besar, sedang, kecil dan

kerajinan rumah tangga adalah sebagai berikut (Julian Luthan, 1995) :

1. Industri besar adalah industri yang menggunakan mesin tenaga

dengan buruh 50 orang keatas, atau industri yang tidak menggunakan

mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 100 orang keatas.

2. Industri sedang adalah industri yang menggunakan mesin tenaga

dengan buruh 5 sampai dengan 49 orang atau industri yang tidak

menggunakan mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 10 sampai dengan

99 orang.

3. Industri kecil adalah industri yang menggunakan mesin tenaga

dengan buruh 1 sampai 4 orang, atau industri yang tidak menggunakan

mesin tenaga tetapi mempunyai buruh 1 sampai dengan 9 orang

4. Kerajinan rumah tangga adalah suatu usaha pengubahan/

pembentukan suatu barang menjadi barang lain yang nilainya lebih

tinggi dan tidak mempergunakan buruh yang dibayar

Berkembangnya sektor industri dan semakin banyaknya jenis dan

ragam hasil industri, maka untuk memudahkan pembinaan industri secara

menyeluruh dimana kebijaksanaan dapat lebih diarahkan sampai pada

bidang bidang industri yang lebih kecil, maka sektor industri

dikelompokkan menjadi lima bagian kelompok. Pengelompok kan tersebut

didasarkan menurut tugas masing-masing dalam rangka memenuhi kriteria

pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan ketahanan nasional.

Dengan berdasarkan pengelompokan tersebut barang-barang industri yang

20
dinyatakan dalam kelompok utama selanjutnya dipecah lagi kedalam

kelompok industri tersebut. Dengan mengikuti pengelompokan ini dapat

dihindarkan kemungkinan masuknya satu jenis barang ke dalam lebih dari

satu kelompok.

Pengelompokan tersebut seperti yang diuraikan dalam Rencana

Pembangunan Lima Tahun Ketiga Sektor Industri adalah sebagai berikut.

1) Kelompok industri dengan peranan politis strategis.

2) Kelompok industri yang menghasilkan barang konsumsi dan industri

pelengkap.

3) Kelompok industri berdasarkan ketrampilan tradisionil.

4) Kelompok industri penghasil benda seni.

5) Kelompok industri pedesaan.

Masing-masing kelompok industri tersebut mencakup ling kungan

masyarakat yang berbeda-beda. Sedangkan dalam golongan usaha yang

tergabung didalamnya mempunyai ciri-ciri khusus ditinjau dari segi struktur

usaha fungsi produksinya, modal dan teknologinya, cara-cara pemasar annya

disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah setempat, di samping ciri

khas yang terkandung di dalam kelompok industri-industri yang

bersangkutan. Adapun ciri-ciri dari masing-masing kelompok sesuai dengan

karakteristik dan menurut misi masing-masing:

(1). Kelompok industri dengan peranan politis strategis. Kelompok industri

ini mengemban tugas utama daripada ekonomi, karena memberikan

sumbangan besar pada aspek pembangunan seperti perangsang daya

21
tumbuh, penyediaan bahan baku, efek berganda dan sebagainya.

Demikian pula sumbangannya terhadap faedah sosial khususnya, dan

pada ketahanan nasional umumnya cukup besar. Ada pula diantara

industri didalam kelompok ini yang semata-mata akan menjalankan

peranan pembangunan guna mendorong usaha industri lainnya. Industri

yang termasuk kelompok ini adalah:

a. Industri dasar besi/baja

b. Industri alat pengangkutan dan perhubungan

c. Industri bahan kimia pokok

d. Industri logam lainnya

e. Industri bahan bangunan pokok dan juga sebagian besar daripada

industri penunjang pertanian. Kelompok industri ini berada didalam

pengawasan Direktorat Jenderal Industri Logam Dasar.

(2). Kelompok industri yang menghasilkan barang konsumsi dan industri

pelengkap. Dalam kelompok ini, industri yang termasuk didalamnya

adalah industri yang membuat beraneka bahan, barang setengah jadi

maupun barang jadi yang mempunyai ciriciri sebagai berikut:

a. Pemasaran hasil produksi dapat dilakukan semata-mata didalam

negeri, atau sebagian untuk di ekspor keluar negeri.

b. Pemasaran didalam negeri adalah untuk melayani pasaran konsumsi

ataupun pasaran untuk industri.

c. Dari segi polanya, dapat merupakan penghasil barang untuk industri

lain yang disalurkan secara pemasaran bebas atau sub contrakting.

22
d. Bentuk badan usahanya berbentuk perseroan terbatas (PT) atau

bentuk badan hukum lainnya.

Industri pelengkap tersebut adalah untuk melengkapi industri yang

lebih besar didalam negeri dan ada pula yang melengkapi industri di luar

negeri. Industri pelengkap untuk melengkapi industri besar di dalam negeri

diusahakan oleh pengusaha kecil. Industri besar yang menampung produksi

pelengkap tersebut akan memberi bantuan mengenai standarisasi, memberi

bimbingan teknik dan managemen. Bagi industri pelengkap yang

melengkapi pasaran internasional mempunyai peranan dalam penyediaan

lapangan pekerjaan serta pengalihan teknologi. Kelompok industri ini

berada dalam pengawasan Direktorat Jenderal Aneka Industri. Bagian

industri dalam ruang lingkup Direktorat Jenderal Aneka Industri adalah:

a) Industri aneka pengolahan pangan

b) Industri aneka sandang

c) Industri aneka kimia dan serat

d) Industri aneka bahan bangunan dan umum

e) Industri aneka barang logam, alat angkutan dan jasa

(3).Kelompok industri berdasarkan ketrampilan tradisional Dalam kelompok

ini, industri dilandasi atas ketrampilan yang telah membudaya setempat,

sehingga dalam masyarakatnya terdapat kelompok niaga untuk jenis

industri ini. Kelompok industri ini belum memperguna kan teknologi

yang tinggi dan menghasilkan barang-barang konsumsi sederhana yang

lebih banyak berdasarkan ketrampilan dan menggunakan tangan.

23
Kelompok ini umumnya memerlukan badan perniagaan untuk pembi naan

jasa dan jasa permodalan, pemasaran dan pengadaan dimana tugas ini

dilakukan oleh badan khsusus yang ditunjuk oleh pemerintah.

(4).Kelompok industri penghasil benda seni. Industri ini berlandaskan atas

ketrampilan dan cita rasa seni yang telah membudaya pada daerah

setempat sehingga dalam masyarakatnya terdapat kelompok arisan

(kelompok orang-orang yang mempunyai keahlian dalam bidang seni

tertentu). Tingkat teknologi umumnya masih tradisionil, pemasaran hasil

produksinya dapat dilakukan baik dalam negeri maupun diekspor keluar

negeri. Industri dalam kelompok ini akan memerlukan jasa-jasa dari

lembaga pemerintah (kepariwisataan) dalam mema sarkan hasil

produksinya.

Kelompok industri pedesaan. Kelompok industri ini sering

merupakan ksegiatan sampingan/tambahan dari para petani, dimana

pemasaran hasil produksinya dilakukan terbatas pada daerah setempat.

Industri ini diarahkan kepada penyediaan jasa-jasa pelayanan dan

perawatan bagi berbagai peralatan yang dipergunakan. Industri ini

dibina menjadi jaringan industri yang luas untuk menunjang program

pembangunan desa, transmigrasi dan lain sebagainya yang akan

menunjang ketahanan nasional didalam lingkungan masyarakat desa.

Berdasarkan pengelompokan ini maka kelompok industri berdasarkan

ketrampilan tradisional, industri penghasil benda seni, industri pede saan

merupakan industri yang dibina oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil.

24
2.1.5 Pengertian Industri Kecil dan Kerajinan

Beberapa penulis yang mengemukakan konsepsi/pendapat tentang

difinisi/pengertian daripada industri kecil, mempunyai pendapat yang

berbeda-beda. Biro Pusat Statistik memberikan batasan tentang industri

kecil adalah suatu usaha atau badan usaha yang menggunakan tenaga kerja

umumnya sampai 19 orang, kecuali untuk bidang kegiatan, usaha tertentu,

dan menggunakan tenaga penggerak 20 PK kebawah.

Menurut Surat Keputusan Menteri Perindustrian

No.135/M/SK/8/1977, yang dimaksud dengan industri kecil adalah suatu

badan usaha/industri dimana:

1. Industri modal untuk mesin-mesin dan peralatan sejumlah

Rp. 70.000.000,- ke bawah.

2. Investasi per tenaga kerja Rp. 625.000,- ke bawah.

3. Pemiliknya adalah warga negara Indonesia.

Menurut A.R. Soehoed, usaha industri kecil adalah suatu badan usaha

dimana investasi peralatan dan mesin-mesin, tidak termasuk gedung dan

tanah, paling besar adalah sejumlah Rp. 63.000.000,- yang mana setiap

investasi Rp. 625.000,- dapat menyerap satu orang tenaga kerja.

Kerajinan rumah tangga adalah usaha yang merupakan hasil

tambahan saja pada pengusaha pengusaha itu, sedang penghasilan yang

sebenarnya atau yang lebih banyak diperolehnya terutama dari lapangan

pekerjaan lain seperti pertanian, perkebunan dan sebagainya. Secara umum

dapat dikatakan industri kecil dan kerajinan merupakan suatu lapangan

25
usaha di luar sektor pertanian yang cocok bagi golongan ekonomi lemah.

Permodalan yang cukup kecil dan teknologinya sederhana memungkinkan

pemilihan dan penyelenggaraan lebih luas, baik di daerah perkotaan maupun

pedesaan. Dengan penyebarannya yang luas, industri kecil/kerajinan dapat

menempati posisi yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional

maupun daerah. Selain itu industri kecil/kerajinan menghasilkan barang

konsumsi, dan barang setengah jadi/komponen untuk pasar lokal maupun

nasional dan beberapa jenis diantaranya dapat diekspor, sehingga dapat

menunjang penghematan devisa dan peningkatan devisa.

1) Dalam kaitannya dengan industri besar/sedang, industri kecil

diarahkan untuk menghasilkan berbagai macam, kebutuhan industri

besar/sedang yang atas pertimbangan teknis dan ekonomis sukar

dipenuhi sendiri. Sebaliknya industri besar/sedang memberi landasan

hidup pada industri kecil baik yang telah ada maupun yang baru.

Hal ini dimaksud untuk memberi kesempatan kepada para wiraswasta

terutama golongan ekonomi lemah untuk meningkatkan usa hanya.

Apabila ditinjau dari jenis barang yang dihasilkan industri

kecil/kerajinan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Industri kecil/kerajinan menghasilkan makanan.

b. Industri kecil/kerajinan kayu dan barang-barang dari kayu.

c. Industri kecil/kerajinan alat rumah tangga.

d. Industri kecil/kerajinan barang-barang bangunan.

e. Industri kecil/kerajinan tekstil.

26
f. Industri kecil/kerajinan aneka logam dan lain-lain.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja


Perempuan

1. Curahan Tenaga Kerja Perempuan dalam mencari nafkah

Curahan tenaga kerja adalah jerih payah yang dilaksanakan seseorang

untuk mencapai suatu tujuan yang bersifat ekonomi. Dalam penelahaan

curahan jam kerja laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan rumah tangga

menunjukan secara nyata bahwa perempuan mempunyai curahan yang lebih

besar dalam pencaharian nafkah seperti bidang pertanian, industri kecil dan

industri besar dibandingkan dengan laki-laki (Pujiwati, 1993). Selanjutnya

dikatakan bahwa bekerja bukan hanya mengisi waktu senggang melainkan

juga untuk mendatangkan tambahan pendapatan. Curahan waktu kerja

rumah tangga meliputi curahan kerja suami, istri dan juga anak-anak. Jika

dilihat dari aktivitasnya, ternyata perempuan bekerja lebih lama dari pada

laki-laki, dimana perempuan menghabiskan waktu 8 – 10 jam per hari

untuk pekerjaan yang langsung menghasilkan, sedangkan laki-laki hanya 7-

9 jam per hari. Untuk pekerjaan mencari nafkah oleh perempuan rata-rata 2-

4 jam sehari, sedangkan untuk pekerjaan rumah tangga oleh laki-laki rata-

rata 0,2 – 2 jam per sehari (Pujiwati, 1993). Hal ini menunjukkan tenaga

kerja perempuan besar peranannya baik dalam pekerjaan rumah tangga

maupun mencari nafkah.

2. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja

27
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan

individu, masyarakat, bangsa dan negara, karena pendidikan sangat

menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat

pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Peningkatan

kualitas SDM merupakan salah satu modal utama dalam memajukan

pembangunan selain sumber daya alam. Berkaitan dengan hal tersebut,

pemerintah bersama swasta dan masyarakat berkewajiban

menyelenggarakan program pendidikan nasional yang berkualitas yang

meliputi seluruh lapisan masyarakat. Upaya serius di bidang pendidikan

telah dilakukan pemerintah sejak tahun tujuh puluhan antara lain melalui

program penambahan sarana pendidikan dan Program Wajib Belajar 9

Tahun, dengan maksud agar semua penduduk usia sekolah baik laki-laki

maupun perempuan dapat mengikuti pendidikan minimal pada jenjang

pendidikan dasar.

Secara normatif nampak bahwa kebijakan dan program pemerintah di

bidang pendidikan baik pada pendidikan dasar, menengah, maupun

pendidikan tinggi tidak menunjukkan adanya diskriminasi gender. Namun

dalam realitas outputnya, kesenjangan gender cukup signifikan, terutama

pada jenjang pendidikan menengah ke atas. Kesenjangan gender di bidang

pendidikan salah satu indikator penting yang dapat dipakai untuk melihat

kemajuan tingkat pendidikan suatu masyarakat adalah kemampuan

membaca dan menulis. Semakin tinggi persentase penduduk yang buta huruf

dalam suatu masyarakat, menandakan tingkat kualitas sumber dayanya

28
semakin rendah. Makin tinggi tingkat pendidikan yang dapat dicapai oleh

seseorang atau pekerja perempuan akan berkorelasi dengan semakin

baiknya kualitas sumber dayanya, sehingga mampu bersaing untuk

memperoleh pekerjaan dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan

tingkat pendapatan keluarga.

Di samping tingkat pendidikan yang mampu meningkatkan

kesejahteraan keluarga (pendapatan keluarga), pengalaman kerja juga

sangat menentukan karena pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian

riil yang dialami oleh pekerja perempuan. Dengan belajar dari pengalaman,

seseorang akan mampu mengerjakan pekerjaan lebih cepat bila

dibandingkan dengan mereka yang belum berpengalaman, sehingga output

yang dihasilkan akan lebih banyak dan sebagai kompensasinya upah atau

pendapatan yang mereka terima juga akan bertambah.

3. Alasan (Motivasi) Perempuan Bekerja

Pada umumnya perempuan terdorong untuk mencari nafkah oleh

tuntutan ekonomi rumah tangga. Penghasilan suami saja tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini disebabkan kebutuhan keluarga

senantiasa meningkat, sedangkan pendapatan riil tidak selalu meningkat.

Hasil penelitian Hull (dalam Fauzi, 1997) di Daerah Istimewa Yogyakarta

menunjukkan bahwa perempuan dari lapisan sosial bawah memberikan

sumbangan yang besar terhadap penghasilan keluarga. Sebaliknya, White

menyampaikan bahwa kegiatan yang menghasilkan pendapatan tinggi

29
di bidang non pertanian terbatas pada individu-individu yang secara relative

telah mempunyai pendapatan tinggi dan menguasai sumber alam atau modal

(tanah). Kajian tersebut menunjukkan bahwa perempuan memberikan

sumbangan yang cukup berarti dalam pembangunan ekonomi dan

kelangsungan hidup rumah tangga. Walaupun pendapatan perempuan tidak

selalu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga secara layak.

Suatu kenyataan sumbangan perempuan dalam pembangunan adalah

partisipasi perempuan sebagai tenaga kerja dalam berbagai bidang

kehidupan ekonomi. Asyeik (1994), dalam penelitiannya di Sumatera Utara

mengemukakan beberapa motivasi perempuan untuk bekerja. Motivasi

tersebut adalah karena suami tidak bekerja, pendapatan rumah tangga

rendah, mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri dan ingin mencari

pengalaman. Lebih lanjut dikatakan umumnya perempuan terdorong untuk

bekerja adalah semata-mata mencari pekerjaan untuk mencari nafkah yang

didorong tuntutan ekonomi rumah tangga, karena penghasilannya tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini disebabkan oleh

kebutuhan senantiasa yang meningkat sedangkan pendapatan riil tidak

meningkat.

4. Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mubyarto (1997) pendapatan merupakan penerimaan yang

dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seorang pada

dasarnya tergantung dari pekerjaan di bidang jasa atau produksi, serta

waktu jam kerja yang dicurahkan, tingkat perdapatan per jam yang diterima,

30
serta jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendapatan per jam yang

diterima dipengaruhi oleh pendidikan, ketrampilan dan sumber-sumber non

tenaga kerja yang dikuasai, seperti tanah, modal dan teknologi. Makin

tinggi pendidikan dan ketrampilan, makin tinggi pula pendapatan yang

diterimanya per jam kerja.

Soeharjo dan Patong (1993) mengatakan bahwa pendapatan

merupakan selisih penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang

dikeluarkan dalam satu tahun. Lebih lanjut dikatakan bahwa sumber

pendapatan petani di daerah perdesaan dibedakan atas dua sumber yaitu

sektor pertanian dan luar sektor pertanian. Pendapatan sektor pertanian

digolongkan atas pendapatan usaha tani sawah, usaha tani bukan sawah,

peternakan dan buruh tani. Sedangkan pendapatan dari sektor non pertanian

yaitu semua pendapatan mata pencaharian dari sektor pertanian non

pertanian seperti perdagangan, kerajinan, industri, buruh pegawai, tukang

dan yang lainnya.

Dalam suatu rumah tangga di desa pendapatan yang berasal dari

sektor pertanian sangat dominan, serta merupakan faktor terbesar sangat

berpengaruh pada pendapatan rumah tangga petani (Wahyuni, 1991).

Winardi mengatakan, bahwa seseorang dapat memperoleh pendapatan

dengan jalan bekerja dan iapun dapat memperoleh pendapatan dari harta

benda yang dimilikinya misalnya tanah, mesin-mesin rumah atau uang.

31
Bagi rumah tangga berpenghasilan rendah, pendapatan yang

diperoleh perempuan sangat berarti dalam menunjang kebutuhan rumah

tangga mereka, baik laki-laki maupun perempuan biasanya saling bahu

membahu dalam mencari nafkah untuk keluarga. Dalam hal pekerjaan,

pendidikan memainkan peranan yang penting dalam penyaluran pekerja

untuk memperoleh pekerjaan dan karenanya, juga berpengaruh pada

pendapatan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan rumah

tangga adalah pendapatan yang dihasilkan oleh seluruh anggota rumah

tangga yang bekerja baik laki-laki maupun perempuan yang hidup dalam

satu anggaran belanja (satu dapur).

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Harwati (2005) dalam penelitan di Kota Denpasar menemukan bahwa

istri berperan untuk memperoleh penghasilan dan memberikan kontribusi

terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi ini dipengaruhi oleh umur,

pendidikan, sifat pekerjaan, jam kerja dan jumlah tanggungan.

Epon Ningrum (2005), dalam penelitian di Tasikmalaya dengan judul

”Pewirausaha Wanita dan Peranannya dalam Ekonomi Keluarga”. Hasil dari

penelitian ini mengungkap tentang pengetahuan kewirausahaan, upaya

peningkatan pengetahuan dan keterampilan usaha, pemasaran hasil, peran

wanita dalam ekonomi keluarga dan kepemilikan fasilitas hidup keluarga.

Manik Emiyanti(2009) , dalam penelitian yang dilakukan di Desa Renon

Kota Denpasar, mengatakan bahwa pendapatan yang diperoleh tenaga kerja

32
penjahit wanita berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja wanita,

sedangkan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap produktivitas

tenaga kerja penjahit wanita.

Ayu Cempaka Putri (2009), dalam penelitian Tenun Cagcag di

Kecamatan Nusa Penida terdapat perbedaan peranan pendapatan istri dengan

suami terhadap pendapatan keluarga. Hal ini dipengaruhi oleh umur, pendidikan

dan pengalaman kerja.

Prima Yundari (2007), dalam penelitian di Desa Pandak Kabupaten

Tabanan, menemukan bahwa sumbangan pendapatan istri cukup berarti jika

dibandingkan dengan sumbangan pendapatan suami di dalam membantu

menambah pendapatan keluarga.

Adapun persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan

perempuan sebagai objek penelitian. Teknik analisis juga memiliki persamaan

yaitu teknik analisis linier berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian dan variabel-variabel yang

memengaruhi partisifasi kerja wanita. Pada lokasi penelitian sebelumnya

dilakukan di (Kota Denpasar, Tasikmalaya, Nusa Penida, dan Desa Pandak

Tabanan), sedangkan penelitian ini dilakukan di Desa Puhu Kecamatan Payangan

Kabupaten Gianyar. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji asumsi klasik, uji serempak, dan uji parsial.

Dengan demikian dengan majunya tingkat pendidikan dan seringnya

pekerja perempuan mendapatkan pelatihan keterampilan, tingkat partisipasi

juga akan meningkat seiring dengan peningakatan pendidikan dan

33
penguasaan keterampilan. Untuk mempermudah pemahaman alur penelitian

dengan batasan pembahasan peran perempuan di sektor publik dapat

disajikan kerangka konsep pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Peranan Pekerja Perempuan Dalam


menunjang Pendapatan Keluarga di Sektor Kerajinan
dan Industri Kecil Kabupaten Gianyar.

Peran Bekerja di Sektor


Perempuan di Industri Kecil dan
Sektor Publik Kerajinan

Peran Pendapatan Curahan Waktu Bekerja


Ganda Pekerja Pengalaman Kerja
Perempuan Perempuan Tingkat Pendidikan
dalam
Pembangun

Peran Tingkat Pendapatan Keluarga


Perempuan di
Sektor
Domestik

Sumber: BPS Kabupaten Gianyar 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

34
Penelitian ini dilakukan di Desa Puhu Kecamatan Payangan

Kabupaten Gianyar dengan pertimbangan Kabupaten Gianyar di samping

sebagai kota Pariwisata dan kota seni, juga sebagai Kabupaten yang

memiliki industri kerajinan paling menonjol di Provinsi Bali. Dengan

banyaknya pekerja perempuan yang bekerja pada sektor industri khususnya

industri kecil dan kerajinan maka akan membawa dampak pada kontribusinya

terhadap pendapatan keluarga. Selain itu informasi mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan pekerja perempuan sektor industri kecil dan

kerajinan di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar belum

tersedia.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pekerja perempuan pada

sektor industri kecil dan kerajinan di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten

Gianyar. Variabel yang memengaruhinya adalah curahan waktu bekerja,

pengalaman kerja dan tingkat pendidikan.

3.3 Identifikasi Variabel

Adapun Variabel-variabel yang dipilih dan akan dianalisis dalam

penelitian ini meliputi, Variabel terikat (dependent variable), yaitu suatu

variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang dalam penelitian ini adalah

35
Pendapatan Pekerja Perempuan Di Sektor Industri Kecil Dan Kerajinan di

Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Variabel bebas

(independent variable), yaitu variabel yang memengaruhi variabel terikat dan

tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

curahan waktu bekerja, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan.

3.4 Definisi Operasional Variabel

1. Pendapatan Pekerja Perempuan Di Sektor Kerajinan dan Indutri Kecil

(Y) adalah balas jasa seperti upah, uang makan, biaya transportasi,

tunjangan kesehatan, dan uang lembur yang diterima oleh pekerja

perempuan yang bekerja disektor industri kecil dan kerajinan dihitung

dengan satuan uang per bulan (Rp)

2. Curahan waktu bekerja (X 1) adalah lamanya waktu yang dicurahkan

oleh pekerja perempuan yang bekerja disektor kerajinan dan industri

kecil untuk melakukan pekerjaan yang mengasilkan uang per bulan

dengan satuan (jam)

3. Pengalaman kerja (X 2) adalah lamanya pekerja perempuan yang

bekerja disektor kerajinan dan industri kecil baik ditempat yang

bekerja sekarang maupun ditempat lain dengan pekerjaan yang sama

(industri kecil dan kerajinan) dihitung dengan satuan tahun.

4. Pendidikan (X 3 ) adalah tahun sukses pendidikan pekerja perempuan

yang bekerja disektor kerajinan dan industri kecil yang merupakan

36
jumlah tahun yang dilalui dalam menempuh pendidikan formal dengan

satuan tahun.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data Menurut Sifatnya

1) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka (Mantra,

2001). Dalam penelitian ini, maka data kuantitatif tesebut meliputi:

curahan waktu bekerja, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan.

2) Data kualitatif, yaitu data-data yang tidak berbentuk angka antara

lain alasan-alasan mereka bekerja, mengapa memilih bekerja pada

sektor kerajinan dan data lainnya yang dijelaskan dalam bentuk

deskriptif (Mantra, 2001)

3.5.2 Jenis Data Menurut Sumbernya

Baik data kuantitatif maupun data kualitatif dapat dibedakan menjadi

2 yaitu data primer dan sekunder

1) Data primer yaitu data yang diperoleh oleh peneliti secara

langsung dari lapangan, seperti hasil wawancara berdasarkan

kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, yang akan

disebarkan kepada responden seperti tingkat pendapatan keluarga,

curahan waktu bekerja , pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan.

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi yang terkait

dengan penelitian, seperti dari data Gianyar dalam angka, Biro

Pusat Statistik Kabupaten Gianyar. Beberapa contoh data sekunder

37
yang digunakan antara lain, distribusi tenaga kerja, penduduk

bekerja menurut jam kerja dan jenis kelamin, penduduk desa

menurut mata pencaharian dan lain sebagainya.

3.6 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan yang bekerja, khususnya

pada sektor industri kecil dan kerajinan di Desa Puhu-Kecamatan Payangan-

Kabupaten Gianyar. Diambilnya perempuan yang bekerja pada sektor industri

kecil dan kerajinan mewakili para perempuan yang mengalokasikan waktunya

untuk bekerja untuk menunjang pendapatan keuarga. Jumlah populasi dalam

sample dihitung dengan menggunakan rumus (Slovin) :

N
2
n = 1 + Ne ………………………………………………………………(1)

283
2
n = 1 + (283 )(0,05 )

283
n = 1,71

n = 165

Jadi, dalam perhitungan di atas jumlah sampel yang diperoleh adalah sebanyak

165 sampel responden. Dalam penentuan sampel di pakai teknik undian sebagai

pengambilan responden.

3.7 Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

38
Wawancara merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui

wawancara atau tatap muka langsung dengan responden, dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan yang terstruktur yang digunakan

untuk memperoleh informasi. Data yang diperoleh melalui

wawancara adalah curahan waktu bekerja, pengalaman kerja, dan

tingkat pendidikan.

2. Obsevarsi

Obsevarsi merupakan salah satu pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pekerja

perempuan. Data yang diperoleh melalui metode observasi antara lain

aktivas pekerjaan pekerja perempuan pada masing-masing dusun di

Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Jumlah penduduk,

jumlah pekerja perempuan.

3.9 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian diuraikan

sebagai berikut :

1) Statistik Deskriptif

39
(1) Untuk mengetahui persentase kontribusi pendapatan pekerja

perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dihitung dengan rumus

stastistik :

pi
P= x 100 %
pt

dimana ,

P = Persentase pendapatan dari hasil pekerja perempuan


terhadap total pendapatan rumah tangga.
pi = Pendapatan pekerja perempuan di sektor industri kecil
dan kerajinan
pt = Pendapatan total rumah tangga.

2) Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh curahan waktu bekerja, pengalaman kerja, dan

tingkat pendidikan terhadap pendapatan pekerja perempuan di sektor

kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten

Gianyar. Menurut Gujarati (1997:91), bahwa persamaan regresi linier

berganda adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µi .......................................... (2)

Keterangan :

Y = Persentase pendapatan pekerja perempuan di sektor kerajinan


dan industria kecil, dalam rupiah (Rp)
X1 = Curahan waktu bekerja
X2 = Pengalaman kerja
X3 = Pendidikan
β1β2β3 = Koefisien regresi

40
β0 = Intersep/ konstanta
µi = Tingkat kesalahan (gangguan)

3) Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui hasil estimasi resgrasi yang dilakukan benar-benar

bebas dari adanya gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan keteroskedastisitas

maka dilakukan suatu pengujian yang disebut sebagai uji asumsi klasik. Uji

asumsi klasik ini digunakan agar apat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika

telah memenuhi persyarata BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak

terdapat multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas, maka regresi

penaksir tidak efisien, peramalan berdasarkan regresi tersebut akan bias dan uji

buku yang umum untuk koefisien regresi menjadi valid (Gujarati, 1997). Dengan

menggunakan hasil analisis komputer dan program SPSS, maka dapat digunakan

untuk menguji model ada tidaknya multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

a) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua

cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak

yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam penelitian ini analisis

yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji

statistik non parametik Kolmogorov Smirnov (KS).

b) Uji Multikolinearitas

41
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Menurut Ghozali

(2006:91), apabila Tolerance Value lebih tinggi dari 0,10 atau Variance Inflation

Factor (VIF) lebih kecil daripada 10, maka disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas. Rumus untuk mengetahui ada tidaknya multikol pada suatu

model regresi dapat dilakukan dengan melihat TOL dan VIF, yaitu kecepatan

peningkatan daripada varian dan kovarian yang didefinisikan sebagai berikut.

1
=( 1−R2i )
TOLi = VIF

.............................................................................. (3)

Keterangan :

TOLi = tolerance variabel ke-1

1
2
VIFi = 1−Ri ............................................................................................. (4)

Keterangan :

VIFi = varian inflation faktor

R2 = korelasi variabel ke-i

c) Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah

dengan uji glejser yang dilakukan dengan meregresikan volume absolut

residual terhadap variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang

42
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (volume absolut residual),

maka tidak ada heteroskedastisitas. Bentuk heteroskedastisitas dengan uji

glejser:

|e 1|=√ β0 β1 β 2i +v t ................................................................ (6)

Keterangan :

β0 = intersep
β1 = Koefisien regresi
2
βi = Variabel ke-i
vi = Unsur kesalahan

4) Uji Serempak (Uji F)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat secara serempak. Adapun langkah-langkah uji F dapat

dirumuskan sebagai berikut.

R 2 / ( k −1 )
F = ( 1−R2 ) / ( n−k )

.................... ............................................................. (7)

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi
n = Banyaknya Observasi
k = Banyaknya variabel dalam regresi
F = Nilai F hitung

a) Rumusan Hipotesis

H 0 : βi = 0 : artinya curahan waktu bekerja, pengalaman kerja, dan tingkat

pendidikan secara serempak tidak berpengaruh signifikan

43
terhadap peranan pekerja perempuan pada sektor kerajinan dan

industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten

Gianyar.

Hi : paling tidak salah satu dari βi ≠ 0, artinya curahan waktu

bekerja, pengalaman kerja, dan pendidikan secara serempak

berpengaruh signifikan terhadap peranan pekerja perempuan

pada sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu

Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.

b) Taraf Nyata

Dengan taraf nyata (α) 5% atau tingkat keyakinan 95% dengan derajat

kebebasan (k-1)(n-k) maka, F tabel = F(α)(k-1)(n-k).

c) Kriteria Pengujian

H0 diterima jika F-hitung < F-tabel

H0 ditolak jika F-hitung > F-tabel

Gambar 3.1 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji F


f (F)

Daerah Penolakan H0
Daerah
Penerimaan H0

0 Ftabel = (k-1)(n-k)

Sumber : Nata Wirawan (2002:238)

44
d) Kesimpulan

NilaiF hiutung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel.

Jika F hitung lebih besar dari F tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima yang

berarti ada pengaruh nyata secara serempak antara variabel bebas (curahan waktu

bekerja, pengalaman kerja, dan pendidikan), terhadap variabel terikat (pendapatan

pekerja perempuan). Sebaliknya, jika F hitung lebih kecil daripada F tabel, maka

Ho diterima. Ini berarti bahwa tidak ada pengaruh antara varaibel bebas dengan

variabel terikat.

5) Uji Parsial (Uji t)

Analisis koefisien regresi parsial ini digunakan untuk melakukan

pengujian secara parsial antara variabel terikat masing-masing dengan

menggunakan uji t yang dirumuskan sebagai berikut .

βi − βi ¿

ti = (Se) βi (8)
…………………………………………………………………………….

Keterangan :

ti = t hitung
¿

βi = Koefisien Regresi Simpel


¿

(Se) βi = Standard Eror dari βi


βi = Koefisien Regresi Populasi

45
Uji parsial ini akan diuraikan sebagai berikut.

1) Pengaruh curahan waktu bekerja terhadap peran pekerja perempuan pada

sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu, Kecamatan Payangan,

Kabupataen Gianyar dengan hipotesis sebagai berikut.

(1) Rumusan Hipotesis

H0 : βi ≥ 0, artinya curahan waktu bekerja tidak berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap peranan pekerja perempuan pada

sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

(2) Dengan taraf signifikan (α) 5% atau tingkat keyakinan 95% derajat

kebebasan (n-k) maka t tabel = α (n-k)

(3) Kriteria pengujian

Ho diterima jika = t (hitung) < t (tabel)

Ho ditolak jika = t (hitung) > t (tabel)

Untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut diperlihatkan pada

Gambar 3.2 sebagai berikut.

46
Gambar 3.2 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji t

Daerah penerimaan
H0 Daerah
Penolakan
H0

0 ttabel

Sumber : Nata Wirawan (2002 : 179)

2) Pengaruh pengalaman kerja terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor

kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan, kabupaten

Gianyar.

(1) Rumusan Hipotesis

H0 : β2 = 0, artinya pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor

kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

H0 : β2 >0, artinya pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor kerajinan dan

industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan, Kabupaten

Gianyar.

47
(2) Dengan taraf signifikan (α) 5% atau tingkat keyakinan 95% derajat

kebebasan (n-k) maka t tabel = α (n-k)

(3) Kriteria pengujian

Ho diterima jika = t (hitung) ≤ t (tabel)

Ho ditolak jika = t (hitung) > t (tabel)

Untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut diperlihatkan pada

Gambar 3.3 sebagai berikut.

Gambar 3.3 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji t

Daerah penerimaan
H0 Daerah
Penolakan
H0

0 ttabel
Sumber :Nata Wirawan (2002 : 179)

3) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor

kerajinan dan industry kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan, Kabupaten

Gianyar.

(1) Rumusan Hipotesis

H0 : β3 = 0,artinya tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor

48
kerajinan dan industri kecil di desa Puhu kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

H0 : β3 >0, artinya tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor kerajinan dan

industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan, Kabupaten

Gianyar.

(2) Dengan taraf signifikan (α) 5% atau tingkat keyakinan 95% derajat

kebebasan (n-k) maka t tabel = α (n-k)

(3) Kriteria pengujian

Ho diterima apabila t (hitung) < t (tabel)

Hi ditolak jika = t (hitung > t (tabel)

Untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut diperlihatkan pada

Gambar 3.4 sebagai berikut.

Gambar 3.4 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji t

Daerah penerimaan
H0 Daerah
Penolakan
H0

0 ttabel

Sumber :Nata Wirawan (2002 : 179)

49
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Gianyar merupakan salah satu dari Sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali,

terletak antara 08018’48” – 080 38’58” Lintang Selatan 115013’29” – 115022’23”

Bujur Timur. Berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar di

sebelah Barat, Kabupaten Bangli di sebelah Utara, Kabupaten Bangli dan

Klungkung disebelah Timur serta selat Badung dan samudra Indonesia disebelah

selatan. Bagian terluas wilayah Kabupaten Gianyar (20,25%) terletak pada

ketinggian 250-950 meter dari permukaan laut. Terdapat 12 buah suangai

melintasi wilayah Gianyar, sebagian besar air sungai dimanfaatkan sebagai irigasi

persawahan.

Ada tujuh kecamatan di Kapupaten Gianyar, yaitu Sukawati, Blahbatuh, Gianyar,

Tampaksiring, Ubud, Tegalalang, dan Payangan. Kecamatan Payangan terdari

dari beberapa Desa, salah satunya adalah Desa Puhu tempat peneliti melakukan

penelitian. Secara tofografi Desa Puhu merupakan daerah yang bergelombang

dimana antara beberapa Banjar Dinas dipisahkan oleh Jurang atau Sungai yang

cukup dalam. Desa Puhu berada pada ketinggian 600 sampai 700 meter diatas

permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 2000mm/tahun, dengan kelembaban

85% serta suhu rata-rata harian adalah 22-28 derajat Celcius.

50
Gambaran umum Wilayah Desa Puhu berbatasan dengan empat Desa yaitu:

Sebelah Utaara Desa Kerta, Sebelah Timur Desa Taro, Sebelah selatan Desa

melinggih, dan Sebelah Barat Desa Buahan. Secara keseluruhan Luas Wilayah

desa Puhu adalah 13,91 Km2 atau 1391 Ha yang terdiri dari tujuh Banjar Dinas

dengan luas masing-masing Banjar:

1) Banjar Dinas Semaon : 361 Ha

2) Banjar Dinas Selasih : 253 Ha

3) Banjar Dinas Ponggang : 157 Ha

4) Banjar Dinas Penginyahan : 185 Ha

5) Banjar Dinas Carik : 127 Ha

6) Banjar Dinas Puhu : 130 Ha

7) Banjar Dinas Kebek : 128 Ha

Secara keseluruhan jumlah penduduk yang tercatat di Desa Puhu adalah 6.045

jiwa (3.094 laki-laki dan 3.951 Perempuan) tergabung dalam 1058 Kepala

Keluarga.

4.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian, data primer yang diperoleh dari responden pekerja

perempuan di sektor kerajinan dan industri kecil di Desa puhu Kecamatan

payangan Kabupaten Gianyar dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu

yang dimiliki seperti umur, status perkawinan, tingkat pendidikan dan jumlah

anggota rumah tangga. Karakteristik responden penting diuraikan karena dapat

memberikan gambaran mengenai keadaan penduduk serta untuk mengetahui

mutunya sebagai persediaan sumber daya manusia.

51
4.2.1 Umur Responden

Berbagai faktor yang melekat pada sistem nilai sosial masyarakat dan perbedaan

kesempatan yang diberikan antara laki-laki dan perempuan akan mengakibatkan

adanya perbedaan nilai indikator ketenagakerjaan antara kedua jenis kelamin

tersebut. Seharusnya seluruh pekerjaan dapat diberikan secara terbuka kepada

siapa saja, kecuali untuk jenis pekerjaan yang secara mendasar memang harus

dilakukan oleh jenis kelamin tertentu. Permasalahannya jika dilihat dari aspek

gender, tergantung kepada kemampuan perempuan untuk bersaing dengan lawan

jenisnya dalam memperoleh kesempatan kerja Indikator partisipasi angkatan

kerja (TPAK) sering dipakai indikator dasar dalam analisis ketenagakerjaan.

TPAK dapat memberikan gambaran proporsi penduduk usia kerja yang masuk

dalam angkatan kerja yang siap bekerja apabila tersedia kesempatan kerja.

Produktivitas seseorang dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh umur. Umumnya

seseorang yang berada pada usia kerja akan mampu menghasilkan lebih banyak

dari pada yang ada di luar usia kerja. Umur juga berpengaruh terhadap tingkat

partisipasi kerja (TPK). Tingkat partisipasi kerja meningkat sesuai dengan

pertambahan umur dan kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun atau

usia tua dan struktur umur penduduk suatu daerah akan berpengaruh terhadap

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk yang bersangkutan. Secara

umum rata-rata umur responden pekerja perempuan di sektor kerajinan dan

52
industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar 22 tahun,

umur ini masih berada pada kelompok usia produktif untuk bekerja. Artinya

secara fisik mereka masih memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan

barang dan jasa sesuai dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki dengan kisaran umur adalah 10-65 tahun. Kelompok umur responden

frekuensinya tertinggi adalah 20-24 tahun sebanyak 21,82 persen dan paling

sedikit adalah 50+ (65) tahun sebanyak 1,82 persen. Untuk lebih rinci struktur

umur responden dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Pekerja Perempuan di Kerajinan dan


Industri Kecil Tahun 2011 Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur Frekuensi Persentase


(Dalam Tahun) (orang) (%)
10 - 14 5 3,03
15 - 19 20 12,12
20 - 24 36 21,82
25 - 29 28 16,97
30 - 34 25 15,15
35 - 39 21 12,73
40 - 44 18 10,91
45 - 50 9 5,45
50 + 3 1,82
Total 165 100
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Tingkat partisipasi meningkat sesuai dengan pertambahan umur

kemudian menurun kembali, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh

Syahruddin (1986), umur mempunyai pengaruh negatif terhadap angkatan

kerja wanita, dimana semakin tinggi umur wanita, maka cenderung akan

mengurangi waktunya untuk bekerja.

53
4.2.2 Status Perkawinan

Faktor sosial ekonomi rumah tangga merupakan penyebab utama yang

memengaruhi wanita yang sudah kawin untuk bekerja. Status perkawinan

merupakan salah satu faktor yang menentukan seorang wanita untuk bekerja

atau tidak disamping faktor lainnya yang ada di luar rumah tangga . Umumnya

penduduk yang berusia muda terutama yang belum kawin masih menjadi

tanggungan orang tua walaupun dia tidak sedang sekolah. Sebaliknya orang

yang lebih dewasa terutama orang yang sudah kawin pada dasarnya harus

bekerja bahkan untuk banyak orang harus bekerja lebih lama dikarenakan rasa

tanggung jawab yang dimiliki. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

tentang status perkawinan seperti nampak pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Pekerja Perempuan di Sektor Kerajinan


dan Industri Kecil Tahun 2011 Menurut Status Perkawinan.

Frekuensi Persentase
Status Perkawinan
(orang) (%)
Belum Kawin 44 26,67
Kawin 114 69,09
Janda 7 4,24
Total 165 100
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat status perkawinan responden perempuan

pekerja di sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan

Payangan Kabupaten Gianyar. Sebagian besar responden berstatus kawin dan

paling rendah persentasenya yang berstatus janda. Bagi responden yang

bersuami (kawin) banyak alasan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan

54
partisifasi mereka. Biasanya ibu rumah tangga cenderung untuk ikut bekerja

karena berbagai faktor, seperti: (1) suami tidak bekerja atau pendapatan suami

yang tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga sehingga istri merasa

terpanggil untuk membantu suami dalam mencari nafkah dan sebagai ibu

rumah tangga merasakan tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan

hidup rumah tangganya; (2) biaya hidup yang semakin meningkat yang tidak

dapat dipenuhi hanya dengan penghasilan suami, sehingga istri juga harus

bekerja mencari nafkah; (3) semakin beraneka ragamnya kebutuhan yang harus

dipenuhi dan ini memerlukan biaya yang tidak sedikit dan (4) kebutuhan yang

tidak terduga misalnya berobat, kegiatan sosial dan lain-lain yang juga harus

dipenuhi.

4.2.3 Curahan Waktu Bekerja

Curahan Waktu Bekerja merupakan salah satu aspek dalam memporeleh

pendapatan atau upah dalam suatu pekerjaan, dalam tujuan dalam mendapatkkan

penghasilan yang tinggi biasanya berkaitan dengan lama waktu kita bekerja atau

mengerjakan suatu pekerjaan tersebut. Dalam menghadapi perkembangan era

globalisasi dan perkembangan teknologi yang cepat kita di tuntut untuk bekerja

semaksimal mungkin karena hal ini dapat menunjukan sumber daya manusia yang

memiliki ketrampilan yang memadai dapat masuk ke pasar kerja dan bersaing

didalamnya.

Lama waktu yang di curahkan dalam bekerja merupakan salah satu faktor untuk

meningkatkan pendapatan seseorang di dalam mengambil suatu pekerjaan,

karena semakin banyak waktu yang di pergunakan untuk mengambil suatu

55
pekerjaan maka dari segi pendapatan atau penghasilan yang akan di peroleh juga

akan semakin bertambah. Lamanya waktu yang di curahkan dalam satu bulan

oleh pekerja perempuan bervariasi seperti pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hubungan Curahan Waktu Bekerja Dengan Kontribusi


Pekerja Perempuan di Sektor Industri Kecil dan Kerajinan
Terhadap Pendapatan Keluarga Tahun 2011
Curahan Kontribusi Pendapatan Perempuan terhadap
Total
Waktu Pendapatan Keluarga (%)
Bekerja 21%- 31%- 41%-
(Jam) <20,9% >51%
30,9% 40,9% 50,9%
30 2 1 3 0 0 6
45 0 1 0 0 0 1
60 1 9 3 0 0 13
70 0 3 0 0 0 3
75 0 1 0 0 0 1
80 0 4 0 0 0 4
90 0 3 18 0 0 21
120 0 3 13 13 1 30
140 0 1 0 0 0 1
150 0 0 4 5 0 9
160 0 0 0 0 3 3
180 0 0 0 3 7 10
190 0 2 2 0 1 5
200 0 0 0 0 1 1
210 0 0 6 6 3 15
240 0 3 4 3 13 23
270 0 1 1 1 12 15
300 0 0 0 0 1 1
360 0 0 1 0 2 3
Total 3 32 55 31 44 165
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Tabel. 4.3 menunjukkan bahwa curahan waktu bekerja dengan

lama waktu bekerja dalam satu bulan paling besar memberikan kontribusi adalah

240jam-270jam yaitu lebih besar atau sama dengan 51persen dan yang paling

rendah memberikan kontribusi adalah waktu yang di curahkan dengan lama waktu

bekerja dalam satu bulan adalah 30jam-60jam.

56
4.2.4 Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang di alami oleh pekerja.

Dengan belajar dari pengalaman seseorang akan mampu mengerjakan lebih cepat

bila di bandingkan dengan mereka yang belum brpengalaman, sehingga output

yang di hasilkan akan lebih banyak dan sebagai kompensasinya pendapatan yang

mereka terima akan bertambah, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hubungan Antara Pengalaman Kerja Dengan Kontribusi


Pekerja Perempuan di Sektor Kerajinan dan Industri Kecil
Terhadap Pendapatan Keluarga Tahun 2011
Kontribusi Pendapatan Perempuan terhadap
Pengalaman Total
Pendapatan Keluarga (%)
Kerja
(Tahun) 21%- 31%- 41%-
<20,9% >51%
30,9% 40,9% 50,9%
1 2 11 16 1 1 31
1.5 0 0 0 1 0 1
2 0 6 18 3 1 28
2.6 0 0 0 1 0 1
3 1 2 9 9 0 21
4 0 3 3 2 1 9
5 0 6 1 2 1 10
6 0 0 2 4 2 8
7 0 1 3 1 0 5
8 0 2 1 0 4 7
9 0 0 0 4 6 10
10 0 0 1 1 13 15
11 0 0 0 0 1 1
12 0 0 1 1 6 8
13 0 0 0 0 1 1
14 0 0 0 0 2 2
15 0 1 0 1 3 5
18 0 0 0 0 1 1
20 0 0 0 0 1 1
Total 3 32 55 31 44 165
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Pada Tabel. 4.4 ternyata kontribusi pengalaman kerja dengan

pendapatan pekerja perempuan paling banyak memberikan kontribusi adalah

57
responden yang memiliki pengalaman kerja selama sepuluh tahun dan mampu

memberikan kontribusi lebih besar dari 51 persen, sedangkan paling sedikit

adalah yang memiliki pengalam kerja satu tahun yaitu kurang dari atau sama

dengan 20,9 persen.

4.2.5 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat,

dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup. Arti penting pendidikan semakin

terasa, terutama dalam menghadapi era globalisasi dan perkembangan teknologi

yang cepat. Hanya sumber daya manusia yang memiliki pendidikan serta

ketrampilan yang memadai dapat masuk ke pasar kerja dan bersaing didalamnya.

Pendidikan merupakan syarat utama guna tercapainya kualitas sumber daya yang

handal, oleh karena itu pendidikan masyarakat harus ditingkatkan sehingga

kualitas penduduk juga akan dapat meningkat.

Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan

kesejahteraaan penduduk, karena dengan tingkat pendidikan yang dicapai

seseorang, akan dapat menentukan seseorang untuk memperoleh pekerjaan

dengan imbalan yang relatif tinggi. Tetapi pendidikan bukanlah satu-satunya

faktor yang menentukan besarnya imbalan yang diterima dari pekerjaan namun

pendidikan dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan biasanya berkaitan erat dengan lapangan pekerjaan dan akhirnya

berpengaruh terhadap pendapatan. Tingkat pendidikan responden sangat

bervariasi dari yang tidak pernah mengenyam pendidikan atau bangku sekolah

sampai dengan D2, seperti terlihat pada Tabel 4.5 berikut.

58
Tabel 4.5 Distribusi Responden Pekerja Perempuan di Sektor Kerajinan
dan Industri Kecil Tahun 2011 Menurut Tingkat Pendidikan

Frekuensi Persentase
Tingkat Pendidikan
(orang) (%)
Tidak Pernah Sekolah 3 1,82
Tidak Tamat SD 17 10,30
Tamat SD 44 26,67
Tidak Tamat SMP 1 0,61
Tamat SMP 60 36,36
Tidak Tamat SMA 9 5,45
Tamat SMA 28 16,97
D1 2 1,21
D2 1 0,61
Jumlah 165 100
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa pekerja perempuan paling banyak

berpendidikan tamat SMP sebesar 36,36 persen dan paling sedikit adalah

berpendidikan tidak tamat SMP dan D2 sebesar 0,61 persen. Secara umum

distribusi tingkat pendidikan responden adalah relatif baik, walaupun ada yang

tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Hubungan tingkat pendidikan

dengan kontribusi pendapatan pekerja perempuan terhadap pendapatan keluarga

seperti Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hubungan Pendidikan Dengan Kontribusi Pekerja Perempuan


di Sektor Industri Kecil dan Kerajinan Terhadap Pendapatan
Keluarga Tahun 2011

59
Kontribusi Pendapatan Perempuan
Pendidikan Total
terhadap Pendapatan Keluarga (%)
(Tahun Sukses)
< 20,9 21 - 30,9 31 - 40,9 41 - 50,9 > 51
0 1 2 0 0 0 3
2 0 1 0 0 0 1
3 1 0 0 0 2 3
4 0 2 4 1 0 7
5 0 3 0 1 1 5
6 0 14 23 6 2 45
8 0 1 0 0 0 1
9 1 6 26 16 11 60
10 0 0 0 3 1 4
11 0 0 0 1 4 5
12 0 2 2 3 21 28
13 0 1 0 0 1 2
14 0 0 0 0 1 1
Total 3 32 55 31 44 165
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Tabel. 4.6 terlihat bahwa pendidikan dengan tahun sukses selama 9

tahun paling besar memberikan kontribusi dan yang paling rendah adalah

pendidikan dengan tahun sukses 2 tahun, 8 tahun dan 14 tahun, sedangkan

distribusi kontribusi pendapatan pekerja perempuan paling dominan adalah 31-

40,9 persen.

4.2.4 Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi beban keluarga, karena

anggota rumah tangga yang hidup dalam satu dapur biasanya mempunyai

hubungan yang sangat dekat. Kondisi ini terutama bagi istri (perempuan) yang

biasanya bertanggung jawab terhadap keuangan rumah tangga. Dilihat dari hasil

penelitian sebagian besar anggota rumah dalam satu dapur beranggotakan antara

4-5 orang yaitu sebesar 56,97 persen dan pada jumlah anggota keluarga lebih

besar dari 7 orang merupakan frekuensi yang terendah (Tabel 4.7).

60
Tabel 4.7 Distribusi Responden Pekerja Perempuan di Sektor Industri
Kecil dan Kerajinan Tahun 2011 Menurut Jumlah Anggota
Rumah Tangga

Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase


(orang) (orang) (orang)
0–1 1 0,61
2 - 3 37 22,42
4 - 5 94 56,97
6- 7 29 17,58
>7 4 2,42
Total 165 100
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

4.3 Analisis Motivasi Bekerja

Motivasi adalah suatu hal yang mendorong individu untuk mengambil

keputusan bersikap dan berprilaku sebagai tanggapan terhadap situasi di

lingkungannya (Asyiek, 1994). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

penelitian beberpa jawaban pekerja perempuan tentang motivasi/alasan mereka

berkerja di sektor industri dan kerajinan.

Dari seluruh responden yang diwawancarai ternyata alasan yang

paling dominan yaitu sebanyak 112 orang (67,88 persen) menyatakan untuk

menambah pengasilan keluarga, sedangkan yang paling sedikit adalah untuk

mengembangkan diri sebanyak 5 orang (3,03 persen) seperti pada Tabel 4.8.

Tabel. 4.8 Distribusi Responden Tentang Alasan/Motivasi Bekerja di


Sektor Kerajinan dan Industri Kecil

61
No Alasan/Motivasi Orang Persen
1 Untuk Menambah Pengasilan Keluarga 112 67,88
2 Tidak Tergantung Pada Suami 27 16,36
Menghindari rasa bosan/mengisi waktu
3 13 7,88
luang
4 Untuk mengembangkan Diri 5 3,03
5 Menambah pergaulan 8 4,85
Total 165 100,0
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa kegiatan untuk menambah pengasilan

keluarga yang dipilih oleh pekerja perempuan merupakan alternatif yang

tepat. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang berstatus ibu rumah

tangga ternyata mempunyai keinginan dan tekad untuk membantu

manambah penghasilan rumah tangga meskipun status ibu rumah tangga

tidak terlepas dari kegiatan sehari-hari yang harus mereka lakukan sebagai

ibu rumah tangga. Hal ini jelas terlihat bahwa mereka mempunyai peran

ganda, di samping mengerjakan kegiatan rumah tangga kegiatan diluar

rumah tangga agar mereka dapat memberikan sumbangan pendapatan

rumah tangga. Selanjutnya bagi pekerja perempuan yang berstatus belum

berkeluarga mereka bekerja selain untuk menambah pendapatan keluarga

juga sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan pribadinya seperti membeli

alat-alat yang terkait dengan kewanitaan dan sebagai bekal apabila mereka

berkeluarga.

Alasan kedua yaitu tidak tergantung pada suami dikemukakan oleh

sekitar 16,36 persen. terlihat bahwa keinginan pekerja perempuan di sektor

kerajinan dan industri kecil untuk mandiri yang mencerminkan dari

62
keikutsertaan mereka dalam mencari nafkah dengan demikian mereka tidak

semata-mata tergantung pada suami sebagai kepala keluarga, tetapi mereka

juga bertanggung jawab atas keluarga yang mereka bina.

Alasan ketiga adalah menghindari rasa bosan yang dikemukakan oleh

sekitar 7,88 persen disusul oleh alasan menambah pergaulan sebanyak 4,85

persen. Dari alasan terrakhir ini terungkap bahwa keinginan ibu rumah tangga

untuk bekerja selain untuk mendapatkan penghasilan juga untuk mengisi waktu

luang dan untuk menambah pergaulan dan pengalaman, serta mengembangkan

diri. Kenyataan menunjukkan bahwa ibu rumah tangga mempunyai inisiatif

dalam memanfaatkan waktunya sehari-hari dengan memilih melakukan kegiatan

untuk mencari nafkah cukup membuat perempuan lebih maju karena dengan

pekerjaan mencari nafkah akan dapat menambah pengalaman atau pengetahuan

di lingkungan kerjanya serta mampu mengembangkan diri, sehingga

kehidupannya tidak hanya diliputi tugas sehari-hari (kegiatan non ekonomis)

seperti memasak, mencuci, mengasuh anak dan lain-lain. Alasan ibu rumah

tangga responden untuk bekerja ditunjang oleh pendapat yang, dikemukakan

Asyiek (1994) bahwa motivasi wanita bekerja adalah karena suami tidak

bekerja, pendapatan rumah tangga kurang, mengisi waktu luang, ingin mencari

uang sendiri dan ingin mencari pengalaman.

4.4 Analisis Kontribusi Pendapatan Pekerja Perempuan Terhadap


Pendapatan Rumah Tangga

Di samping tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga, istri juga bekerja

untuk mendapatkan penghasilan bagi keluarganya. Harapan mereka bekerja atau

63
melakukan kegiatan ekonomis adalah untuk mendapatkan imbalan/upah. Upah

merupakan sumber utama penghasilan seseorang, oleh sebab itu upah harus cukup

memenuhi kebutuhan hidup seseorang dan kebutuhan rumah tangganya dengan

wajar. Besarnya upah yang diterima tergantung dari tingkat pendidikan dan

ketrampilan yang dimiliki, jenis pekerjaan itu sendiri dan curahan waktu bekerja

yang dikeluarkan. Dilihat dari distribusi pendapatan pekerja perempuan di sektor

industri kecil dan kerajinan seperti pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Pendapatan Pekerja Perempuan di Sektor Industri


Kecil dan Kerajinan di Kabupaten Gianyar Tahun 2011

Kontribusi Pendapatan Perempuan Frekuensi Persentase


(%) (orang) (%)
<20,9 3 1,8
21-30,9 32 19,4
31-40,9 55 33,3
41-50,9 31 18,8
>51 44 26,7
Total 165 100,0
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian (2011)

Tabel. 4.9 terlihat bahwa kontribusi pendapatan perempuan paling besar

memberikan kontribusi 31-40,9 persen dan yang paling rendah adalah <20,9

persen.

4.5 Teknik Analisis Data

4.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda

64
Untuk mendapat hasil regresi antara variabel independen (curahan waktu

bekerja, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan) dan variabel dependen

(peranan pekerja perempuan dalam menunjang pendapatan keluarga pada

sektor kerajinan dan industri kecil) digunakan program spss untuk menggolah

data kuantitatif yang dipreroleh. Dengan menggunakan program analisis data

spps diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.

Y = 15,661+ 0,079X1 + 1,163X2 +1,058X3

β = (0,402) (0,331) (0,197)

t = (5,891) (5,049) (3,506)

Sig = (0,000) (0,000) (0,001)

R2 = 0,605 F = 82,331 df = 161

Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa variable curahan waktu

bkerja (X1) pengalaman kerja (X2) dan pendidikan (X3) berpengaruh sangat

signifikan terhadap pendapatan pekerja perempuan di dalam menunjang

pedapatan keluarga(Y). Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi variable-

variabel tersebut masing-masing sebesar (0,000), (0,000) dan (0,001) dengan

probabilitas lebih kecil dari 0,05

Koefisien regresi dari curahan waktu bekerja sebesar 0,079 mempunyai

arti bahwa apabila curahan waktu bekerja meningkat 1 jam maka persentase

pendapatan pekerja perempuan dalam menunjang pendapatan keluarga akan

meningkat sebesar 0,079 persen. Koefisien regresi dari pengalaman bekerja

sebesar 1,163 mempunyai arti bahwa apabila pengalaman bekerja meningkat 1

tahun maka persentase pendapatan pekerja perempuan dalam menunjang

65
pendapatan keluarga akan meningkat 1,163 persen. Koefisien regresi dari tingkat

pendidikan sebesar 1,058 mempunyai arti bahwa apabila tingkat pendidikan

meningkat 1 tahun maka persentase pendapatan pekerja perempuan dalam

menunjang pendapatan keluarga akan meningkat 1,058 persen.

Koefisien determinasi atau R2 = 0,605 mempunyai arti bahwa 60,5 persen variasi

persentase pendapatan pekerja perempuan dalam menunjang pendapatan keluarga

di pengaruhi oleh variasi curahan waktu bekerja, pengalaman kerja dan tingkat

pendidikan. sedangkan sisanya 39,5 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

yang tidak dimasukkan dalam model tersebut.

4.5.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui hasil estimasi resgrasi yang dilakukan benar-benar

bebas dari adanya gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas

maka dilakukan suatu pengujian yang disebut sebagai uji asumsi klasik. Uji

asumsi klasik ini digunakan agar apat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika

telah memenuhi persyarata BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak

terdapat multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas, maka regresi

penaksir tidak efisien, peramalan berdasarkan regresi tersebut akan bias dan uji

baku yang umum untuk koefisien regresi menjadi valid (Gujarati, 1997). Dengan

menggunakan hasil analisis komputer dan program SPSS, maka dapat digunakan

untuk menguji model ada tidaknya normalitas, multikolinearitas, dan

heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

66
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik Kolmogorov-

Smirnov. Hasil uji menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,337 dengan

signifikansi 0,056. Karena nilai signifikansi lebih besar daripada alpha (0,05) jadi

model uji telah memenuhi asumsi normalitas data.

2) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Hasil uji

multikolinearitas disajikan pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas

No Variabel Tolerance VIF


1 Curahan Waktu Bekerja 0,525 1,903
2 Pengalaman Kerja 0,570 1,753
3 Pendidikan 0,777 1,286
Sumber: Lampiran 6

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dengan VIF

lebih kecil daripada 10. Jadi model uji telah memenuhi asumsi multikolinearitas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji

67
glejser yang dilakukan dengan meregresikan volume absolut residual terhadap

variabel bebas. Hasil uji heterokedastisitas disajikan pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas

No Variabel t Sig.
1 Curahan Waktu Bekerja 1,453 0,148
2 Pengalaman Kerja -1,277 0,204
3 Pendidikan 0,240 0,810
Sumber: Lampiran 5

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas berpengaruh

terhadap variabel terikatnya (absolute residual) yang ditunjukkan dengan nilai

signifikansi lebih besar daripada alpha (0,05). Jadi model uji tidak mengandung

kasus heteroskedastisitas.

4.5.3 Uji Hipotesis

1) Uji Serempak (F-test)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat secara serempak. Adapun langkah-langkah pengujiannya

sebagai berikut.

a. Perumusan Hipotesis

H 0 : β1 = 0 : artinya curahan waktu bekerja, pengalaman kerja, dan tingkat

pendidikan secara serempak tidak berpengaruh signifikan

terhadap peran pekerja perempuan pada sektor kerajinan dan

industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten

Gianyar.

H1 : paling tidak salah satu dari β1 ≠ 0, artinya curahan waktu

bekerja, pengalaman kerja, dan pendidikan secara serempak

68
berpengaruh signifikan terhadap peren pekerja perempuan

pada sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu

Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.

b. Taraf Nyata

Dengan dengan tingkat keyakinan 95% (α=5%) dengan derajat kebebasan

(k-1) ; (n-k) maka, F tabel = F(0,05) (4-1) (165-4). Jadi nilai F-tabel = 2,60.

c. Kriteria Pengujian

H0 diterima jika F-hitung < F-tabel

H0 ditolak jika F-hitung > F-tabel.

Gambar 4.1 Kurva Distribusi F (Curahan waktu Bekerja, Pengalaman


Kerja, dan Tingkat Pendidikan Berpengaruh Signifikan
terhadap Peranan Pekerja Perempuan Padan Sektor kerjinan
dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan
Kabupaten Gianyar)
f (F)

69 Daerah
Penolakan H0
Daerah
Penerimaan H0
= 2,60 = 82,331

Sumber: Nata Wirawan (2002

d. Kesimpulan

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai Fhitung=82,331 lebih besar dari Ftabel=2,60

sehingga H0 dapat ditolak. Artinya, curahan waktu bekerja, pengalaman kerja,

dan pendidikan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap peranan

pekerja perempuan pada sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu

Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.

2) Uji Parsial (t-test)

Analisis koefisien regresi parsial ini digunakan untuk melakukan

pengujian secara parsial. Tahapan uji ini dalah sebagai sebagai berikut.

(4) Menguji pengaruh curahan waktu bekerja terhadap peranan pekerja


perempuan pada sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu,
Kecamatan Payangan, Kabupataen Gianyar.

a) Rumusan Hipotesis

H0 : β1 = 0, artinya curahan waktu bekerja tidak berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor

70
kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

Hi : β1 >0, artinya curahan waktu bekerja secara parsial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap partisipasi kerja wanita pada

sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

b) Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% (α= 5%), derajat kebebasan

(n-k) maka t-tabel = (0,05) (165-4). Jadi nilai t-tabel = 1,645.

c) Kriteria pengujian

H0 diterima jika = t (hitung) < t (tabel)

H0 ditolak jika = t (hitung) > t (tabel)

Untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut diperlihatkan pada

Gambar 4.2 sebagai berikut.

Gambar 4.2 Kurva Distribusi t (Pengaruh Curahan Waktu Bekerja Secara


Parsial terhadap Peranan Pekerja Perempuan Pada Sektor
Kerajinan dan Industri Kecil di Desa Puhu Kecamatan
Payangan Kabupaten Gianyar)

Daerah penerimaan
H0 Daerah
Penolakan
H0

71 t-tabel t-hitung
0
=1,645 = 5,891
Sumber: Nata Wirawan (2002)

d) Simpulan

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai thitung=5,891 lebih besar dari ttabel=1,645

sehingga H0 dapat ditolak. Artinya curahan waktu bekerja secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi kerja wanita pada

sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan,

Kabupaten Gianyar.

(5) Menguji pengaruh pengalaman kerja terhadap peranan kerja


perempuan pada sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu
Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

a) Rumusan Hipotesis

H0 : β2 = 0, artinya pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap partisipasi kerja perempuan pada

sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

H2 : β2 >0, artinya pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap partisipasi kerja perempuan pada sektor kerajinan

dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan,

Kabupaten Gianyar.

b) Dengan tingkat keyakinan 95% (α= 5%) derajat kebebasan (n-k) maka t

tabel = (0,05) (165-4). Jadi nilai t-tabel = 1,645.

72
e) Kriteria pengujian

Ho diterima jika = t (hitung) < t (tabel)

Ho ditolak jika = t (hitung) > t (tabel)

Gambar 4.3 Kurva Distribusi t (Pengaruh Pengalaman Kerja Secara Parsial


terhadap Peranan kerja Perempuan Pada Sektor Kerajinan
dan Industri Kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan
Kabupaten Gianyar)

Daerah penerimaan
H0 Daerah
Penolakan
H0

0 t-tabel t-hitung
Sumber: Nata Wirawan (2002) =1,645 = 5,049

c) Simpulan

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai thitung= 5,049 lebih besar dari ttabel=1,645

sehingga H0 dapat ditolak. Artinya pengalaman kerja berpengaruh positif

dan signifikan terhadap partisipasi kerja perempuan pada sektor kerajinan

dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

(6) Pengaruh tingkat pendidikan terhadap peranan kerja perempuan pada


sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan,
Kabupaten Gianyar.
a) Rumusan Hipotesis

H0 : β3 = 0, artinya tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap partisipasi kerja perempuan pada

sektor kerajinan dan industri kecil di desa Puhu kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

73
H3 : β3 >0, artinya tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap partisipasi kerja perempuan pada sektor kerajinan

dan industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan,

Kabupaten Gianyar.

b) Dengan tingkat keyakinan 95% (α=5%) derajat kebebasan (n-k) maka t

tabel = (0,05)(165-4). Jadi nilai t tabel= 1,645

c) Kriteria pengujian

Ho diterima apabila t (hitung) < t (tabel)

Hi ditolak jika = t (hitung > t (tabel)

Untuk menerima atau menolak hipotesis tersebut diperlihatkan pada

Gambar 4.4 sebagai berikut.

Gambar 4.4 Kurva Distribusi t (Pengaruh Tingkat Pendidikan Secara


Parsial terhadap Peranan kerja Perempuan Pada Sektor
Kerajinan dan Industri Kecil di Desa Puhu Kecamatan
Payangan Kabupaten Gianyar)

Daerah penerimaan
H0 Daerah
Penolakan
H0

t-tabel t-hitung
0
=1,645 = 3,506
74
Sumber: Nata Wirawan (2002)

d) Simpulan

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai thitung=3,506 lebih besar dari ttabel=l,645

sehingga H0 dapat ditolak. Artinya tingkat pendidikan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap partisipasi kerja wanita pada sektor kerajinan dan

industri kecil di Desa Puhu Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

75
Dari hasil analisis tentang Peranan Pekerja Perempuan Dalam

Menunjang Pendapatan Keluarga Di Sektor Kerajinan dan Industri Kecil di Desa

Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar dapat disimpulkan :

1) Peranan pekerja perempuan pada sektor kerajinan dan industri kecil di

Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar memiliki

kontribusi yang sangat besar. kontribusi pendapatan pekerja perempuan

paling banyak memberikan kontribusi adalah responden yang berstatus

kawin dan mampu memberikan kontribusi lebih besar dari 51 persen

terhadap pendapatan keluarga.

2) Peranan pekerja perempuan pada sektor kerajinan dan industri kecil

di Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar dengan

alasan untuk menambah pendapatan keluarga

3) Curahan waktu bekerja, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan

secara serempak berpengaruh signifikan terhadap peranan pekerja

perempuan pada sektor kerajinan dan industri kecil di Desa Puhu

Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.

4) Curahan waktu bekerja, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap peranan

pekerja perempuan pada sektor kerajinan dan industri kecil di Desa

Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.

5.2 Saran

76
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dengan sejumlah

keterbatasan penelitian ini, selanjutnya diusulkan beberapa saran yang

mungkin dapat dilakukan dan bermanfaat bagi peranan pekerja perempuan

dalam menunjang pendapatan keluarga. Adapun saran yang diusulkan adalah

sebagai berikut.

1) Untuk merealisasikan kesetaraan gender diperlukan sosilisasi di

kalangan masyarakat khususnya kaum laki-laki bahwa tanggung jawab

keluarga khususnya di bidang ekonomi bukan tanggung jawab laki-laki

semata tetapi juga tanggung jawab perempuan, sehingga keluarga

dalam mengambil pekerjaan saling bantu membantu.

2) Di bidang sumber daya manusia seperti pendidikan, tingkat upah

pekerja perempuan supaya mendapatkan hak dan kewajiban yang sama

dengan laki-laki.

3) Bagi peneliti lain yang berminat meneliti bidang pekerja perempuan

perlu mempertimbangkan tentang penambahan variable-variabel yang

memengaruhi tingkat pendapatan pekerja perempuan sehingga model

yang digunakan akan semakin sempurna.

77

You might also like