You are on page 1of 134

INSTRUMEN PENELITIAN

PROFIL GURU IDEAL MENURUT SISWA


DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan program


strata I (S-I) pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Oleh
Gita Permata Sari
1102401008

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

2005

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi.

Hari :

Tanggal :

Semarang, September 2005

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra Sukewi Sugito Dr. Haryono.M.Psi


NIP. 130350488 NIP. 131570050

ii
PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. H. Siswanto, M.M. Drs. Sukirman,M.Si


NIP. 130515769 NIP. 131570066

Penguji I Penguji II

Drs. Hardjono Dra. Sukewi Sugito


NIP. 1306781006 NIP. 130350488

Penguji III

Dr. Haryono. M.Psi


NIP. 131570050

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulus di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, September 2005

Gita Permata Sari

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
 Segala sesuatu kerjakanlah dengan penuh iklas kendatipun hal itu
menghabiskan tenaga, terkuras pikiran dan waktu, semuanya ada nilainya
disisi Allah.
 Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang khusyu’
(Al-Baqoroh 45)

Jujur dari lubuk hatiku kupersembahan:


Untuk orang tuaku, terimakasih atas segala kasih sayangnya, doa dan air mata
yang selalu tercurah untukku dan aku yakin kalian selalu memperhatikan dan
menyayangiku.
Keluarga dan saudara saudaraku ( Tante, Om, dan kakakku )
Mas Zaed yang telah memberikan kesabaran dan motivasinya kepadaku
Sahabat-sahabatku yang telah menemaniku ( Agung, Fajar, Emil, Titin, Diah,
Heni )
Teman-temanku seperjuangan angkatan 2001

v
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT, Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan segala

rahmat, hidayah, karunia dan bimbingan-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan

judil “Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku Umar Semarang”

sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan

Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini didak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan

dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

ucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :

1. Dr. H. A.T. Sugito, SH.MM selaku Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk memperoleh

pendidikan formal di UNNES sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan

dengan baik.

2. Drs. H. Siswanto, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan rekomendasi penelitian

sehingga penelitian ini dapat dilangsungkan di SMA Teuku Umar

Semarang.

3. Drs. Haryanto selaku Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

yang telah memberikan kepercayaan untuk dilakukan penelitian tentang

Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku Umar Semarang

4. Dra. Sukewi Sugito selaku dosen pembimbimbing I yang telah memberikan

saran dan masukan dalam skripsi ini.

vi
5. Dr. Haryono, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar selalu

membantu dan mengarahkan serta memberikan masukan terhadap

kesempurnaan skripsi ini.

6. Drs Hardjono selaku penguji yang telah memberikan masukannya dalam

penulisan skripsi ini.

7. Bapak Pramuji Nugroho As selaku Kepala Sekolah SMA Teuku Umar

Semarang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan

penelitian kepada lembaga yang dipimpinnya.

8. Seluruh Guru dan staf serta para murid SMA Teuku Umar Semarang yang

telah banyak membantu peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan

dengan lancar

9. Teman-teman dan semua pihak yang telah menbantu dalam menyusun

kripsi ini.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal

kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna , maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kelengkapan dan

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri

khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Oktober 2005

Penulis

vii
ABSTRAK

Sari, Permata Gita. 2005. Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku
Umar Semarang. Skripsi 114 Halaman. Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan, FakultasIlmu Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I:Dra. Sukewi Sugito, Pembimbing II : Dr.
Haryono M.Psi.
Kata Kunci : Profil Guru Ideal Menurut Siswa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan profil guru ideal


menurut siswa. Dengan terdeskripsikannya profil guru ideal menurut siswa dapat
memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, serta dapat menjadi masukan bagi
pelaksanaan proses belajar dan mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan kemampuan guru dalam proses belajar dan mengajar.
Lokasi penelitian ini adalah SMA Teuku Umar Semarang. Pengumpulan
data dilakukan sejak bulan Mei sampai Juli 2005, dengan sasaran siswa dengan
menggunakan metodologi kualitatif dan menggunakan data deskriptif. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang tersedia dari
berbagai sumber, reduksi data, display data dan yang terakhir membuat
kesimpulan.
Penelitian tentang Profil Guru Ideal Menurut Siswa ini menggunakan
informan sebanyak 8 orang yaitu siswa kelas I dan siswa kelas II di SMA Teuku
Umar Semarang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi
dengan membandingkan dan memperoleh gambaran bahwa Guru di SMA Teuku
Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, itu terlihat dari berbagai pendapat siswa
dan ketekunan serta keprofesionalan gurunya dalam menjalankan tugasnya.
Adapun rekomendasi yang diusulkan peneliti yaitu, guru diharapkan
dapat meningkatkan atau memperbaiki citranya sehingga dapat diterima sebagai
guru yang baik dan guru juga diharapkan untuk terus meningkatkan kemampuan
profesionalnya.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii

PENGESAHAN ...................................................................................... iii

PERNYATAAN ....................................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

ABSTRAKSI ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................. ...1

B. Rumusan Masalah....................................................

C. Tujuan Penelitian ......................................................

D. Manfaat Penelitian................................................... 4

E. Penegasan Istilah.......................................................

BAB II LANDASAN TEORI

ix
A. Profesi Guru......................................................................

1. Ciri-ciri Profesi .....................................................

2. Syarat Profesi........................................................... 8

3. Peningkatan Kualitas Profesi...........

12

4. Kode Etik Guru..................................................... 14

B. Peran dan Tanggung Jawab Guru ..... 18

1. Peran Guru ................................................................... 18

2. Tugas Guru .................................................................

28

3. Kompetensi Guru............................................... 30

C. Profil Guru Ideal Menurut Siswa ...... 35

D. Persepsi atau

Tanggapan Siswa tentang Profil Guru Ideal ................. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Desain Penelitian.......................................................

41

B Tahap-tahap Penelitian.....................................

42

C Informan Penelitian................................................ 45

x
D Fokus Penelitian .........................................................

46

E Metode Pengumpulan Data ......................

46

F Objektifitas dan Keabsahan Data ...... 48

G Proses Pencatatan dan Teknik

Analisis Data ..................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Keadaan SMA Teuku Umar Semarang .................. 59

B. Deskripsi Profil Guru Ideal Menurut Siswa SMA

Teuku Umar Semarang .......................................................................... 62

1. Guru di SMA Teuku Umar Semarang

77

2. Profil Guru Ideal di SMA Teuku

Umar Semarang ................................... 79

3. Guru yang Disukai.......................................... 81

4. Guru yang Paling Diidealkan......... 82

5. Guru yang Tidak Diidealkan ........

84

C. Analisis Hasil Penelitian ....................................................................... 85

1. Profil Guru Ideal di SMA Teuku

Umar Semarang ................................... 87

xi
2. Penilaian

Siswa Terhadap Guru yang Disukai dan

Tidak Disukai ............................................................................... 89

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A Simpulan................................................................................. 92

B Saran ............................................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 94

LAMPIRAN .................................................................................................. 96

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Permohonan Ijin Penelitian ..................................................... 96

Lampiran 2. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ........................ 98

Lampiran 3. Panduan Wawancara Instrumen Penelitian............................. 99

xiii
DAFTAR

BAGAN, TABEL DAN GAMBAR

Daftar Bagan

Bagan I Tugas Guru ..................................................................................... 29

Daftar Tabel

Tabel I. Teknik Triangulasi Sumber ............................................................ 49

Tabel 2. Perbedaan Pendapat Karakter Guru

di SMA Teuku Umar Semarang..................................................... 84

Tabel 3. Jumlah Siswa di SMA Teuku Umar Semarang ............................. 61

Tabel 4. Sarana dan Prasarana di SMA Teuku Umar Semarang.................. 61

Daftar Gambar

Gambar 1 SMA Teuku Umar Semarang Sebagai Setting Penelitian .......... 102

Gambar 2 Lingkungan SMA Teuku Umar Semarang ................................. 102

Gambar 3 Wawancara dengan siswa kelas II .............................................. 103

Gambar 4 Wawancara dengan siswa kelas I ............................................... 103

Gambar 5 Wawancara dengan siswa kelas II .............................................. 104

Gambar 6 Wawancara dengan siswa kelas I ............................................... 104

Gambar 7 Wawancara dengan siswa kelas I ............................................... 105

Gambar 8 Ruang kelas di SMA Teuku Umar Semarang ............................ 105

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah masa depan bangsa. Untuk menyikapinya maka

kehadiran guru dalam dunia pendidikan sangat diperlukan. Ketika semua

orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru pasti terlibat

dalam agenda pembicaraan. Terutama menyangkut pendidikan formal di

sekolah. (Djamarah 2000:1)

Guru adalah figur seorang pemimpin bagi siswanya. Selain itu guru

juga adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak pada

siswanya. Jabatan yang diemban untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah

, guru adalah orang yang mempunyai tugas mengajar, mendidik,

membimbing, mendorong siswanya untuk belajar serta membina siswa

siswinya baik didalam maupun diluar kelas.

Guru mempunyai peran sangat banyak, menurut pendapat Sahertian

(1992:34) antara lain sebagai model, nara sumber, fasilitator, konselor,

tutor, manajer, pembina laboratorium, serta peranan lainnya.

xv
Kita sering mendengar ungkapan guru iku bisa digugu omonge lan bisa

ditiru kelakuane. Pesan dalam bahasa jawa itu mengandung makna guru itu

perkataannya selalu diperhatikan dan perbuatannya selalu menjadi teladan.

Menjadi guru merupakan cita-cita sebagian besar anak pada zaman dahulu,

dan mempunyai status sosial yang tinggi dimata masyarakat. Pada masa

penjajahan kolonial mereka sangat bangga menjadi keluarga seorang guru,

karena jabatan guru sederajat dengan kaum bangsawan. Penghormatan

masyarakat terhadap profesi guru tidak terbatas pada status keguruannya

belaka tetapi terlebih lagi kerena sanjungan terhadap keluhuran profesi guru.

(Silverius Suke 2003:90).

Banyak sekali yang dilakukan oleh siswa pada zaman dahulu untuk

menghormati dan menghargai guru. Salah satunya diwujudkan dengan

membawakan tasnya ketika datang di sekolah, mencium tangannya,

mematuhi perintahnya dan memperhatikan pelajaran dengan cara bersideku.

Pada masa sekarang jarang kita melihat siswa yang memberikan

penghormatan kepada guru sejauh itu. Siswa cenderung lebih menganggap

guru sebagai teman dekat, sehingga siswa lebih terbuka dan leluasa berbicara

dengan gurunya tanpa diselimuti oleh perasaan takut.

Menjadi guru pada zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Dulu

untuk menjadi profesi guru bisa didapat walau hanya menyelesaikan

xvi
pendidikan SMP, SMA atau SPG. Sekarang untuk menjadi guru perlu

menyelesaikan pendidikan D2 ataupun S1.

Dengan meningkatnya pendidikan guru sekarang ini belum tentu

wibawa guru ikut meningkat. Pendidikan seorang guru juga bukanlah tolok

ukur untuk menjadi seorang guru ideal menurut siswa.

Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut

permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul : “PROFIL GURU

IDEAL MENURUT SISWA DI SMA TEUKU UMAR SEMARANG

TAHUN 2004/ 2005”.

Adapun alasan peneliti mengadakan penelitian di SMA Teuku Umar

Semarang karena peneliti pernah mendapatkan tugas observasi, di SMA

Teuku Umar Semarang pada tugas mata kuliah yang diampu oleh Bapak Dr.

Nugroho. M. Psi.

B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang

masalah, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tanggapan siswa terhadap guru di SMA Teuku Umar

Semarang ?

xvii
2. Bagaimana “Profil Guru Ideal” menurut pandangan siswa di SMA

Teuku Umar Semarang ?

3. Guru SMA Teuku Umar yang mana yang menjadi idola siswa ?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah

mengetahui :

1. Bagaimana tanggapan siswa terhadap guru di SMA Teuku Umar

Semarang

2. Profil guru ideal yang diinginkan oleh siswa SMA Teuku Umar

Semarang

3. Profil guru SMA Teuku Umar Semarang yang diidolakan siswa

D. MANFAAT

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, diantaranya

1. Manfaat Teoritis, bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang pendidikan yaitu dengan melihat hasil penelitian

ini, dijadikan suatu masukan dalam kegiatan proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis, bagi peneliti khususnya, untuk mengetahui bagaimana

profil guru ideal menurut siswa di SMA Teuku Umar Semarang. Bagi

xviii
lembaga, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga dapat berjalan secara

optimal. Bagi guru hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan

kualitas dan kemampuan guru dalam proses belajar dan mengajar. Bagi

siswa hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa sehingga dapat mengikuti pembelajaran secara optimal. Bagi

Mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan masukan perbaikan kualitas bagi

jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, serta dapat menambah

referensi dan perbendaharaan kepustakaan tentang profesi guru.

E. PENEGASAN ISTILAH

1. Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan profil adalah penampilan atau

kecepatan seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku. Sedangkan

pengertian guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang dan

bertanggung jawab untuk membimbing dan membina siswa, baik secara

individu maupun secara klasikal, yang diselenggarakan di dalam

lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah dan

bertanggung jawab mendidik siswa dari yang belum tahu menjadi tahu,

dan menjadikan siswa menjadi manusia yang dewasa.

xix
Pengertian Ideal adalah sesuatu yang diangan-angankan, sesuai dengan

apa yang diinginkan, dicita-citakan.

Dari pendapat di atas penelitian dapat menyimpulkan pengertian profil

guru ideal adalah seorang yang diinginkan untuk dapat

mengembangkan tugas pokok mengajar, mendidik, membina,

membimbing orang lain termasuk siswa yang secara sadar untuk

menjadi lebih dewasa.

2. Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai subjek belajar dan

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran

yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

3. SMA Teuku Umar Semarang adalah SMA swasta yang terletak di kota

Semarang yang merupakan tempat penelitian ini dilakukan.

xx
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Profesi Guru.

Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi.

Oleh karena itu perlu kita kaji lebih jauh mengapa jabatan guru merupakan

suatu profesi. Menurut Soetjipto dkk (1994:250) profesi adalah jabatan atau

pekerjaan yang menuntut keahlian, dan etika khusus serta baku (standar)

layanan.

Kalau kita lebih jauh memahami tentang profesi, maka hal yang sangat

mendasar yang perlu dipahami adalah ketanggapan yang berdasarkan kearifan

atau pengabdian yang mendasar pada keahlian atau kemaslahatan orang

banyak. Dalam menjalankan profesi guru ada beberapa hal yang harus

dipenuhi salah satunya adalah :

1. Ciri-ciri Profesi

Ciri-ciri utama dari profesi menurut Sanusi et al (dalam Soetjipto,

1994:15) adalah sebagai berikut :

a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang

menentukan (krusial)

b. Jabatan yang menentukan ketrampilan/ keahlian tertentu.

c. Ketrampilan/ keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui

pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

xxi
d. Jabatan itu berdasar pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,

sistematik, dan eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat

khalayak umum

e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan

waktu yang cukup lama.

f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan

sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu

berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi

profesi.

h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan

judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom

dan bebas dari campur tangan orang luar.

j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan

oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

2. Syarat Profesi

Menurut Stinnett (1968) dalam Sutomo dkk, (1994:4) ada beberapa

syarat untuk memegang jabatan guru diantaranya adalah :

a. Suatu profesi pada dasarnya memerlukan kegiatan-kegiatan

intelektual.

Jelas sekali bahwa jabatan guru melibatkan upaya-upaya yang sifatnya

sangat didominasi kegiatan intelektual dapat diamati bahwa kegiatan-

xxii
kegiatan yang dilakukan anggota profesi adalah dasar dari semua

kegiatan profesional lainnya.

b. Suatu profesi memerlukan pengetahuan pengetahuan khusus.

Suatu jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan

anggota mereka dari orang awam dan memungkinkan mereka

mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Anggota suatu profesi

menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka dan

melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, dari kelompom tertentu

yang ingin mencari keuntungan. Namun belum ada kesepakatan

tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan.

c. Suatu profesi perlu diperluas menjadi profesional.

Profesi seorang guru hendaknya perlu dikembangkan sehingga

menjadi seorang yang benar-benar profesional dibidangnya. Yang

membedakan jabatan profesional dengan non-profesional adalah

penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur

institut atau universitas atau melalui pengelaman praktek dan

pemegangan atau campuran pemagangan dan kuliah. Yang pertama

yakni pendidikan melalui perguruan tinggi, disediakan untuk jabatan

profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan melalui

pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan

dan kuliah diperuntukan bagi jabatan yang non profesional. Namun

sampai sekarang di Indonesia, masih ada guru yang pendidikan mereka

xxiii
sangat singkat, sehingga kualitasnya masih sangat jauh untuk

memenuhi persyaratan yang kita harapkan.

d. Suatu profesi memerlukan pertumbuhan melalui inservice (latihan

dalam jabatan) secara terus menerus.

Jabatan guru merupakan jabatan yang profesional, sebab guru sering

melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang

mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.

e. Suatu profesi memberi pertumbuhan karir dan keanggotaan secara

permanen

Diluar negeri jabatan guru sebagai karir permanen merupakan titik

yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan

profesional. Banyak guru yang bertahan satu sampai dua tahun dalam

mengajar, kemudian mereka pindah kerja kebidang yang lain. Di

Indonesia tidak begitu banyak guru yang pindah kebidang lain,

walaupun bukan berarti bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai

pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin lapangan kerja dan sistem

pindah jabatan yang agak sulit.

f. Suatu profesi sebagai dasar untuk mendapatkan pengakuan

Suatu jabatan guru pada dasarnya untuk mendapatkan pengakuan.

Jabatan guru masih banyak diatur oleh pemerintah, atau pihak pihak

lain yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan

pendidikan swasta.

xxiv
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan

yang seragam untuk meyakinkan kemampuan minimum yang tidak

seharusnya demikian halnya dengan jabatan guru. Misalnya

mahasiswa yang masuk kependidikan guru jauh lebih rendah

dibandingkan dengan yang masuk kebidang lainnya. Permasalahan ini

mempunyai mempunyai akibat juga dalam hasil pendidikan guru

nantinya, karena bagaimanapun juga mutu lulusan akan sangat

dipengaruhi oleh mutu masukan, dalam hal ini mutu calon mahasiswa

lembaga pendidikan guru.

g. Suatu profesi mengutamakan pelayanan

Jabatan guru merupakan suatu jabatan yang anggotanya termotivasi

oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh

keuntungan ekonomi atau keuangan. Namun bukan berarti bahwa guru

harus dibayar lebih rendah tetapi jangan mengharapkan akan cepat

kaya bila memilih jabatan guru.

h. Suatu profesi mempunyai kekuatan dalam bentuk organisasi profesi

Suatu profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang

kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi

anggotanya. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik

Indonesia (PGRI) yang merupakan suatu wadah seluruh guru dari

Taman Kanak-Kanak sampai guru Sekolah Lanjutan Atas, dan ada

pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi

seluruh sarjana pendidikan.

xxv
Sedangkan menurut Drs. Moh. Ali, 1985 dalam (Uzer Usman,

2000:15) suatu profesi guru memerlukan persyaratan khusus yaitu :

1) Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam.

2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

bidang profesinya.

3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatandari pekerjaan yang

dilaksanakan.

Selain persyaratan tersebut, Uzer Usman (2000:15) menambahkan

persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong

sebagai suatu profesi, antara lain :

1) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya.

2) Memiliki klien atau objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan

pasiennya, guru dengan muridnya

3) Diakui oleh masyarakat karena karena memang diperlukan jasanya

dimasyarakat.

Atas dasar tersebut maka hendaknya jabatan profesional harus

ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan

tersebut.

3. Peningkatan kualitas profesi

xxvi
Jabatan profesional sangat memperhatikan layanan yang diberikan

kepada masyarakat. Oleh sebab itu dalam rangka menjaga dan

meningkatkan layanan ini secara optimal, serta menjaga agar masyarakat

jangan sampai dirugikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,

tuntutan jabatan profesional harus sangat tinggi

Profesi pendidikan khususnya profesi guru, tugas utamanya adalah

melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan

tersebut jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan

mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka

pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada

masyarakat. lebih khusus lagi Sanusi et al (dalam Soetjipto dkk, 1994:24),

mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya perlunya

profesionalisasi dalam pendidikan (dan bukan dilakukan secara acak saja),

yakni sebagai berikut :

a. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan

pengetahuan, emosi, dan perasaan, dan dapat dikembangkan segala

potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai

kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.

b. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan

bertujuan, maka pendidikan menjadi norma yang diikat oleh norma-

norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun

lokal, yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan

pengelola pendidikan.

xxvii
c. Teori teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam

menjawab permasalahan pendidikan

d. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia mempunyai

potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu pendidikan itu

adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.

e. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi

dialog antara peserta didik dengan pendidik dan selaras dengan nilai-

nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

f. Seiring terjadinya dilema antara tujuan pendidikan yakni menjadikan

manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan misi

instrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau

mencapai sesuatu.

4. Kode etik guru

a. Pengertian kode etik

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus

diindahkan oleh setiap orang anggota profesi dalam melaksanakan

tiugas profesinya dan dalam hidupnya dimasyarakat.

Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi para anggota profesi

tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-

larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh

diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak hanya menjalankan

xxviii
tugas profesi mereka tetapi juga menyangkut tingkah laku anggota

profesi dalam kehidupan sehari- hari.

b. Tujuan kode etik

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu

profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi

profesi itu sendiri. Menurut R.Hermawan (1979) dalam Soetjipto,

(1994:27) secara umum mengadakan tujuan kode etik adalah sebagai

berikut :

xxix
1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari

pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai

memandang rendah atau remeh terhadap profesi yang

bersangkutan. Oleh karenanya setiap kode etik suatu profesi akan

melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota

profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia

luar.

2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.

Yang dikmaksud kesejahteraan disini meliputi baik kesejahteraan

lahir (material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental).

Kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para

anggotanya yang merugikan kesejahteraan anggotanya. Dalam hal

kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya

memberikan petunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan

profesinya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan

yang bertujuan untuk membatasi tingkah laku yang tidak pantas

atau tidak jujur sesama anggota profesi dalam berinteraksi dengan

sesama rekan anggota profesi

3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

Tujuan ini dapat pula berkaitan dengan peningkatan kegiatan

pengabdian profesi, sehingga bagi anggota profesi dapat dengan

mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya

xxx
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kode etik

merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para

anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya.

4) Untuk meningkatkan mutu profesi.

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-

norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu pengabdian kepada para anggotanya.

5) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan

kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam

membina organisasi profesi dan kegiatan kegiatan yang dirancang

organisasi.

Jadi tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah

menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara

kesejahteraan para anggotanya, meningkatkan pengabdian kepada para

anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi

profesi.

c. Penerapan kode etik

Kode etik dapat diterapkan oleh suatu organisasi profesi yang

berlaku dan mengikat para anggotanya. Dengan demikian penerapan

kode etik tidak dapat dilakukan secara orang perorangan, melainkan

harus dilakukan oleh orang yang diutus dan atas nama anggota profesi

dari anggota tersebut.

xxxi
Dengan demikian jelas bahwa orang yang bukan anggota

tersebut tidak dikenakan aturan yang ada dalam anggota profesi

tersebut.

xxxii
d. Sanksi kode etik

Setiap profesi yang melakukan pelanggaran serius terhadap

kode etik dapat dikenakan sanksi. Sering kita jumpai ada kalangan

negara yang mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula

hanya merupakan kode etik saja dari suatu profesi tertentu dapat

meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila

demikian, maka aturan yang mulanya berlandaskan moral atau

pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan

sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata

maupun pidana.

Sebagai contoh, misalnya jika suatu profesi bersaing secara

tidak jujur, atau curang dengan sesama anggota profesinya dan jika

dianggap kecurangan tersebut serius maka, dapat dituntut di

pengadilan. Pada umumnya pelanggaran terhadap kode etik adalah

berupa sanksi moral maka bagi siapa yang melanggarnya, akan

mendapat celaan dari rekan-rekannya.

e. Kode etik guru Indonesia.

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang


pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa,Bangsa, dan Negara, serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila
dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab
atas terwujudnya proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
oleh sebab itu guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya
dengan mendominasi dasar-dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

xxxiii
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjuang berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan
tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan
(Soetjipto,
1994:30)

B. Peran Dan Tanggung Jawab Guru

1. Peran Guru

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada

anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu misal di rumah, di

sekolah dan lain lain.

Guru juga mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat

kewibawaannya yang membuat mereka dihormati, dan masyarakat yakin

bahwa yang dapat mendidik siswa mereka supaya menjadi orang yang

berkepribadian mulia.

Sektor pendidikan saat ini sudah berada pada era globalisasi yang

sesungguhnya, yaitu informasi dan komunikasi yang berkembang pesat

seirama dengan kemajuan teknologi yang mengakibatkan persaingan ketat.

Kehidupan masa depan semakin kompleks dan sangat pesat. Proses belajar

xxxiv
bukan hanya mengarah pada hafalan belaka, tetapi juga melatih anak untuk

berpikir, bertindak dan menghayati (learning to think, learning to do,

learning to be). Oleh karena itu anak didik juga perlu untuk belajar

learning how to learn, learning how to feel, learning how to evaluate,

bukan hafalan saja. Learning how to live together merupakan kebutuhan

esensial masa depan.

Dalam proses belajar mengajar yang perlu dipikirkan oleh guru

supaya proses belajar berjalan menyenangkan adalah peran guru sebagai

tokoh sentral dalam pendidikan diantaranya guru berperan sebagai

fasilitator bukan sebagai penceramah saja.

Sebagai seorang fasilitator maka guru harus kreatif mengelola

proses belajar dan mengajar di kelas dengan menciptakan kondisi kelas

yang hidup dan menarik, menciptakan suasana belajar yang rileks,

bervariasi, dan menggelitik rasa ingin tahu , mengoptimalkan daya pikir

anak didik melalui dengar, lihat, rasakan, sera mengembangkan nalar kritis

dan mampu secara kreatif menemukan problem solving. Oleh karena itu

sangat memprihatinkan bila guru tidak dibekali dengan kesiapan sebagai

pendidik yang mampu mengacu pada kemampuan mengajar yang optimal.

Penguasaan ilmu dan teknologi perlu dipupuk oleh guru melalui

budaya berpikir dan berprilaku ilmiah yang menuntut sikap nalar, kritis,

eksploratif, dan mengusahakan hasil temuan dengan menggunakan daya

imajenasi dan kreatifitas. Model belajar harus mampu memberikan

kesempatan siswa belajar dengan pola learning by doing yang dapat

xxxv
dilakukan dikelas, laboratorium, dan lapangan sekolah yang diiringi

dengan daya imajenasi kreatif yang mampu merangsang kegiatan berpikir,

ketekunan ketelitian dan kemampuan eksploratif. (Suara pembaharuan, 9

September 2002).

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa guru dituntut untuk

dapat meningkatkan peranannya dan kompetensinya karena proses belajar

mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan

dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu

mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang

optimal.

Menurut Djamarah (1997:43) mengemukakan peranan guru adalah

sebagai berikut :

a. Korektor

Guru harus dapat membedakan mana nilai yang baik dan yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru
pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak siswa dan bila guru
membiarkannya berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor yang menilai sikap dan
tingkah laku siswa.

b. Inspirator

Sebagai inspirator guru diharapkan dapat memberikan ilham-ilham bagi kemajuan belajar siswa. Persoalan
belajar adalah masalah utama siswa. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara
belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.

c. Motivator

Guru hendaknya dapat mendorong siswa sehingga mereka akan termotivasi, bergairah dan aktif belajar.
Peranan ini sangat penting karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang mebutuhkan kemahiran
sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.

d. Organisator

Diharapkan guru dapat memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan akademik, menyusun tata tertib
sekolah, menyangkut kalender dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan sehingga menyangkut
efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

e. Inisiator

xxxvi
Diharapkan dalam peranannya, guru dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Proses interaksi belajar mengajar harus dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan sehingga dunia pendidikan menjadi lebih baik.

f. Fasilitator

Guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memudahkan dalam kegiatan belajar dan mengajar
sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa.

xxxvii
g. Pembimbing

Peranan ini adalah membimbing siswa menjadi manusia dewasa susila yang cakap.

h. Demonstrasi

Dalam interaksi belajar dan mengajar tidak semua bahan pengajaran dapat siswa pahami sehingga guru
berusaha dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga tidak terjadi verbalisme.

i. Pengelola Kelas

Seorang guru hendaknya dapat mengelola kelas yaitu agar siswa betah tinggal di kelas dengan motifasi
yang tinggi untuk senantiasa belajar didalamnya.

j. Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan guru sebagai penyedia media sehingga guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya,
baik media non material maupun material

k. Supervisor

Sebagai supervisi diharapkan guru dapat membantu memperbaiki dan manilai secara kritis terhadap
proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus dikuasai guru agar dapat menentukan perbaikan terhadap
situasi belajar dan mengajar menjadi lebih baik.

xxxviii
l. Evaluator

Guru dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek
ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian
siswa, yakni aspek nilai (value). Penilaian terhadap kepribadian siswa tentu lebih diutamakan dari pada
pengalaman terhadap jawaban siswa ketika diberi tes.
Jadi penilaian diharapkan lebih menekankan pada keribadian siswa agar menjadi manusia susila yang
cakap.

Untuk itu peran dan fungsi guru dalam pembelajaran modern

menurut Agus Salim (2004:359) mencakup:

a. Pemandu bakat siswa

Guru yang baik harus mampu mengenali secara dini potensi-

potensi bakat yang dimiliki setiap siswanya. Untuk mendapatkan

fungsi sebagai pemandu bakat diperlukan kemampuan awal.

Pertama guru perlu memiliki wawasan teoritik tentang konsep

keterbakatan. Penguasaan konsep keterbakatan ini akan menjadi basis

awal bagi guru untuk memahami berbagai ragam perbedaan bakat dan

perbedaan individual siswa yang diasuhnya. Modal penguasaan konsep

keterbakatan akan menjadi bekal guru untuk mengidentifikasi ciri-ciri

bakat khusus yang dimiliki siswanya.

Kedua mengenal kebutuhan keterbakatan yang dimiliki masing-

masing siswa dalam setiap tahap perkembangan. Anak berbakat

memiliki kebutuhan yang cepat berubah dari setiap episode

perkembangan sehingga guru harus sensitif agar dapat menyiapkan

segala sesuatunya sesuai dengan kebutuhan siswa.

Ketiga Guru harus dituntut untuk melakukan pengamatan

struktural terhadap setiap siswanya, sehingga bisa mengetahui

xxxix
kebiasaan-kebiasaan maupun keunikan setiap siswanya. Hal ini

berkaitan dengan kebutuhan pelayanan khusus anak-anak berbakat.

b. Pengembang kurikulum

Berdasarkan pemahaman yang akurat terhadap potensi, bakat,

dan kebutuhan belajar siswa. Guru harus mampu mengembangkan

kurikulum. Dalam hal ini dibutuhkan kepiawaian untuk mensinergikan

antara tuntutan kurikulum nasional dan tuntutan kebutuhan siswa.

Tanpa keberanian kreatif dari guru maka kebutuhan siswa akan

dikorbankan demi pencapainan target kurikulum nasional.

Guru idealnya terus–menerus mengikuti perkembangan

kebutuhan keterbakatan setiap siswa dari waktu kewaktu dan

mengkomparasikan dengan perubahan sosial yang berkembang

dimasyarakat. Perpaduan antara kebutuhan individual keterbakatan

siswa dan arah perubahan sosial masyarakat inilah yang mestinya

dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum di sekolah.

c. Perancang desain pembelajaran

Merancang desain pembelajarn juga merupakan tugas yang

harus dilakukan oleh guru. Dalam merancang desain pembelajaran

hendaknya guru harus berpacu pada penelitian mutakhir. Menurut

riset-riset tentang mekanisme kerja otak dalam proses belajar dan

berpikir, kehidupan omosional mendahului dan mendasari proses

kognisi Pribam, dkk dalam Agus Salim (2004:361).

xl
d. Pengelola proses pembelajaran

Kemampuan merancang desain pembelajaran harus ditunjukan

sampai pada mengelola dan mengimplementasikan desain

pembelajaran. Pembelajaran kontruktivistik adalah suatu proses

pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk aktif membangun

konsep, pengertian dan pengetahuan baru berdasarkan data, informasi

dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Mengajar idealnya mampu memberikan pengalaman baru dan

pencerahan kepada siswa, sehingga mereka mengalami ketagihan

(addictive) untuk belajar sendiri lebih mendalam. Ringkasnya

,kontruktivisme memandang penting peran siswa untuk dapat

membangun contructive habits of mind dalam diri masing-masing

siswa melalui setiap proses pembelajaran.

e. Peneliti penilaian dan penulis

Profesi guru adalah profesi intelektual yang siklus alaminya

mencakup membaca, mengajar, meneliti dan menulis secara terus

menerus sehingga menjadi siklus yang tidak pernah berhenti.

Membaca yang banyak dibidang ilmu yang menjadi tanggung

jawabnya adalah kewajiban mutlak. Berdasarkan bahan yang

dikuasainya itu guru menguatkan materi ajar, hal itu akan menambah

bobot kualitas pembelajaran yang diampunya Ryan dan Cooper dalam

Agus Salim (2004:363). Selanjutnya proses belajar yang dikelolanya

xli
juga dievaluasi secara terprogram dan temuan temuannya ditulis

menjadi catatan penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan sendiri juga biasa dimanfaatkan

sebagai bahan untuk menulis buku bahan ajar dan sejenisnya. Guru

yang selalu memperbaharui pengetahuan dan kemampuan mengajar

melalui meneliti dan menulis akan mencapai performa kerja yang

sangat baik.

Peranan guru dalam belajar dan mengajar meliputi banyak hal.

Menurut Uzer Usman, (2000:9) peranan yang dianggap paling

dominan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Guru sebagai demonstrator

Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,

guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran

yang akan diajarkannya serta senantiasa mengajarkannya dalam

arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang

dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang

dicapai oleh siswa.

2) Guru sebagai pengelola kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar

serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu

diorganisasi.

xlii
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai seorang mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena

media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih

mengefektifkan roses belajar dan mengajar. Sebagai seorang

mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan

antarmanusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil

mempergunakan ketrampilan tentang bagaimana orang

berinteraksi dan berkomuniakasi.

Sebagai seorang fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan

sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian

tujuan dan proses belajar dan mengajar, baik yang berupa

narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

4) Guru sebagai evaluator

Guru sebagai evaluator atau penilai handaknya terus menerus

mengikuti hasil belajar yang dicapai siswanya dari waktu ke

waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan

umpan balik (feedback) dalam proses belajar mengajar.

Tugas guru sebagai seorang pengajar memiliki konsekuensi

untuk memiliki peran-peran tertentu dalam kaitannya dengan proses

belajar mengajar yang sering disebut peran guru dalam

pengadministrasian, peran guru secara pribadi dan peran guru secara

psikologis.

xliii
xliv
2. Tugas guru

Guru merupakan jabatan atau profesi atau pekerjaan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Guru didalam kelas

mempunyai tugas yang cukup berat. Dalam hal ini tugas guru

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu yang pertama, bertugas

dibidang profesi yang meliputi, guru sebagai pendidik, sebagai pengajar

dan sebagai pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

nilai-nilai hidup. Mengajar merarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan

ketrampilan ketrampilan pada siswa.

Tugas guru yang kedua adalah tugas dibidang kemanusiaan, yaitu

menjadi orang tua kedua disekolah setelah orang tua siswa sendiri

dirumah. Guru sebagai idola para siswa hendaknya dapat menjadi panutan

dalam berfikir, berprilaku dan dapat memberikan motivasi untuk belajar.

Tugas guru yang ketiga adalah tugas dibidang kemasyarakatan,

dalam hal ini guru mendidik dan menjadikan siswanya menjadi warga

negara Indonesia yang bermoral Pancasila, dan mencerdaskan bangsa

Indonesia. (Uzer Usman, 2000:6-8).

Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam masyarakat,

bahkan guru pada hakekatnya memiliki komponen yang strategi yang

memilih peran yang penting dalam penggerak kemajuan kehidupan

bangsa. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin

terjamin, tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang

xlv
sebagai manusia pembangun, dengan kata lain, potret wajah diri bangs

dimasa depan tercermin dari potret diri guru masa kini., dan citra para guru

ditengah tengah masyarakat.

Secara singkat tugas guru dapat digambarkan melalui bagan

sebagai berikut :

Bagan Tugas Guru

Tugas Guru Meneruskan dan


mengembangkan
Mendidik nilai nilai hidup

Meneruskan dan
mengembangkan ilmu
Profesi Mengajar pengetahuan dan
teknologi

Mengembangkan
Melatih ketrampilan dan
penerapannya

Menjadi orang tua kedua

Auto-pengertian :
− Homoludens

Kemanusiaan − Homovuber
− homosapien

Transformasi diri

Autoidentifikasi

Mendidik dan mengejara masyarakat


Kemasyarakatan untuk menjadi warganegara
Indonesia yang bermoral Pancasila

Mencerdaskan bangsa Indonesia

xlvi
(Uzer Usman, 2000:8)
3. Kompetensi guru

Banyaknya para siswa yang mengeluh akan keprofesionalan

gurunya dalam mengajar menjadikan mereka kurang optimal dalam

menyerap pelajaran.

Sebagai seorang guru hendaknya dapat menguasai kompetensi

guru. Kompetensi adalah kewenangan atau suatu kecakapan, kemampuan

seseorang untuk menentukan atau memutuskan suatu problem

Purwodarminto, (1984: 699).

Menurut Charles dalam Uzer Usman (2000:9) ditegaskan bahwa

pengertian kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari

perilaku yang tampak dan sangat berarti. Pendapat tersebut mendapat

dukungan dari Leod dalam Uzer Usman (2000:17), bahwa kompetensi

perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai

dengan kondisi yang diharapkan.

Jadi yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kemampuan

seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya secara

bertanggung jawab, serta mampu untuk memecahkan problem yang

dihadapinya secara tepat dan akurat.

Untuk mendukung hal tersebut ada jenis-jenis kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut :

a. Kompetensi profesional.

Kompetensi professional menjadikan seorang guru memiliki peranan

yang penting, terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan pada era

xlvii
pembangunan ini. Kompetensi professional ini meliputi hal-hal

sebagai berikut : (a) Mampu menguasai landasan pendidikan, (b)

Menguasain bahan pengajaran, (c) Menguasai dalam menyusun

program pengajaran, (d) Mampu melaksanakan program pengajaran,

(e) Mampu menilai hasil dan proses belajar dan mengajar yang telah

dilaksanakan. (Uzer Usman 2000:17).

Sedangkan kompetensi guru yang telah disebutkan di atas guru

terkaitan erat dengan 10 kompetensi dasar, yang meliputi: (1)

Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan, (2) Mampu

mengelola kelas, (3) Mampu mengelola program belajar mengajar, (4)

Mampu menggunakan media atau sumber belajar mengajar, (5)

mampu menguasai landasan-landasan kependidikan, (6) Mampu

mengelola interaksi belajar dan mengajar, (7) Mampu menilai prestasi

siswa untuk kependidikan pengajaran, (8) Mampu mengenal fungsi

program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) Mampu mengenal

dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Mampu memahami

prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna

pengajaran Sahertian, (1992 : 5).

b. Kompetensi Personal

Kompetensi personal disebut juga kompetensi pribadi, yaitu seorang

guru yang mampu dan mau bercermin pada dirinya sendiri atau self

con cept. Adapun kompetensi personal meliputi : (a) Mampu

mengembangkan kepribadian. (b) Mampu berinteraksi dan

xlviii
komunikasi. (c) Mampu melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. (d)

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan administrasi sekolah. (e)

melaksanakan penelitian sederhana Uzer Usman (2000:16).

c. Komponen sosial

Kompetensi sosial yang perlu dimiliki bagi setiap guru adalah sebagai

berikut: (a) Guru mampu berpartisipasi terhadap lembaga serta

organisasi di masyarakat, (b) Mampu melayani dan membantu

memecahkan masalah-masalah yang muncul di masyarakat, (c)

Mampu menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan di

lingkungan masyarakat. (d) Mampu menerima dan melaksanakan

peraturan-peraturan negara dengan sifat korektif dan membangun, (e)

Mampu menjunjung tinggi dan mewujudkan nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila, (f) Guru mampu mendidik dan mengajar

masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral

Pancasila. (Team Didaktik Metodik, 1976:20).

Guru dipercaya oleh orang tua murid untuk dapat memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada anaknya. Sebagai pendidik dan

pengajar yang memiliki peran strategis dalam upaya menanamkan dan

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik, guru merupakan

faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Oleh sebab itu

diperlukan adanya guru di berbagai jenis dan jenjang pendidikan dalam

jumlah dan kualitas yang optimal.

xlix
Jumlah guru yang diperlukan untuk setiap sekolah ditetapkan

menurut standar sesuai ketentuan dalam kepmendekdikbud No

0386/0/1993, dan No 055/0/1994. berdasarkan ketentuan tersebut

peningkatan jumlah murid yang berdampak pada peningkatan rombongan

belajar dan jumlah ruang kelas harus disertai dengan penambahan jumlah

guru secara seimbang. Distribusi guru itu dilakukan dengan tidak

mengenyampingkan mutu dan kualitas guru tersebut.

Sistem rekruitmen guru yang ada selama ini masih belum

menjamin terjaringnya calon guru yang berkualitas yang menguasai bidang

studi dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjadi guru. Salah satu

faktor penyebabnya adalah karena ujian masuk atau seleksi hanya berupa

pengetahuan umum yang sifatnya elementer. Upaya seleksi dengan ujian

bidang studi dan ujian kemampuan mengajar di depan kelas diharapkan

dapat memperkecil dampak yang ditimbulkan.

Rekrutmen guru harus memperhatikan peningkatan mutu

pendidikan. Proses rekruitmen guru sebaiknya dilakukan bukan sekedar

untuk mengisi kekurangan guru, namun juga bertujuan untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Meskipun maraknya teknologi

informatika mampu menyediakan sumber ajar yang besar, guru tetap

memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan. Apabila jika proses

pendidikan mau dipahami sebagai proses pendewasaan dan dan

pengembangan karakter serta kepribadian anak (Kompas, 30 Januari

2003).

l
Dalam paradigma pendidikan dan posisi guru masih diselimuti oleh

berbagai kelemahan dan kendala utama, untuk itu perlu adanya perhatian

terhadap masalah tersebut diantaranya adalah

a. Sikap guru

Ada tiga hal yang menentukan sikap guru yaitu:

1) Anak atau bahan pelajaran

Sebagai seorang guru hendaknya tidak melupakan kedua aspek

tersebut yaitu bahan pelajaran dan anak. Oleh sebab itu guru tidak

hanya cukup menguasai bahan pelajaran tetapi guru harus mampu

melibatkan pribadi anak dalam pelajaran untuk mencapai hasil yang

diharapkan.

2) Guru sebagai model

Fungsi guru yang utama adalah memimpin anak-anak kearah tujuan

yang tegas. Guru juga berperan sebagai seorang model sauri

toladan bagi anaknya sehingga anak akan merasakan kenyamanan

dengan adanya model yang diterapkan oleh guru.

3) Kesulitan dalam belajar.

Guru yang bersikap sentimentil berusaha agar kegiatan belajar itu

menjadi kegiatan yang menggembirakan yang dilakukan tanpa jeri

payah, namun tidak berarti anak-anak harus dijauhi dari kesukaran.

Setiap kesukaran mengandung unsur kemudahan dalam hidupnya

kini dan selanjutnya setiap anak pasti menghadapi kesukaran-

kesukaran baru. (Nasution, 2000:123-124).

li
b. Pribadi guru

Setiap guru mempunyai pribadi yang mereka miliki. Citra inilah yang

membedakan profesi seorang guru dengan profesi lainnya. Kepribadian

sebenarnya adalah tindakan, ucapan, dan cara berpakaian dalam

menghadapi setiap persoalan. Daradjat dalam Rahmawati (2001:34)

mengatakan, bahwa kerpibadian yang sesungguhnya adalah abstrak,

sukar dilihat atau diketahui bekasnya dalam segala segi dan aspek

kehidupan. Misalnya, dalam tindakannya, ucapannya, cara bergaul,

berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan dan masalah, baik

yang ringan maupun yang berat.

Menurut Meikeljohn dalam Sahertian (1990:41) tidak seorangpun yang

dapat menjadi seorang guru yang sejati (mulia) kecuali bila ia

menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didiknya dan berusaha

untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya. Guru yang dapat

memahami kesulitan anak didik dalam hal belajar dan kesulitan lainnya

diluar masalah belajar, yang dapat menghambat aktifitas belajar anak

didik maka guru tersebut akan disenangi anak didiknya.

C. Profil Guru Ideal Menurut Siswa

Dulu penghormatan masyarakat terhadap guru tidak terbatas pada status

keguruannya belaka tetapi terlebih lagi karena sanjungan terhadap keluhuran

profesi guru. Guru menjadi tokoh panutan, sehingga ketika guru datang

disambut dengan sangat baik. Ketika disekolah guru datang, maka anak-anak

lii
membawakan tasnya dan mengiringnya sampai ketempat tujuan, untuk

menghormati dan menghargai guru. (Silverius Suke, 2003:90).

Menyandang profesi guru pada masa yang lalu bagai seorang pejabat

publik, karena masyarakat selalu memperhatikan setiap tindak tanduk mereka

dalam berinteraksi dengan lingkungan. Di lingkungan sekolah atau pendidik

setiap kata dan perbuatan guru sering dijadikan kiblat dan membekas bagi

para siswanya. Proses pendidikan dan pembelajaran yang diberikan selalu

membekas dan menimbulkan kesan. Walaupun ilmu pengetahuan banyak

ditransfer kepada murid, tapi etika, budi pekerti dan penanaman nilai

moralitas jauh lebih membekas dan mendalam. Hal itu ditunjang dengan

prilaku keteladanannya dalam mengajar dan mendidik, maka tidaklah heran

jika pada waktu itu malaysia impor guru dari Indonesia. Hal ini membuktikan

betapa diperhitungkannya peran, posisi, dan kualitas guru Indonesia di masa

yang lalu.

Pada masa sekarang sedikit sekali kita melihat siswa yang memberikan

penghormatan kepada guru sejauh itu. Misalnya membawakan tas, dan

sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan terhadap

guru. Siswa cenderung lebih menganggap guru sebagai teman dekat,

sehingga siswa lebih terbuka dan leluasa berbicara dengan gurunya tanpa

diselimuti oleh perasaan takut.

liii
Menjadi guru pada zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Dulu

untuk menjadi profesi guru bisa didapat walau hanya menyelesaikan

pendidikan SMP, SMA atau SPG. Sekarang untuk menjadi guru perlu

menyelesaikan pendidikan pendidikan yang lebih tinggi.

Dengan meningkatnya pendidikan guru sekarang ini belum tentu

wibawa guru ikut meningkat. Pendidikan seorang guru juga bukanlah tolak

ukur untuk menjadi seorang guru ideal menurut siswa.

Di lingkungan sekolah atau pendidikan, pada saat ini setiap kata dan

perbuatan seorang guru kurang menjadi panutan bagi siswanya. Proses

pendidikan dan pembelajaran yang diberikan kurang memberikan kesan yang

mendalam. Kesibukan guru dan kurangnya perhatian guru terhadap siswanya

menjadikan proses belajar dan mengajar kurang optimal. Menanggapi

kenyataan tersebut seorang guru dituntut untuk dapat memahami karakter

siswanya dan mengerti keinginan siswanya, sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai dengan baik.

Dalam pendidikan kita mengenal ada berbagai kualitas pendidikan

yang dibedakan atas kualitas proses dan kualitas produk.. Peserta didik

memasuki dunia sekolah sebagai masukan. ( input) dan mengalami proses

pendidikan dan berakhir sebagai keluaran (output) hasil produk.

Keberhasilan Pendidik dari segi produksi dikondisikan oleh berbagai

ciri antara lain: (a) peserta didik menunjukan tingkat penguasaan yang tinggi

terhadap tugas-tugas belajar ( learning tasks) yang harus dikuasainya sesuai

dengan tujuan dan sasaran pendidik; (b) hasil pendidikan sesuai dengan

liv
kebutuhan peserta didik dalam kehidupannya.peserta didik diberikan

pembelajaran untuk dapat melakukan sesuatu (learning and earning) yang

fungsional untuk kehidupannya; dan (c) hasil pendidikan sesuai atau relevan

dengan tuntutan lingkungan. (Silverius, 2003:101)

Apabila guru sebagai pelaku pendidikan melakukan fungsinya sebagai

pengajar dan pendidik dengan sebaik-baiknya secara profesional keluaran yang

diperoleh merupakan keluaran yang mengalami perubahan ketingkat yang

lebih baik. Tindakan profesional menjamin efektifitas dan efisien kerena

didasarkan atas perencanaan yang cermat sehingga akan menghasilkan produk

yang berkualitas tinggi.proses yang dilaksanakan secara profesional adalah

proses yang melibatkan siswa sehingga tidak semata-mata menjadi objek

prilaku proses tetapi juga menjadi subjek pelaksana prilaku proses itu sendiri.

Posisi guru yang paling baik dalam perubahan paradigma dari guru

aktif menjadi siswa aktif ini adalah menjadi fasilitator. Perubahan guru aktif

menjadi siswa aktif harus dihayati dan diamalkan oleh para guru menerima

dan menempatkan para siswa sebagai indifidu unik yang patut mendapat

perlakuan unik pula. Dalam posisinya sebagai fasilitator guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan belajar sesuai dengan

kemampuannya.( Suke Silverius , 102).

Menurut Suke Silverius, (2003:103) guru yang berkualitas tidak hanya

mentransfer tetapi juga memperhatikan proses menstranfer ilmu pengetahuan

tersebut sehingga siswa merasa enjoy dengan pelajaran yang sedang

dipelajarinya. Perlu diperhatikan oleh guru bagaimana menghadirkan proses

belajar yang menyenangkan. Di kelas harus terjadi proses interaksi antara guru

lv
dan siswa. Siswa tidak hanya menerima pembelajaran yang diberikan oleh

guru sebaliknya siswa lebih banyak diajak dan diajar untuk mendiskusikan

materi pelajaran dengan sesama siswa, dan guru hanya sebagai fasilitator.

Profil guru ideal juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu

melalui konteks sejarah, konteks budaya dan melalui konteks pofesional.

Melalui konteks sejarah guru merupakan pendidik yang mengandung

makna perantara. Fungsinya melayani siswa dalam kegiatan pembelajaran di

kelas. Sedangkan dalam konteks budaya guru dianggap oleh masyarakat

sebagai orang yang banyak tahu akan ilmu pendidikan, sehingga disegani dan

dihormati.

Namun dengan adanya perkembangan zaman sekarang ini citra guru di dalam

pandangan masyarakat dalam hal ini lebih terfokuskan pada siswanya mulai

luntur sedikit demi sedikit.

Profil guru jika dipandang dari konteks profesional, terlihat dari

penampilan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar,

pendidik, pembina, pelatih, maupun sebagai pembimbing terhadap

perkembangan dan kemajuan para siswanya.

Selain itu profil guru dapat dilihat dari kepribadiannya dan penampilan

sifat-sifat pribadinya, sebaiknya penampilan suara maupun cara berbicara yang

jelas mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu gagasan atau ide.

Kepedulian terhadap orang lain, berfikir secara sistematis, pergaulan dengan

bawahan, kepastian sikap, kematangan emosi, percaya kepada diri sendiri, rasa

kekeluargaan, kemantapan pribadi sebagai calon pemimpin. (Mataheru, 1982 :

289).

lvi
D. Persepsi atau Tanggapan Siswa Tentang Profil

Guru Ideal

Pendapat atau persepsi adalah gejala psikis ( kognisi) seseorang.

Persepsi adalah cara seseorang membuat respon atau reaksi terhadap objek

tertentu.

Dalam penelitian ini persepsi diartikan respon seseorang terhadap suatu

objek berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari objek

tersebut.

Profil guru ideal menurut pandangan siswa adalah guru yang

mengabdikan dirinya berdasarkan pandangaan jiwa, panggilan hati nurani,

bukan karena uang belaka. Selain itu guru yang diharapkan siswa adalah guru

yang selalu ingin bersama siswa baik di lingkungan dalam sekolah maupun

diluar lingkungan sekolah. (Bahri Djamarah, 2000 : 42).

Seseorang guru dituntut dapat mengemban tugasnya dengan sangat

baik, karena guru merupakan contoh sauri toladan bagi siswanya. Selain itu

guru juga dituntut untuk dapat mengerti keinginan siswanya, sabar dan pandai

menempatkan diri.

Profil guru yang ideal adalah guru yang benar-benar dapat memahami

dan melaksanakan 10 kompetensi dasar bagi seorang guru. Selain itu guru

juga dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan jaman.

Guru yang telah dapat melaksanakan seluruh tanggung jawabnya dan

kewajibannya maka guru tersebut, akan disukai dan akan dijadikan

lvii
sauritoladan bagi siswanya. Siswa akan merasa lebih mudah menerima

pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, dan akan memperhatikan materi

yang disampaikan oleh gurunya, karena guru tersebut mempunyai wibawa, dan

kharisma dihatinya sehingga pantas untuk menjadi guru yang diidealkannya..

Berbeda sekali jika guru tersebut adalah guru yang tidak dia sukai.

siswa cenderung mengabaikan dan tidak memperhatikan apa yang disampaikan

oleh guru tersebut.

lviii
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Salah satu cara yang dapat ditempuh agar menghasilkan penelitian yang

baik adalah menggunakan metode yang sistematis dan sesuai dengan kondisi.

Metodologi penelitian adalah suatu proses yang meliputi langkah-langkah dalam

rangka memecahkan masalah atau data menjawab pertanyaan tertentu.

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian untuk mendapatkan hasil yang optimal harus

menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari permasalahan

penelitian ini yaitu tentang pelaksanaan Profil Guru Ideal Menurut Siswa

di SMA Teuku Umar Semarang, maka penelitian ini bersifat kualitatif,

sedangkan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2000:3) yang

dimaksud metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam uraian tentang dasar teori

tersebut, menggunakan istilah paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar

tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang

mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian.

lix
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa, kejadian pada saat sekarang (Nana Syaodich dan

Ibrahim, 2001: 64)

Dengan dasar tersebut, maka penelitian kualitatif diharapkan

mampu memberikan gambaran tentang Keinginan siswa terhadap

gurunya, sehingga dari data tertulis maupun melalui wawancara ini,

diharapkan dapat memaparkan secara lebih jelas dan berkualitas, serta

bisa mewakili keinginan siswa terhadap gurunya.

B. Tahap-Tahap Penelitian.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan

mengacu pada perspektif fenomenologis. Peneliti dalam pandangan

fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dalam kaitannya orang-

orang bisa dalam situasi tertentu (Moleong, 1998 : 9). Mereka berusaha untuk

masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian

rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang

dikembangkan oleh mereka disekitar kehidupan sehari-hari dalam konteks

kawasan penelitian tersebut. Begitu juga penelitian ini berusaha memahami

subjek penelitian dari pandangan mereka sendiri.

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini digolongkan pada jenis penelitian

deskriptif yang bersifat eksploratif, yaitu penelitian yang bertujuan

menggambarkan keadaan atau status fenomena.

lx
Selama melakukan penelitian, peneliti merupakan instrumen utama.

Oleh karena itu peneliti menyesuaikan diri dengan memahami kenyataan

dilapangan (Bogdan dan Biklen, 1982). Pelaksanaan di lapangan, peneliti

melakukan wawancara dengan informan, yaitu siswa dan guru yang sesuai

dengan tujuan penelitian.

Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari persiapan

penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian. Menurut Moleong

(1998:85) tahap-tahap penelitian yang telah disesuaikan dengan keadaan

Indonesia adalah:

1. Tahap Pra Lapangan, meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajagi dan menilai keadaan

lapangan, memilih dan mamanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian dan persoalan etika penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan, meliputi memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil

mengumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data, meliputi konsep dasar analisis data, menemukan

tema dan perumusan hipotesis, menganalisis berdasarkan hipotesis.

Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian Pra Lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian yang disebut proposal penelitian.

lxi
Pada tahap awal, tema penelitian lebih dulu diajukan kepada Dosen

Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II untuk mendapatkan

persetujuan, dan kemudian diajukan dalam bentuk proposal penelitian

dan diserahkan kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing

II untuk mendapatkan bimbingan dan persetujuan.

lxii
2) Memilih lapangan penelitian.

Berkaitan dengan tema penelitian yaitu profil guru ideal menurut siswa

di SMA Teuku Umar Semarang, maka lembaga yang dipilih sebagai

lapangan penelitian adalah SMA Teuku Umar Semarang Semarang.

3) Mengurus perijinan

Pada tahap awal perijinan dilakukan secara lisan setelah Bab I, II, III

skripsi disetujui. Perijinan dilakukan secara formal kepada lembaga

yang menaungi penelitian yaitu UNNES dengan SMA Teuku Umar

Semarang Semarang.

4) Menjajagi dan menilai keadaan lapangan

Kegiatan ini selain telah dilakukan pada saat memilih lapangan

penelitian, juga akan dilaksanakan pada saat peneliti memasuki

lapangan penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informal penelitian

Informal peneliti dilakukan dengan cara purposive sample (sample

bertujuan) dan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pengungkapan data

penelitian. Informan peneliti berasal dari siswa dan guru.

6) Menyiapkan kelengkapan penelitian

Perlengkapan penelitian yang dipersiapkan antara lain alat tulis, alat

perekam, kamera dan garis besar materi wawancara.

7) Etika peneliti

Dalam penelitian kualitatif peran peneliti sangat besar. Untuk etika

peneliti harus benar-benar diperhatikan dengan demikian perasaan

lxiii
empati dan kekeluargaan dapat terjalin dengan baik dengan tetap

konsisten pada tujuan penelitian.

lxiv
b. Tahap Pekerjaaan Lapangan

1) Memilih latar penelitian dan memperisiapkan diri. Pada tahap ini

peneliti diharapkan dapat melakukan interaksi awal, mempelajari

kembali proposal dan memperdalam kajian literature penelitian.

Dengan persiapan yang matang, pelaksanaan penelitian dapat

dilakukan secara efektif dan efisien.

2) Memasuki lapangan. Setelah semua persiapan baik intern maupun

ektern terpenuhi, peneliti dapat mulai memasuki lapangan penelitian

secara proporsional.

3) Mengumpulkan data. Penelitian dapat secara langsung melakukan

wawancara, dokumentasi maupun observasi. Wawancara dilaksanakan

secara bebas artinya tidak terikat alur jabatan, sesuai dengan situasi,

kondisi dan kebutuhan peneliti. Begitu juga saat melakukan observasi

dan dokumentasi.

c. Tahap Analisis Data.

Terdapat banyak cara dalam melakukan analisis data, salah satu cara yang

dianjurkan adalah mengikuti langkah berikut yang masih bersifat umum

yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan atau

verivikasi. (Nasution, 1988 : 129). Lebih lanjut tentang analisis data akan

dibahas pada sub bab G tentang proses pencatatan dan analisis data.

lxv
C. Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, keberadaan informasi penelitian sebagai

informan kunci yang akan diwawancarai secara mendalam sangat

dibutuhkan. Informan adalah seseorang yang akan dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sebagai

informan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Teuku Umar

Semarang Semarang.

Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang

relatif singkat banyak informan yang terjangkau, jadi sebagai internal

sampling karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran

atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya

(Bogdan & Biklen 1981:65)

D. Fokus Penelitian

Penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua maksud. Pertama,

penetapan fokus dapat membatasi studi. Jadi, dalam hal ini fokus akan

membatasi bidang inkuiri. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk

memenuhi kriteria-kriteria inklusi-eklusi atau memasukkan mengeluarkan

suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan (Moleong, 2002 : 62).

Di dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah

Keinginan siswa terhadap gurunya. Untuk membatasi lingkungan penelitian

dilakukan studi dokumentasi terhadap Profil guru ideal yang diinginkan

siswanya.

lxvi
E. Metode Pengumpulan Data

Alat dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode observasi,wawancara dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

Penggunaan teknik observasi sangat penting dalam penelitian

karena peneliti dapat melihat secara langsung keadaan, suasana,

kenyataan, yang sesungguhnya terjadi dilapangan melalui pengamatan

diharapkan dapat dihindari informasi semua yang kadang-kadang muncul

dan ditemui dalam suatu penelitian.

Menurut payton (1984) dalam Nugroho ( 1993:18-19) penggunaan

teknik observasi dalam penelitian memiliki empat maksud yaitu :

menggambarkan “Setting” tersebut, individu yang berperan dalam

kegiatan itu dimaknai dibalik layar kegiatan. Peran serta orang-orang yang

terlibat. Observasi yang dilakukan oleh pengambil sambil membuat

catatan secara selektif terhadap pelaksanaannya. Observasi yang dilakuakn

peneliti bersifat non-partisipan dengan maksud peneliti tidak terjun

langsung dalam proses pembelajaran tetapi peneliti hanya mengamati

sambil mencatat hasil pengamatan.

2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dangan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

lxvii
pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan

itu (Moleong, 2002 :135).

Dalam penelitian ini mengadakan wawancara langsung dengan

siswa dan guru untuk dapat memperoleh informan secara langsung dari

pihak yang bersangkutan.

Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka, menurut Maleong

(2000:137), wawancara terbuka adalah wawancara yang para subjeknya

tahu bahwa mereka diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud

wawancara itu.

Dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada Siswa di SMA

Teuku Umar Semarang untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

gurunya, pandangan siswa terhadap gurunya.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa cacatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, foto dan sebagainya (Arikunto,

2002 : 206). Dibandingkan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu

sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum

berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup

tetapi benda mati

lxviii
F. Objektivitas dan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang obyektif dilakukan teknik triangulasi

sumber. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002 : 178).

Patton ( dalam Moleong (2002:178) mengemukakan triangulasi dengan

sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan

metode kualitatif. Triangulasi dengan sumber dapat dicapai dengan jalan

sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi

3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti siswa aktifis, bukan aktifis

dansebagainya.

Penelitian ini tidak menggunakan kelimanya untuk membandinkan

tetapi hanya menggunakan beberapa perbandingan saja yaitu :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

lxix
Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi sumber yang dicapai

dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan situasi sebenarnya

ketika proses belajar dan mengajar berlangsung.

Wawancara

Sumber Data
Situasi sebenarnya ketika
proses belajar mengajar
berlangsung

Tabel 1: teknik triangulai sumber

G. Proses Pencatatan dan Teknis Analisis Data

1. Proses Pencatatan Data

Kegiatan penting yang dilakukan seorang peneliti dalam usaha

mengumpulkan informasi adalah proses pencatatan data. Alat penelitian

lain yang akan digunakan dalam pengumpulan data ialah catatan lapangan

(field notes), yaitu catatan yang dibuat peneliti sewaktu mengadakan

pengamatan/observasi, wawancara, dokumentasi maupun menyaksikan

suatu kejadian tertentu.

Pada waktu melakukan proses pencatatan lapangan, peneliti

berusaha mematuhi pedoman yang telah dirumuskan oleh Bogdan dalam

Moleong (1988:101) antara lain :

lxx
a. Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan karena

semakin ditunda semakin sulit mengingat data dan kemungkinan data

hilang semakin besar.

b. Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang

ditemui dalam pengamatan atau wawancara yang dilakukan.

c. Sering apa yang dikatakan atau yang telah diamati terlupakan setelah

beberapa hari berlalu, jika ingat segeralah dicatat kembali.

Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan pekerjaan

sekaligus. Peneliti tidak mungkin melakukan pengamatan sambil

membuat pencatatan yang baik. Dengan dasar kenyataan tersebut,

penggunaan alat lain sangat diperlukan misalnya alat perekam kejadian

yaitu tipe recorder maupun kamera sebagai alat dokumentasi untuk

mengiliminir kesulitan-kesulitan tersebut. Penggunaan peralatan tersebut

sebagai pencatatan dan mempunyai keuntungan antara lain, dapat diamati

dan didengar ulang sehingga dapat dicek kembali data yang diragukan.

2. Teknik Analisis Data

Patton dalam Moleong (2002:103) analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar. Selanjutnya Bogdan dan Taylor

mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara

formal untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesisnya (ide)

seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan

bantuan pada tema dan hipotesis itu. Jika dikaji, pada dasarnya definisi

lxxi
pertama lebih menitik beratkan pengorganisasian data sedangkan yang

kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong,

2002 :103).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber, selanjutnya mengadakan reduksi data

yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, menyusunnya dalam

satu satuan, dikategorikan, dan selanjutnya mengadakan pemeriksaan

keabsahan data.

Secara lebih singkat tahapan analisis data meliputi reduksi,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Miles & Huberman

dalam Rachman (1992:16-21), ketiga kegitan tersebuit merupakan proses

berjalin-jalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data

dalam bentuk yang sejajar, untuk wawasan umum disebut analisis.

Secara prosedural, data yang diperoleh dengan

mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan, direduksi, disajikan,

disimpulkan dan diverivikasi. Hasil reduksi data tersebut kemudian

diferbalkan dan dipilih menurut kategori datanya sebelumnya,

lxxii
dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan reduksi data serta

merumuskan konsep.

Ada banyak cara yang dapat diikuti oleh para peneliti. Salah

satu cara yang diajurka adalah mengikuti langkah berikut yang masih

sangat bersifat umum, yakni (1) reduksi data,(2) ‘display’ data, (3)

mengambil kesimpulan atau verivikasi (Nasution, 1988:129).

1) Reduksi Data

Data yang doperoleh dilapangan ditulis dalam betuk uraian

terinci yang akan terus bertambah sejalan bertambahnya waktu

penelitian. Untuk itu, laporan tersebut perlu direduksi, dirangkum,

dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal yang penting, dicari

tema atau polanya. Laporan sebagai bahan “mentah” disingkat,

direduksi, disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah

dikendalikan.

Proses reduksi ini berpedoman kepada fokus penelitian, yaitu

profil guru ideal menurut siswa di SMA Teuku Umar Semarang

Semarang. Untuk itu data yang tidak berkaitan dengan fokus

penelitian haruslah dihilangkan (dieliminir)

Langkah selanjutnya adalah menyusun data reduksi dalam

bentuk satu-satuan. Satuan ini tidak lain adalah bagian terkecil yang

mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari

bagian yang lain. Menurut Lincoln dan Guba (1985:345)

lxxiii
karakteristiknya ada dua, yaitu pertama stuan itu harus ‘heuristik’,

artinya mengarah pada satu pengertian atau tindakan yang diperlukan

oleh penelitian atau akan dilakukannya, dan satuan itu hendaknya

juga menarik. Kedua, satuan itu hendaknya merupakan ‘sepotong’

informasi kecil yang dapat berdiri sendiri, artinya satuan itu harus

dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain pengertian umum

dalam konteks latar penelitian (Moleong, 2002:192).

Setelah seluruh data penelitian telah tersusun dalam satu-satuan,

langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan kategorisasi.

Kategorisasi tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat

tumpukan yang tersusun atas dasar pemikiran , intuisi, pendapat

ataupu kriteria tertentu. Selanjutnya Lincoln dan Guba dalam

Moleong (1985:347-351) menguraikan kategorisasi sebagai berikut.

Tugas pokok kategoriasi adalah : (1) Mengelompokkan kartu-kartu

yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang secara jelas

berkaitan.(2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori

dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap

kartu pada kategori. (3) menjaga agar setiap kategori yang telah

disusun satu dengan yang lainnya mengikuti prinsip taat asas.

2) Display data

Banyaknya data yang bertumpuk, membuat kita sulit melihat

gambaran atau kesuluruhan atau bagian-bagian tertentu dari

penelitian, pembuatan matrik, grafik, network., dan chart marupakan

lxxiv
langkah laternatif untuk mempermudah pemahaman data penelitian.

Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam

dalam tumpukan detail.

Display data dari hasil wawancara, observasi maupun

dokumentasi dibuat berdasarkan fokus penelitian dimulai dari data

pelaksanaan pra produksi, produksi dan pasca produsi yang dalam

tiap tahapnya dilengkapi data mengenai hambatan-hambatan

sekaligus solusinya.

3) Mengambil kesimpulan dan verifikasi data

Sejak semula peneliti berusaha untuk mencari makna data yang

dikumpulkannya. Untuk itu ia mencari pola, tema, hubungan,

persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya

(Nasution, 1988:130). Jadi pada dasarnya dari mulai pendapatan jasa

seorang peneliti sudah mengambil kesimpulan. Kesimpulan ini pada

awalnya masih sangat tentatis, kabur, diragukan, akan tetapi dengan

bertambahnya data yang dimiliki membuat kesimpulan semakin

mendasar. Proses mencari data baru untuk mendukung dan

amemperkuat data sebelumnya, oleh Nasution disebut verivikasi.

Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang

dapat dijamin validitas atau “confirmability”. Proses tersebut dalam

pandangan Moleong (2002:174) pemeriksaan data mencakup empat

kriteria yaitu ; deajat kepercayaan (credibility) menggantikan konsep

lxxv
validitas internal pada non kualitatif, keteralihan (transferability),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (konfirmability).

Pada penelitian kuantitatif, credibility sering kita kenal dengan

istilah validitas internal. Validitas internal merupakan ukuran tentang

kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen yaitu apakah

instrumen itu sungguh sungguh mengukur variabel yang sebenarnya.

Bila ternyata instrumen tidak megukur sesuatu yang sebenarnya

diukur, maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran yang

diharuskan dalam penelitian, dan dengan sendirinya hasil penelitian

tidak dapat dipercaya (Nasution 1988:105). Dengan kata lain validitas

internal bertujuan untuk mengusahakan tercapainya aspek kebenaran

atau “the truth value” hasil penelitian sehingga dapat dipercaya.

Dalam penelitian kualitatif validita internal menggambarkan

konsep peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Kelemahan

dalam validitas internal dapat ditimbulkan oleh berbagai vaktor,

antara lain (1) perubahan waktu, situasi, dan pematangan, (2)

pengaruh pengamat atau peneliti, (3) seleksi dan regresi,(4)

mortalitas, (5) kedangkalan kesimpulan (Nasution 1988 :105).

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar

kebenaran hasil penelitian dapat tercapai dengan baik. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan tiangulasi dan member check

untuk meningkatkan hasil penilitian.

lxxvi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan, sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong 2002:

179). Adapun cara pembandingan data yang diperoleh dapat dilihat

dari sumber, metode, peneliti maupun teori. Berkaitan dengan itu

dikenal empat macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, metode,

peneliti, dan teori (Patton 1980 dalam Lembaran Penelitian 1993:73).

Proses tiangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah

triangulasi sumber yang berarti membandingkan atau megecek balik

suatu informasi yang diperoleh pada waktu yang dan alat yang

berbeda (Patton 1980 dalam Lembaran Penelitian 1993: 73)

Selain menggunakan triangulasi untuk meningkatkan keabsahan

data penelitian ini dilakukan pula teknik member check. Pada proses

meber check validitas data diuji dengan cara peneliti meminta

tanggapan kepada responden / informan penelitian untuk mengecek

kebenaran data. Tahapan ini dimaksudkan untuk memberi peluang

kepada responden atau informan penelitian agar dia memperbaiki

informasi yang keliru ataupun menambahkan apa yang masih kurang.

Jadi tujaun member check adalah agar informasi yang kita peroleh

dan gunakan dalam penulisan laporan kita sesuai dengan apa yang

dimaksud oleh informan (Nasution 1988:118). Member check

dilakukan pada saat penelitian sedang berlangsung maupun setelah

akhir penelitian.

lxxvii
Dalam penelitian non-alamiah, tranferability sering disebut

dengan validitas eksternal yang berkenaan dengan generalisasi.

Generalisasi itu nhanya berlaku bagi populasi penelitian dan

berdasarklan atas sampling yang biasanya diseleksi secara acak atau

random. Penelitian kualitatif tidak melakukan sampling acakan, juga

tidak mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan

generalisasi dan validitas eksternnal (Nasution 1988:107).

Bagi peneliti naturalistik, tranferability bergantung pada si

pemakai, yaitu hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka

gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak

dapat menjamin ‘validitas eksternal’, dia hanya melihat tranferability

sebagai suatu kemungkinan (Nasution 1988:119).

Apabila pemakai hasil penelitian ini menemukan keserasian

dengan situasi yang dihadapai, maka disitu akan tampak adanya

transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang

sama.

Dependability menurut istilah konvensional disebut dengan

reability atau reabilitas. Reabilitas berkenaan dengan apakah

penelitian tersebut dapat diulang (direplikasi) dan menghasilkan hasil

yang sama jika menggunakan metode yang sama pula.

Dalam penelitian kualitatif, syarat reabilitas yang dikenakan

pada penelitian kuantitatif tak mungkin diberlakukan bagi penelitian

lxxviii
kualitatif (Nasutioon 1988:108). Situasi dalam kehidupan yang nyata

tak dapat diulangi. Selain itu cara melaporkan penelitian bersifat

ideosyncratic dan individualistik, selalu berbeda pada tiap orangnya.

Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran

sendiri, sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang

dengan waktu yang berbeda sangatlah mungkin memperoleh hasil

yang berbeda.

Secara teoritis dalam penelitian ini, yang dapat dilakukan adalah

menyatukan dependability dengan confirmability. Hal ini dikerjakan

melalui suatu cara yang disebut ’audit trail’.

Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu

penelitian akan objektif bila juga dibenarkan atau di –confirm oleh

pihak lain, maka dari itu untuk pengertian objektifitas lazim

digunakan istilah ‘confirmability’ (Nasution 1988:111). Seperti

tersebut pada bagian dependability, untuk meningkatkan

confirmability dilakukan dengan jalan ‘audit trail’.

lxxix
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan menjalaskan tentang keadaan SMA Teuku Umar
Semarang, tentang Profil Guru Ideal Menurut Siswa di SMA Teuku Umar
Semarang.

A. Gambaran Umum Keadaan SMA Teuku Umar Semarang


Deskripsi Setting Penelitian

SMA Teuku Umar Semarang yang menjadi setting penelitian terletak


dipinggir kota Semarang, tepatnya di Jalan Karangrejo Tengah IX / 99
Semarang dengan nomer telpon (024) 8319790. Adapun batas wilayah dari
SMA Teuku Umar Semarang diantaranya :
a. Sebelah Utara : Sungai
b. Sebelah Selatan : Jalan Karangrejo
c. Sebelah Timur : SMK Teuku Umar Semarang
d. Sebelah : Rumah Penduduk
Denah Lokasi dari SMA Teuku Umar Semarang

Sungai

SMK Teuku Umar


Semarang

SMA Teuku
Umar Semarang Rumah
Penduduk

lxxx
SMA Teuku Umar Semarang merupakan salah satu sekolah menengah
di Semarang yang keberadaanya diatur dalam:
1. Peraturan pemerintah baik yang digariskan oleh Dinas Pendidikan
Nasional maupun Departemen Pendidikan.
2. Keputusan Mentri Agama No. 25 / 1977 Bab II Pasal 3 ayat 1 dan 2
tentang tugas dan fungsi P2A (Pembinaan Perikehidupan Beragama)
3. Garis kebijakan umum P2A (Pembina Perikehidupan Beragama) tahun
1977-1980 huruf c angka III antara lain no 6 : IKUT MEMBINA DAN
MEMPELOPORI BERDIRINYA LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA.
Guna eksistensifikasi dan intensifikasi amal P2A (Pembinaan
Perikehidupan Beragama) dan intensifikasinya khususnya dalam amal
pendidikan agama ini, maka pada dasarnya dipandang perlu adanya badan
atau lembaga diluar P2A yang menunjang suksesnya P2A tersebut. Serta
restu dari bapak Lurah selaku ketua P2A (Pembinaan Perikehidupan
Beragama) desa Karangrejo.
Berdasarkan rapat pengurus Yayasan Pendidikan Islam Teuku Umar
tanggal 2 April 1982, 2 Mei 1982, dan 25 Mei 1982 bahwa didirikannya SMA
Teuku Umar Semarang antara lain untuk mengembangkan pendidikan Islam
pada sekolah umum, menghidup suburkan usaha P2A ( Pembinaan
Perikehidupan Beragama) Desa Karangrejo Kota Semarang dibidang
pendidikan.
Alasan diberikannya nama ”Teuku Umar” adalah karena lokasi
tersebut berada dekat dengan jalan raya Teuku Umar, alasan lain yaitu bahwa
Teuku Umar adalah nama pahlawan nasional yang beragama Islam.
SMA Teuku Umar Semarang merupakan salah satu SMA swasta yang
berdiri dibawah Yayasan Islam, sehinggga pengelolaannyapun berasal dari
Yayasan Teuku Umar. Untuk mendukung tugas pokok dan fungsinya SMA

lxxxi
Teuku Umar Semarang mempunyai tenaga pengajar sebanyak 32 orang dari
berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan karyawan sebanyak 4 orang, dan staf
tata usaha sebanyak 5 orang

SMA Teuku Umar Semarang memili ki siswa yang berjumlah :


Tabel 2 : Jumlah siswa di SMA Teuku Umar Semarang
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 I 105 55 160
2 II 89 45 134
3 III 68 58 126
420

SMA Teuku Umar Semarang mulai beroperasi pada tahun ajaran 1982
/ 1983 pada tanggal 16 Juli 1982 pada saat itu waktu belajar dilakukan pada
siang hari.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang diangkat oleh pihak Yayasan,
bantuan dari Departemen Agama Kodya Semarang, bantuan dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Propensi Jawa Tengah, sedangkan guru yang
mengajar pada saat itu mayoritas Sarjana dan Sarjana Muda Negara.
Sebagai sekolah swasta SMA Teuku Umar Semarang juga memiliki
fasilitas yang memadai diantaranya :
Tabel 3 : Sarana dan Prasarana di SMA Teuku Umar Semarang
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Ruang Kelas :
a. Kelas 1 5
b. Kelas II 5
c. Kelas III 5

lxxxii
2 Labolatorium Komputer 1
3 Labolatorium Fisika 1
4 Labolatorium Biologi 1
5 Ruang Audio 1
6 Ruang Tata Usaha 1
7 Ruang Pertemuan 1
8 Ruang Perpustakaan 1
9 Ruang Bimbingan dan Konseling 1
10 Ruang Koprasi 1
11 Ruang Waka 1
12 Ruang Ganti Baju 1
13 Ruang Osis 1
14 Lapangan Bola Basket 1
15 Tempat Parkir 1
16 Mushola 1
17 Kantin 3
18 Gudang 1
19 Seperangkat Komputer 30
20 Dll -

B. Deskripsi Profil Guru Ideal menurut Siswa SMA Teuku Umar Semarang.
Sesuai dengan rencana awal menyebutkan bahwa metode dalam
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi, maka dalam sub bagian ini akan disajikan data
dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Langkah ini dilakukan supaya data mentah yang pengambilannya menggunakan (tape-recorder, dan kamera) lebih
lanjut dapat dipahami.

lxxxiii
Penyajian data dilakukan secara berurutan mulai dari observasi, wawancara dan dilanjutkan dengan dokumentasi.
Berikut ini adalah sajian deskripsi penemuan data mengenai Profil Guru Ideal, menurut siswa di SMA Teuku Umar
Semarang. Adapun informan yang dimintai keterangan 8 (delapan), kelas 1 berjumlah 5 orang dan kelas 2 berjumlah
3 orang.

Adapun alasannya mengambil informan dari kelas 1 karena lebih mudah untuk diwawancarai. Siswa kelas 1 belum
begitu banyak kesibukan dibanding kelas 2 yang sibuk dengan ulangan uji coba untuk menghadapi semesteran. Siswa
yang dipilih sebagai informan dari kelas satu dan 2 adalah siswa yang memiliki berbagai macam karakteristik
diantaranya pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS, Pintar maupun sedang dalam pola berpikir, berkepribadian
baik, dan masih banyak yang lainnya. Adapun karakteristik dari masing-masing informan antara lain :

Informan Penelitian I
Nama : Hn
Kelas : 2 IPS 4
Hn adalah siswa yang cukup pandai di kelasnya. Dia juga supel dalam
bergaul dengan teman dan gurunya, sehingga banyak yang suka
dengannya. Dia suka sekali membuat suasana menjadi ramai, walaupun
dia tidak ikut organisasi sekolah, tapi namanya sudah dikenal di mata
guru-guru karena kepribadiannya yang cukup baik.
Informan Penelitian II
Nama : Wsn
Kelas : 1.1
Wsn adalah siswa yang dikenal oleh guru, selain pintar dia merupakan
pengurus OSIS. Dia memiliki banyak teman ,dalam bergaul dia supel dan
pandai beradaptasi dengan lingkungannya, karena dia sangat menghargai
teman dan gurunya.

Informan Penelitian III


Nama : Iqb
Kelas : 1.1

lxxxiv
Iqb adalah siswa yang memiliki pretasi menengah di kelasnya. Dalam
bergaul dia tidak banyak bicara dan cenderung diam, dia juga aktif dalam
organisasi keagamaan di SMA Teuku Umar Semarang. Di mata gurunya,
dia memiliki kapribadian yang baik, penurut dan tidak banyak membuat
ulah di kelas.
Informan Penelitian IV
Nama : Nr
Kelas : 1.1
Nr adalah siswa yang dikenal oleh guru, selain cukup pintar dia
merupakan pengurus OSIS. Dia memiliki banyak teman , dalam bergaul
dia sangat supel dan pandai beradaptasi dengan lingkungannya, karena dia
sangat menghargai teman dan gurunya.
Informan Penelitian V
Nama : Kst
Kelas : 1.1
Kst adalah siswa yang cukup pintar di kelasnya. Dalam bergaul dia sangat
supel dan pandai membuat orang tertawa Di mata gurunya, dia memiliki
kapribadian yang baik, walaupun dia membuat kelas menjadi ramai karena
ulahnya.
Informan Penelitian VI
Nama : Dv
Dv adalah siswa yang supel dalam bergaul dengan teman dan gurunya,
sehingga banyak yang suka dengannya. Dia suka sekali membuat suasana
menjadi ramai, sehingga namanya sudah dikenal di mata guru-guru karena
kepribadiannya yang cukup baik, walaupun dia tidak aktif dalam
organisasi di SMA Teuku Umar Semarang
Informan Pernelitian VII

lxxxv
Nama : Id
Kelas : 2 IPS 4
Id adalah siswa yang rajin, dan pintar. Dalam bergaul dia sangat supel dan
pandai beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tak heran jika banyak
yang suka berteman dengannya.
Informan Penelitian VIII
Nama : R
Kelas : 2 IPS 4
R adalah siswa yang cukup pandai di kelasnya. Di juga supel dalam
bergaul dengan teman dan gurunya, sehingga banyak yang suka
dengannya. Dia suka sekali membuat suasana menjadi ramai, walaupun
dia tidak ikut organisasi sekolah, tapi namanya sudah dikenal di mata
guru-guru karena kepribadiannya dan disiplinnnya mematuhi peraturan
sekolah.

Dulu penghormatan masyarakat terhadap guru tidak terbatas pada status


keguruannya belaka tetapi terlebih lagi karena sanjungan terhadap keluhuran
profesi guru. Guru menjadi tokoh panutan, sehingga ketika guru datang
disambut dengan sangat baik. Ketika disekolah guru datang, maka anak-anak
membawakan tasnya dan mengiringnya sampai ketempat tujuan, untuk
menghormati dan menghargai guru. (Silverius Suke, 2003:90).
Pada masa sekarang penghormatan siswa terhadap guru tidak lagi
diwujudkan dengan membawakan tasnya, mencium tangannya, dan masih
banyak yang lainnya. Dari kenyataan itu, maka ada pergeseran nilai guru di
mata siswa.

Informan Guru I

lxxxvi
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu misal di rumah, di sekolah
dan lain lain.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan
yang mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan
hati nurani adalah tidak mudah, karena kepadanya lebih banyak dituntut suatu
pengabdian kepada siswanya daripada karena tuntutan pekerjaan atau material
oriented. Oleh karena itu wajar jika guru dikatakan seorang figur bagi
siswanya.
Selain itu guru juga dituntut harus peka terhadap siswanya, dan
tanggap terhadap berbagai masalah yang ada pada siswanya. Karena guru
adalah orang tua kedua bagi asiswanya.
Dalam proses belajar dan megajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswanya atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam melaksanakan tugasnya
dinilai sudah cukup profesional. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru
dalam interaksi belajar dan mengajar di SMA Teuku Umar Semarang. Selain
itu, guru di SMA Teuku Umar Semarang juga dapat mengikuti kurikulum
yang berlaku dan dapat menerapkan kepada siswa dengan cukup baik. Walau
ada juga yang tidak demikian tapi hanya sebagian kecil saja (Hn 1).
Profil guru ideal di SMA Teuku Umar Semarang, adalah ketika guru
tersebut mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa. Hal ini juga
dapat terlihat dari keterdekatan guru dan siswa. Guru hendaknya dapat
menempatkan diri dalam situasi apapun. Ketika dalam situasi tertentu guru

lxxxvii
dapat bersendaugurau dengan anak didiknya, namun jika situasi serius guru
dapat menempatkan diri, tanpa harus meninggalkan wibawanya sebagai
seorang guru (Hn 2).
Dengan demikian sebagai seorang guru dituntut untuk dapat benar
benar memahami siswanya, dan guru diharapkan benar-benar peduli terhadap
siswanya, sehingga ada keterdekatan antara siswa dan guru.
Guru juga diharapkan dapat membuat situasi yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar sehingga siswa menjadi enjoy. Guru yang
paling di sukai adalah guru yang dalam memberikan materi pelajaran
hendaknya tidak memakai metode ceramah saja, namun guru tersebut mampu
menghidupkan suasana yang ada dan ada timbal balik antara siswa dan
gurunya atau adanya stimulus-respon. Tidak gampang marah, murah senyum
dan supel (Hn3).
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat memberikan penilaian
terhadap guru yang dia idealkan. Guru yang ideal di SMA Teuku Umar
Semarang adalah Bu “U” karena dalam memberikan pelajaran tidak
membosankan, dalam arti ada keterlibatan siswa dan guru kerika proses
belajar mengajar. Selain bu “U”, ada juga guru yang diidealkan yaitu bu
“E”karena dalam memberikan materi sangat sabar, dan anak diperlakukan
seperti anak sendiri, tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya
(Hn 4).
Siswa juga memberikan penilaian terhadap guru yang tidak
diidealkannya. Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang
adalah Pak “A” walau dilihat dari segi kompotensi sosial baik karena
berpartisipasi aktif dalam lembaga namun dia melalaikan tugasnya sebagai
guru karena ketika prose belajar mengajar berlangsung dia hanya memberikan

lxxxviii
tugas dan kemudian ditinggal, sehingga dinilai kurang bertanggung jawab
(Hn5).

Informan Guru II
Guru merupakan jabatan profesi yang memiliki keahlian khusus
sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki keahlian khusus tersebut.
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Guru dituntut
benar-benar dapat memahami siswanya dan melaksanakan tanggagung
jawabnya secara profesional sebagai seorang guru.
Dalam proses belajar dan megajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswanya atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, karena
mudah diajak ngobrol, bisa untuk mencurahkan isi hati dan kebanyakan guru
di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor dan mengerti akan
siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan mengerti apa yang kita
bicarakan. Guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam proses belajar dan
mengajar dinilai juga sudah cukup profesional (Wsn 1)
Profil guru ideal adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan
baik, penuh tanggung jawab dalam mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah
dipahami, sabar dan pandai menempatkan diri, ketika jam pelajaran
kedisiplinan dan aturan yang berlaku harus ditaati dan murah senyum. Jika

lxxxix
diluar kelas guru tersebut dapat bersendau gurau dan membaur dengan
siswanya (Wsn 2).
Dalam proses belajar mengajar yang terjadi didalam kelas maupun di
luar kelas, siswa dapat memberikan suatu penilaian tentang gurunya. Guru
yang mereka sukai pasti mereka akan lebih enjoy untuk mengikuti
pelajarannya, berbeda sekali jika guru tersebut tidak disukai. Siswa akan
merasa bosan dan tersiksa mengikuti pelajarannya.
Guru yang paling disukai di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru
tersebut baik, berpenampilan menarik dan dapat memotivasi siswanya dan
ramah. Pemahaman materi sangat penting karena berkaitan dengan bagaimana
tingkat keprofesionalannya dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru
(Wsn 3).
Sedangkan guru yang paling diidealkan adalah Bu “S”, karena ketika
dia memberikan materi pelajaran sanagt jelas, sehingga mudah diterima.
Selain itu bu “S” juga mudah bergaul dengan muridnya, sehingga murid tidak
merasa sungkan dengannya. Begitu juga ketika dia bersama teman
seprofesinya, ramah dan mudah bergaul. Jika dilihat dari kepribadiannya Bu
“S” termasuk baik dari dalam maupun luar. Dikatakan baik dari luar karena
Bu “S” tidak membeda bedakan muridnya, entah dia kaya atau miskin, pintar
atau bodoh, semuanya diperlakukan sama. Bu “S” dikatakan baik dalamnya
karena dia menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari (Wsn 4).
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“Uf” karena jika memberikan materi kurang jelas. Ketika disapa tidak
membalas walau hanya dengan senyuman. Jika pada waktu proses belajar dan
mengajar kurang ramah sehingga terkesan galak dan sombong. Bu “Uf” juga

xc
kurang sabar dalam menghadapai muridnya, selain itu bu “Uf” juga terkesan
menjaga jarak dengan muridnya (Wsn 5).

Informan Guru III


Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, karena
ada keharmonisan hubungan antara guru dengan siswanya, guru dengan guru
dan siswa dengan gurunya. Walaupun ada salah satu guru yang kurang dapat
bergaul dengan muridnya, dan ada juga salah satu guru yang dalam bertutur
kata selalu berbeda (plin plan). Kadang guru tersebut berkata a namun setelah
itu berkata b, hal ini akan membuat bingung siswanya (Iqb 1).
Sebagai seorang guru setiap kata dan perbuatannya hendaknya benar-
benar dapat dipertanggung jawabkan. Karena hal itu merupakan contoh bagi
siswanya.
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan sosok profil guru yang
ideal. Profil guru ideal adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan
baik, dan dalam memberikan materi jelas dan mudah diikuti oleh siswa.
Dapat memberikan contoh yang spesifik sehingga dapat dicerna oleh anak-
anak seukurannya (Iqb 2).
Sedangkan selama ini guru yang paling disukai di SMA Teuku Umar
Semarang adalah guru yang pandai beradaptasi, mematuhi aturan yang
ditentukan di SMA Teuku Umar Semarang, dan punya wibawa sehingga dapat
menentukan sikap dalam setiap mengambil keputusan. (Iqb 3).
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat memberikan penilaian
terhadap guru yang dia idealkan, maupun tidak diidealkannya. Siswa juga
akan menyikapinya dengan cara yang berbeda pula.
Guru yang paling diidealkan adalah bapak “A” karena bapak “A”
dapat menempatkan diri dengan baik (pandai bergaul), bisa bercanda dengan

xci
muridnya, tertib dan dalam menyampaikan materi jelas dan dapat memberikan
contoh yang spesifik. Selain itu bapak “A” juga baik dan sabar, cukup
menguasai materi dengan baik dan sopan.(Iqb 4)
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“It” karena dalam memberikan tugas tidak sesuai dengan materi itu sendiri
(memberatkan siswa), judes dan angkuh. Bu “It” dalam bertutur kata juga
kurang pantas bagi seorang guru (kasar) dan dalam bergaul juga kurang baik
dan kurang dapat membaur dengan siswa. (Iqb 5).

Informan Guru IV
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik dalam
melaksanakan tugasnya. Walau ada juga yang kurang bertanggung jawab,
namun kebanyakan guru di SMA Teuku Umar Semarang sudah cukup
profesional dalam menjalankan tugasnya (Nr 1).
Selain itu guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup
disiplin dalam menjalankan tugasnya, guru di SMA Teuku Umar Semarang
juga sudah dapat memahami dan menguasai materi dengan baik.
Profil guru ideal adalah guru yang mampu menyampaikan materi
dengan baik sehingga mudah diterima oleh siswa, ramah, tidak mudah marah,
dan ketika siswa mengalami kesulitan maka guru tersebut dengan sabar
menjelaskan (Nr2).
Guru SMA Teuku Umar Semarang hendaknya ramah, baik hati, suka
menolong, dan profesional dalam menjalankan tugasnya, sehingga tidak
terpaku pada materi saja, tapi tahu tentang pemahaman dan penerapannya (Nr
3).

xcii
Selain itu, hendaknya guru dalam proses belajar dan mengajar tidak
mempersulit siswanya, sehingga tidak memberikan tugas yang memberatkan
siswa.
Dalam proses belajar mengajar di SMA Teuku Umar Semarang ada
guru yang diidealkan dan tidak diidealkan. Guru yang ideal di SMA Teuku
Umar Semarang adalah Bu “T” karena pandai bergaul, baik, dan bu “T”
dalam memberikan materi mudah dipahami (Nr 4).
Sedangkan guru yang kurang ideal adalah bu “Nv” karena dalam
memberikan materi kurang begitu jelas, suka marah-marah, dan dalam
memberikan tugas cukup memberatkan siswa karena materi belum diajarkan
namun siswa sudah diberi tuhas untuk mengerjakannya. Selain itu bu “Nv”
juga terkesan judes dan sombong, hal ini dapat terlihat ketika berpapasan
dngan muridnya tidak mau menyapa (Nr 5).
Informan Guru V
Dalam menjalankan tugasnya di SMA Teuku Umar Semarang, guru
disini dinilai sudah cukup baik, walau dalam menyampaikan materi ada yang
mudah dipahami dan ada juga yang sulit, namun guru di SMA Teuku Umar
Semarang dinilai sudah cukup disiplin dalam menjalankan tugasnya (Kst 1).
Guru menjadi sauritoladan bagi siswanya, sehingga diperlukan adanya
Profil guru yang ideal. Guru yang ideal adalah guru yang dapat mengemban
tugasnya dengan baik, dan dalam memberikan materi jelas dan mudah diikuti
oleh siswa dan dapat dapat bercanda untuk menghilangkan ketegangan (Kst
2).
Walaupun guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup
baik, namun ada guru yang diidealkan oleh siswa dan ada juga guru yang tidak
diidealkan oleh siswa.

xciii
Guru yang diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru
yang disiplin, ramah, suka humor, dalam memberikan materi jangan terlalu
serius, jangan terlalu memberatkan siswa dalam memberikan tugas (Kst3).
Perlakuan dalam proses belajar mengajar didalam kelaspun berbeda
antara guru yang diidealkan dengan guru yang tidak diidealkan. Guru yang
mereka idealkan cenderung, lebih diperhatikan, dan siswa memiliki minat
yang tinggi untuk mengikuti pelajaran tersebut. Berbeda sekali dengan guru
yang tidak diidealkan oleh siswa, mereka cenderung tidak memperhatikan dan
tidak senang dalam mengikuti pelajaran tersebut.
Guru yang ideal di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu “N”
karena dalam memberikan materi mudah dipahami, supel, ramah, tidak
memberatkan siswanya dalam memberikan tugas, dan pandai menempatkan
diri. ( Kst 4).
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“Uf” karena jika memberikan materi kurang jelas. Ketika disapa tidak
membalas walau hanya dengan senyuman. Jika pada waktu proses belajar dan
mengajar kurang ramah sehingga terkesan galak dan sombong. Bu “Uf” juga
kurang sabar dalam menghadapai muridnya, selain itu bu “Uf” juga terkesan
menjaga jarak dengan muridnya (Kst 5).

Informan Guru VI
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, karena
guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor dan mengerti akan
siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan mengerti apa yang kita
bicarakan, dan sabar. Guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam proses
belajar dan mengajar dinilai sudah cukup profesional (Dv 1).

xciv
Sebagai seorang guru juga harus, memahami dan melaksanakan 10
kompetensi dasar bagi seorang guru, yang meliputi: (1) Kemampuan
menguasai bahan pelajaran yang disajikan, (2) Mampu mengelola kelas, (3)
Mampu mengelola program belajar mengajar, (4) Mampu menggunakan
media atau sumber belajar mengajar, (5) mampu menguasai landasan-landasan
kependidikan, (6) Mampu mengelola interaksi belajar dan mengajar, (7)
Mampu menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran, (8) Mampu
mengenal fungsi program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) Mampu
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Mampu
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
guna pengajaran .
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan adanya sosok profil
guru ideal yakni guru yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, penuh
tanggung jawab dalam mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah dipahami
karena seorang guru dituntut untuk dapat memahami siswanya sehingga
materi yang diberikan tidak sia-sia, sabar dan pandai menempatkan diri,
berpenampilan menarik (Dv 2).
Selain itu guru yang paling di sukai adalah, guru tersebut baik, mudah
diajak diskusi, mau membantu muridnya jika soal-soalnya tidak bisa
dimengerti, ramah, dan sabar (Dv 3).
Sedangkan di SMA Teuku Umar Semarang guru yang ideal adalah bu
“An”, karena ketika dia memberikan materi pelajaran sangat jelas, sehingga
mudah diterima. Selain itu bu “An” juga mudah bergaul dengan muridnya,
sehingga murid tidak merasa sungkan dengannya. Dan tidak membeda-
bedakan antara murid yang satu dengan yang lain, baik itu miskin atau kaya,
pintar atau bodoh (Dv 4).

xcv
Sedangkan guru yang kurang diidealkan di SMA Teuku Umar
Semarang adalah Pak “Az” karena jika memberikan materi kurang jelas
sehingga tidak mudah dimengerti. Pak “Az” juga terkesan cuek dengan
siswanya karena kesibukannya dalam berorganisasi (Dv 5).
Sebagai seorang guru hendaknya dapat membagi waktu, dengan
sebaik-baiknya dengan tidak mengenyampingkan tugas utamanya dalam
mengajar yaitu siswa.

Informan Guru VII

Menjadi seorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Menjadi guru


berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah suatu pekerjaan
yang sangat sulit, karena kepadanya lebih banyak dituntut suatu pengabdian
kepada siswanya daripada karena tuntutan pekerjaan atau material
Selain itu guru juga dituntut harus peka terhadap siswanya, dan
tanggap terhadap berbagai masalah yang ada pada siswanya. Karena guru
adalah orang tua kedua bagi siswanya.
Di dalam proses belajar dan mengajar guru di SMA Teuku Umar
Semarang dinilai sudah cukup baik, karena guru di SMA Teuku Umar
Semarang disiplin, dalam mengajar tepat waktu, dan kurikulumnya sudah
sesuai dengan kurikulum yang sekarang (Id 1).
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan sosok profil guru yang
ideal. Profil guru ideal adalah guru yang cerdas, arif dan bijaksana didalam
menjalankan tugasnya. Yang paling penting adalah guru tersebut benar-benar
bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. (Id 2).
Sedangkan guru yang ideal adalah guru yang dapat mengerti sifat dan
sikap muridnya, karena jika guru tersebut sudah dapat memahami sikap dan
sifat muridnya, maka guru tersebut dapat menempatkan diri, bagaimana dia
harus bersikap, karena guru merupakan sauritoladan bagi muridnya (Id 3).
xcvi
Dalam proses belajar dan mengajar tentunya siswa dapat memberikan
penilaian terhadapnya. Guru yang paling diidealkan di SMA Teuku Umar
Semarang adalah Bu “N” karena guru tersebut didalam mengajar jelas dan
mudah dipahami, sabar,dan berwibawa, serta dapat menempatkan diri dengan
baik.(Id 4)
Guru yang kurang diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah
bu “Nrd” karena dalam memberikan materi pelajaran terlalu serius sehingga
terkesan galak sehingga siswa menjadi bosan mengikuti pelajarannya, tidak
murah senyum sehingga terkesan judes sehingga siswa menjadi takut. (Id 5).
Kepandaian guru dalam membaca situasi yang terjadi pada siswanya
sangatlah diperlukan, sehingga siswa akan merasa senang untuk mengikuti
pelajaran dan siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh
gurunya.

Informan Guru VIII

Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, guru di SMA


Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, hal ini dapat dinilai dari cara
mengajar yang sudah sukup profesional, cara berpakaian yang sopan, sehingga
pantas untuk dijadikan panutan. (R 1).
Proses belajar dan mengajar adalah merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan, sehingga diperlukan sosok profil guru yang
ideal, supaya proses belajar dan mengajar dapat berjalan maksimal.
Di SMA Teuku Umar Semarang membutuhkan profil guru yang ideal
sehingga dapat menjadi panutan bagi siswanya. Profil guru ideal adalah guru
yang dapat mengajarkan muridnya cara berprilaku yang benar, dan bersikap
yang baik, dapat menempatkan diri, dalam memberikan materi mudah
dipahami, berpenampilan menarik dan dalam memberikan materi pelajaran

xcvii
dapat menarik perhatian siswa sehingga perhatian siswa tertuju kepadanya. (R
2).
Guru yang di sukai di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru yang
baik, ramah, bisa bercanda, dan disiplin dalam menjalankan tugasnya, serta
memiliki wibawa dihadapan muridnya. (R 3).
Guru yang dianggap cukup ideal di SMA Teuku Umar Semarang
adalah Bu “Asr” karena orangnya tegas dalam mengambil sikap, memiliki
wibawa terhadap muridnya dan dlam memberikan pengarahan mudah
dipahami dan mudah diterima oleh muridnya. (R 4).
Guru yang tidak diidealkan adalah pak “E”karena kurang dapat
memanfaatkan situasi dengan sebaik-baiknya ketika jam pelajaran
berlangsung, tidak tegas, pak “E” juga kurang dapat menentukan sikap,
sehingga kurang memiliki wibawa terhadap muridnya. (R 5).
Untuk menjaga kenyamanan informan pasca pemberian informasinya,
sesuai dengan etika penelitian menyebutkan nama informan hanya dengan
menyebutkan inisialnya saja yaitu : Hn, Wsn, Iqb, Nr, Dv, Id, R, Kst.
Berdasarkan data temuan dari hasil wawancara dengan delapan
informan (Hn, Wsn, Iqb, Nr, Dr, Id, R dan Kst) hasil observasi disajikan
satu satuan data dan selanjutnya dilakukan kategorisasi, sedangkan analisis
data diuraikan sesudahnya.
1. Guru di SMA Teuku Umar Semarang
Menurut “Hn” selaku siswa kelas 2 (dua) menilai guru di SMA
Teuku Umar Semarang dalam melaksanakan tugsnya sudah cukup
profesional. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam interaksi
belajar dan mengajar di SMA Teuku Umar Semarang. Selain itu, guru di
SMA Teuku Umar Semarang juga dapat mengikuti kurikulum yang

xcviii
berlaku dan dapat menerapkan kepada siswa dengan cukup baik. Walau
ada juga yang tidak demikian tapi hanya sebagian kecil saja
Hal ini juga dikuatkan oleh “Wsn” siswa kelas 1 (satu) yang
menilai guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam melaksanakan
tugasnya sudah cukup baik, karena kebanyakan guru di SMA Teuku Umar
Semarang mudah diajak ngobrol, bisa untuk mencurahkan isi hati dan
kebanyakkan guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor
dan mengerti akan siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan
mengerti apa yang kita bicarakan. Guru di SMA Teuku Umar Semarang
dalam proses belajar dan mengajar dinilai sudah cukup profesional
Selaras dengan pernyataan “Wsn”, “Iqb” juga mengungkapkan
bahwa guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik,
karena ada keharmonisan hubungan antara guru dengan siswanya, guru
dengan guru dan siswa dengan gurunya. Walaupun ada salah satu guru
yang kurang dapat bergaul dengan muridnya, dan ada juga salah satu guru
yang dalam bertutur kata selalu berbeda (plin plan) namun guru di SMA
Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup profesional dalam
menjalankan tugasnya.
“Nr” siswa kelas 1 (satu) menyatakan bahwa Guru di SMA Teuku
Umar Semarang dinilai sudah cukup baik dalam melaksanakan tugasnya.
Walau ada juga yang kurang bertanggung jawab, namun kebanyakan guru
di SMA Teuku Umar Semarang sudah cukup profesional dalam
menjalankan tugasnya.
Menambah informasi yang diberikan oleh “N” tentang Guru di
SMA Teuku Umar Semarang “Kst” menyatakan bahwa guru di SMA
Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup baik, walau dalam
menyampaikan materi ada yang mudah dipahami dan ada juga yang sulit.

xcix
Guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah cukup disiplin dalam
menjalankan tugasnya.
Guru di SMA Teuku Umar Semarang “Dv” menilai sudah cukup
baik, karena guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya suka humor
dan mengerti akan siswanya, sehingga jika diajak bicara bisa paham dan
mengerti apa yang kita bicarakan, dan sabar. Guru di SMA Teuku Umar
Semarang dalam proses belajar dan mengajar dinilai sudah cukup
profesional
Menurut “Id” guru di SMA Teuku Umar Semarang dinilai sudah
cukup baik, karena guru di SMA Teuku Umar Semarang disiplin, dalam
mengajar tepat waktu, dan kurikulumnya sudah sesuai dengan kurikulum
yang sekarang.
Lebih lanjut “R” menyatakan bahwa guru di SMA Teuku Umar
Semarang dinilai sudah cukup baik, hal ini dapat dinilai dari dari cara
mengajar yang sudah sukup profesional, cara berpakaian yang sopan,
sehingga pantas untuk dijadikan panutan.
Dari beberapa informan yaitu (Hn, Wsn, Iqb, Nr, Dv, Id, R, Kst)
dapat disimpulkan bahwa guru di SMA Teuku Umar Semarang dalam
mmelaksanakan tugsnya sudah cukup baik karena dapat mengerti dan
melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab seorang guru dan , dan
dapat memahami dan mengerti akan siswanya, serta pantas menjadi
panutan bagi muridnya.
2. Profil Guru Ideal di SMA Teuku Umar Semarang
Menurut “Hn” Profil guru ideal di SMA Teuku Umar Semarang,
adalah ketika guru tersebut mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan
siswa. Hal ini juga dapat terlihat dari keterdekatan guru dan siswa. Guru
hendaknya dapat menempatkan diri dalam situasi apapun. Ketika dalam

c
situasi tertentu guru dapat bersendau gurau dengan anak didiknya, namun
jika situasi serius guru dapat menempatkan diri, tanpa harus
meninggalkan wibawanya sebagai seorang guru.
Sedangkan profil guru ideal menurut “Wsn” adalah guru yang
dapat mengemban tugasnya dengan baik, penuh tanggung jawab dalam
mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah dipahami, sabar dan pandai
menempatkan diri, ketika jam pelajaran kedisiplinan dan aturan yang
berlaku harus ditaati dan murah senyum. Jika diluar kelas guru tersebut
dapat bersendau gurau dan membaur dengan siswanya
Menambah pernyataan dari “Wsn” menurut “Iqb” profil guru
ideal adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, dan
dalam memberikan materi jelas dan mudah diikuti oleh siswa. Dapat
memberikan contoh yang spesifik sehingga dapat dicerna oleh anak-anak
seukurannya.
Sedangkan “Nr” juga mengatakan bahwa profil guru ideal adalah
guru yang mampu menyampaikan materi dengan baik sehingga mudah
diterima oleh siswa, ramah, tidak mudah marah, dan ketika siswa
mengalami kesulitan maka guru tersebut dengan sabar menjelaskan.
Lebih lanjut “Kst” juga mengatakan bahwa profil guru ideal
adalah guru yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, dan dalam
memberikan materi jelas dan mudah diikuti oleh siswa dan dapat bercanda
untuk menghilangkan ketegangan.
Menambahkan informasi yang diberikan oleh “Kst” tentang Profil
guru ideal “Dv” juga menambahkan bahwa profil guru ideal adalah guru
yang dapat mengemban tugasnya dengan baik, penuh tanggung jawab
dalam mentransfer ilmunya kepada siswa, mudah dipahami karena seorang
guru dituntut untuk dapat memahami siswanya sehingga materi yang

ci
diberikan tidak sia-sia, sabar dan pandai menempatkan diri, berpenampilan
menarik
“Id” mengatakan bahwa profil guru ideal adalah guru yang cerdas,
arif dan bijaksana didalam menjalankan tugasnya. Yang paling penting
adalah guru tersebut benar-benar bertanggung jawab dalam menjalankan
tugasnya sebagai seorang guru.
Profil guru ideal menurut “R” adalah guru yang dapat mengajarkan
muridnya cara berprilaku yang benar, dan bersikap yang baik, dapat
menempatkan dari, dalam memberikan materi mudah dipahami,
berpenampilan menarik dan dalam memberikan materi pelajaran dapat
menarik perhatian siswa sehingga perhatian siswa tertuju kepadanya.
Dari data informan diatas peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa profil guru ideal menurut siswa di SMA Teuku Umar Semarang
adalah guru tersebut dapat menjalankan tugas dengan baik, dan dalam
memberikan materi mudah dipahami. Selain itu guru juga dituntut untuk
dapat memahami siswanya.
Sedangkan profil guru ideal menurut Bahri Djamarah (2000:42)
adalah guru yang mengabdikan gurunya berdasarkan pandangaan jiwa,
panggilan hati nurani, bukan karena uang belaka. Selain itu guru yang
diharapkan siswa adalah guru yang selalu ingin bersama siswa baik di
lingkungan dalam sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.

3. Guru yang disukai


Guru yang paling disukai menurut “Hn” adalah guru yang dalam
memberikan materi pelajaran hendaknya tidak memakai metode ceramah
saja, namun guru tersebut mampu menghidupkan suasana yang ada dan

cii
ada timbal balik antara siswa dan gurunya atau adanya stimulus-respon.
Tidak gampang marah, murah senyum dan supel.
“Wsn” juga menambahkan bahwa guru yang paling disukai adalah
guru tersebut baik, berpenampilan menarik dan dapat memotivasi siswnya
dan ramah. Pemahaman materi sangat penting karena berkaitan dengan
bagaimana tinggakat keprofesionalannya dalam menjalankan tugas sebagai
seorang guru
Menambah pendapat “Wsn”, “Iqb” menilai bahwa Guru yang
paling disukai adalah guru yang pandai beradaptasi, mematuhi aturan yang
ditentukan di SMA Teuku Semarang, dan punya wibawa sehingga dapat
menentukan sikap dalam setiap mengambil keputusan.
Lebih lanjut “Nr” juga mengatakan bahwa guru yang paling disukai adalah guru yang ramah, baik hati, suka
menolong, dan profesional dalam menjalankan tugasnya, sehingga tidak terpaku pada materi saja, tapi tahu tentang
pemahaman dan penerapannya.

“Kst” mengatakan guru yang paling disukai adalah guru yang


disiplin, ramah, suka humor, dalam memberikan materi jangan terlalu
serius, jangan terlalu memberatkan siswa dalam memberikan tugas.
Penuturan “Kst” dikuatkan oleh “Dv” yang mengatakan bahwa
guru yang paling disukai adalah guru tersebut baik, mudah diajak diskusi,
mau membantu muridnya jika soal-soalnya tidak bisa dimengerti, ramah,
dan sabar.
Sedangkan menurut “Id” Guru yang paling disukai adalah guru
yang dapat mengerti sifat dan sikap muridnya, karena jika guru tersebut
sudah dapat memahami sikap dan sifat muridnya, maka guru tersebut
dapat menempatkan diri, bagaimana dia harus bersikap, karena guru
merupakan suritoladan bagi muridnya.

ciii
Menguatkan pendapat dari “Id” Guru yang paling disukai menurut
“R” adalah guru yang baik, ramah, bisa bercanda, dan disiplin dalam
menjalankan tugasnya, serta memiliki wibawa dihadapan muridnya.
Dari data informan diatas dapat disimpulkan bahwa guru yang
paling disukai adalah guru yang menstranfer ilmu pengetahuan tersebut
sehingga siswa merasa enjoy dengan pelajaran yang sedang dipelajarinya
selain itu guru tersebut juga dapat menghadirkan proses belajar yang
menyenangkan. Di kelas harus terjadi proses interaksi antara guru dan
siswa, pandai menempatkan diri sehingga tahu bagaimana harus
bersikap.dan selain itu guru tersebut juga harus mengerti dan paham akan
keinginan siswanya.
4. Guru yang paling diidealkan
Guru yang paling ideal menurut “Hn” adalah bu “U” karena dalam
memberikan pelajaran tidak membosankan, dalam arti ada keterlibatan
siswa dan guru kerika proses belajar mengajar. Selain bu , ad juga guru
yang diidealkan yaitu bu “E” karena dalam memberikan materi sangat
sabar, dan anak diperlakukan seperti anak sendiri, tanpa membeda-
bedakan antara satu dengan yang lainnya.
Menurut “Wsn” guru yang paling idealkan di SMA Teuku Umar
Semarang adalah bu “S”, karena ketika dia memberikan materi pelajaran
sanagt jelas, sehingga mudah diterima. Selain itu bu “S” juga mudah
bergaul dengan muridnya, sehingga murid tidak merasa sungkan
dengannya. Begitu juga ketika dia bersama teman seprofesinya, ramah dan
mudah bergaul. Jika dilihat dari kepribadiannya bu “S” termasuk baik
dari dalam maupun luar. Dikatakan baik dari luar karena bu “S” tidak
membeda bedakan muridnya, entah dia kaya atau miskin, pintar atau
bodoh, semuanya diperlakukan sama. Bu “S” dikatakan baik dalamnya

civ
karena dia menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut “Iqb” juga mengatakan bahwa guru yang paling
diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bapak “A” karena
bapak “A” dapat menempatkan diri dengan baik (pandai bergaul), bisa
bercanda dengan muridnya, tertib dan dalam menyampaikan materi jelas
dan dapat memberikan contoh yang spesifik. Selain itu bapak “A” juga
baik dan sabar, cukup menguasai materi dengan baik dan sopan.
Menguatkan pernyataan dari “A”, “Nr” juga mengatakanGuru
yang paling diidealkan Bu “T”” karena pandai bergaul, baik, dan bu “T”
dalam memberikan materi mudah dipahami.
Guru yang paling diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang
menurut “Kst” adalah bu “N” karena dalam memberikan materi mudah
dipahami, supel, ramah, tidak memberatkan siswanya dalam memberikan
tugas, dan pandai menempatkan diri.
Menambahkan pendapat dari ”Kst”, “Id” juga berpendapat sama
bahwa guru yang paling diidealkan bu “N” karena guru tersebut didalam
mengajar jelas dan mudah dipahami, sabar,dan berwibawa, serta dapat
menempatkan diri dengan baik.
“Dv” berpendapat bahwa guru yang paling diealkan di SMA
Teuku Umar Semarang adalah bu “An”, karena ketika dia memberikan
materi pelajaran sangat jelas, sehingga mudah diterima. Selain itu bu “An”
juga mudah bergaul dengan muridnya, sehingga murid tidak merasa
sungkan dengannya. Dan tidak membeda-bedakan antara murid yang satu
dengan yang lain, baik itu miskin atau kaya, pintar atau bodoh.
Guru yang paling diidealkan menurut “R” adalah bu “Asr” karena
orangnya tegas dalam mengambil sikap, memiliki wibawa terhadap

cv
muridnya dan dalam memberikan pengarahan mudah dipahami dan mudah
diterima oleh muridnya.
Dari data diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa guru
yang disukai adalah guru yang memberikan materi dengan jelas, supel,
ramah, sabar, suka humor, pandai menempatkan diri dan memiliki
wibawa.
5. Guru yang tidak diidealkan
Menurut “Hn” selaku siswa kelas 2 (dua) menilai Guru yang tidak
diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah Pak “A” walau dilihat
dari segi komponen sosial baik karena berpartisipasi aktif dalam lembaga
namun dia melalaikan tugasnya sebagai guru karena ketika prose belajar
mengajar berlangsung dia hanya memberikan tugas dan kemudian
ditinggal, sehingga dinilai kurang bertanggung jawab.
Berbeda dengan pernyataan “Hn”, “Wsn”menilai bahwa guru
yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah bu
“Uf”karena jika memberikan materi kurang jelas. Ketika disapa tidak
membalas walau hanya dengan senyuman. Jika pada waktu proses belajar
dan mengajar kurang ramah sehingga terkesan galak dan sombong. Bu
“Uf”juga kurang sabar dalam menghadapai muridnya, selain itu bu “Uf”
juga terkesan menjaga jarak dengan muridnya
Menambah informasi yang diberikan oleh “Wsn”, “Iqb”menilai
bahwa guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah
bu ”(It) karena dalam memberikan tugas tidak sesuai dengan materi itu
sendiri ( memberatkan siswa), judes dan angkuh. Bu “It”dalam bertutur
kata juga kurang pantas bagi seorang guru (kasar) dan dalam bergaul juga
kurang baik dan kurang dapat membaur dengan siswa

cvi
Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang
menurut “Nr”adalah bu “Nv”karena dalam memberikan materi kurang
begitu jelas, suka marah-marah, dan dalam memberikan tugas cukup
memberatkan siswa karenamateri belum diajarkan namun siswa sudah
diberi tuhas untuk mengerjakannya. Selain itu bu “Nv”juga terkesan judes
dan sombong, hal ini dapat terlihat ketika berpapasan dngan muridnya
tidak mau menyapa.
Dari data diatas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
kebanyakan siswa di SMA Teuku Umar Semarang tidak suka pada guru
yang jika memberikan materi kurang jelas, sombong, judes, tidak ramah,
melalaikan tugasnya sebagai seorang guru, dan membeda-bedakan
muridnya.

C. Analisis hasil penelitian

Setelah keseluruhan data yang ditemukan peneliti, kemudian dilakukan


proses analisis komparatif antar informan penelitian maupun dengan
menggunakan catatan lapangan dan dokumentasi selanjutnya peneliti
menyajikan kesimpulan tentang Profil Guru Ideal menurut siswa di SMA
Teuku Umar Semarang.

Berkaitan dengan profil guru ideal yang diinginkan siswa di SMA Teuku
Umar Semarang ada beberapa perbedaan , yaitu antara karakter guru yang
disukai dan guru yang tidak mereka sukai.

Adapun perbedaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2 : Perbedaan pendapat karakteristik guru di SMA Teuku Umar


Semarang.

cvii
No Guru yang diidealkan Guru yang tidak diidealkan

1 Dapat Memberikan materi dengan Dalam menyampaikan materi


jelas dan mudah dipahami kurang jelas

2 Guru tersebut harus sabar Cuek dengan siswanya

3 Dapat mengelola kelas sehingga Melalaikan tugas sebagai guru,


dalam memberikan materi tidak karena terlalu sibuk dengan
membosankan urusannya

Guru tersebut harus ramah dan Kurang menguasai materi


4 supel

Punya kepribadian yang baik


Guru tersebut tidak ramah
5 Dapat bercanda atau bersendau
Galak, judes, dan angkuh
6 gurau

Tidak memberatkan siswa dalam


Dalam bertutur kata kasar
memberikan tugas
7
Memperlakukan anak seperti anak
sendiri ( tidak pilih kasih ) Kurang supel
8
Pandai menempatkan diri

Guru tersebut sombong sehingga


9 terkesan menjaga jarak dengan
muridnya
Tegas dalam mengambil sikap.
Tidak dapat menentukan sikap
sehingga terkesan kurang
10
berwibawa

cviii
Memiliki wibawa Dalam memberikan materi terlalu
serius sehingga membosankan

11

Selanjutnya dari pendapat antara guru yang diidealkan dan tidak


diidealkan dapat kita kaitkan dengan teori.

Profil guru ideal juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu
melalui konteks sejarah, konteks budaya dan melalui konteks pofesional.

Melalui konteks sejarah guru merupakan pendidik yang mengandung


makna perantara. Fungsinya melayani siswa dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Sedangkan dalam konteks budaya guru dianggap oleh masyarakat
sebagai orang yang banyak tahu akan ilmu pendidikan, sehingga disegani dan
dihormati. Namun

dengan adanya perkembangan zaman sekarang ini citra guru di dalam


pandangan masyarakat dalam hal ini lebih terfokuskan pada siswanya mulai
luntur sedikit demi sedikit.

Profil guru jika dipandang dari konteks profesional, terlihat dari


penampilan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar,
pendidik, pembina, pelatih, maupun sebagai pembimbing terhadap
perkembangan dan kemajuan para siswanya.

Selain itu profil guru dapat dilihat dari kepribadiannya dan penampilan
sifat-sifat pribadinya, sebaiknya penampilan suara maupun cara berbicara
yang jelas mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu gagasan atau ide.

Kepedulian terhadap orang lain, berfikir secara sistematis, pergaulan dengan


bawahan, kepastian sikap, kematangan emosi, percaya kepada diri sendiri, rasa

cix
kekeluargaan, kemantapan pribadi sebagai calon pemimpin. (Mataheru, 1982 :
289).

1. Profil Guru Ideal di SMA Teuku Umar Semarang


Menurut Bahri Djamarah (2000:42), Profil Guru Ideal menurut
pandangan siswa adalah guru yang mengabdi berdasarkan pandangan jiwa,
panggilan hati nurani, bukan karena uang belaka. selain itu guru yang
diharapkan siswa adalah guru yang selalu ingin bersama siswa baik di
lingkungan dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Berdasarkan pengertian diatas maka, Profil guru ideal yang


diinginkan siswa di SMA Teuku Umar Semarang sudah sesuai dengan
teori yang ada walau tidak semuanya dapat berjalan sesempurna mungkin.
jika dikaitkan dengan teori, Profil Guru Ideal menurut siswa di SMA
Teuku Umar Semarang adalah guru tersebut dapat menjalankan tugas
dengan baik, dan dalam memberikan materi mudah dipahami, selain itu
guru juga dituntut untuk dapat memahami siswanya, sehingga untuk
melaksanakan hal itu profesi guru haruslah berdasarkan panggilan hati
nurani, karena tugas guru tidaklah mudah. guru juga harus senantiasa
meningkatkan pengetahuannya sehingga menjadi guru yang profesional
dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan mengerti akan siswanya.

Menurut Mataheri (1982: 289 ) Profil Guru Ideal juga dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang, yaitu melalui konteks sejarah, konteks
budaya dan melalui konteks pofesional.

Melalui konteks sejarah guru merupakan pendidik yang


mengandung makna perantara. Fungsinya melayani siswa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Sedangkan dalam konteks budaya guru dianggap
oleh masyarakat sebagai orang yang banyak tahu akan ilmu pendidikan,

cx
sehingga disegani dan dihormati. Namun dengan adanya perkembangan
zaman sekarang ini citra guru di dalam pandangan masyarakat dalam hal
ini lebih terfokuskan pada siswanya mulai luntur sedikit demi sedikit.
Profil guru jika dipandang dari konteks profesional, terlihat dari
penampilan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar,
pendidik, pembina, pelatih, maupun sebagai pembimbing terhadap
perkembangan dan kemajuan para siswanya.
Selain itu profil guru dapat dilihat dari kepribadiannya dan
penampilan sifat-sifat pribadinya, sebaiknya penampilan suara maupun
cara berbicara yang jelas mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu
gagasan atau ide. Kepedulian terhadap orang lain, berfikir secara
sistematis, pergaulan dengan bawahan, kepastian sikap, kematangan
emosi, percaya kepada diri sendiri, rasa kekeluargaan, kemantapan pribadi
sebagai calon pemimpin.
Hal ini juga dapat kita lihat dari Profil Guru Ideal menurut siswa
di SMA Teuku Umar Semarang yang menginginkan guru yang dapat
menyampaikan materi dengan baik sehingga mudah dipahami, sabar, dan
dapat berinteraksi dengan siswa, yang semuanya dapat dilihat dari konteks
sejarah, budaya dan profesionalisme.
2. Penilaian siswa terhadap guru yang disukai dan tidak disukai
Guru merupakan figur, yang dicontoh bagi siswanya. Siswa akan
senang dan termotivasi untuk belajar jika guru tersebut sesuai dengan hati
nuraninya.
Kita haruslah menyadari bahwa tugas guru tidaklah mudah menjadi
seorang guru juga dituntut untuk dapat mengerti dan memahami
siswanya. Namun tidak semua guru dapat melakukannya.

cxi
Di SMA Teuku Umar Semarang juga ditemui guru yang tidak
disukai siswanya karena adanya beberapa alasan yang mereka
kemukakan. Salah satunya adalah kurangnya pemahan materi dan
pengelolaan kelas sehingga dalam mentransfer ilmunya kepada siswa
menjadi tidak mudah dipahami oleh siswa.
Dalam paradigma pendidikan dan posisi guru masih diselimuti oleh
berbagai kelemahan dan kendala utama, untuk itu perlu adanya perhatian
terhadap masalah tersebut diantaranya adalah:
a. Sikap guru
Ada tiga hal yang menentukan sikap guru yaitu:
4) Anak atau bahan pelajaran
Sebagai seorang guru hendaknya tidak melupakan kedua aspek
tersebut yaitu bahan pelajaran dan anak. Oleh sebab itu guru tidak
hanya cukup menguasai bahan pelajaran tetapi guru harus mampu
melibatkan pribadi anak dalam pelajaran untuk mencapai hasil
yang diharapkan.
5) Guru sebagai model
Fungsi guru yang utama adalah memimpin anak-anak kearah
tujuan yang tegas. Guru juga berperan sebagai seorang model sauri
toladan bagi anaknya sehingga anak akan merasakan kenyamanan
dengan adanya model yang diterapkan oleh guru.
6) Kesulitan dalam belajar.
Guru yang bersikap sentimentil berusaha agar kegiatan belajar itu
menjadi kegiatan yang menggembirakan yang dilakukan tanpa jeri
payah, namun tidak berarti anak-anak harus dijauhi dari kesukaran.
Setiap kesukaran mengandung unsur kemudahan dalam hidupnya

cxii
kini dan selanjutnya setiap anak pasti menghadapi kesukaran-
kesukaran baru. (Nasution, 2000:123-124)
b. Pribadi guru
Setiap guru mempunyai pribadi yang mereka miliki. Citra inilah
yang membedakan profesi seorang guru dengan profesi lainnya.
Kepribadian sebenarnya adalah tindakan, ucapan, dan cara berpakaian
dalam menghadapi setiap persoalan. Daradjat dalam Rahmawati
(2001:34) mengatakan, bahwa kerpibadian yang sesungguhnya adalah
abstrak, sukar dilihat atau diketahui bekasnya dalam segala segi dan
aspek kehidupan. Misalnya, dalam tindakannya, ucapannya, cara
bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan dan
masalah, baik yang ringan maupun yang berat.
Berdasarkan hal itu pula banyak para siswa di SMA Teuku Umar
Semarang, yang menilai guru dari ucapan dan tindakannya serta dari
segi penampilannya dan cara bergaul dengan siswa.
Menurut Meikeljohn dalam Sahertian (1990:41) tidak
seorangpun yang dapat menjadi seorang guru yang sejati (mulia)
kecuali bila ia menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didiknya
dan berusaha untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya.
Guru yang dapat memahami kesulitan anak didik dalam hal belajar dan
kesulitan lainnya diluar masalah belajar, yang dapat menghambat
aktifitas belajar anak didik maka guru tersebut akan disenangi anak
didiknya.
Dari pengertian diatas ternyata benar, bahwa kebanyakan siswa
di SMA Teuku Umar Semarang, suka pada guru yang benar–benar
dapat memahaminya. Selain itu mereka juga suka pada guru yang jelas
menyampaikan materi, sehingga mudah dipahami.

cxiii
Untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar,
maka setiap guru hartus benar-benar paham dan melaksanakan peran
dan tugas sebagai guru serta terkaitan erat dengan 10 kompetensi
dasar, yang meliputi: (1) Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang
disajikan, (2) Mampu mengelola kelas, (3) Mampu mengelola program
belajar mengajar, (4) Mampu menggunakan media atau sumber belajar
mengajar, (5) mampu menguasai landasan-landasan kependidikan, (6)
Mampu mengelola interaksi belajar dan mengajar, (7) Mampu menilai
prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran, (8) Mampu mengenal
fungsi program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) Mampu
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) Mampu
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna pengajaran Sahertian (1992 : 5).

cxiv
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A Simpulan

Dari kegiatan penelitian dilapangan, peneliti memperoleh beberapa temuan


kesimpulan sebagai berikut:
Menurut Penilaian siswa SMA Teuku Umar Semarang, guru-guru di SMA

Teuku Umar Semarang pada umumnya memiliki profil yang cukup

bagus karena bisa diajak ngobrol, guru di SMA Teuku Umar Semarang

dinilai cukup professional, dalam menyampaikan materi mudah

dipahami, sabar, cukup disiplin dalam menjalankan tugasnya.

Profil guru ideal menurut pandangan siswa di SMA Teuku Umar Semarang

adalah guru tersebut dapat menempatkan diri, supel, memiliki wibawa,

bisa humor, dalam memberikan materi pelajaran mudah dipahami,

selain itu juga memiliki rasa tanggung jawab, sabar, disiplin, baik hati,

dapat memahami siswanya, cerdas, arif, bijaksana dalam mengambil

sikap, dan berpenampilan menarik.

Guru yang diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang adalah guru “N”

karena selain sabar, guru tersebut dalam memberikan materi mudah

dipahami, supel, ramah, pandai menempatkan diri dan memiliki

wibawa.

Guru yang tidak diidealkan di SMA Teuku Umar Semarang ádalah bu “Ul”

karena tidak murah senyum, sombong, dalam memberikan materi

pelajaran sulit dipahami.

cxv
Guru yang siswa idealkan di SMA Teuku Umar Semarang tidak dinilai dari

lamanya dia bekerja, tapi dinilai dari profesionalnya dan kepandaian dia

dalam memahami siswanya

B Saran

Dengan penelitian diatas diajukan saran-saran sebagai berikut :


1. Guru diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki citranya

sehingga dapat ditrima sebagai guru yang baik. Untuk mencapai itu hal-

hal yang dilakukan antara lain :

a) Meningkatkan kesadaran akan tugas dan fungsinya sebagai guru

yang dapat dicontoh oleh siswa

b) Meningkatkan pemahaman terhadap karakteristik perkembangan

siswa sehingga dapat memperlakukan siswa secara lebih tepat.

c) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar personal, guru

dengan siswa dan antara guru dengan guru sehingga terjalin

interaksi sosial dalam sekolah secara baik.

2. Guru diharapkan untuk terus meningkatkan kemampuan

profesionalnya. Hal ini dapat dilakukan antara lain :

a) Aktif dalam kegiatan pengembangan profesi guru melalui

kegiatan MGMP, mengikuti seminar dalam bidang yang relefan,

belajar secara otodidak (banyak membaca buku)

b) Melakukan kegiatan dalam jabatan, baik dalam program gelar

maupun program non gelar.

cxvi
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah Bahri S,1997. Guru dan Siswa dalam Interaksi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.

Ibrahim R, Syaodih Nana, 1991. Perencanaan Pengajaran . Jakarta : Rineka


Cipta.

Kompas.30 Januari 2002

Maheru,Frans.1982. Prinsip dan Taknik Supervisi Pendidikan.Surabaya :Usaha


Nasional

Moleong, Lexy J.2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan


Mengajar.Jakarta Bumi Aksara

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung : Tarsito

Nugroho, et al.2000. Pengembangan Kurikulum Berdeferensiasi untuk Melayani


Siswa Berbakat di Sekolah Unggul di Jawa Tengah Th.1998-2000.
Semarang : Depdikbud UNNES

Rahman,Maman.1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang.IKIP


Semarang Press

Rahmawati, Fitri. 2001. Pembelajaran Terus menerus Sebagai Upaya Untuk


Mengembangkan Profesi Guru SD.Skripsi S1 Jurusan KTP. Semarang :
Fakultas Ilmu Pendidikan.UNNES

Sahertian,Piet.1992. Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rajawali

Salim,Agus, 2004. Indoensia Belajarlah.Semarang :UPT UNNES Press

Soetjipto dkk.1994. Profesi Keguruan. Jakarta : Depdikbud

cxvii
Sutomo dkk. 1994. Profesi Keguruan. Semarang : IKIP Semarang Press

Suara Pembaharuan, 9 September 2002

Suke,silverius.2003. Tujuh Isu Pendidikan.Semarang : UPT UNNES Press

Team Pembina Kurikulum Didaktik atau Kurikulum IKIP Surabaya,1996.


Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Surabaya : PT
RajaGrafindo Persada Jakarta.

Uzer, Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosdakarya

cxviii
PERTANYAAN INSTRUMEN
1. Guru SMA Teuku Umar Semarang

a. Bagaimana Penilaianmu terhadap guru di SMA Teuku Umar

Semarang ?

b. Apa alasan saudara memberikan pendapat seperti itu ? Jelaskan !

2. Profil Guru Ideal

a. Menurut pendpatmu profil guru ideal itu seperti apa ?

b. Guru seperti apa yang paling anda sukai ?

3. Guru Ideal

a. Siapakah guru yang paling anda anggap ideal di SMA Teuku Umar

Semarang ?

• Kenapa kamu menganggap guru tersebut ideal ?

• Mengapa anda menyukai guru tersebut ?

b. Siapakah guru yang tidak kamu idealkan ?

• Mengapa kamu tidak mengidealkan guru tersebut ?

cxix
HASIL WAWANCARA

PROFIL GURU IDEAL MENURUT SISWA DI SMA TEUKU UMAR

TAHUN 2004/2005

Wawancara dengan

Nama : Ida Yunita

Kelas : 2 IPS 4

T. Namanya siapa dek ?

J. Ida Yunita

T. Kelas ?

J. 2 IPS 4

T. Dek, penilaianmu terhadap guru di SMA Teuku Umar Semarang itu seperti

apa?

J. Sistem pengajarannya sudah cukup baik.

T. Kriteria baik menurut adek seperti apa ?

J. Sistem pembelajaran sudah memenuhi syarat, mengajar sudah tepat waktu,

kurikulum sudah sesuai dengan pendidikan yang lain.(disama ratakan)

T. Profil guru ideal itu seperti apa ?

J. Cerdas, arif, bijaksana dan disiplin, bertanggung jawab.

T. Guru seperti apa yang paling anda sukai ?

J. Guru yang bisa mengerti sifat dan sikap muridnya.

cxx
T. Siapa guru yang paling anda anggap ideal ?

J. Kepala sekolah Bpk Pramuji, kalau guru bu Nur (Ekonomi akutansi)

T. Alasan apa anda menyukai guru tersebut ?

J. Sabar dalam mengajar mudah dipahami.

T. Guru yang tidak anda sukai itu siapa ?

J. Namanya ?

T. Ya

J. Bu Nur ( Matematika )

T. Alasan adek tidak menyukai guru tersebut ?

J. Terlalu serius kepelajaran, tidak pernah diselingi apa-apa, dan sukar dipahami.

T. Ketika diluar ( pelajaran telah selesai) ?

J. Sama saja, tidak murah senyum dan galak.

T. Trimakasih ya dek...

Nama Nur Rohman

Kelas : 1.1

T. Nama Siapa ?

J. Nur Rohman,kelas 1.1

cxxi
T. Dek, menurut pendapatmu guru di SMA Teuku Umar Semarang orangnya

seperti apa ?

J. Bagus, ada yang baik, ada yang ramah trus ada juga yang galak.

T. Ketika adek udah tahu guru-guru tersebut menurut pendapat adek profil guru

ideal itu seperti apa ?

J. Kalau menerangkan mudah dipahami oleh siswa, ramah, nggak galak.

T. Guru seperti apa yang paling adek sukai?

J. Ramah, baik hati, suka menolong.

T. Ketika dalam prooses Belajar dan mengajar bagaimana ?

J. Dapat melakukan praktek di kelas meskipun tidak di lab

T. Guru yang paling anda anggap ideal di SMA Teuku Umar Semarang itu seperti

apa ?

J.Guru BP. Bu Tri

T. Alasan adek?

J. Waktu dia mengajar di kelas itu baik, kalau menerangkan enak.

T. Tentunya adek juga mempunyai guru yang tidak adek sukai, siapa?

J. Bu Novi guru fisika ?

T. Alasan adek ?

J. Suka marah, kalau murid gak bisa dimarahi, belum diajarkan sudah untuk

mengerjakan soal.

cxxii
T. Terus kalau diluar bagaimana (ketika proses belajar mengajar sudah selesai) ?

J. Judes, sombong, kalau dispa tidak mau menyapa.

T. Ya sudah trimakasih ya dek...

Nama : Kustup Satrio Wibowo

Kelas : 1.1

T. Ketika terjadi proses belajar dan mengajar tentunya adek sudah dapat menilai

guru di sini. Yang ingin saya tanyakan guru di SMA Teuku Umar itu seperti

apa ?

J. Kalau mengajar ada yang bisa dipahami ada juga yang kurang jelas, profesional,

ada yang sedikit suka humor.

T. Menurut pendapatmu harusnya profil guru ideal itu seperti apa ?

J. Kalau mengajar santai tidak terlalu serius, ada humor sedikit biar tidak ngantuk

kalau memperhatikan pelajarannnya.

T. Kalu diluar ketika propses belajar mengajar sudah selesai ?

J. Tidak sombong.

T. Guru seperti apa yang anda sukai ?

J. Disiplin, kalau di kelas mengajarnya santai, kalau ngasih PR tidak banyak-

banyak.

T. Guru yang anda anggap ideal di SMA Teuku Umar itu siapa ?

cxxiii
J. Bu Nur Dwi

T. Mengapa bu Nur anda anggap ideal ?

J. Ngasih tugas nggak banyak nggak sedikit, liburan tidak dikasih tugas, kalau

mengajar nggak serius banget.

T. Guru yang tidak adek idealkan seperti apa ?

J. Di luar dan dikelas sama.

T. Siapa ?

J. Bu Ulfa ( Bahasa Inggris)

T. Alasannya ?

J. Kalau ngajar sulit dipahami, kalau ngajar tidak ada senyum senyumnya sedikit,

kalau disapa tidak membalas menyapa.

T. Trimakasih ya dek...

Nama : Hening R.F

Kelas : 2 IPS 4

T. Namanya siapa ?

J. Hening

T. Kelas?

J. II IPS 4

cxxiv
T. Bagaimana penilaian adek terhadap guru di SMA Teuku Umar ?

J. Kalau menurut saya, guru di SMU Tengku Umar kalau mengajar sudah

professional, sudah mengikuti kurikulum sekarang, kalau ngasih tugas tidak

sulit, orangnya baik-baik, walau ada juga yang galak tapi hanya sebagian saja.

T. Menurut pendapatmu profil guru ideal itu seperti apa?

J. Dari segi fisik atau mengajarnya?

T. Dari segi pribadi, sosial maupun professional

J. Kalau dari segi sosial, guru tersebut jika bersama-sama anak-anak dekat,

dekatnya yaitu ketika bertemu saling bersendau gurau. Kalau dari segi

professional, kalau mengajar seperti dikuliah-kuliahan.

T. Maksudnya?

J. Gak suka diceramahi, tapi ada yang memberi masukan atau pendapat. Dan saya

paling suka dengan bu Umi (guru PPKn) kalau dari segi pribadinya saya suka

bu Endang, karena bsa ngemong, seperti anaknya sendiri, sabar.

T. Kalau guru yang tidak kamu idealkan itu siapa?

J. Pak Abadi, karena gurunya super sibuk, sehingga kalau sudah ngasih tugas

ditinggal lagi sehingga tidak mencerminkan guru yang seharusnya jadi guru,

karena guru tersebut tidak memberi contoh harus mengambarkan seperti apa

tapi langsung diberi tugas.

T. Bagaiman dengan penilaian pak Abadi?

cxxv
J. Orangnya cuek, sebab jika dah ngasih tugas dikumpulkan kemudian beberapa

hari diberi tugas lagi dan seterusnya.

T. Kalau dirapot ?

J. Minimal 7 ( mudah )

T. Kalau dalam proses belajar mengajar adik suka guru seperti apa?

J. Kalau ngasih contoh mudah, murah senyum, dekat dengan anak-anak ( supel ),

tidak mudah marah

T. Kalau anda dimulai dari mana, suka dengan gurunya dulu baru mata

pelajarannya atau sebaliknya?

J. Kalau saya lihat gurunya suka, ketika mengajar sabar maka saya mulai tertarik

dengan pelajarannya.

Nama: Wisnu Broto A

Kelas : 1.1

T. Dek dalam interaksi belajar-mengajar di SMU Teuku Umar tentunya adek

dapat memberikan penilaian. Bagaimana guru di SMU Teuku Umar?

J. Guru disini enak diajak ngobrol, bias untuk tempat curhat, guru disini juga suka

humor, sehingga nyambung satu dengan yang lain

T. Bagaiman kalau disiplin tegas atau galak?

cxxvi
J. Kadang suka kadang tidak, suka jika disiplin didalam kelas, tapi kalau diluar

kelas tuh gimana…enaknya kalau disiplin, tegas, galak tuh didalam kelas.

Kalau diluar kelas tuh enaknya biasa-biasa saja tidak terlalu disiplin

T. Ketika dalam proses belajar-mengajar adik dapat menilai profil guru seperti apa

yang adik inginkan?

J. Yang memberi pelajarnnya enak, menjelaskannya juga enak, kalau dikelas tidak

terlalu serius, jadinya agak senyum-senyum sedikit, gurunya yang sabar.

T. Dik guru seperti apa yang adik sukai?

J. Gurunya ramah, cantik atau ganteng

T. Ketika pelajaran, kamu suka sama pelajarannya dulu atau gurunya dulu?

J. Suka pelajarannya dulu baru gurunya, Jadi kalau kita sudah suka mata

pelajarannya kemudian kita juga mengikuti alur gurunya.

T. Siapa guru yabg anda anggap ideal?

J. Yang paling saya idealkan adalah guru biologi, alasannya kalau ia menjelaskan

detail sekali dalam menjelaskan kepada siswa, mudah diterima.

T. Suka humor, cantik?

J. Ya, suka humor dan lumayan cantik

T. Bu biologi namanya siapa?

J. Bu Siti Khoirun

T. Kalau dilihat dari segi sosialnya ibu tersebut itu seperti apa?

cxxvii
J. Pandai bergaul karena setiap kali memberi pelajaran muridnya mudah dipahami

T. Kalau dari segi kepribadiannya seperti apa?

J. Baik luar dalam

T. Kenapa dikatakan baik luar?

J. Karena dia tidak pilih kasih baik cantik atau ganteng

T. Kalau dari dalamnya?

J. Penyabar, menjalankan ibadah

T. Guru yabg tidak kamu idealkan siapa?

J. Bu Bahasa Inggris( Bu Ulfa)

T. Kenapa?

J. kalau menerangkan kurang jelas, disapa tidak membalas, sombong, tidak suka

humor, suka marah, cemberut

T. kalau interaksi dengan siswa bagaimana?

J. Saya lihat dia jarang dekat dengan anak

Nama : Iqbal Prahediansyah

Kelas : 1.1

T. Dik disini sudah stu tahun, tentunya adik sudah bisa menilai guru di SMA

Teuku Umar?

J. Kalau secara keseluruhan saya beri nilai B

cxxviii
T. Alasannya?

J. Ada keharmonisan antara guru dan siswa, selain itu semua guru tidak sama, ada

yang cuek ada yang bisa bergaul dengan muridnya.

T. Kira-Kira guru disana professional nggak?

J. Ada yang berkata A dilain hari berkata B ( plin-plan). Dan mayoritas guru disini

muda-muda, sehingga kurang banyak pengalaman.

T. Dik, Menurut anda guru yang ideal itu seperti apa?

J. Guru ideal itu adalah guru yang memberi materi tidak memaksa, dia itu tidak

harus hafal materi tapi ada pemahaman terhadap sesuatu, Selain itu juga dapat

memberi contoh yang spesifik, bisa menempatkan diri, berwibawa.

T. Guru yang anda sukai di SMA Teuku Umar itu siapa?

J. Ada satu Bapak Ahmad M. Guru agama, karena bisa menempatkan diri, tertib.

T. Anda menilai dalam mata pelajaran, gurunya dulu yang anda sukai atau mata

pelajarannya?

J. Gurunya enak, baru bisa mengikutinya.

T. Bapak Ahmad M kepribadiannya seperti apa?

J. Baik, dia pandai menempatkan diri, sabar.

T. Kalau dari segi keprofesionalan dia?

J. Pemahaman terhadap materi bagus.

T. Kalau segi sosialnya?

cxxix
J. Pandai bergaul, sopan.

T. Dik, tentunya ada seorang guru yang tidak kamu idealkan, siapa?

J. Ada, Bu Ita( PPKn), karena dari segi mengajar kurang jelas, dan saat memberi

tugas melenceng dari materi itu sendiri sehingga memberatkan siswa

T. Dalam proses belajar mengajar bagaimana?

J. Judes, angkuh, kata-katanya kasar, ketika berpapasan cuek atau sombong.

T. Makasih ya dik….

J. Ya

Nama : Ratih Purnama S.

Kelas : 2 IPS 4

T. Dalam proses kegiatan belajar dan mengajar tentu anda sudah dapat

memberikan penilaian terhadap guru di SMA Teuku Umar. Bagaimana

penilaianmu terhadap guru di SMA Teuku Umar ?

J. Baik-baik

T. Mengapa adek, bisa mengatakan guru tersebut baik, dipandang dari segi apa ?

J. Mengajarnya, disiplinnya, cara berpakaiannya rapi.

T. Perlukah guru tersebut cantik atau tampan ?

J. Perlu

T. Menurut pendapatmu profil guru ideal itu seperti apa ?

cxxx
J. Guru yang bisa mengajar murid, bagaimana caranya disiplin, bagaimana tata

cara yang baik, menerangkannya dengan santai tetapi tidak terlalu santai dan

bisa menarik perhatian siswa.

T. Guru yang paling anda sukai kriterianya seperti apa ?

J. Baik, ramah sama orang, disiplin dan bisa bercanda.

T. Siapakah guru yang paling anda anggap ideal di SMA Teuku Umar ?

J. Bu Asri

T. Adek mengidealkan guru tersebut apa alasannya ?

J. Orangnya tergas, kalau ada murid yang melanggar tata tertib langsung diberi

hukuman, guru tersebut perempuan tapi bertingkah laku seperti laki-laki tegas.

T. Guru yang tidak kamu diealkan siapa / alasan apa adek tidak mengidealkan

guru tersebut ?

J. Pak Eko ( Komputer)

T. Kenapa alasannya ?

J. Sebenarnya gurunya enak tapi waktu pelajaran selalu tidak bisa mengimbangi

antara belajar dan bercanda, kalau belajar itukan harus serius tapi selalu

bercanda., harusnya guru bisa menyeimbangi anatar bercanda dan serius.

T. Trimakasih ya dek atas bantuannya ...

J. Sama-sama

cxxxi
Nama : Devi Fajar A

Kelas : 1.1

T. Dalam interaksi belajar dan mengajar di SMA Teuku Umar tentunya adik

dapat menilai, bagaimana guru di SMA Teuku Umar ?

J. Gurunya enak, ramah, kalau mengajar mudah dimengerti, bisa bergaul sama

muridnya jadi muridnya gak tegang waktu mengajar.

T. Menurut pendapatmu profil guru ideal itu seperti apa ?

J. Cakep, baik, mau mengerti kondisi muridnya, nggak menekan pada pelajaran

kalau belum mengerti.

T. Guru seperti apa yang paling adik sukai ?

J. Gurunya enak diajak diskusi, mau membantu murid kalau ada soal-soal yang

tidak dapat dimengerti, ramah.

T. Kalau yang paling adik sukai gurunya itu seperti apa ?

J. Bisa mengeti muridnya, bisa mengejar dengan baik.

T. Siapakah guru yang paling adek suakai di SMA Teuku Umar ini ?

J. Bu anis

T. Alasannya ?

J. Menerangkannya detail sekali, kalau diberi pertanyaan gak terlalu susah, tidak

pilih kasih.

T. Kalau diluar bagaimana ?

cxxxii
J. Enak, gurunya kan jaga perpus, jadi kalau ke perpus mau bertanya bebas.

T. Siapakah guru yang tidak kamu idealkan ?

J. Nggak ada.

T. Kamu pasti pernah merasakan, tidak suka terhadap guru tersebut, siapa ?

J. Guru matematika Bapak aziz

T. Alasan adik ?

J. Terlalu mencampuri urusan orang lain, kalau ngajar Cuma dikasih soal,

diterangkannya sedikit sekali, tidan mudah dimengerti.

T. Trimakasih ya dik...

J. Ya..

cxxxiii
cxxxiv

You might also like

  • 153
    153
    Document120 pages
    153
    safran
    No ratings yet
  • 159
    159
    Document80 pages
    159
    safran
    No ratings yet
  • 161
    161
    Document104 pages
    161
    safran
    No ratings yet
  • 162
    162
    Document162 pages
    162
    Muhammad Arif Fadhillah Lubis
    No ratings yet
  • 154
    154
    Document178 pages
    154
    safran
    No ratings yet
  • 157
    157
    Document98 pages
    157
    safran
    No ratings yet
  • 158
    158
    Document141 pages
    158
    safran
    No ratings yet
  • 149
    149
    Document75 pages
    149
    safran
    No ratings yet
  • 156
    156
    Document100 pages
    156
    safran
    No ratings yet
  • 150
    150
    Document85 pages
    150
    safran
    No ratings yet
  • 147
    147
    Document170 pages
    147
    safran
    No ratings yet
  • 151
    151
    Document191 pages
    151
    safran
    No ratings yet
  • 152
    152
    Document167 pages
    152
    safran
    No ratings yet
  • 148
    148
    Document83 pages
    148
    safran
    No ratings yet
  • 136
    136
    Document84 pages
    136
    safran
    No ratings yet
  • 138
    138
    Document97 pages
    138
    safran
    No ratings yet
  • 137
    137
    Document115 pages
    137
    safran
    No ratings yet
  • 144
    144
    Document66 pages
    144
    safran
    100% (1)
  • 133
    133
    Document77 pages
    133
    safran
    No ratings yet
  • 139
    139
    Document76 pages
    139
    safran
    No ratings yet
  • 125
    125
    Document77 pages
    125
    safran
    No ratings yet
  • 132
    132
    Document57 pages
    132
    safran
    No ratings yet
  • 117
    117
    Document79 pages
    117
    safran
    No ratings yet
  • 134
    134
    Document79 pages
    134
    safran
    No ratings yet
  • 126
    126
    Document86 pages
    126
    safran
    No ratings yet
  • 129
    129
    Document74 pages
    129
    safran
    No ratings yet