Professional Documents
Culture Documents
201
1
Modul 1
KELARUTAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu, untuk :
1) Dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
aktif.
2) Dapat menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan
suatu zat.
A. LANDASAN TEORI
a. Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap
suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam
bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 1 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat
terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan
jenuh.
Keterangan :
pHp = harga pH terendah/tertinggi dimana zat yang berbentuk asam atau
basa lemah masih dapat larut.
S = Konsentrasi molar zat dalam yang ditambahkan
So = Kelarutan molar fraksi asam atau basa yang tidak terdisosiasi
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 3 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti
perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang
rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air.
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 4 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
So = kelarutan zat padat yang ukuran partikelnya lebih besar
r = Tegangan permukaan partikel zat padat
v = volume partikel dalam cm2 per mol
R = jari-jari akhir partikel dalam cm2
T = temperatur absolute
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 5 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian
polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara, surfaktan mempunyai
kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel.
Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik
(KMK). (Ahmad, 2009)
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 6 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan
medium sekaligus membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa
oleh misel larut ke dalam medium (Martin et al., 1993). Penggunaan
surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk
agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar
tinggi sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan
mampu berinteraksi kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula
mempengaruhi permeabilitas membran tempat absorbsi obat karena
surfaktan dan membran mengandung komponen penyusun yang sama
(Attwood & Florence, 1985; Sudjaswadi, 1991).
a. Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan serbuk hablur halus putih, biasanya
berbentuk jarum halus, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk
sintetis warna putih dan tidak berbau. Asam salisilat sukar larut dalam air
dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam
air mendidih dan agak sukar larut dalam kloroform (Anonim a, 1995).
Struktur Asam salisilat :
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 7 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam
organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang
paling dikenal asalah asam asetilsalisilat.
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 8 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
C7H6O3 BM 138,12
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O3 .
Pemerian Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir
tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%);
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan
amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium
sitrat P.
Penetapan kadar Timbang seksama 3g, larutkan dalam 15ml etanol (95%) P
hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan
20ml air. Titrasi dengan natrium hidroksida 0,5N menggunakan indikator
merah fenol P.
1ml natrium hidroksida 0,5N ≈ 69,06mg C7H6O3
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 9 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Bahan
· Alcohol
· Air
· Propilen glikol
· Asam salisilat
· Fenoftalein
· NaOH 0,1 N
· Tween 80
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 10 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Kd = 24 + 2 + 5
Kd = 31
· KD Campuran 2
Kd = 24 + 3,5 + 1,25
Kd = 28,75
· KD Campuran 3
Kd = 24 + 4 + 0
Kd = 28
· KD Campuran 4
Kd = 24 + 3 + 2,5
Kd = 27,5
48,4 . 0,1 = 50 . M2
M2 = 9,68 × 10-2
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 11 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
V1.M1=V2.M2
28,3 . 0,1 = 50 . M2
M2 = 5,66 × 10-2
M2 = 5,3 × 10-2
M2 = 9 × 10-2
1. V1 M1 = V2 M2
X . .20 = 50 . 0
100 100
X = 0 ml
2. V1 M1 = V2 M2
X . 20 = 50 . 0.6
100 100
X = 1.5 ml
3. V1 M1 = V2 M2
X . 20 = 50 . 4.0
100 100
X = 10 ml
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 12 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
4. V1 M1 = V2 M2
X . 20 = 50 . 8.0
100 100
X = 20 ml
1. Labu 0 ml 3. Labu 10 ml
V1 M1 = V2 M2 V1 M1 = V2 M2
8.6 . 0.1 = 50 M2 10.5 . 0.1 = 50 M2
M2 = 1.72 × 10-2 M2 = 2.1 × 10-2
V1 × M1 = V2 × M2
pH 5
V1 × M1 = V2 × M2
25 ml x M1 = 25,5 ml x 0,1 N
M1 = 25,5 x 0,125
M1 = 0,1020 N
pH 6
V1 × M1 = V2 × M2
25 ml x M1 = 26,3 ml x 0,1 N
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 13 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
M1 = 26,3 x 0,125
M1 = 0,1052 N
pH 7
V1 × M1 = V2 × M2
25 ml x M1 = 28,4 ml x 0,1 N
M1 = 28,4 x 0,125
M1 = 0,1136 N
pH 8
V1 × M1 = V2 × M2
25 ml x M1 = 32,1 ml x 0,1 N
M1 = 32,1 x 0,125
M1 = 0,1284 N
A. PROSEDUR KERJA
1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan Disolusi zat
Bejana diisi dengan air suling sebanyak 900ml
Masukan 2 gram Asam salisilat jika suhu air sudah mencapai 370C dan
hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 14 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Setiap , 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan, ambil
sebanyak 20 ml air dari bejana. Setiap pengambilan sampel, gantikan
dengan 20 ml air suling.
Tentuka kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan metode
titrasi asam basa menggunakan NaOH 0,05N dan indicator Fenolftalein.
Lakukan koreksi konsentrasi asam salisilat yang diperoleh setiap selang
waktu pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan sampel
dengan air suling.
Lakukan percobaan yang sama pada suhu 400 dan 500C untuk melihat
pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi
Buat kurva antar konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu
Masukan 2 gram Asam salisilat jika suhu air sudah mencapai 370C dan
hidupkan motor penggerak pada kecepatan 50 rpm
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 15 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Setiap , 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit setelah pengadukan, ambil
sebanyak 20 ml air dari bejana. Setiap pengambilan sampel, gantikan
dengan 20 ml air suling.
Tentukan kadar asam salisilat terlarut dari setiap sampel dengan metode
titrasi asam basa menggunakan NaOH 0,05N dan indicator Fenolftalein.
Lakukan koreksi konsentrasi asam salisilat yang diperoleh setiap selang
waktu pengenceran yang dilakukan karena penggantian larutan sampel
dengan air suling.
Buat kurva antar konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu
A. HASIL PENGAMATAN
a. Pengaruh Pelarut Campur (Cosolvent) Terhadap Kelarutan suatu Zat
Tabel 1. Komposisi Pelarut Campur
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 16 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Tabel 2. Volume NaOH Setelah Titrasi Asam Basa
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 17 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
A. PEMBAHASAN
a. PENGARUH PENAMBAHAN COSOLVENT TERHADAP
KELARUTAN.
Asam salisilat sangat mudah larut dalam etanol, sangat sukar larut
dalam aquadest. Banyaknya volume titran (NaOH) juga dipengaruhi oleh
kelarutan dari asam salisilat tersebut. Dengan etanol pekat (96%) asam
salisilat sangat mudah larut sehingga jika kandungan alkohol pada pelarut
campur lebih banyak asam salisilat yang terlarut pun semakin banyak dan
ikatannya semakin kuat, sehingga pada saat di titrasi dengan NaOH ikatan
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 19 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
akan sulit dipisahkan sehingga dibutuhkan volume NaOH yang lebih
banyak. Berbeda dengan apabila kandungan aquadest lebih banyak maka
volume NaOH yang dibutuhkan lebih sedikit karena asam salisilat yang
terkandung dalam pelarut lebih sedikit, terlebih lagi sebelum dilakukan
titrasi, penyaringan dilakukan untuk mendapatkan larutan jenuh, dimana
asam salisilat yang tidak larut akan tertinggal dikertas saring sehingga
asam salisilat berada dalam bentuk asam bebas. Dengan demikian titrasi
yang terjadi hanya antara NaOH dan aquadest.(Domina, 2010).
Asam salisilat sangat mudah larut dalam etanol, sangat sukar larut
dalam aquadest. Banyaknya volume titran (NaOH) juga dipengaruhi oleh
kelarutan dari asam salisilat tersebut. Dengan etanol pekat (96%) asam
salisilat sangat mudah larut sehingga jika kandungan alkohol pada pelarut
campur lebih banyak asam salisilat yang terlarut pun semakin banyak dan
ikatannya semakin kuat, sehingga pada saat di titrasi dengan NaOH ikatan
akan sulit dipisahkan sehingga dibutuhkan volume NaOH yang lebih
banyak. Berbeda dengan apabila kandungan aquadest lebih banyak maka
volume NaOH yang dibutuhkan lebih sedikit karena asam salisilat yang
terkandung dalam pelarut lebih sedikit, terlebih lagi sebelum dilakukan
titrasi, penyaringan dilakukan untuk mendapatkan larutan jenuh, dimana
asam salisilat yang tidak larut akan tertinggal dikertas saring sehingga
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 21 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
asam salisilat berada dalam bentuk asam bebas. Dengan demikian titrasi
yang terjadi hanya antara NaOH dan aquadest.(Domina, 2010)
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 22 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Hal ini menunjukan surfaktan tersebut telah menurunkan
tegangan permukaan pada larutan asam salisilat sampai pada titik
KMK (Konsentrasi Misel Kritik). Pada titik KMK (Konsentrasi Misel
Kritik) ini surfaktan menjadi jenuh dan surfaktan yang berlebih
akan membentuk misel. Misel sendiri adalah suatu agregat yang
mengandung monomer-monomer surfaktan. Pada konsentrasi
setelah KMK (Konsentrasi Misel Kritik), surfaktan akan
meningkatkan kelarutan zat yang tidak larut air karena zat
tersebut dapat tersembunyi di dalam misel.
Misel ini berperan dalam proses solubilisasi miselar. Solubilisasi
miselar adalah suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul
zat yang sukar larut dalam air melalui interaksi yang reversibel
dengan misel dari surfaktan larutan sehingga terbentuk suatu
larutan yang stabil secara termodinamika.
Grafik kmk
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 23 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
Asam salisilat yang bersifat asam lemah akan lebih mudah larut
dalam pelarut yang bersifat basa. Dalam hal ini, asam salisilat larut
dengan baik pada pH 8. Semakin tinggi pH-nya maka semakin larut
pula asam salisilatnya. Dalam perhitungan juga terbukti jelas
konsentrasi maksimum pelarutan ada di pH 8 sebesar 0,1284 N, lebih
besar dibandingkan pH dibawahnya.
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 24 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
juga terdapat bahan yang larut, namun tidak dilakukan penambahan
asam salisilat lagi jadi tidak dapat diketahui juga berapa kadar
maksimum pelarutan asam salisilat terhadap pengaruh pH ini.
A. KESIMPULAN
• Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Suatu Zat
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 25 dari 39
Laporan Praktikum Farmasi Fisika
201
1
bersifat basa lemah larut terhadap larutan yang ber pH basa lemah. Hal ini
dapat terlihat pada hasil perhitungan berikut ini:
pH Asam salisilat
(N)
5 0,1020
6 0,1052
7 0,1136
8 0,1572
DAFTAR PUSTAKA
Mengesahkan
Asisten Penanggungjawab Kelompok, Nilai Laporan Praktikum,
______________________________
Lab. Farmasi Terpadu Unit E – Farmasi Fisika – Department of Pharmacy – Bandung Islamic
University 27 dari 39