Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun sebagai tempat untuk kegiatan
usaha. Sehubungan dengan hal tersebut akan meningkat pula kebutuhan akan
yang tertulis, lengkap dan jelas, yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan
hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu
berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Begitu
pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha
memiliki dan menguasainya. Dengan adanya hal tersebut maka dapat menimbulkan
didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
1
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat .Ketentuan mengenai tanah
juga dapat kita lihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut
dengan UUPA. Timbulnya sengketa hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu
pihak (orang/badan) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah,
baik terhadap status tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat
mengenai hak atas tanah bagi rakyat Indonesia seluruhnya. Oleh karena itu, untuk
Hasil dari proses pendaftaran tanah, kepada pemegang hak atas tanah yang
didaftar diberikan surat tanda bukti hak yang disebut sertipikat. Sertipikat menurut
PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah berupa satu lembar
dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang diperlukan dari suatu bidang
2
Terselenggaranya pendaftaran tanah memungkinkan bagi para pemegang hak
atas tanah dapat dengan mudah membuktikan hak atas tanah yang dikuasainya. Bagi
para pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditur dapat
dengan mudah untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang
menjadi objek perbuatan hukum yang akan dilakukan. Bagi pemerintah dapat
Tanah. Namun dalam perjalanan waktu keberadaan PP ini dianggap belum maksimal
karena ada beberapa kendala diantaranya keterbatasan dana dan tenaga sehingga
penguasaan tanah-tanah sebagian besar tidak didukung oleh alat pembuktian yang
memadai.
untuk terlaksananya pendaftaran tanah dengan waktu yang singkat dan hasil yang
memuaskan. Karena tidak ada batas waktu dalam mendaftarkan tanah yang diperoleh
setelah peralihan hak, selain itu yang mendaftar tidak harus Pejabat Pembuat Akta
tanah tetapi bisa juga pemilik baru dari hak atas tanah sehingga seringkali tanahnya
Pendaftaran Tanah.
3
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 19 UUPA
untuk memberikan bagi si pemilik dan atau yang menguasai tanah tersebut, meliputi
kepastian obyek tanah, hak dan subyek dan ketertiban administrasi pertanahan. Jadi
dengan telah didaftarkannya hak atas tanah terhadap suatu bidang tanah, maka akan
tersebut dibuktikan dengan sertipikat tanah, tang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.
Pndaftaran tanah terbagi dalam dua tahap yaitu tahap pendaftaran pertama kali
pertama kali meliputi kegiatan antara lain pengukuran, pemetaan, dan pembukuan
tanah, pendaftaran dan peralihan hak atas tanah, serta pemberian surat tanda bukti
Salah satu hal yang paling penting dalam proses pendaftaran tanah adalah
proses pengukuran tanah, dan sebelum tanah diukur maka harus sudah terpasang
tanda batas tanah di setiap sudut tanah. Adapun yang perlu dilakukan oleh pemegang
memelihara tanda batas yang telah ada dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
Meskipun kepemilikan tanah telah diatur sedemikian rupa, namun masih saja
4
tumpang tindih atau overlapping batas bidang tanah akibat tidak jelasnya batas suatu
bidang tanah yang disebabkan pemilik tanah tidak memelihara tanda batas tanah.
Juga seringnya pemilik tanah selaku pemegang sertipikat tanah tidak mengetahui
sampai dimana batas tanah yang dimilikinya akibat tidak ada tanda batas tanah atau
hilangnya tanda batas tanah. Demikian juga dalam hal kepemilikan sebidang tanah,
misalnya saja terhadap sebidang tanah yang sudah dikuasai oleh subjek hukum
selama bertahun tahun dan telah dilengkapi dengan sertipikat. Terhadap tanah itu
masih ada pihak luar yang menuntut hak atas tanah tersebut. Permasalahan ini sering
memberikan penjelasan arti pentingnya sertipikat tanah yang berfungsi sebagai alat
ditentukan, dan salah satunya adalah kewajiban pemilik tanah untuk memasang
tanda batas atas bidang tanah tersebut dan memelihara tanda batas, dan pemasangan
memasang dan memelihara tanda batas terhadap pemilik tanah dimaksudkkan untuk
sedikitnya terdapat 2.810 kasus sengketa tanah skala nasional. Kasus sengketa tanah
5
yang berjumlah 2.810 kasus itu tersebar di seluruh indonesia dalam skala besar.
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti dan
Tanah.
sekaligus juga sebagai pembatasan permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai
berikut :
6
2. Untuk menganalisis akibat hukum yang timbul dari tidak dilaksanakannya
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis.
Pemerintah Indonesia, Badan Pertanahan Nasional dan lebih khusus lagi bagi
aparat dan pejabat pertanahan di daerah mengenai arti penting dari kewajiban
pemilik tanah untuk memasang tanda batas tanah dalam rangka mewujudkan
kepastian hukum sertipikat hak atas tanah dan juga untuk mengurangi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan tanah. Hal ini menyebabkan peranan tanah sangat besar bagi pemenuhan
Lebih lanjut kebijakan publik menurut Inu Kencana yang dikutip dari William
1
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta, 2002, hal. 35.
8
yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada
adakalanya terjadi kesenjangan antara yang dirumuskan dengan apa yang yang
dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, Said Zainal Abidin menyimpulkan, "kebijakan
yang baik adalah kebijakan yang mempunyai tujuan yang rasional dan diinginkan,
Tanah.
2
Inu Kencana Syafiie, dkk, Ilmu Administrasi Publik, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal. 107.
3
Said Zainal Abidin, Op. Cit, hal. 208.
9
sistematis, yang dikenal dengan Proyek Ajudikasi. Proyek ini akan dinikmati oleh
pendaftaran tanah. Hal ini sesuai dengan pandangan Harold D. Lasswell dalam M.
dalam M. Irfan Islamy, kebijakan diartikan sebagai "suatu taktik dan strategi yang
Pakar lain Said Zainal Abidin, menyatakan kebijakan secara umum dapat
berikut :
4
M. Irfan Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hal. 15.
5
Said Zainal Abidin, Op. Cit, hal. 28.
10
didistribusikan, digunakan, dan dilindungi dalam masyarakat. Dalam kaitannya
Pertanahan ada beberapa macam, salah satu pengertian tersebut adalah yang disitir
oleh BAPPENAS dan BPN dalam laporan akhir Proyek Administrasi Pertanahan,
information about the ownership, value and use of land and its associated
resources ".
1. Setiap bidang tanah telah tersedia catatan mengenai data fisik dan yuridis,
penguasaan, penggunaan, nilai tanah, jenis tanah dan jenis hak yang dikelola
11
2. 1. 1. Pengertian Pendaftaran Tanah
Istilah Pendaftaran tanah berasal dari kata “Cadastre” dalam bahasa Belanda
merupakan istilah teknis untuk suatu yang menunjukkan pada luas, nilai dan
Sedangkan kata “Cadastre” berasal dari bahasa latin “Capitastrum” yang berarti
suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah romawi
(Capotatio Terrens).6
pelaksanaan kegiatan, bahwa sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Kata "teratur"
7
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Edisi Revisi, Djambatan, Jakarta, 2005,hal. 474.
12
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan
rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun
serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
penyelenggaraan pendaftaran tanah yang berurutan, saling berkaitan satu sama lain
dan merupakan suatu kesatuan untuk memperoleh apa yang disebut sertipikat.
Kegiatan pendaftaran tanah tidak hanya diadakan sekali tetapi untuk seterusnya
apabila terjadi perubahan terhadap tanah maupun pemegang haknya sehingga sesuai
dengan kenyataan terakhir yang ada berlandaskan peraturan hukum yang ada.
1997 bahwa defenisi pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang
serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar
surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak
milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Nomor 10 tahun 1961 yang hanya meliputi : pengukuran, perpetaan dan pembukuan
tanah, pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta pemberian tanda bukti hak
13
Pendaftaran Tanah diselenggarakan untuk menjamin kepastian hukum,
pemerintah. 8
dilaksanakan untuk tujuan fiscal (fiscal kadaster) dan dalam hal menjamin
kepastian hukum seperti diuraikan di atas maka pendaftaran tanah menjadi Recht
Kadaster.9
Dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) pemerintah ditugaskan untuk melakukan
pendaftaran tanah. Selain itu pendaftaran tanah juga mewajibkan pemegang hak
atas tanah untuk melakukan pendaftaran haknya. Hal ini diatur dalam beberapa
pasal dalam UUPA, yaitu Pasal 23 mengenai pendaftaran Hak Milik, Pasal 32
8
Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, Jakarta, Maret 1989, hal. 3.
9
Ibid, hal. 5.
14
mengenai Pendaftaran Hak Guna Usaha dan Pasal 38 mengenai Pendaftaran Hak
Guna Bangunan.
dimaksud di atas. Pendaftaran tanah kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 tahun 1961, tetapi karena peraturan ini dianggap belum dapat
peraturan ini yaitu dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
kepastian hukum di bidang pertanahan, seperti yang ada dalam Pasal 19 UUPA.
Rincian lebih lanjut tujuan pendaftaran tanah diatur dalam PP Nomor 24 tahun 1997
15
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan
dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan
rumah susun yang sudah terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
dan agar dapat dengan mudah membuktikan haknya maka diberikanlah suatu
sertipakat hak atas tanah. Untuk menyediakan informasi sebagaimana dalam Pasal 3
berkepentingan dapat dengan mudah mencari data fisik dan data yuridis tentang
suatu bidang tanah yang sudah terdaftar. Sedangkan untuk tertib administrasi
pertanahan maka pendaftaran tanah tidak hanya dilakukan sekali tapi secara terus-
data fisik maupun data yuridis pada suatu bidang tanah mengalami suatu perubahan.
mengenai letak, luas dan batas-batas tanah yang bersangkutan). Hal ini
b. Memberikan kepastian hak, yaitu ditinjau dari segi yuridis mengenai status
hukum, siapa yang berhak atasnya (siapa yang mempunyai) dan ada tidaknya
10
J.B. Soesanto. Hukum Agraria I. (Semarang. Penerbit. Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945
Semarang). Hal 90
16
hak-hak dan kepentingan pihak lain (pihak ketiga). Kepastian mengenai status
diperlukan untuk mengetahui dengan siapa kita harus berhubungan untuk dapat
penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan secara efektif dan aman.
11
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukkan Undang-Undang Pokok Agraria, isi
dan pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 2005), hal. 471.
17
2. Asas Aman dimaksudkan untuk menunjukan bahwa, pendaftaran tanah harus
3. Asas Terjangkau artinya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi lemah dengan
4. Asas Mutakhir artinya data-data yang ada didalam atau diperoleh dari
dan data yuridis, akan dapat memperoleh data yang benar setiap saat di Kantor
Pertanahan.
Ada dua macam sistem pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono, yaitu
didaftar, bentuk penyimpanan dan penyajian data yuridisnya serta bentuk tanda
bukti haknya.12
12
Ibid., hal. 76.
18
Baik dalam sistem pendaftaran akta maupun dalam sistem pendaftaran hak,
akta merupakan sumber data yuridis. Dalam sistem Pendaftaran akta, akta-akta
inilah yang didaftar. Dalam sistem pendaftaran akta, pejabatnya bersikap pasif. Ia
tidak melakukan pengujian kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar.
Di kantor Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT), salinan akta disimpan dan terbuka
untuk umum, sedangkan pemilik hak diberikan tanda bukti berupa asli atau minuta
akta tersebut.
Dalam sistem pendaftaran akta tiap kali terjadi perubahan wajib dibuatkan
akta sebagai buktinya. Sehingga dalam sistem ini, data yuridis yang diperlukan
harus dicari dalam akta-akta yang bersangkutan. Cacat hukum dalam suatu akta bisa
mengakibatkan tidak sahnya perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta yang
dibuat kemudian. Untuk memperoleh data yuridis harus dilakukan apa yang disebut
“title search”, yang bisa memakan waktu dan biaya karena memerlukan bantuan
harus mengadakan tittle search pada akta-akta yang ada yaitu sistem pendaftaran
hak
19
Untuk pendaftaran hak dan perubahan-perubahannya yang terjadi, kemudian
disediakan suatu daftar isian, yang biasa disebut “register” atau di Indonesia disebut
buku tanah, sehingga jika terjadi perubahan, tidak dibuatkan buku tanah baru,
melainkan dicatatkan pada ruang mutasi yang disediakan pada buku tanah yang
pengujian kebenaran data yang dimuat dalam akta yang bersangkutan, sehingga
pejabatnya dapat dikatakan bersikap aktif. Dalam sistem ini buku-buku tanah
disimpan di Kantor Pendaftaran Tanah dan terbuka untuk umum. Sebagai tanda
bukti hak, diterbitkan sertipikat yang merupakan salinan register, yang di Indonesia
sertipikat hak atas tanah terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur yang dijilid
Sistem publikasi pendaftaran tanah tergantung pada asas hukum yang dianut
oleh suatu negara dalam mengalihkan hak atas tanahnya. Ada beberapa sistem
sistem positif. 13
a. Sistem Torrens.
Sistem Torrens berasal dari Australia Selatan, diciptakan oleh Sor Robert
Torrens. Sistem ini lebih dikenal dengan nama The Real Property Act atau
13
Bachtiar Effendi, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, (Bandung: Alumni, 1993), hal.47.
20
Torrens Act yang mulai berlaku di Australia Selatan sejak tanggal 1 Juli 1858
dan sistem ini sekarang dipakai di banyak Negara, antara lain Aljazair, Tunisia,
materialnya masing-masing.14
sebelum dicatat dalam buku tanah, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
dan penyelidikan yang sangat teliti terhadap data yang disampaikan oleh
pemohon.
ketidakpastian diganti dengan kepastian, biaya lebih murah dan waktu yang
sangat dihalangi, banyak hak-hak milik atas tanah yang berkurang nilainya
karena ketidakpastian hukum hak atas tanah telah dikembalikan kepada nilai
yang sebenarnya.
Dalam sistem ini sertipikat tanah merupakan alat yang paling lengkap
tentang hak dari pemilik yang tersebut di dalamnya serta tidak dapat diganggu
gugat, demikian menurut Torrens. Ganti rugi terhadap pemilik sejati adalah
14
Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, (Bandung: Alumni,
1993), hal.30
21
melalui dana asuransi (verzekeringsponds) yang sebelumnya dikenakan pada
pemohon hak dalam pendaftaran tanah. Untuk merubah buku tanah adalah tidak
b. Sistem Positif.
Dalam sistem positif, suatu sertipikat tanah yang diberikan berlaku sebagai
tanda bukti hak atas tanah yang mutlak serta merupakan satu-satunya tanda bukti
hak atas tanah. Ciri pokok sistem ini adalah bahwa pendaftaran
tanah/pendaftaran hak atas tanah menjamin dengan sempurna bahwa nama yang
terdaftar dalam buku tanah adalah tidak dapat dibantah, kendatipun ia ternyata
bukan pemilik yang berhak atas tanah tersebut. Sistem positif ini memberikan
kepercayaan yang mutlak kepada buku tanah. Pejabat dalam sistem ini bersifat
sangat aktif, mereka menyelidiki apakah hak atas tanah yang dipindahkan itu
dipenuhi atau tidak. Menurut sistem ini hubungan antara hak dari orang yang
namanya terdaftar dalam buku tanah dengan pemberi hak sebelumnya terputus
15
ibid., hal.32.
22
3. mekanisme kerja dalam penerbitan sertipikat tanah mudah dimengerti oleh
orang awam.
Asas peralihan hak atas tanah dalam sistem ini adalah asas itikad baik, yaitu
berarti orang yang memperoleh hak dengan itikad baik akan tetap menjadi
pemegang yang sah menurut hukum. Jadi asas ini bertujuan untuk melindungi
orang yang beritikad baik. Untuk melindungi orang yang beritikad baik inilah
perlu daftar umum yang mempunyai kekuatan pembuktian. Dalam sistem ini
pihak ketiga yang beritikad baik yang bertindak berdasarkan bukti tersebut
menurut sistem positif ini mendapatkan jaminan mutlak dengan adanya uang
segala keterangan yang tercantum dalam sertipikat tanah tersebut adalah tidak
benar.16
Dengan demikian, sistem Positif ini memberikan suatu jaminan yang mutlak
2. Pemilik yang sebenarnya berhak atas tanah akan kehilangan haknya oleh
c. Sistem Negatif.
16
ibid, hal 33
17
log. cit.
23
Menurut sistem Negatif bahwa segala apa yang tercantum dalam sertipikat
tanah dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya.
Asas peralihan hak atas tanah menurut sistem ini adalah asas “nemo plus
yuris”.18 Asas Nemo plus yuris artinya orang tidak dapat mengalihkan hak
melebihi hak yang ada padanya. Jadi pengalihan hak oleh orang yang tidak
berhak adalah batal. Asas ini bertujuan untuk melindungi pemegang hak yang
sebenarnya. Ia selalu dapat menuntut kembali haknya yang terdaftar atas nama
orang lain.
Ciri pokok sistem negatif ini ialah bahwa pendaftaran tanah/pendaftaran hak
atas tanah tidaklah menjamin bahwa nama-nama yang terdaftar dalam buku
tanah tidak dapat untuk dibantah jika nama yang terdaftar bukanlah pemilik yang
sebenarnya. Hak dari nama yang terdaftar ditentukan oleh hak dari pemberi hak
hukum dalam pendaftaran hak atas tanah. Ciri pokok lainnya dalam sistem ini
Kebaikan dari sistem ini adalah adanya perlindungan terhadap pemegang hak
sejati.19
19
ibid, hal 34
20
ibid, hal 35
24
1. Peranan pasif pejabatnya yang menyebabkan tumpang tindihnya sertipikat
tanah.
orang yang melakukan perbuatan hukum mengenai tanah yang haknya sudah
didaftar, berdasarkan data yang disajikan di Kantor Pendaftaran Tanah atau yang
tercantum di dalam surat tanda bukti hak yang diterbitkan atau didaftar oleh
Pejabat Pendaftaran Tanah, jika kemudian ternyata data tersebut tidak benar ? 21
Pada garis besarnya, menurut Boedi Harsono ada dua sistem publikasi
Pendaftaran tanah yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif.
Dalam sistem publikasi positif, data disimpan dalam register atau buku tanah dan
sertipikat sebagai surat tanda bukti hak. Dalam sistem ini, orang boleh
mempercayai penuh data yang disajikan dalam register karena pendaftaran atau
membuat orang menjadi pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, bukan
positif, orang yang dengan itikad baik dan pembayaran serta kemudian
21
Boedi harsono, op.cit. , hal 80
25
yang tidak dapat diganggu gugat dari orang yang namanya tidak terdaftar sebagai
pemegang hak dalam register, hal ini biasa disebut “indefeasible tittle” Dengan
selesainya dilakukan pendaftaran atas nama penerima hak, pemegang hak yang
orang yang melakukan perbuatan hukum mengenai tanah yang haknya sudah
didaftar.
pendaftaran yang dilakukan. Asas peralihan menurut sistem ini adalah asas
“nemo plus yuris”, yaitu orang tidak dapat menyerahkan atau memindahkan hak
melebihi apa yang ia punyai sendiri. Asas ini bertujuan untuk melindungi
pemegang hak atas tanah yang sebenarnya dari tindakan orang lain yang
mengalihkan haknya tanpa diketahui oleh pemegang hak yang sebenarnya. Maka
data yang disajikan dalam pendaftaran dengan sistem ini tidak boleh begitu saja
gugatan dari orang yang dapat membuktikan bahwa ialah pemegang hak yang
sebenarnya.
26
Sistem Publikasi yang digunakan dalam pendaftaran tanah menurut UUPA
dan PP Nomor 24 Tahun 1997 adalah sistem negatif yang mengandung unsur
positif.22
menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai pembuktian yang
kuat, seperti dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2), Pasal 23 ayat (2), Pasal 32 ayat
(2), dan Pasal 38 ayat (2) UUPA. Sehingga sistem Pendaftaran Tanah menurut
UUPA dan PP Nomor 24 Tahun 1997 bukanlah sistem negatif yang murni.
Sistem publikasi yang murni tidak akan menggunakan pendaftaran hak, juga
tidak akan ada pernyataan seperti dalam pasal-pasal UUPA tersebut, bahwa
prosedur pengumpulan sampai penyajian data fisik dan data yuridis yang
dilaksanakan secara seksama, agar data yang disajikan sejauh mungkin dapat
22
ibid, hal. 477
27
yang khusus diberi kewenangan sebagai petugas ukur dalam hal pengukuran atas
suatu hak atas tanah, hal tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas
teknis yang sudah dibakukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tahun 1997.
1. Metode Terrestris.
Terrestris.
1. Metode Trilaterasi
2. Metode Polar :
c. Gabungan metode
Apabila sudah tersedia titik dasar teknik nasional sekitar bidang tanah
28
tidak tersedia titik dasar teknik maka pengukuran bidang tanah dapat
2 Metode Fotogrametris
29
Untuk keperluan pendaftaran hak, Pengukuran bidang tanah dilaksanakan
setelah selesai melakukan penetapan batas dan pemasangan tanda-tanda batas pada
bersebelahan
geografis, batas, luas, dan bentuk geometris bidang tanah untuk keperluan
pendaftaran hak atas tanah, dalam hal ini untuk penyelenggaraan pendaftaran tanah
untuk pembuatan peta pendaftaran, peta bidang tanah, lampiran sertipikat (berupa
surat ukur), dan terutama untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai
unsur pengembalian batas apabila karena suatu hal batas-batas bidang tanah
tersebut hilang.
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk pengukuran bidang tanah dalam
30
1. Persiapan pengukuran ;
lokasi bidang tanah yang akan diukur. Kewajiban ini dilaksanakan oleh Satuan
Tugas Yuridis.
b. Jika salah satu pihak tidak dapat hadir atau berhalangan, maka sebagai
dapat diterima dan sah secara hukum apabila dinyatakan dengan Surat Kuasa
ukurnya.
d. Jika batas bidang tanah yang ditunjukkan oleh salah satu pihak saja, maka batas
b. Untuk pengukuran bidang tanah baru (belum terdaftar), penetapan batas bidang
31
c. Penetapan batas dilaksanakan oleh Satgas Ukur atas nama Ketua Panitia
d. Penetapan batas dilaksanakan oleh Satgas Yuridis atas nama Panitia Ajudikasi
e. Jika dalam penetapan batas bidang tanah tidak diperoleh kesepakatan antara
pemohon/pemilik bidang tanah yang bersangkutan dengan salah satu pihak yang
berbatasan, maka batas bidang tanah yang bersangkutan dinyatakan sebagai batas
sementara.
f. Hasil Penetapan batas dituangkan dalam risalah Penelitian Data Yuridis dan
pemohon/pemilik bidang tanah dan para pihak yang berbatasan pada kolom yang
tersedia.
g. Pada setiap bidang yang telah ditetapkan batas-batasnya diberi Nomor Identifikasi
b. Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila dianggap
perlu dipasang pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah
32
5. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah.
pelaksanaannya.
a. Satgas Yuridis cukup mengisi sketsa bidang yang ada pada Daftar Isian 201
karena dengan hasil pengukuran dan pemetaan yang baik akan menghasilkan
kepastian hukum.
kepastian letak dan batas setiap bidang tanah tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu
merupakan bagian yang penting yang perlu mendapat perhatian yang serius dan
seksama, baik dalam pengumpulan data penguasaan tanah tetapi juga dalam
33
Perkembangan teknologi pengukuran dan pemetaan, seperti cara penentuan titik
dasar teknis dengan bantuan satelit yang lebih dikenal dengan system Global
akurat yang berupa data digital dalam rangka percepatan pelayanan kepada
masyarakat.
yang memuat titik-titik dasar teknis dan unsure-unsur geografis seperti sungai,
jalan, jembatan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah. Untuk keperluan
pembuatan peta dasar pendaftaran dilakukan tugu batas titik dasar teknik,
pengukuran, pemetaan dan pemeliharaan titik dasar teknik . Yang dimaksud dengan
titik dasar teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu
pengukuran dan perhitungan dalam suatu system tertentu yang berfungsi sebagai
titik control atau titik ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas.
dasar teknik nasional sebagai kerangka dasarnya. Jika disuatu daerah tidak ada atau
belum ada titik dasar teknik nasional, maka pelaksanaan pengukuran menggunakan
titik lokal yang bersifatt sementara, yang kemudian harus diikatkan dengan titik
dasar teknik nasional. Hasil kegiatan pengukuran tersebut diatas disebut peta dasar
Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah, bidang-
bidang tanah yang akan dipetakan diukur terlebih dahulu setelah ditetapkan letak,
34
batas-batas dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas disetiap sudut
oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Persetujuan penetapan batas
diatas dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani pemilik tanah dan
tetangga yang berbatasan. Jika dalam penetapan batas batas tidak diperoleh
kesepakatan antara pemegang hak atas tanah dengan pemegang hak atas tanah yang
tanah yang bersangkutan, seperti tembok, atau tanda lain yang menunjukkan batas
penguasaan tanah oleh orang yang bersangkutan. Apabila ada tanda-tanda semacam
ini, maka persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak mutlak
ketidakhadiran pemegang hak atas tanah yang berbatasan pada saat pengukuran
35
tanah. Sedang untuk keperluan pendaftran hak bagi bidang-bidang tanah yang sudah
menyebutkan bahwa Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu
bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian. Surat Ukur ini yang nantinya menjadi
Dari uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa untuk menjamin kepastian
hukum hak atas tanah terhadap hasil pengukuran tanah yang dilakukan secara
36
c. Bersama-sama dengan Berita Acara, Gambar Ukur tersebut merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dan menjadi dokumen bernilai yuridis atau
2. Asas Publisitas
kepada mereka yang dengan itikad baik mengajukan keberatan atas hasil
pengukuran tersebut.
3. Asas Spesialitas
yang memiliki letak, luas, dan bentuk yang unik diatas permukaan
bumi.
tepat.
37
Dalam masyarakat adat dikenal adanya tanah ulayat. Didalam masyarakat adat
itu sendiri sebenarnya telah dikenal adanya peratuan tentang pemasangan tanda
batas yang dilakukan disekeliling tanahnya, akan tetapi usaha yang dimaksud dalam
Dalam usaha untuk mencapai kepastian hukum dari hak-hak atas tanah kepada
pemegang hak milik atas tanah perlu diberikan pengetahuan tentang pengertian
akan arti pentingya pemasangan tanda batas, dengan maksud untuk mencegah
kehidupan yang sadar akan hukum, akan hak dan kewajiban-kewajiban sebagai
Warga Negara yang baik dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang
aman, tertib, damai, sejahtera di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
1. Tertib hukum pertanahan, yaitu tercapainya suatu kondisi yang sadar akan
hukum dikalangan masyarakat yang mengetahui hak-hak dan kewajiban
dalam hal penggunaan tanah, tertibnya persepsi yang sama tentang hukum
pertanahan baik dikalangan aparatur pertanahan, penegak hukum maupun
masyarakat luas.
23
Soerojo Wigjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, HajiMas Agung, 1994 hal. 199.
38
2. Tertib administrasi pertanahan, yaitu terselenggaranya system administrasi
pertanahan yang lengkap dan rapi, semua bidang tanah diatur terdaftar,
warkah-warkahnya mudah ditemukan apabila diperlukan, aman dan
mudah dipantau, sehingga kemungkinan tumpang tindih kepemilikan
dapat dihindari.
3. Tertib penggunaan tanah yaitu terselenggaranya proses penggunaan tanah
berencana, sehingga setiap bidang tanah dapat memberikan manfaat yang
optimal dan lestari serta diusahakan/digarap secara seimbang dengan tetap
menghormati hak-hak masyarakat secara proporsional.
4. Tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup, yaitu terselenggaranya
system pemanfaatan tanah yang mmperhatikan dan melaksanakan upaya
pencegahan kerusakan tanah, peningkatan kesuburan tanah serta menjaga
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
( tanah ) sebagaimana sasaran yang ingin dicapai di bidang pertanahan dalam upaya
pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan terutama tertib pertama dan kedua, Pemerintah
dibidang pertanahan diawali dengan hal yang sangat sederhana yaitu mengenai data
fisik tanahnya bagi kepemilikan tanah oleh pemilik tanah. Sebagaimana yang
Sehingga terjadi sengketa batas tanah padahal demikian dapat diatasi dengan
pemasangan tanda batas atas sebidang tanah oleh masing-masing pemilik tanah
yang berbatasan, sehingga dengan demikian dapat dengan jelas memastikan obyek
39
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 20 sampai dengan Pasal 23 tentang
Penetapan dan Pemasangan Tanda Batas Bidang Tanah telah ditetapkan sebagai
berikut :
Pasal 20
(1) Dalam hal terjadi sengketa mengenai batas bidang-bidang tanah yang
berbatasan, Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau
Kepala Kantor Pertanahan/petugas pengukuran yang ditunjuk dalam
pendaftaran tanah secara sporadik berusaha menyelesaikannya secara damai
melalui musyawarah antara pemegang hak dan pemegang hak atas tanah yang
berbatasan, yang, apabila berhasil, penetapan batas yang dihasilkannya
dituangkan dalam Risalah Penyelesaian Sengketa Batas (daftar isian 200).
(2) Apabila sampai saat akan dilakukannya penetapan batas dan pengukuran bidang
tanah usaha penyelesaian secara damai melalui musyawarah tidak berhasil,
maka ditetapkan batas sementara berdasarkan batas-batas yang menurut
kenyataannya merupakan batas-batas bidang tanah yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997, dan kepada pihak yang merasa berkeberatan, diberitahukan
secara tertulis untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan.
(3) Hal dilakukannya penetapan dan pengukuran batas sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dicantumkan di dalam daftar isian 201 dan dicatat di
gambar ukur.
(4) Apabila sengketa yang bersangkutan diajukan ke pengadilan dan oleh
pengadilan dikeluarkan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
mengenai tanah dimaksud yang dilengkapi Berita Acara Eksekusi atau apabila
dicapai perdamaian antara para pihak sebelum jangka waktu pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 berakhir, maka catatan mengenai batas sementara pada daftar isian 201
dan gambar ukur dihapus dengan cara mencoret dengan tinta hitam.
(5) Mengenai bidang-bidang tanah yang menurut bukti-bukti penguasaan dapat
didaftar melalui pengakuan hak sesuai ketentuan dalam Pasal 24 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 atau dapat diberikan dengan
sesuatu hak kepada perorangan atau badan hukum, penetapan batasnya
dilakukan dengan mengecualikan bantaran sungai dan tanah yang direncanakan
untuk jalan sesuai Rencana Detail Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.
(6) Dalam pendaftaran tanah secara sistematik tanah negara yang akan diberikan
hak kepada perorangan atau badan hukum dan sudah diukur sebelum wilayah
40
desa/kelurahan ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik
akan tetapi belum dibuat surat ukurnya, ditetapkan kembali batasnya oleh
Panitia Ajudikasi.
Pasal 21
(1) Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila dianggap
perlu oleh petugas yang melaksanakan pengukuran juga pada titik-titik tertentu
sepanjang garis batas bidang tanah tersebut.
(2) Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-
benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau
tugu/patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas.
Pasal 22
(1) Untuk bidang tanah yang luasnya kurang dari 10 ha, dipergunakan tanda-tanda
batas sebagai berikut:
a. pipa besi atau batang besi, panjang sekurang-kurangnya 100 cm dan bergaris
tengah sekurang-kurangnya 5 cm, dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 80
cm, sedang selebihnya 20 cm diberi tutup dan dicat merah, atau
b. pipa paralon yang diisi dengan beton (pasir campur kerikil dan semen)
panjang sekurang-kurangnya 100 cm dan bergaris tengah sekurang-
kurangnya 5 cm, dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, sedang
selebihnya 20 cm dicat merah, atau
c. kayu besi, bengkirai, jati dan kayu lainnya yang kuat dengan panjang
sekurangkurangnya 100 cm lebar kayu sekurang-kurangnya 7,5 cm,
dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, sedang selebihnya 20 cm di
permukaan tanah di cat merah, dengan ketentuan bahwa untuk di daerah
rawa panjangnya kayu tersebut sekurang-kurangnya 1,5 m dan lebar
sekurang-kurangnya 10 cm, yang 1 m dimasukkan ke dalam tanah, sedang
yang muncul di permukaan tanah dicat merah.
Pada kira-kira 0,2 m dari ujung bawah terlebih dulu dipasang dua potong
kayu sejenis dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,05 x 0,05 x 0,70 m yang
merupakan salib; atau
d. tugu dari batu bata atau batako yang dilapis dengan semen yang besarnya
sekurang-kurangnya 0,20 m x 0,20 m dan tinggi sekurang-kurangnya 0,40
m, yang setengahnya dimasukkan ke dalam tanah, atau
e. tugu dari beton, batu kali atau granit dipahat sekurang- kurangnya sebesar
0,10 m persegi dan panjang 0,50 m, yang 0,40 m dimasukkan ke dalam
tanah, dengan ketentuan bahwa apabila tanda batas itu terbuat dari beton di
tengah-tengahnya dipasang paku atau besi.
(2) Untuk bidang tanah yang luasnya 10 ha atau lebih dipergunakan tanda-tanda
batas sebagai berikut :
41
a. pipa besi panjang sekurang-kurangnya 1,5 m bergaris tengah sekurang-
kurangnya 10 cm, dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 1 m, sedang
kelebihnya diberi tutup besi dan dicat merah, atau
b. besi balok dengan panjang sekurang-kurangnya 1,5 m dan lebar
kekurangkurangnya 10 cm, dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 1 m, pada
bagian yang muncul di atas tanah dicat merah, atau
c. kayu besi, bengkirai, jati dan kayu lainnya yang kuat dengan panjang
kekurangkurangnya 1,5 m lebar kayu sekurang-kurangnya 10 cm,
dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 1 m, pada kira-kira 20 cm dari ujung
bawah dipasang 2 potong kayu sejenis yang merupakan salib , dengan
ukuran sekurang- kurangnya 0,05 x 0,05 x 0,7m;Pada bagian atas yang
muncul di atas tanah dicat merah; atau d. tugu dari batu bata atau batako
yang dilapis dengan semen atau beton yang besarnya sekurang-kurangnya
0,30 m x 0,30 m dari tinggi sekurang-kurangnya 0,60 m, dan berdiri di atas
batu dasar yang dimasukkan ke dalam tanah sekurangkurangnya berukuran
0,70 x 0,70 x 0,40m, atau
e. pipa paralon yang diisi dengan beton dengan panjang sekurang-kurangnya
1,5 m dan diameter sekurang-kurangnya 10 cm, yang dimasukkan ke dalam
tanah sepanjang 1 m, dan yang muncul di atas tanah dicat merah.
(3) Penyimpangan dari bentuk dan ukuran tanda-tanda batas tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk menyesuaikan dengan keadaan setempat
ditentukan dengan keputusan Kepala Kantor Pertanahan.
Pasal 23
(1) Setiap bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya baik dalam
pendaftaran tanah secara sistematik maupun sporadik diberi Nomor Identifikasi
Bidang Tanah (NIB) yang dicantumkan dalam Risalah Penelitian Data Yuridis
dan Penetapan Batas (daftar isian 201 ).
(2) NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 13 digit, yaitu 8 digit
pertama merupakan kode propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan/desa
tempat bidang tanah terletak, dan 5 digit terakhir merupakan nomor bidang
tanah.
(3) Nomor bidang tanah dalam pendaftaran tanah secara sistematik merupakan
nomor urut per desa/kelurahan.
(4) Nomor bidang tanah dalam pendaftaran tanah secara sporadik merupakan
nomor yang diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan penyelesaian
penetapan batas.
(5) Dalam hal bidang tanah terletak di lebih dari 1 (satu) desa, maka masing-
masing bagian dari bidang tanah yang terletak di desa yang berbeda tersebut
diberi NIB tersendiri.
(6) NIB merupakan nomor referensi yang digunakan dalam setiap tahap kegiatan
pendaftaran tanah.
(7) Bidang tanah yang telah mempunyai NIB dibukukan dalam daftar tanah.
42
Sesuai dengan yang diterangkan pada pasal-pasal diatas sejauh mengenai
tanda batas yakni bentuk serta cara pemasangan tanda batas maka hal tersebut
sangatlah penting untuk diketahui oleh para pemilik hak atas tanah tentang
pengetahuan mengenai bahan, bentuk dan ukuran serta tata cara pemasangan tanda
batas tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kekuatan hukum terhadap
Penyimpangan dari penggunaan bahan, bentuk dan ukuran serta tata cara
yang tidak sesuai dengan ketentuan tersebut diatas akan membawa akibat lemahnya
pembuktian apabila dikemudian hari terjadi sengketa terhadap batas-batas hak atas
tanah.
penggunaan bahan, bentuk dan ukuran tanda batas tanah banyak diabaikan dan
bahkan pemasangan tanda batas/patok batas pun masih banyak yang tidak
melakukannya. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan sosialisasi yang menyeluruh
mengenai bahan, bentuk dan ukuran serta tata cara pemasangan tanda batas ini oleh
pentingnya pemasangan tanda batas/patok batas bagi setiap bidang tanah oleh
43
Selain dari pada itu bagi para pemegang hak atas tanah yang mengajukan
adalah harus telah dipasangnya tanda batas tanah yang kemudian dituangkan dalam
Berita Acara Pemasangan Tanda Batas Tanah yang telah diketahui dan mendapat
persetujuan dari para tetangga yang berbatasan dan di ketahui oleh Kepala
belum dipenuhi oleh pemohon/pemilik tanah maka pengukuran atas bidang tanah
tersebut maka tidak dapat dilaksanakan sampai tanda batas tersebut telah terpasang
pemasangan tanda batas, adalah untuk menjaga agar tidak terjadi sengketa batas
atas tanah dikemudian hari. Dan bagi pemilik bidang tanah itu sendiri akan dapat
memperoleh suatu kepastian mengenai letak, luas dan batas tanah yang sebenarnya
Pertanahan setempat.
Selain dari persyaratan tersebut diatas apabila nantinya hasil pengukuran oleh
petugas ukur didapat hasil luas kurang dari yang dimohon, maka permohonan
tersebut wajib dilengkapi dengan surat pernyataan beda luas yang isinya bahwa
hasil pengukuran didapat luas yang melebihi luas permohonan, maka pemohonan
44
kelebihan luas hasil pengukuran tersebut telah mendapat persetujuan dari para
teangga yang berbatasan serta tidak keberatan atas permohonan tersebut untuk
diproses lebih lanjut dan tentunya diketahui oleh Kepala Desa/Kelurahan setempat.
Dengan demikian hal tersebut bertujuan agar tidak ada permasalahan dikemudian
hari mengenai batas tanah, mengingat pemasangan tanda batas tersebut telah
bidang tanah miliknya serta pemeliharaan atas tanda batas tersebut. Hal mana
untuk memudahkan pemegang hak atas tanah memperoleh tanda bukti hak beupa
sertipikat tanah.
Atas Haknya
Karena kewajiban pemilik tanah untuk memasang tanda batas nantinya akan
berimplikasi pada kepastian hukum dan perlindungan hak atas tanahnya, maka
disini peranan dari aturan-aturan hukum yang telah diberlakukan dalam masyarakat
45
2. Faktor Penegak Hukumnya;
5. Faktor Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa didasarkan
Dengan mengacu pada pendapat tersebut diatas terutama pada faktor 4 dan 5,
dimana pada kenyataannya pemegang hak milik atas tanah adalah pemegang hak
milik yang bersifat heterogen. Dimana terdiri dari berbagai suku dan kebudayaan
yang berbeda-beda, yang tentunya dengan watak dan perilaku yang berbeda pula,
yang hal ini akan mempengaruhi penyerapan penerapan hukum yang berlaku.
adanya kesadaran hukum serta kepatuhan terhadap hukum itu sendiri. Jadi
didalam diri manusia tentang hukum yang ada maupun tentang hukum yang
tersebut adalah :
24
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta, Hal 19.
46
d. Pola perilaku hukum (Legal behavior) 25
Hal yang disebut diatas ini belumlah cukup, melainkan juga masih diperlukan
a. Indoctrination
b. Habituation
c. Utility
d. Group identification 26
a. Indoctrination
adalah karena dia diberi indoktrinasi untuk berbuat demikian. Sejak kecil
menerima secara tidak sadar. Melalui proses sosialisasi manusia dididik untuk
b. Habituation
berlaku. Memang pada mulanya adalah sukar sekali untuk mematuhi kaedah-
25
Soerjono Soekanto dan Soleman B Taneko, Hukum Adat Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1986, hal 348.
26
Ibid, hal 351.
47
kaedah tadi yang seolah-olah mengekang kebebasan, akan tetapi apabila hal ini
setiap hari ditemui maka lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk
c. Utility
pantas dan teratur, akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk seseorang
belum tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu
merupakan pedoman atau tekanan tentang tingkah laku dan ini dinamakan
kaedah.
Dengan demikian maka salah satu faktor yang menyebabkan orang taat
Manusia menadari kalau ia hendak hidup pantas dan teratur maka diperlukan
kaedah-kaedah.
d. Group Identification
48
Berbicara masalah kesadaran hukum serta hubungannya dengan kepatuhan
hukum merupakan dua variable yang berkorelasi positif. Kenyataan yang sulit
untuk merumuskan suatu persepsi tentang kesadaran hukum menjadi kendala utama
hukum didalam kamus tercantum tidak kurang dari lima arti (menurut A Marriam-
1. Awareness esp. of something within oneself, also, the state or fact of being
conscious of an external object, state of fact.
2. The state of being characterized by sensation, emotion,volition, and thought,
mind.
3. The totality of conscious statcs of an individual.
4. The normal state of conscious life.
5. The upper level of mental life as constrasted with unconscious process.
“kami”nya. 27
perilaku baru sebagaimana yang diharapkan oleh, pada situasi tertentu, awal dari
proses inilah yang biasanya disebut sebagai proses belajar, dimana terjadi
27
Soejono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1986. Hal 342-343
49
perubahan pada diri seseorang. Yang esensial pada proses ini adalah adanya
respon-respon terdahulu karena tidak adanya penguatan atau mungkin oleh adanya
sanksi yang negative terhadap perilaku demikian. Jadi hanya respon-respon yang
menyangkut bidang politik, ekonomi, social hukum dan lain sebagainya. Hukum
hukum suatu masyarakat. Oleh karena itu maka dapatlah dikatakan bahwa
masyarakat, sehingga ada yang berpendapat bahwa system budaya merupakan suatu
system normative kesadaran hukum itulah yang menimbulkan berbagai system nor-
ma-norma, oleh karena itu kesadaran hukum adalah hasrat yang kuat untuk
Nasional yang baru ini memeuat ketentuan-ketentuan baru yang penting sekali. Isi
28
Ibid hal 353-354
50
dari pada UUPA tersebut patut diketahui oleh setiap orang yang berada di negeri
ini. Bukan saja para sarjana hukum, setiap pelaksana hukum, setiap pejabat
dengan peraturan baru tentang hukum agrarian ini. Mengingat bahwa Negara
perekonomiannya terutama masih bercorak agraris, maka apa yang dikatakan disini
tidak berlebih-lebihan. 29
Sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang baik sudah seharusnya
perundangan itu dapat terlaksana. Dengan demikian hak dari pemegang hak milik
Penempatan tanda batas oleh setiap pemilik hak atas tanah tidak hanya
berlaku baik bagi pemegang hak yang belum terdaftar, tetapi juga berlaku bagi hak-
hak yang telah didaftarkan namun belum ada gambar situasinya/gambar ukurnya
yang sudah tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya seperti tanda batas tidak
dipasang sehingga batas-batas tanah menjadi tidak jelas. Oleh karena itu Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 telah menetapkan agr setiaap pemegang hak atas
Hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi sengketa hak maka petugas ukur
dilapangan dapat dengan mudah memperoleh data fisik yang diperlukan untuk
29
Gouw Giok Siong dan Soekahar-Badwi, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria.PT Kinta, Jakarta,
1963, hal 5.
51
pendaftaran hak tersebut atau dalam rangka pengembalianbatas tanah, dengan
demikian maka posisi letak tanah atau bidang tanah dimaksud dapat diketahui.
kesepakatan para pemegang hak yang berbaasan oleh karena itu pada saat
pengukuran dilapangan para pihak yang berbatasan harus turut hadir sehingga
Mengingat pentingnya penempatan tanda batas maka apabila ada pihak yang
tidak dapat hadir pada saat pengukuran maka dia harus menguasakan kepada
seseorang yang mengerti batasnya dengan kuasa tertulis, sebab pada akhirnya para
pihak yang berbatasan tersebut akan menandatangani Berita Acara Penetapan Batas.
Dengan merujuk pada pasal ini maka jelaslah bahwa setiap orang yang
batas atas tanahnya, hal ini dapat dimaklumi karena tanda batas berfungsi antara
lain untuk mencegah terjadinya perselisihan dikemudian hari, menentukan luas hak
atas tanah, penunjuk letak posisi tanah, menunjuk bentuk sutasi tanah.
Pelaksanaan penempatan tanda batas dipasang pada setiap sudut batas bidang
tanah dan apabila dianggap perlu oleh petugas yang melakukan pengukuran tanah
dapat juga memasang tanda batas pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas
52
untuk sudut batas yang dirasa sudah jelas letaknya karena berdiri benda-benda yang
terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu/patok penguat,
pagar kawat dan sebagainya tidak perlu dipasang tanda batas, karena benda-benda
tersebut yang oleh peraturan perundangan dianggap sebagai tanda batas yang sah.
Tanda Batas
akhirnya kebutuhan akan tanah semakin sempit dan terbatas. Oleh karena semakin
terbatasnya tanah, maka harga tanah pun semakin meningkat dengan kata lain tanah
mempunyai nilai ekonomis dan strategis. Hal demikian itu dapatlah dipahami bukan
hanya terjadi dikota-kota besar saja tetapi juga sampai ke desa-desa, oleh karena itu
ada sementara orang yang berpendapat bahwa memiliki tanah sama dengan
dimilikinya, hal ini terbukti adanya peningkatan permasalahan tentang batas tanah
terjadinya sengketa batas antara pemegang hak atas tanah dengan pemegang hk ats
tanah lain yang berbatasan sebagi akibat tidak adanya batas yang jelas dan benar.
53
Hal ini akan memakan waktu dan biaya bagi pemegang hak apabila akan
mengembalikan batas hak dikemudian hari sebagai akibat tidak adanya batas yang
jelas dan benar. Dan untuk menata kembali tanda-tanda batas guna menyelesaikan
Kantor Pertanahan setempat dan untuk proses pengembalian batas tanah tersebut
melalui tahapan pekerjaan yang memakan waktu dan tentunya biaya, sebagaimana
yang telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997.
Penetapan batas-batas bidang tanah yang sudah dipunyai dengan suatu hak
yang belum terdaftar atau sudah terdaftar tetapi belum ada surat ukur/gambar
situasinya atau surat ukur/gambar situasi yang ada tidak sesuai lagi dengan keadaan
yang sebenarnya dilakukan oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara
sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara
sporadic, berdasarkan penunjukan batas oleh pemegang hak atas tanah yang
bersangkutan dan sedapat mungkin disetujui oleh para pemegang hak atas tanah
berbatasan.31
Tetapi apabila pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak menyetujui
tanda batas dimaksud karena ternyata luas tanahnya tidak sesuai lagi dengan bukti
hak yang ada padanya, maka pengukuran untuk mengembalikan tanda batas
tersebut menjadi semakin rumint, karena para pihak harus menyelesaikan melalui
gugatan ke Pengadilan Negeri dan ini akan memakan waktu yang lama dan juga
31
Ibid, hal 11
54
biaya. Memerlukan waktu yang lama karena harus menunggu keputusan dari
sebab baik sertipikat, surat ukur maupun buku tanah yang ada di Kantor Pertanahan
Selain akibat hukum tersebut diatas masih ada lagi akibat hukum yang dirasa
fatal, yaitu apabila pihak yang mengabaikan pemasangan tanda batas hak atas tanah
setelah 5 tahun sejak dikeluarkannya sertipikat kepada para pemegang hak yang
berbatasan baru timbl sengketa tentang batas-batas tanah, maka kedudukan hak
yang tidak mempunyai tanda batas akan menjadi lemah dalam hal pembuktian
maupun dalam gugatan, hal ini dapat dilihat di dalam Pasal 32 ayat (2) Peraturan
Dalam hak atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas
nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut denupun tgan itikad
baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyi hak
atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam
waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat hak itu tidak mengajukan keberatan
secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang
32
Ibid, hal 20.
55
Dari ketentuan tersebut maka seseorang yang tidak memasang tanda batas dan
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan salah satu cara yang tepat untuk memecahkan masalah.
Selain itu penelitian juga dapat digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan
sistematis, metodelogi merupakan suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian
Dalam suatu penulisan ilmiah atau tesis agar mempunyai nilai ilmiah, maka
perlu diperhatikan syarat syarat metode ilmiah. Oleh karena penelitian merupakan
suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
33
Ronny Hanintijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998), halaman 9
56
konsisten melalui proses penelitian tersebut perlu diadakan analisis dan konstruksi
Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri dari suatu rangkaian langkah-
Langkah-langkah yang satu dengan yang lain harus sesuai dan saling mendukung
agar penelitian yang dilakukan itu mempunya nilai ilmiah dan menghasilkan
yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologi
sistematis dan konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara-cara
Metodologi berasal dari kata “metodos” dan “logos” yang berarti “jalan ke”.
34
Soeryono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat. (Jakarta: Rajawali
Press.1985) Hal.1
57
pedoman tentang cara para ilmuwan mempelajari, menganalisis serta memahami
Penelitian merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia secara sadar yang
berhubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut cara kerja untuk
mencapai tujuan penelitian harus dilandasi dengan suatu yang dapat memberikan
arah yang cermat dan syarat-syarat yang ketat sehingga metode penelitian mutlak
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif,
yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan hanya meneliti bahan pustaka atau
data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tertier.
35
M Soeparmoko, Metode Penelitian Praktis, (Jogyakarta: BPFE, 1991), hal 1
36
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:Gramedia, 1984), hal 17
58
penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi
Sumber Bahan Hukum, yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan
yang akan diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari peraturan perundangan,
Penjelasannya.
Penjelasannya.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan
hukum primer yang diperoleh dari studi kepustakaan, yang meliputi: buku-buku,
makalah, surat kabar, artikel, buletin, informasi pada situs internet, makalah,
37
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI, 1986), halaman 43
59
karya ilmiah para sarjana, dan lain-lain yang berhubungan dengan kepastian
Pengolahan Bahan Hukum adalah suatu metode dimana bahan hukum yang
dengan masalah yang akan diteliti menurut kualitas dan kebenarannya, sehingga
berfikir deduktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan ilmiah.
Setelah analisis Bahan Hukum selesai, maka hasilnya akan disajikan secara
permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut akan ditarik suatu kesimpulan yang
60
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dengan merujuk pada pasal diatas maka jelaslah bahwa setiap orang yang
batas haknya yang telah ditetapkan, hal ini dapat dimaklumi karena tanda batas
61
dikemudian hari, menentukan luas hak atas tanah, penunjuk letak posisi
Penempatan tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan
apabila dianggap perlu oleh petugas yang melakukan pengukuran tanda batas, dapat
juga memasang tanda batas pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang
sudut-sudut batas yang dirasa sudah sudah jelas letaknya karena telah berdiri benda-
benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu/patok
penguat pagar kawat dan sebagainya, hal demikian tidak harus dipasang tanda batas
dilaksanakan secara baik dan maksimal. Hal mana dapat diketahui bahwa
pemasangan tanda batas baru dilaksanakan untuk tanah yang sudah bersertipikat,
meskipun kadang tanah yang sudah bersertipikat tanda batasnya hilang karena
longsor atau dicuri. Dalam kenyataannya masyarakat tidak mau lagi memasang tanda
batas. Sedangkan untuk tanah yang belum terdaftar atau belum bersertipikat
pemasangan tanda batasnya belum banyak dilaksanakan walupun sebagian kecil dari
masyarakat tersebut telah melaksanakan kewajiban pemasangan tanda batas hak atas
tanah.
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
62
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dimana dalam Pasal 20, 21 dan Pasal
karena itu kiranya dalam masyarakat diadakan semacam gerakan sadar pemasangan
tanda batas oleh Badan Pertanahan Nasional beserta masyarakat diseluruh wilayah
Indonesia.
hukum kepada masyarakat serta mencegah terjadinya sengketa batas tanah. Jika kita
telusuri lebih lanjut bahwa kewajiban pemasangan tanda batas yang telah diatur
dalam PMNA 3/1997 ini bukanlah merupakan hal yang baru bagi masyarakat,
itu sendiri sebetulnya telah dikenal adanya pemasangan tanda batas yang dilakukan
disekeliling tanahnya, akan tetapi usaha yang dimaksud dalam pasal ini tidak dapat
Hal ini berarti bahwa pengaturan terhadap batas-batas tanah sebelumnya telah
diatur dalam hukum adat karena mengingat hukum adat itu sifatnya tidak tertulis,
sehingga akan sulit dalam hal dilakukan pembuktian. Oleh karena itu saya sangat
sependapat bahwa upaya pemerintah yang telah mengatur secara tegas mengenai
pemasangan tanda batas tersebut, namun pengaturan seperti ini harus disertai dengan
38
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Hajimas Agung, Hal 199
63
sanksi. Apabila tidak disertai sanksi suatu peraturan akan sulit untuk dilaksanakan
disamping itu juga harus diperhatikan nilai-nilai social budaya, pengetahuan hukum
masyarakat, hal tersebut dapat diatasi dengan cara pendekatan serta pnyuluhan
hukum.
Dari hasil pengamaan dilapangan diperoleh bahan bahwa faktor yang menjadi
penghambat didalam pemasangan tanda batas atas tanah adalah disebabkan karena
Adapun faktor ekonomi tersebut dapat berupa mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh masyarakat, hal mana tidak hanya biaya formal yang telah
Namun apabila kita telusuri lebih jauh sebagaimana yang dikatakan oleh
Soerjono Soekanto. Dikatakan ada lima faktor yang mempengaruhi berlakunya suatu
hukum yaitu :
5. Faktor kebudayaan
64
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa kebutuhan akan tanah terus
meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang sangat besar dan
tersebut. Luas tanah terbatas dan tidak akan mengalami pertambahan, yang
merupakan salah satu penyebab selalu meningkatnya nilai ekonomis dan cultural
pertumbuhan tersebut juga akan diiringi dengan jumlah penduduk yang cepat, jadi
Secara ekonomis, maka luas tanah terbatas sementara jumlah manusia selalu
bertambah, maka nilai ekonomis tanah akan meningkat. Secara cultural penguasaan
dalam masyarakat sehingga akan selalu ada upaya manusia dan masyarakat untuk
yang mempunyai banyak isi ada kalanya tanah dipandang sebagai ruang, alam,
faktor produksi, barang-barang konsumsi, milik dan modal. Disamping itu juga
memandang tanah sebagai benda yang berkaitan dengan Tuhan (Sang Pencipta).
39
Hermayulis, Penerapan Hukum Pertanahan dan Pengaruhnya terhadap Hubungan Kekerabatan Pada
Sistem Matrilinial di Minangkabau, yang dikutip oleh Sri Sudaryatmi, Tesis, Universitas
Diponegoro,Tahun 200, Hal 163.
65
Berkaitan dengan masyarakat yang menimbulkan pandangan bahwa tanah sebagai
Hukum adat dan pranata adat yang mengatur tentang penguasaan tanah akan
hak kepemilikan. Walaupun tanah mempunyai nilai ekonomis dan strategis bagi
memelihara tanah-tanah yang dimilikinya, hal ini bias dibuktikan dengan fakta yang
pemasangan tanda batas. Dan Fungsinya adalah untuk mempertegas batas atas tanah
40
Ibid Hal 163
41
T.O. Ihromi, Antropologi dan Hukum, Yayasan Obor Indonesia, 1984.
66
a. Akan mengakibatkan terjadinya sengketa batas antara pemegang hak yang
satu dengan pemegang hak yang lain yang berbatasan sebagai akibat tidak
c. Akan memerlukan waktu yang lama bagi pemegan hak apabila akan
mengembalikan batas hak atas tanahnya dikemudian hari sebagai tidak adanya
d. Akan mengakibatkan pemegang hak apabila akan melakukan jual beli sebagai
kewajiban pemasangan tanda batas dan tidak memeliharanya akan membawa akibat
hukum lemahnya kedudukan pemegang hak dihadapan hukum atau dalam hal
67
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan pada uraian dari bab-bab dari penulisan ini, maka dapat ditarik
5.1. Kesimpulan
1. Bahwa peraturan mengenai kewajiban pemegang hak atas tanah untuk memasang
tanda batas telah diatur dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22 dan Pasal 23 Peraturan
hukum adat yang berlaku pada masyarakat setempat lebih menjiwai dalam
pribadinya dari pada hukum nasional atau hukum positif, hal mana dapat kita lihat
dalam masyarakat adat yang memasang tanda batas atau mengamankan tanahnya
yang dimiliki dengan menanam tanaman keras disekeliling tanahnya yang menjadi
68
batas tanah antar pemilik hak atas tanah, padahal kita ketahui bahwa ketentuan
tentang Pemasangan Tanda Batas tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 yang kemudian dijabarkan lagi dalam Peraturan Menteri
2. Kepada para pemegang hak milik atas tanah yang tidak melaksanakan kewajibannya
menyangkut data fisik dan data yuridis mengenai tanah serta tidak mendapatkan
5.2. Saran-saran
1. Bahwa perlu ditingkatkan kesadaran hukum yang tinggi dari pemegang hak milik
atas tanah agar dapat melaksanakan kewajibannya dalam menentukan data fisik
maupun data yuridisnya agar bidang tanahnya sebagaimana yang telah ditentukan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah agar
dapat dilaksanakan secara baik mengenai kewajiban pemasangan tanda batas tanah
batas tanah.
memasang tanda batas maka perlu bagi pemegang hak atas tanah diberikan
oleh instansi yang terkait dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional, agar tingkat
69
kesadaran pemegang hak atas tanah tentang suatu peraturan yang dikeluarkan dapat
3. Dalam hal masih adanya pemegang hak atas tanah yang tidak melaksanakan
maka tidak hanya berakibat penangguhan pengukuran atas bidang tanah sebagai
tindak lanjut dari permohonan pengukuran atas bidang tanah, bahkan perlu
ketentuan yang mengatur mengenai hal tersebut, dan ini sebagai langkah awal
4. Disarankan pula pada masyarakat dalam hal ini pemegang hak atas tanah hendaknya
memasang tanda batas yang jelas serta memelihara tanda batas tanahnya sesuai
70
Daftar Pustaka
Badan Pertanahan Nasional, 1989, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, Jakarta,
Maret
Bachtiar Effendi, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Alumni, Bandung.
71
Hermayulis, 2000, Penerapan Hukum Pertanahan dan Pengaruhnya terhadap Hubungan
Kekerabatan Pada Sistem Matrilinial di Minangkabau, yang dikutip oleh Sri
Sudaryatmi, Tesis, Universitas Diponegoro.
Kencana Syafiie, Inu , dkk, 1999, Ilmu Administrasi Publik, PT Rineka Cipta, Jakarta,
Lexy J.Moleong, 1995. Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Parlindungan, A.P. 1999. Pendaftaran Tanah di Indonesia, Cetakan Pertama. Bandung:
Mandar Maju.
______________, 1986, Aneka Hukum Agraria, Alumni, Bandung.
______________, 1989, Bunga Rampai Hukum Agraria serta Landreform, Mandar
Maju, Bandung.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Tentang Pendaftaran Tanah, Jayatama,
1997, hal 4
Prasetyawati, Endang. 2010. Metode Penelitian Hukum, Bahan Ajar Program Studi
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 :
Surabaya.
Ronny Hanityo Soemitro, 1988. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
____________________,1985. Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Soephiadhy, Soetanto, 2008, Meredesain Konstitusi, Burung Merak Press, Jakarta
Soeryono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat.
1985. Jakarta: Rajawali Press.
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Jakarta.
_______________, 1986, Hukum Adat Indonesia, Rajawali, Jakarta,.
72
_______________, 1984, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Rajawali, Jakarta.
Soeparmoko. M, 1991. Metode Penelitian Praktis, Jogyakarta: BPFE.
T.O. Ihromi, 1984, Antropologi dan Hukum, Yayasan Obor Indonesia,.
Wignjodipoero Soerojo,1994, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Hajimas Agung,
Jakarta.
___________________,1983, Kedudukan serta Perkembangan Hukum Adat Setelah
Kemerdekaan, Gunung Agung, Jakarta.
Wignjosoebroto Soetandyo, 2008, Hukum Dalam Masyarakat Perkembangan dan
Masalah, Bayumedia Publishing, Malang.
Zainal Abidin, Said, 2002, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta,
Peraturan Perundang-undangan
73