You are on page 1of 20

KONSEP UNSUR GOLONGAN VA (15)

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Kimia Unsur

Oleh:
Kelompok 1
Dhesy Galuh R. (0810920002)
Laily Rizky A. (0810920004)
Masfuvah Fanzuri (0810920006)
Saidatul Maghfiroh (0810920014)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
PENDAHULUAN
1. Deskripsi Unsur Golongan VA
a. Nitrogen

Gambar 1. Gas nitrogen (N2)


Unsur nitrogen dalam kondisi diatomik itu terdapat dalam bentuk gas. Nitrogen aktif
menghasilkan nitrida nitrogen dengan penguapan natrium, arenic atau Phospor dan dengan
merkuri cair dan bereaksi dengan uap iodin memberikan pendaran biru. Logam tertentu,
khususnya tembaga dan emas, mengkatalisis konversi ke nitrogen molekul yang stabil tanpa
memberikan nitrida. Reaksi nitric memberikan nitrogen dioksida dengan suatu pendaran
putih. Sifat yang sebenarnya dari nitrogen aktif adalah tidak Nampak dari data yang tersedia
saat ini. Perilaku kimia dari material dan fenomena setelah nyala muncul secara bebas, dengan
energy asosiasi dengan setelah nyala yang relative kecil. Aktivitas kimia tetap bertahan
setelah destruksi dari setelah nyala. Setidaknya beberapa disosiasi untuk nitrogen atom dalam
proses aktivasi memadai dalam pandangan dari tekanan yang semakin terlihat meningkat
dalam suatu wadah tertutup, tetapi spektroskopi menunjukkan hasil yang berlawanan
(Moeller, 1952).
Gas nitrogen digunakan dalam jumlah besar sebagai atmosfer inert. Terutama pada besi
dan baja serta industry lain, dan didalam penyulingan minyak untuk membersihkan bejana
retak katalik, serta nitrogen cair digunakan untuk pendingin. Sejumlah besar dari nitrogen
(N2) di dalam pembuatan ammonia dan kalsium sianamida. N2 diperoleh dengan kondensasi
udara ke keadaan cairan, kemudian dilakukan distilasi fraksional udara cair. N2 mempunyai
titik didih yang lebih rendah dari pada O2 dan akan terdistilasi lebih dahulu (Lee, 1991).

b. Fosfor
Gambar 2. Unsur fosfor
Fosfor muncul untuk menempati suatu posisi optimum mengenai jenis dari bentuk
padatan. Keadaan gas dan cairan bukan merupakan kompleks khusus (Moeller, 1952).
Fosfor gas:
Densitas uap dari fosfor pada temperatur diatas 800oC, sesuai dengan keberadaan
molekul P4. Data difraksi elektron menunjukkan atom fosfor empat yang diatur dalam
tetrahedron (sudut ikatan 60o), jarak ikatan P-P adalah 2,21± 0,02A (Moeller, 1952).
Fosfor cair:
Peleburan dari fosfor putih mengahsilkan suatu cairan yang mana difraksi sinar-X
mengindikasikan keberadaan molekul tetrahedral P4 (jarak ikatan P-P 2,25 A). Tekanan uap
dari cairan ini diukur diatas 409,3OC. Peleburan fosfor ungu adalah memberikan suatu cairan,
dimana di alam belum ditentukan. Data tekanan uap untuk untuk cairan ini diatas 504OC.
Meskipun interval hampir 100oC keberadaan untuk data tekanan uap tidak ada, muncul tidak
ada diskontinuitas dalam interval ini, dan dua cair muncul sehingga harus sama (Moeller,
1952).
Fosfor padatan:
Padatan fosfor adalah polimorpos. Fosfor putih, halus dan lunak dan menjadi kuning
ketika terkena sinar. Fosfor ungu, masing-masing atom mempunyai 3 terdekat pada 2,29 A,
kemudian 3,48A. Fosfor ungu mempunyai struktur kristal rhombohedral dan bukan suatu
konduktor. Fosfor hitam, biasanya berupa kristal rhombohedral. Kristal fosfor hitam tidak
diperoleh dari fosfor ungu (Moeller, 1952).
Fosfor termasuk unsur kesebelas terbesar dalam kerak bumi. Fosfor adalah unsur yang
penting bagi kehidupan, diantaranya sebagai materi penyusun dalam hewan dan penyusun
metabolism pada tanaman dan hewan. Sekitar 60% dari tulang dan gigi mengandung
Ca3(PO4)2 atau [3(Ca3(PO4)2). CaF2] dan biasanya manusia mempunyai 8lbs (3,5 kg) dari
kalsium pospat dalam tubuh (Lee, 1991).

c. Arsen, Antimon, Bismuth


Gambar 3. Unsur arsenik
Arsenik diperoleh sebagai As2O3 di dalam limbah debu dari pembakaran CuS. PbS, FeS,
CoS dan NiS dan udara. Produksi As2O3 di dunia sekitar 50000 ton pada tahun 1988. Oksida
dikonversi menjadi As dengan reduksi C. Umumnya hanya bijih arsenopirit FeAsS, realgar
As4S4 dan orpiment As2S3 (Lee, 1991).

Gambar 4. Unsur antimony

Gambar 5. Unsur bismuth


Arsen, antimon dan bismuth adalah yang dianggap sebagai yang terbaik bersama sejak
perbedaan antara modifikasi mereka kurang mencolok (Moeller, 1952).

Keadaan gas:
Semua unsur ada sebagai molekul poliatomik yang melalui disosiasi pada temperatur
yang tinggi. Molekul As4 seperti P4, adalah tetrahedral, jarak ikatan antara As-As diukur dari
2,44±0,03 A menjadi persetujuan dengan perhitungan jarak ikatan tunggalsejumlah 2,42 A.
densitas uap dari antimony menunjukan disosiasi pada molekul Sb2 tidak selesai pada 1640OC.
Meskipun data kurang tepat, muncul bahwa molekul Sb4 ada pada temperatur yang rendah.
Densitas uap dari bismuth mengindikasikan adanya campuran yang seimbang dari Bi2 dan Bi,
dengan persentase dari yang terakhir 90 pada 2070oC (Moeller, 1952).
Keadaan cair:
Tersedia untuk mengindikasi kompleksitas di dalam keadaan cair untuk untuk unsur ini,
beberapa kompleksitas terlihat mungkin terjadi (Moeller, 1952).
Keadaan padat:
Bismuth muncul sebagai dimorfik dalam keadaan padat, tetapi biasanya bentuknya
adalah logam dan sebanding bentuk logam arsenik dan antimony. Antimony ada dalam tiga
bentuk yaitu kuning (α), hitam (β) dan abu-abu atau logam (γ) (Moeller, 1952).
Kuning (α) :
Bentuk ini sebanding pada fosfor putih dan tidak stabil dengan yang lainnya. arsenik
dan antimony adalah kubik, kuning, padatan transparan dimana larut didalam karbon
disulfida. Arsenik kuning adalah tetraatom di dalam pelarut, dan diduga terlalu antimony.
Arsenik kuning diubah menjadi abu-abu dengan panas dan reaksi ini dikatalisis dengan sinar
atau iodine atau bromin. Antimony kuning diubah menjadi bentuk hitam dengan sinar pada
-180OC dan dalam kegelapan pada -90OC. Arsenik kuning dibentuk ketika uap panas dari
unsur ini didinginkan tiba-tiba. Antimony kuning ditentukan dengan reaksi dari oksigen pada
pada cairan stibine pada -90oC (Moeller, 1952).
Hitam (β):
Bentuk hitam dari arsenik dan antimony sebanding dengan fosfor amorf. Agak lebih
stabil dari pada kuning tetapi metastabil dengan bentuk abu-abu. Tidak larut dalam karbon
disulfida. Arsenik hitam dibentuk sebagaideposit pada permukaan pendingin ketika arsenik
abu-abu dipanaskan dengan hidrogen dalam gelas. Antimony hitam diperoleh dengan cepat
pendinginan uap antimony atau oksidsi sibine dengan oksigen pada -40oC (Moeller, 1952).
Abu-abu atau logam (γ):
Logam ini sebanding dengan fosfor hitam isomorfos dengan logam bismuth. Padatan ini
mempunyai struktur lapisan. Unsur ini meningkatkan densitas dan konduktor elektrik.
Material hitam ini menyerupai grafit yang stabil dibawah air dingin tetapi kembali pada
bentuk abu-abu atau logampada pemanasan 200oC dan menjadi tergores (Moeller, 1952).
Unsur As, Sb dan Bi keberadaannya tidak melimpah. Unsur-unsur ini merupakan
sumber yang paling penting sebagai sumber sulfida bekas dari bijih (Lee, 1991)
1. Kelimpahan Unsur Golongan VA di Alam
Tabel 1. Kelimpahan unsur-unsur di kerak bumi, berdasarkan berat (Lee, 1991)
Unsur ppm Kelimpahan Relatif
Nitrogen 19 33
Fosfor 1120 11
Arsen 1,8 52
Antimon 0,20 64
Bismut 0,008 71

2. Sifat – Sifat Fisika Unsur Golongan VA


Berikut ini adalah sifat fisik unsur-unsur golongan VA (Lee, 1991):
Tabel 2. Titik didih dan titik leleh unsur golongan VA (Lee, 1991)
Unsur Titik leleh(oC) Titik didih (oC)
N2 -210 -195,8
P4 44 281
α-As 816 615
α-Sb 631 1587
α-Bi 271 1564

Tabel 3. Jari-jari, Energi Ionisasi dan Elektronegativitas (Lee, 1991)


Energi Ionisasi Elektronegativitas
Unsur Jari-jari kovalen
Pertama Kedua Ketiga Pauling
Nitrogen 0,74 1403 2857 4578 3,0
Fosfor 1,10 1012 1897 2910 2,1
Arsen 1,21 947 1950 2732 2,0
Antimon 1,41 834 1590 2440 1,9
Bismut 1,52 703 1610 2467 1,9

Sifat Logam dan Non Logam


Golongan V menunjukkan kecenderungan yang biasa. Unsur N dan P adalah non-
logam, As dan Sb adalah metaloid dan Bi adalah benar-benar logam. Peningkatan sifat logam
ditunjukkan oleh (Lee, 1991):
1. Penampilan dan struktur unsur
2. Dengan kecenderungan untuk membentuk ion positif
3. Dengan sifat oksida
Oksida logam bersifat basa dan oksida non-logam bersifat asam. Oksida normal dari N dan
P adalah asam yang kuat, sedangkan As dan Sb bersifat amfoter dan Bi adalah basa yang
kuat.
4. Resistivitas listrik bentuk logam (α-As 33, α-Sb 39 dan α-Bi 106 µohm cm) lebih rendah
daripada fosfor putih (1 x 1017 µohm cm) menunjukkan peningkatan pada sifat logamnya.
Tapi, nilai resistansi lebih besar daripada nilai untuk konduktor yang baik seperti Cu 1,67
µohm cm dan lebih besar daripada Sn, 11 dan Pb, 20 µohm cm pada golongan yang
berdekatan.
Reaktifitas
Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif dan sejumlah besar nitrogen
terakumulasi di atmosfer. Fosfor putih dapat menghasilkan api saat terkena udara dan terbakar
membentuk P4O10. Ini disimpan di bawah air untuk mencegah hal tersebut Sedangkan fosfor
merah stabil di udara pada suhu kamar, meskipun bereaksi pada proses pemanasan. Arsenik
stabil di udara kering, tetapi pada udara lembab akan terbentuk noda hitam. Ketika
dipanaskan di udara, arsen menyublim pada 615C dan terbentuk As4O6, bukan As4O10. Sb
kurang reaktif dan stabil terhadap air dan udara serta pada suhu kamar. Pada pemanasan di
udara terbentuk Sb4O6, Sb4O8, atau Sb4O10. Bi membentuk Bi2O3 pada pemanasan (Lee, 1991).
Kelarutan
Kelarutan oksida unsur golongan VA dalam air adalah (Setianingsih, 2011):

Kelarutan oksida unsur golongan VA dalam larutan basa (Setianingsih, 2011):

Kelarutan oksida unsur golongan VA dalam larutan asam (Setianingsih, 2011):

Berikut ini adalah sifat fisik dari masing – masing unsur golongan VA:
• Sifat-sifat fisik nitrogen:
Nitrogen merupakan gas yang tidak berwarna, berbau dan berasa dengan kepadatan
1,25046 gram/liter. Dengan perbandingan, kerapatan udara sekitar 1,29 gram per liter.
Nitrogen berubah dari gas menjadi cairan pada suhu -195,79°C (-320,42°F). Ia berubah dari
cair menjadi padat pada suhu -210,01°C (-346,02°F). Ketika ia membeku, ia menjadi padatan
putih yang terlihat seperti salju. Nitrogen sedikit larut dalam air. Sekitar dua liter nitrogen
dapat larut dalam 100 liter air (Anonymous1, 2011).
Tabel 4. Sifat fisik unsur nitrogen (Barbalace1, 2011)
Massa atom 14.00674
Titik didih 77.5K ; -195.65°C ; -320.17°F
Kerapatan 1.2506g/L pada 273K & 1atm
Gambaran Gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa
Entalpi atomisasi 472.8 kJ/mol pada 25°C
Entalpi fusi 0.36 kJ/mol
Entalpi penguapan 2.79 kJ/mol
Panas penguapan 2.7928kJ/mol
Titik leleh 63.29K; -209.86°C; -345.75°F
Volume molar 17.3 cm3/mol
Keadaan fisik (pada 20°C & 1atm) Gas
Panas spesifik 1.04J/gK

• Sifat-sifat fisik fosfor :


Fosfor setidaknya ada dalam tiga bentuk alotrop. Alotrop adalah bentuk-bentuk unsur
dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda. Tiga alotrop utama dinamakan untuk warna
mereka: fosfor putih (juga disebut fosfor kuning), fosfor merah, dan fosfor hitam (juga
disebut fosfor violet). Alotrop ini semua memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda
(Anonymous2, 2011).
Fosfor merupakan padatan putih lunak yang transparan. Titik lebur adalah 44,1°C
(111°F) dan titik didih 280°C (536°F). Ia memiliki kepadatan 1,88 gr/cm 3. Jika disimpan
dalam ruang hampa, akan menyublim jika terkena cahaya. Sublimasi adalah proses dimana
suatu perubahan padat menjadi gas ketika dipanaskan, tanpa terlebih dahulu mengubah ke
cairan. Fosfor putih berpendar. Ia melepaskan cahaya putih kehijauan yang indah. Ia tidak
larut dengan baik dalam air, tetapi larut dalam cairan lain, seperti benzena, kloroform, dan
karbon disulfida. Fosfor putih kadang-kadang muncul agak kekuningan karena akibat fosfor
merah (Anonymous2, 2011).
Fosfor merah adalah serbuk merah. Hal ini dapat dibuat dengan memanaskan fosfor
putih dengan menggunakan katalis pada 240°C (464°F). Katalis adalah zat yang digunakan
untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi kimia tanpa mengalami perubahan itu
sendiri. Tanpa katalis, fosfor merah menyublim pada 416°C (781°F). Kepadatan adalah 2,34
gr/cm3. Ia tidak larut dalam bebarapa cairan (Anonymous2, 2011).
Fosfor hitam terlihat seperti serbuk grafit. Grafit adalah bentuk karbon yang digunakan
dalam arang isi pensil. Fosfor hitam dapat dilakukan dengan menerapkan tekanan yang
ekstrim untuk fosfor putih. Ia memiliki kerapatan 3,56-3,83 gr/cm3. Salah satu sifat yang
menarik adalah bahwa ia mengalirkan arus listrik meskipun menjadi non-logam
(Anonymous2, 2011).
Tabel 5. Sifat fisik unsur fosfor (Barbalace2, 2011)
Massa atom 30.97376
Titik didih 553K, 280°C, 536°F
Kerapatan 1.82g/cc pada 300K
Gambaran Padatan lunak, lembut berwana putih; serbuk
merah kecoklatan; atau padatan coklat
Entalpi atomisasi 314.6 kJ/mol pada 25°C
Entalpi fusi 0.63 kJ/mol
Entalpi penguapan 12.43 kJ/mol
Panas penguapan 12.129kJ/mol
Titik leleh 317.45K; 44.3°C; 111.7°F
Volume molar 17 cm3/mol
Keadaan fisik (pada 20°C & 1atm) Padatan
Panas spesifik 0.77J/gK
Tekanan uap 20.8Pa pada 44.3°C

• Sifat-sifat fisik arsen:


Arsen terjadi dalam dua bentuk alotrop. Alotrop adalah bentuk-bentuk unsur dengan
sifat fisik dan kimia yang berbeda. Bentuk yang lebih umum dari arsen adalah mengkilat, abu-
abu, rapuh, logam yang tampak padat. Bentuk yang kurang umum adalah padatan seperti
kristal berwarna kuning. Hal ini dihasilkan ketika uap arsen yang didinginkan tiba-tiba
(Anonymous3, 2011).
Ketika dipanaskan, arsen tidak meleleh, karena sebagian besar zat padat. Sebaliknya, ia
berubah langsung menjadi uap (gas). Proses ini dikenal sebagai sublimasi. Namun, di bawah
tekanan tinggi, arsen dapat dipaksa untuk mencair pada sekitar 814°C (1.500°F). Arsen
memiliki kerapatan 5,72 gram/cm3 (Anonymous3, 2011).
Tabel 6. Sifat fisik unsur arsen (Barbalace3, 2011)
Massa atom 74.92159
Titik didih 876K; 603°C; 1117°F
Kerapatan 5.72g/cc pada 300K
Gambaran Non-logam yang berlapis berwana
abu-abu, rapuh
Entalpi atomisasi 301.3 kJ/mol pada 25°C
Entalpi fusi 24.44 kJ/mol
Entalpi penguapan 34.76 kJ/mol
Panas penguapan 34.76kJ/mol
Titik leleh 1081K; 808°C; 1486°F
Volume molar 13.08 cm3/mol
Keadaan fisik (pada 20°C & 1atm) Padat
Panas spesifik 0.33J/gK

• Sifat-sifat fisik antimon:


Keempat bentuk allotrop dari antimon dikenal sebagai abu-abu, hitam, kuning dan
eksplosif. Bentuk-bentuk hitam, kuning, dan eksplosif tidak stabil. Abu-abu, satu-satunya
bentuk stabil antimon, yang dianggap antimon logam biasa. Ia berwarna putih keperakan dan
menunjukkan sebuah kilau kebiruan atau keunguan. Logam antimon terjadi secara alami.
Berat atom 121,75 dan nomor atom adalah 51. Kedua isotop yang stabil adalah Sb 121 dan
Sb123. Konfigurasi elektron kulit valensi terluar adalah 5s2 5p3. Radius antimon adalah ~ 0.150
nm. Volume atom antimon adalah 18,4 cm3/mol pada 25°C (Steve, 2009).
Tabel 7. Sifat fisik unsur antimony (Barbalace4, 2011)
Massa atom 121.757
Titik didih 1860K; 1587°C; 2889°F
Kerapatan 6.684g/cc pada 300K
Gambaran Logam putih kebiruan yang rapuh, keras
Entalpi atomisasi 263.6 kJ/mol pada 25°C
Entalpi fusi 19.87 kJ/mol
Entalpi penguapan 67.9 kJ/mol
Panas penguapan 77.14kJ/mol
Titik leleh 904.05K; 630.9°C; 1167.6°F
Volume molar 18.22 cm3/mol
Keadaan fisik (pada 20°C & 1atm) Padat
Panas spesifik 0.21J/gK
Tekanan uap 2.49E-09Pa pada 630.9°C

• Sifat-sifat fisik bismuth:


Bismut merupakan logam lembut keperakan dengan permukaan yang cerah, mengkilat
dan semburat kekuningan atau merah muda. Logam mudah berubah dan tidak dapat dibuat
(bekerja) pada suhu kamar. Titik leburnya adalah 271°C (520°F) dan titik didihnya adalah
1.560°C (2480°F). Kepadatan adalah 9,78 gram/cm3 (Anonymous4, 2011).
Tabel 8. Sifat fisik unsur bismuth (Barbalace5, 2011)
Massa atom 208.9804
Titik didih 1837K; 1564°C; 2847°F
Kerapatan 9.75g/cc pada 300K
Gambaran
Entalpi atomisasi 207.1 kJ/mol pada 25°C
Entalpi fusi 10.9 kJ/mol
Entalpi penguapan 151 kJ/mol
Panas penguapan 104.8kJ/mol
Titik leleh 544.67K; 271.52°C; 520.74°F
Volume molar 21.37 cm3/mol
Keadaan fisik (pada 20°C & 1atm) Padat
Panas spesifik 0.12J/gK
Tekanan uap 0.000627Pa pada 271.52°C

1. Sifat – Sifat Kimia Unsur Golongan VA


Sifat kimia dari unsur golongan VA antara lain (Moeller, 1952):
Persamaan Umum Keterangan
xZ + yM → MyZx Dengan logam, yang secara umum memiliki elektropositif tinggi,
kecenderungan menurun dari Z=N ke Z=Bi
2Z + 3H2 → 2H3Z Dengan N2
4Z + 3O2 → (Z2O3)2 Dengan P, As, Sb, Bi. P menghasilkan P4O10 dengan adanya
kelebihan O2. Sedangkan jika ada kelebihan N2 menghasilkan
NO atau NO2
2Z + 3X2 → 2ZX3 Dengan P, As, Sb, Bi. ZX5 terbentuk dengan adanya kelebihan
halogen dengan P, As, Sb dan F2, Cl2, Br2
2Z + 3S → Z2S3 Khususnya dengan Sb, Bi. Sulfida lainnya juga dihasilkan
dengan P, As
Keterangan:
Z=P, As, Sb, Bi khususnya dan N hanya jika disebutkan
X2=molekul halogen
Berikut ini adalah sifat kimia dari masing – masing unsur golongan VA:
• Sifat kimia nitrogen (Winter1, 2011):
1. Reaksi dengan udara
Nitrogen tidak bereaksi dengan udara pada kondisi normal
2. Reaksi dengan air
Nitrogen tidak dapat bereaksi dengan air. Tapi dapat melarut sejumlah kira – kira x gr/kg
pada 20oC (297 K) dan tekanan 1 atm.
3. Reaksi dengan halogen
Gas nitrogen tidak bereaksi dengan halogen pada kondisi normal
4. Reaksi dengan asam
Gas nitrogen tidak bereaksi dengan asam pada kondisi normal
5. Reaksi dengan basa
Gas nitrogen tidak bereaksi dengan basa pada kondisi normal
• Sifat kimia fosfor (Winter2, 2011):
1. Reaksi dengan udara
Fosfor putih dapat bercahaya dalam kegelapan ketika diletakkan pada udara yang lembab
dalam proses yang dikenal sebagai chemiluminescence. Fosfor putih harus ditangani
dengan penuh kehati – hatian. Secara spontan fosfor akan terbakar dalam udara pada suhu
ruang untuk membentuk fosfor pentaoksida, terkadang bisa juga tetrafosfor dekaoksida,
P4O10.
P4(s) + 5O2(g) → P4O10(s)
Dengan kontrol tertentu (75% O2, 25% N2, 90 mmHg), campuran dibentuk, salah satu dari
hasilnya adalah fosfor trioksida, terkadang tetrafosfor heksaoksida P4O6.
P4(s) + 3O2(g) → P4O6(s)
2. Reaksi dengan air
Fosfor putih bersinar dalam kegelapan ketika diletakkan pada udara yang lembab dalam
proses yang dikenal sebagai chemiluminescence.
3. Reaksi dengan halogen
Fosfor putih, P4, bereaksi sangat cepat dengan semua halogen pada temperatur ruang untuk
membentuk fosfor trihalida. Sehingga, fosfor bereaksi dengan fluorin, klorin, bromin dan
iodin, untuk membentuk fosfor(III) fluorida, fosfor(III) klorida, fosfor (II) bromida dan
fosfor(III) iodida.
P4(s) + 6F2(g) → 4PF3(g)
P4(s) + 6Cl2(g) → 4PCl3(l)
P4(s) + 6Br2(g) → 4PBr3(l)
P4(s) + 6I2(g) → 4PI3(g)
Fosfor putih, P4, bereaksi dengan iodin, I2, dalam karbon disulfida (CS2) untuk membentuk
fosfor(II) oksida, P2I4. Senyawa yang sama dibentuk dalam reaksi antara fosfor merah dan
iodin, I2, pada suhu 180oC.
P4(s) + 4I2(g) → 2P2I4(g)
4. Reaksi dengan asam
Fosfor tidak bereaksi dengan asam non-oksidator encer
• Sifat kimia arsen (Winter3, 2011):
1. Reaksi dengan udara
Arsen stabil pada udara kering, tapi permukaannya dapat mengalami oksidasi secara
perlahan dalam udara yang lembab menghasilkan bercak – bercak kecoklatan dan akhirnya
menjadi warna hitam yang menutupi unsur tersebut. Ketika dibakar di udara, arsenik akan
menyala menjadi arsenik trioksida, terkadang tetraarsenat heksaoksida, As4O6. Ketika
dibakar dengan oksigen, arsenik akan menyala membentuk arsenik pentaoksida, terkadang
bisa juga membentuk tetraarsenat dekaoksida, As4O10 dan As4O6.
4As(s) + 5O2(g) → As4O10(s)
4As(s) + 5O2(g) → As4O10(s)
4As(s) + 3O2(g) → As4O6(s)
2. Reaksi dengan air
Arsenat tidak bereaksi dengan air tanpa adanya udara di bawah kondisi normal
3. Reaksi dengan halogen
Arsenat bereaksi dengan fluorin, F2, untuk membentuk gas pentafluorida arsenat(V)
fluorida
2As(s) + 5F2(g) → 2 AsF5(g) (tak berwarna)
Arsenat bereaksi pada kondisi terkontrol dengan halogen fluorin, klorin, bromin dan iodin
untuk membentuk trihalida arsenat(III) fluorida, arsenat(III) klorida, arsenat(III) bromida,
dan arsenat(III) iodida.
2As(s) + 3F2(g) → 2AsF3(l) (tak berwarna)
2As(s) + 3Cl2(g) → 2AsCl3(l) (tak berwarna)
2As(s) + 3Br2(g) → 2AsBr3(s) (kuning pucat)
2As(s) + 3I2(g) → 2AsI3(s) (merah)
• Sifat kimia antimony (Winter4, 2011):
1. Reaksi dengan udara
Ketika dipanaskan, antimony bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk trioksida
antimony(III) oksida, Sb2O3. Api yang dihasilkan berwarna putih kebiruan.
4Sb(s) + 3O2(g) → 2Sb2O3(s)
2. Reaksi dengan air
Pada bara merah, antimony bereaksi dengan air untuk membentuk trioksida antimony(III)
oksida, Sb2O3. Antimony bereaksi lebih lambat pada temperatur lingkungan.
2Sb(s) + 3H2O(g) → Sb2O3(s) + 3H2(g)
3. Reaksi dengan halogen
Antimony dapat bereaksi pada kondisi tertentu dengan halogen untuk membentuk trihalida
antimony(III)fluorida, antimony(III) klorida, antimony(III) bromida dan antimony(III)
iodida.
2Sb(s) + 3F2(g) → 2SbF3(s) (putih)
2Sb(s) + 3Cl2(g) → 2SbCl3(s) (putih)
2Sb(s) + 3Br2(g) → 2SbBr3(s) (putih)
2Sb(s) + 3I2(g) → 2SbI3(s) (merah)p
4. Reaksi dengan asam
Antimony terlarut dalam asam sulfat pekat panas, H2SO4, atau asam nitrat, HNO3, untuk
membentuk larutan yang mengandung Sb(III). Reaksi asam sulfat menghasilkan gas
sulfur(IV) dioksida. Antimony tidak bereaksi dengan asam klorida tanpa adanya oksigen.
• Sifat kimia bismuth (Winter5, 2011):
1. Reaksi dengan udara
Ketika dipanaskan, bismuth bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk trioksida
bismuth(III) oksida, Bi2O3. Warna nyalanya adalah putih kebiruan.
4Bi(s) + 3O2(g) → 2Bi2O3(s)
2. Reaksi dengan air
Pada bara api yang panas, bismuth bereaksi dengan air membentuk trioksida bismuth(III)
oksida, Bi2O3.
2Bi(s) + 3H2O(g) → Bi2O3(s) + 3H2(g)
3. Reaksi dengan halogen
Bismuth bereaksi dengan fluorin, F2, membentuk pentafluorida bismuth(V) fluorida.
2Bi(s) + 5F2(g) → 2 BiF5(s) (putih)
Bismuth bereaksi pada kondisi tertentu dengan halogen fluorin, klorin, bromin dan iodin
untuk membentuk trihalida bismuth(III) fluorida, bismuth (III) klorida, bismuth(III)
bromida dan bismuth(III) iodida.
2Bi(s) + 3F2(g) → 2BiF3(s)
2Bi(s) + 3Cl2(g) → 2BiCl3(s)
2Bi(s) + 3Br2(g) → 2BiBr3(s)
2Bi(s) + 3I2(g) → 2BiI3(s)
4. Reaksi dengan asam
Bismuth terlarut dalam asam sulfat pekat panas, H2SO4 atau asan nitrat, HNO3 untuk
membentuk larutan yang mengandung Bi(III). Reaksi asam sulfat menghasilkan gas
sulfur(IV) dioksida. Reaksinya dengan asan klorida dengan adanya oksigen dapat
dihasilkan bismuth(III) klorida.
4Bi(s) + 3O2(g) + 12HCl(aq) → 4BiCl3(aq) + 6H2O(l)

1. Jenis Ikatan
↑↑↑↑↓Mayoritas senyawa pada golongan ini dibentuk melalui ikatan kovalen (Lee, 1991).

↑↓ ↑ ↑ ↑
2s 2p
Tiga pasang elektron bebas membentuk ikatan σ dengan tiga atom yang lain. Empat
pasang elektron menghasilkan bentuk tetrahedral dengan satu pasang elektron sebagai
pasangan elektron bebas (Lee, 1991).
Bilangan koordinasi 4 diperoleh jika pasangan elektron bebas didonorkan (yang
digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi) dengan atom atau ion lain. Sebagai contoh
ion ammonium [H3N → H]+ (Lee, 1991).
PERTANYAAN DAN JAWABAN

Pertanyaan
1. Mengapa fosfor di alam cenderung membentuk beberapa alotrop?
2. Mengapa fosfor hitam merupakan isotop paling stabil dibanding fosfor merah dan putih?
3. Mengapa gas N2 bersifat inert pada temperatur ruang?
4. Bagaimanakah bentuk molekul N2O yang lebih stabil dan mengapa demikian?
5. Mengapa bilangan oksidasi dari nitrogen tidak hanya +3 dan +5 melainkan dari -3 sampai
+5?

Jawaban:
1. Fosfor ini cenderung dapat membentuk alotrop dikarenakan fosfor mencari bentuk yang
paling stabil. Ikatan jenis π-π seperti pada N2 kurang efektif untuk menjaga kestabilannya
sehingga fosfor akan lebih cenderung membentuk struktur molekul diskret atau struktur
rantai (Winter6, 2011).
Fosfor dapat berada dalam beberapa bentuk alotrop di alam. Tiga alotrop utama dari fosfor
menurut pertambahan reaktifitasnya yaitu (Winter6, 2011):
1. Fosfor putih atau kuning
Merupakan bentuk alotropi yang paling gampang diperoleh tetapi bukan yang paling
stabil karena dapat berubah menjadi bentuk alotrop lain. Bentu alotropi ini adalah
tetrahedral. Fosfor putih terbakar ketika bersentuhan dengan udara dan dapat berubah
menjadi fosfor merah ketika terkena panas atau cahaya. Fosfor putih juga dapat berada
dalam keadaan alfa dan beta yang dipisahkan oleh suhu transisi -3,8°C.
2. Fosfor merah
Berbentuk tetrahedral. Fosfor merah relatif lebih stabil dan menyublim pada 170°C
pada tekanan uap 1 atm, tetapi terbakar akibat tumbukan atau gesekan.
3. Fosfor hitam
Alotrop fosfor hitam mempunyai struktur seperti grafit dimana atom-atom tersusun
dalam lapisan-lapisan heksagonal yang menghantarkan listrik. Merupakan alotropi
darifosfor yang paling stabil sehingga bersifat inert.
1. Fosfor hitam hampir memiliki struktur yang sama jika dibanding fosfor merah, namun
kestabilan fosfor hitam lebih tinggi dibanding fosfor merah karena ikatan yang terbentuk.
Pada fosfor hitam, terbentuk rantai panjang (dalam Kimia Organik dikenal sebagai
polimer, dalam kimia anorganik hanya disebut rantai). Dengan rantai yang panjang itu,
terbentuk sudut ikat yang relatif besar sehingga masing-masing atom fosfor membentuk
geometri piramida segitiga. Fosfor hitam bersifat inert dan struktur yang berlapis
(Vinchemz, 2011).

Gambar 6. Struktur atom fosfor hitam (Emsley, 2002)


Fosfor merah lebih reaktif dan mudah meledak bila bersentuhan dengan udara bebas. Hal
tersebut disebabkan sudut ikat yang terlalu kecil antara atom-atom fosfor sehingga terjadi
daya tolakan yang relatif besar pada atom-atom yang berdekatan. Jika di dalam Kimia
Organik, hal tersebut disebut energi regangan, semakin besar keinginan atom untuk
memperbesar sudut ikat, semakin besar pula energi regangan atom tersebut (Vinchemz,
2011).
2. Nitrogen merupakan unsur diamagnetik yang berada di alam dalam molekul diatomiknya,N 2.
Molekul N2 tersebut terdapat ikatan rangkap tiga N≡N dengan panjang ikatan yang pendek
yaitu 1,09Å. Karena ikatannya yang pendek ikatan tersebut sangatlah sulit untuk diputuskan.
Ikatan N≡N tersebut sangat stabil dan membutuhkan energi yang sangat tinggi untuk
pemutusannya (945,4 kJ/mol). Sehingga nitrogen akan cenderung inert terhadap unsur lain
pada temperatur kamar (Lee, 1991).
3. Molekul N2O adalah molekul yang linear yang merupakan molekul triatomik dengan 16
elektron pada kulit terluar dari masing – masing atomnya, seperti pada CO2 dan N3-. Tapi,
CO2 adalah molekul yang simetris (O=C=O), sedangkan pada N 2O energi orbitalnya lebih
disukai dalam bentuk molekul asimetris N-N-O daripada molekul simetris N-O-N. Panjang
ikatannya pendek dan orde ikatannya adalah N-N 2,73 dan N-O 1,61 (Lee, 1991).

1,126 Å 1,186 Å
N N O
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa orde ikatan N-N lebih tinggi
daripada N-O, sehingga panjang ikatan N-N akan lebih pendek daripada N-O yang berarti
bahwa energi ikatan N-N lebih tinggi daripada energi ikatan N-O. Oleh karena itu, jika
bentuk molekul N-O-N energi ikatan molekulnya akan lebih rendah daripada energi ikatan
molekul N-N-O sehingga molekul N2O akan lebih stabil dalam bentuk N-N-O.
4. Nitrogen mempunyai 5 elektron pada kulit terluarnya, dengan konfigurasi 2s2 2p3.
↑↑↓↑↑2s2 2p3
↑↓ ↑ ↑ ↑
Tabel 9. Konfigurasi elektronik dan keadaan oksidasi (Lee, 1991)
Unsur Konfigurasi elektronik Keadaan oksidasi
Nitrogen [He] 2s2 2p3 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Fosfor [Ne] 3s2 3p3 3 5
Arsen [Ar] 3d10 4s2 4p3 3 5
Antimon [Kr] 4d10 5s2 5p3 3 5
Bismut [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p3 3 5

Orbital s terisi penuh yaitu 2 elektron yang berpasangan. Pasangan elektron pada
orbital s tersebut cenderung inert (efek pasangan inert). Karena pengaruh tersebut untuk
melepaskan elektron pada orbital s dibutuhkan energi yang besar .sehingga hanya elektron
pada orbital p yang akan dilepaskan atau digunakan untuk berikatan. Maka hanya
dihasilkan nitrogen dengan valensi tiga, bukan valensi lima.
Semua unsur dari golongan 5 ini mempunyai lima elektron dalam kulit terluarnya.
Unsur golongan 5 ini menunjukkan keadaan oksidasi maksimum lima terhadap oksigen
dengan menggunakan lima elektron terluar untuk membentuk ikatan. Kecenderungan
untuk pasangan elektron s untuk tetap inert (efek pasangan inert) meningkat dengan
meningkatnya massa atom. Sehingga, hanya elektron p yang hanya digunakan untuk
berikatan dan menghasilkan molekul trivalensi. Valensi lima dan tiga telah ditunjukkan
oleh halogen dan sulfur. Hidrida adalah trivalent. Nitrogen menunjukkan jarak yang sangat
lebar dari keadaan oksidasinya (-III) dalam ammonia NH3, (-II) dalam hidrazin N2H4, (-I)
dalam hidroksilamin NH2OH, (0) dalam nitrogen N2, (+1) dalam oksida nitrat N2O, (+II)
dalam oksida nitrat NO, (+III) dalam asam nitrit HNO2, (+IV) dalam nitrogen dioksida
NO2 dan (+V) asam nitrat HNO3 (Lee, 1991).
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous1, 2011, Nitrogen, http://www.chemistryexplained.com/elements/L-


P/Nitrogen.html, diakses tanggal 31 Maret 2011
Anonymous2, 2011, Phosphorus, http://www.chemistryexplained.com/elements/L-
P/Phosphorus.html, diakses tanggal 31 Maret 2011
Anonymous3, 2011, Arsenik, http://www.chemistryexplained.com/elements/A-
C/Arsenik.html, diakses tanggal 31 Maret 2011
Anonymous4, 2011, Bismuth, http://www.chemistryexplained.com/elements/A-
C/Bismuth.html, diakses tanggal 31 Maret 2011
Barbalace1, Kenneth, 2011, Periodic Table of Elements - Nitrogen - N, http://Environmental
Chemistry.com/yogi/periodic/N.html, diakses tanggal 31 Maret 2011
Barbalace2, Kenneth, 2011, Periodic Table of Elements - Phosphorus - P,
http://EnvironmentalChemistry.com/yogi/periodic/P.html, diakses tanggal 31 Maret
2011
Barbalace3, Kenneth, 2011, Periodic Table of Elements - Arsenik – As, http://Environmental
Chemistry.com/yogi/periodic/As.html, diakses tanggal 31 Maret 2011
Barbalace4, Kenneth, 2011, Periodic Periodic Table of Elements - Antimony – Sb,
http://environmentalchemistry.com/yogi/periodic/Sb.html, diakses tanggal 31 Maret
2011
Barbalace5, Kenneth, 2011, Periodic Periodic Table of Elements - Bismuth – Bi,
http://environmentalchemistry.com/yogi/periodic/Bi.html, diakses tanggal 31 Maret
2011
Emsley, J., 2002, The 13th Element: The Sordid Tale of Murder, Fire and Phosphorus, John
Wiley & Sons, London
Lee, J. D., 1991, Concise Inorganic Chemistry Fourth Edition, Chapman & Hall, London
Moller, T., 1952, Inorganic Chemistry An Advanced Textbook, John Willey & Sons, Inc.,
Japan
Setianingsih, T., 2011, Golongan VA, http://chemistry.lsu.edu/webpub/golongan_va_pdf,
diakses pada tanggal
Steve, 2009, Physical Properties of Antimony,
http://antimonyproperties.blogspot.com/2009/03/physical-properties-of-antimony.html,
diakses tanggal 31 Maret 2011
Vinchemz, 2011, Mengapa fosfor hitam paling stabil?,
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090401001627AA8M62U, diakses
tanggal 31 Maret 2011
Winter1, M., 2011, Chemical Reactions of The Elements: Nitrogen,
http://webelements.com/nitrogen/chemistry.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2011
Winter2, M., 2011, Chemical Reactions of The Elements: Phosphorus,
http://webelements.com/nitrogen/chemistry.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2011
Winter3, M., 2011, Chemical Reactions of The Elements: Arsenic,
http://webelements.com/nitrogen/chemistry.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2011
Winter4, M., 2011, Chemical Reactions of The Elements: Antimony,
http://webelements.com/nitrogen/chemistry.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2011
Winter5, M., 2011, Chemical Reactions of The Elements: Bismuth,
http://webelements.com/nitrogen/chemistry.html, diakses pada tanggal 31 Maret 2011
Winter6, Mark, 2011, Phosphorus Web Element: The Periodic Table on The Web,
http://www.webelements.com/phosphorus/, diakses tanggal 29 Maret 2011

You might also like