You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan ini selalu menunjukkan kondisi yang beragam. Keberagaman dalam
kehidupan menunjukkan bahwa dunia dari kehidupan di dalamnya masih pada kondisi
normal. Keberagaman dalam wadah kehidupan bak taman indah yang ditumbuhi beraneka
macam tumbuhan dan bunga-bunga. Keberagaman menjadi indah apabila bisa tertata dengan
baik sebagaimana juga keberagaman akan memperlihatkan keindahan yang eksotik jika bisa
dihargai oleh setiap kelompok yang ada. Keberagaman atau pluralitas dalam dialektika
kehidupan beragama tentu sedikit menumbuhkan fenomena yang menarik untuk diteropong
lebih dekat lagi. Terdapat sejumlah persoalan yang perlu dicermati manakala agama
bersinggungan dengan pluralitas social, dari mulai politik, adat, dan ekonomi
Krisis jati diri bangsa yang paling mencekam muncul dalam sikap antipluralisme di
kelangan sekelompok anak bangsa. Sebagian besar masyarakat, terutama kelompok-
kelompok dominan, masih tidak memahami prinsip-prinsip pluralism dan multikulturalisme
(M Dawan Rahardjo, 2010). Mereka bahkan curiga dan mearasa menghadapi ancaman.
Padahal, justru kecurigaan dan kekhawatiran inilah yang menimbulkan konflik dan aksi-aksi
kekerasan yang cukup marak di Indonesia akhir-akhir ini.
Melihat beberapa kejadian belakangan yang timbul di tanah air, maka perlu
mengangkat kembali pemahaman terhadap pluralism Indonesia sebagai satu kesatuan dan
merupakan asset bangsa yang berperan besar dalam proses pembangunan dan pencapaian
tujuan dan cita-cita bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sebenarnya yang dimaksud Pluralisme?
2. Bagaimana Pluralisme itu dalam konteks keIndonesiaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Pluralisme
2. Memahami Pluralisme dalam konteks keIndonesiaan
BAB II
ISI

A. Pengertian Pluralisme
Pluralisme merupakan suatu gagasan yang mengakui kemajemukan realitas. Ia
mendorong setiap orang untuk menyadari dan mengenal keberagaman di segala bidang
kehidupan, seperti agama, sosial, budaya, sistem politik, etnisitas, tradisi lokal, dan
sebagainya. Pluralisme bukanlah paham yang secara tiba-tiba muncul dari ruang hampa, akan
tetapi disitu terdapat penghubung yang kokoh antara diskursus sekularisme, liberalisme yang
kemudian lahirlah pluralisme.
Pengertian pluralisme dalam konteks kontemporer bisa dinyatakan sebagai
keterlibatan aktif dalam keragaman dan perbedaannya untuk membangun peradaban bersama.
Menurut Nurcholis Madjid pluralisme itu tidak sekadar mengakui pluralitas keragaman dan
perbedaan akan tetapi gerakan yang aktif merangkai keragaman tersebut untuk tujuan-tujuan
sosial yang luhur yaitu untuk kebersamaan dan peradaban.
B. Pluralisme dalam konteks kenegaraan.
Dalam berbagai bidang kehidupan, keberagaman, dan perbedaan pasti ada, begitu
pula dalam kehidupan bernegara. Di Negara Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa
keragaman baik agama ataupun budaya cukup banyak.
Indonesia telah meletakkan Pancasila sebagai dasar Negara. Bahkan sebelum
proklamasi kemerdedkaan bangsa Indonesia dikumandangkan, Pancasila telah dipersiapkan
untuk dijadikan landasan dasar dalam membentuk suatu Negara kesatuan. Pancasila dijadikan
sebagai pandangan hidup bangsa, falsafah bangsa, serta ideology bangsa Indonesia. Oleh
karena itu hanya Pancasila sajalah yang harus dijadikan acuan, patokan ataupun ukuran dalam
hidup bernegara, berbangsa, maupun masyarakat. Pluralism justru dipertegas oleh Pancasila,
sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Dalam sila tersebut terkandung makna bahwa meskipun
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, namun tetap disatukan dalam suatu
Negara, yaitu Negara Kesatuan Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki semboyan
Bhinnekan Tunggal ika, yang menegaskan bahwa meskipun berbeda-beda tetap satu juga.
Dengan menggunakan nilai-nilai dasar Pnacasila, bangsa Indonesia dapat mengatasi
masalah Pluralisme yang belakangan lebih sering terjadi.
Di Indonesia terdiri dari banyak sukum agama, politik dan budaya, maka di dalamnya
juga terdapat pluralism antara lain :
1) Pluralisme Agama
Ada banyak agama atau kepercayaan yang dianut oleh bangsa Indonesia. Setiap
warga Negara Indonesia berhak menganut agama sesuai dengan kepercayaan masing-
masing. Hal ini dijamin dalam Undang-undang Dasar 1945. Dari keberagaman agama
inilah kemudian muncul pluralisme agama di Indonesia.
Pluralisme agama bisa diartikan sebagai upaya saling mengenal antar agama
yang satu dengan agama yang lainnya. Disitu kemudian terjadi perluasan wawasan
dengan tidak bermaksud mendiskreditkan. Ada penghargaan terhadap perbedaan,
bukan mencemooh perbedaan tersebut. Bahkan pada kondisi tertentu menempatkan
perbedaan tersebut sebagai nilai kebenaran bentuk lain daripada apa yang dinyatakan
dalam agama.
Pluralisme agama di Indonesia bisa juga menjadi masalah ketika rakyat
Indonesia tidak mampu memaknai perbedaan dengan baik dan bijak. Seringkali
perbedaan agama justru menjadi sumber dari masalah. Seperti peristiwa perusakan
gereja di Temanggung, Jawa Tengah. Untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali, masing-masing warga negara harus mampu memahami dan bertoleransi
dalam perbedaan agama yang ada.

2) Pluralisme Politik
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat pluralisme politik di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya partai politik yang terbentuk dan mengikuti pemilu.
Anggota partai politik pun berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda.
Dengan latar belakang yang berbeda, kemudian akan memunculkan perbedaan
pendapat ataupun pandangan dalam melihat suatu permasalahan. Namun, karena
kurangnya pemahaman tiap inividu mengenai makna pluralisme, kemudian muncul
sikap antipluralisme.
Sikap antipluralisme ini muncul karena kurangnya pemahaman mengenai
Pancasila. Selain itu rasa kebangsaan terhadap Indonesia juga semakin menurun. Rasa
memiliki dan menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup semakin berkurang.
Sikap antipluralisme tentunya akan membahayakan persatuan Negara
Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan perpecahan antar bangsa. Oleh sebab itu, nilai-
nilai dasar pancasila harus lebih ditekankan dan dimaknai dengan lebih baik.

3) Pluralisme Sosial-Budaya
Pluralisme dalam perspektif filsafat sosial merupakan konsep kemanusiaan
yang memuat kerangka interaksi dan menunjukkan sikap saling menghargai, saling
menghormati, toleransi satu sama lain dan saling hadir bersama atas dasar
persaudaraan dan kebersamaan; dilaksanakan secara produktif dan berlangsung tanpa
konflik sehingga terjadi asimilasi dan akulturasi budaya.
Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa dan budaya. Pluralitas
tidak bisa dihindarkan apalagi ditolak meskipun manusia tertentu cenderung
menolaknya karena pluralitas dianggap ancaman terhadap eksistensinya atau
eksistensi komunitasnya.
Pemahaman pluralisme budaya diperlukan sejalan dengan dinamika
masyarakat di era otonomi daerah. Di lain pihak, pluralisme budaya cenderung
dianggap sebagai kambing hitam, mengingat belum bagusnya implementasi otonomi
daerah, maraknya anarkisme, dan konflik sosial. Pemerintah tentu perlu memperbaiki
tatanan otonomi daerah agar pluralisme dapat dilihat secara lebih baik.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pluralisme merupakan suatu gagasan yang mengakui kemajemukan
(keberagaman). Dalam konteks kenegaraan terdapat Pluralisme Agama, politik, dan sosial-
budaya. Pluralisme dijamin oleh sila ketiga Pancasila yaitu ‘Persatuan Indonesia’. Dalam
sila tersebut terkandung makna bahwa meskipun bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
majemuk, namun tetap disatukan dalam suatu negara, yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. Saran
1. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku, etnis, dan
agama, oleh karena itu pluralisme sangat diperlukan.
2. Sebagai warga negara yang baik, keberagaman budaya indonesia seharusnya
dapat dijadikan suatu kebanggaan.
Daftar Pustaka

http://cabiklunik.blogspot.com/2009/03/opini-pluralisme-budaya-dan.html, diakses pada


26 Mei 2011. 02.53 WIB

You might also like