Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Persaingan bisnis yang semakin ketat, menimbulkan banyak konsekuensi dalam
persaingan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk meningkatkan daya saingnya secara terus
menerus. Perusahaan dalam waktu cepat harus mampu mengubah diri menjadi lebih kuat dan
mampu menanggapi kebutuhan pasar. Menghadapi kondisi ini perusahaan perlu menciptakan
keunggulan melalui efisiensi, kualitas, inovasi atau respon terhadap konsumen untuk
menciptakan keunggulan kompetitif.
Suatu perusahaan untuk dapat meraih keunggulan kompetitif perlu menerapkan
strategi yang fleksibel terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi. Perusahaan harus
memiliki kapabilitas untuk menciptakan keunggulan kompetitif dengan sumber daya yang
terbatas. Strategi berbasis sumber daya memberikan solusi bagi perusahaan untuk meraih
keunggulan kompetitif. Selain keunggulan pada strategi, keunggulan sumberdaya manusia
(SDM) yang ada di dalam perusahaan tersebut merupakan kunci keberhasilan.
Salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan organisasi adalah faktor
Sumber Daya Manusia (SDM). Keunggulan mutu bersaing suatu organisasi sangat ditentukan
oleh kualitas SDM-nya. Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. SDM yang berkualitas
setidaknya mempunyai empat karakter, antara lain; pertama, memiliki Competence seperti
knowledge, skill, abilities dan experience yang memadai; kedua, commitment pada organisasi;
ketiga, selalu bertindak cost-efectiveness dalam setiap aktivitasnya; keempat, congruence of
goods yaitu bertindak sesuai dengan tujuan organisasi. Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yakni dengan melakukan penilaian kinerja.
Suatu perusahaan agar memperoleh tenaga kerja yang berkualitas, diperlukan suatu
system penilaian hasil kerja yang tepat, yaitu system penilaian yang dapat menilai prestasi
kerja dari tiap-tiap karyawan yang meliputi kondisi, kemampuan, prestasi dan hasil kerja
sehingga dengan begitu karyawan merasa bahwa jerih payah dan usahanya dihargai oleh
perusahaan. Dengan melakukan penilaian hasil kerja juga, perusahaan tidak hanya
mengetahui apakah karyawan yang bersangkutan melakukan pekerjaan dengan baik atau
tidak namun juga mengetahui factor-faktor yang dimiliki karyawan yang dapat
mempengaruhi prestasi kerja, seperti keahlian teknis, kecepatan kerja, ketelitian, kepatuhan,
absensi, tanggung jawab, hubungan dengan sesame rekan kerja. Atas dasar penilaian tersebut,
perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk setiap karyawan.
Penilaian kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan
pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian
mengkomunikasikan dengan para karyawan. Penilaian demikian juga disebut sebagai
penilaian karyawan, evaluasi karyawan, tinjauan kinerja, evaluasi kinerja dan penilaian hasil.
Kinerja pada umumnya merupakan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan. Kinerja
karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada
organisasi yang antara lain: kuantitias output, kuatitas output, jangka waktu output, kehadiran
ditempat kerja, dan sikap kooperatif (Mathis & Jackson, 2000). Evaluasi kinerja merupakan
penilaian terhadap pekerja atas pekerjaan yang dilakukannya (Carrol dan tosi, (1989),
Performance Appraisal (PA) atau penilaian kinerja adalah suatu proses dimana manajer:
1. Mengevaluasi kinerja karyawan dengan mengukur dan membandingkan hasil dengan
standar kerja yang telah ditentukan.
2. Mencatat dan menyimpan hasilnya
3. Mengkomunikasikan kepada karyawannya.
Dalam melakukan penilaian kinerja, ada tiga tahapan yang dilalui yaitu
mendefenisikan pekerjaan, menilai kinerja, dan memberikan feedback. Dessler (2000).
Dengan kata lain proses penilaian kinerja meliputi penetapan standar kerja, menilai kinerja
actual karyawan yang mengacu pada standar, memberikan feedback kepada karyawan dengan
tujuan memotivasi orang untuk menghapuskan kekurangan kinerja atau melanjutkan kinerja
yang sesuai (Dessler, 2000).
Penilaian kinerja merupakan pekerjaan yang tidak mudah, namun setidaknya ada
empat alasan sebuah perusahaan melakukan penilaian kinerja yaitu: memberikan informasi
mengenai promosi dan keputusan salary, memberikan kesempatan eksekutif dan subordinate
untuk mereview perilaku yang berhubungan dengan kerja dari subordinate, merupakan proses
perencanaan karir perusahaan karena memberikan kesempatan untuk mereview rencana karir
person dengan melihat kekuatan dan kelemahan, membantu dalam mengatur dan
meningkatkan kinerja organisasi (Dessler, 2000). Ada tiga tujuan yang dapat dihasilkan dari
penilaian kinerja yaitu strategic purpose, administrative purpose, development purpose
(Noe,2000), oleh karena itu dengan adanya penilaian kinerja tujuan dalam organisasi dapat
dicapai.
Konsep Penilaian Kinerja 360o Feedback
Ide sistem 360o feedback muncul sebagai akibat atasan tidak dapat secara aktual
mengobservasi sebanyak mungkin dari lingkungan setiap pekerjanya. Pada umumnya
penilaian kinerja yang tradisional, karyawan dinilai hanya oleh atasannya masing-masing,
tetapi dengan sistem 360o feedback anggota perusahaan yang lain seperti rekan kerja,
bawahan, manger diatasnya, pembeli dan staff lain yang berhubungan ikut memberikan
masukan dalam penilaian. Secara tradisional, peran penilaian kinerja adalah memberikan
informasi yang akurat bagi manajer untuk mengambil keputusan. Namun penilaian seperti itu
hanya akan memberikan informasi sebatas seberapa jauh usaha-usaha yang yang telah
dilaksanakan dalam mencapai tujuan, tetapi tidak memberikan informasi tentang bagaimana
cara tujuan tersebut dapat dicapai. Hal ini disebabkan penilaian hanya dilakukan oleh atasan
yang sumber informasinya sangat terbatas untuk mengetahui perilaku dan kinerja, sehingga
penilaian dilakukan secara sederhana, bersifat sangat subyektif dan mengandung unsur politik
(Longenecker, Gioia dan Sims: 1987) Perbedaan penilaian kinerja tradisional dengan
penilaian kinerja 3600 feedback dijelaskan dalam (gambar 1)
Secara definisi, proses 360 derajat (360 degree feedback) dapat diartikan sebagai
proses yang melibatkan kegiatan pengumpulan data-data perihal persepsi atas perilaku
seseorang atau individu serta dampak perilaku tersebut terhadap atasan, kolega, bawahan dan
anggota-anggota lain dalam suatu tim baik itu tim proyek, para pelanggan, dari dalam
maupun dari luar perusahaan, termasuk pemasok dan para sub-kontraktor (Karmawidjaja,
2007). Menurut Rowe (1995) menyatakan bahwa penilaian pendekatan 360o merupakan
bentuk pendekatan yang diharapkan dapat mengurangi bias dan subjektivitas dari penilaian
kinerja dengan pendekatan atas-bawah. Lebih lanjut dikemukakan ada empat elemen yang
menilai bawahan. (3). Penilaian setara (Peer appraisal), yaitu penilaian yang diberikan kepada
seorang karyawan oleh rekan sekerjanya, dan (4). Penilaian oleh diri sendiri (Self appraisal)
yaitu penilaian yang diberikan oleh pribadi tiap karyawan mengenai hasil pencapaiannya
sekarang dan rencana jangka panjang.
Feedback-multi sumber ini menyadari bahwa manajer tidak lagi sebagai sumber satu-
satunya untuk informasi penilaian kinerja, melainkan dari berbagai sumber yang
dikumpulkan dan kemudian diberikan kepada manajer. Dalam hal ini peran seorang manajer
masih tetap menjadi titik pusat baik dalam menerima feedback untuk pertama kali dan untuk
mengadakan tindak lanjut (follow up) yang tepat, bahkan pada system 360o.
GAMBAR 1.
TRADITIONAL FEEDBACK VS. 360o FEEDBACK
SUPERVIS
SUPERVIS OR
OR
EXTERNAL
ME CUSTOME
RS
INTERNAL
SUPERVIS
CUSTOME ME
OR
RS
SKIP-
DIRECT LEVEL
ME REPORTS REPORTS
OTHERS
Tujuan system umpan balik 360 derajat selain sebagai penunjang system penilaian
supervisor, lebih mengarah untuk kepentingan perusahaan antara lain menurut Edward dan
Ewen:
1. Perusahaan mengetahui kekuatan dan kelemahannya sehingga berguna untuk
mengidentifikasi kebutuhannya serta pelatihan yang diperlukan agar perusahaan
dapat mencapai tujuannya.
2. Memperkuat hubungan perusahaan dengan klien dengan jalan mengikutsertakan
mereka dalam memberi penilaian.
3. Menyadarkan pekerja bahwa mereka mempunyai peranan besar dalam perusahaan
dengan jalan mengikutsertakan mereka dalam pemillihan jenis penilaian dan orang
yang berhak untuk menilai.
4. Dalam perusahaan yang mengutamakan kerja tim, system ini semakin perlu untuk
memperoleh informasi yang benar mengenai seseorang menurut rekan kerjanya.
5. Bagi supervisor sendiri berguna untuk belajar menjadi supervisor yang lebih baik
6. Manajer dapat mengetahui dengan pasti bagaimana perusahaannya bekerja, dan
tahu kelemahan maupun hal-hal yang semula tersembunyi darinya.
APLIKASI KONSEP SISTEM 360o FEEDBACK
Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan umpan balik untuk
karyawan terutama bagi pengembangan mereka dimasa yang akan datang. Pada saat atasan
mengidentifikasikan kelemahan, potensi, dan kebutuhan pelatihan melalui umpan balik
penilaian kinerja Menurut Koebelin (1999), untuk menguji kesiapan perusahaan dalam
pelaksanaan sistem 360o feedback digunakan 4 pandangan berikut sebagai rangka kerja,
yaitu: Aspek proses bisnis internal, Aspek financial, Aspek pelanggan dan Aspek proses
belajar.
Dalam mendisain proses umpan balik terhadap penilaian 360o yang efektif digunakan
suatu model yang terdiri dari input-proses-output yang merupakan cara untuk
mempertimbangkan berbagai komponen yang ada dalam sistem penilaian 360o serta pengaruh
terhadap possible outcome. Adapun komponen dalam praktek terlihat dalam tabel 1
Tabel 1.
o
Konsep 360 : Model Pelaksanaan
Sumber: Antonioni (1996:25)
INPUT PROSES OUTPUT
• Tujuan dari penilaian • Penilaian diri • Meningkatkan kesadaran
• Instrument penilaian • Reaksi terhadap umpan tentang harapan-harapan
• Umpan balik balik penilai
• Anonimitas bagi para penilai • Pelatihan untuk perbaikan • Perbaikan dalam perilaku dan
• Seleksi penilai rekan kerja • Menargetkan bidang kinerja kerja
• Pelatihan bagi penilai perbaikan • Berkurangnya hal-hal yang
• Pelatihan bagi orang yang • Mengembangkan rencana dapat didiskusikan
dinilai dalam mendapatkan tindakan • Peningkatan dalam review
sebagaian besar ringkasan • Melaporkan hasil kinerja 360o secara periodic
hasil penilaian ringkasan balik kepada penilai • Peningkatan dalam pelatihan
• Melatih supervisor untuk • Komunikasi manajemen
membina yang lainnya • Menetapkan tujuan dan •
dengan menggunakan umpan rencana tindakan
balik penilaian 360o • Pelatihan Just In Time
• Laporan umpan balik (JIT)
• Penilaian mini dan tindak
lanjut
• Penghargaan terhadap
perbaikan
• Akuntabilitas