You are on page 1of 7

TEKNOLOGI PAKAN SEIMBANG (ADEQUATE FEED)

UNTUK SAPI POTONG KEREMAN

S. Prawirodigdo, Ulin Nuschati, dan H.E. Mumpuni

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya masyarakat desa di wilayah Jawa Tengah melakukan usaha


penggemukan sapi potong kereman (UPSPK) dengan membesarkan sapi jantan
sedang tumbuh di dalam suatu kandang hingga akhir periode penggemukan.
Walaupun demikian, cabang agribisnis ini kebanyakan dilaksanakan dengan
pengelolaan tradisional. Sebagai contoh, para peternak dalam memberikan
pakan untuk membesarkan sapi hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
kuantitas tanpa mempertimbangkan faktor keseimbangan pakan; maka tidak
mengherankan apabila UPSPK yang dilaksanakan peternak di pedesaan belum
dapat mencapai keuntungan optimal. Meskipun di pasar ditawarkan pakan
konsentrat untuk penggemukan sapi potong, namun di samping harganya tidak
menarik, petani juga ragu terhadap jaminan keberhasilan apabila memanfaatkan
konsentrat tersebut.
Dalam ilmu pakan ternak, faktor keseimbangan yang dimaksud adalah
kesesuaian antara kuantitas maupun kualitas zat gizi pakan dan kebutuhan
ternak. Prinsipnya faktor yang menjadi pedoman pakan ruminansia adalah
kandungan protein, energi, karbohidrat, dan bahan kering pakan, serta
ketepatan proporsi masing-masing sehingga sesuai dengan kebutuhan ternak
sapi (McDonald dkk., 1996). Dalam hal ini para petani kebanyakan tidak
memperhitungkan secara lengkap karena tidak paham tentang ilmu pakan ternak
sapi.
Salah satu cara prospektif untuk meningkatkan efisiensi UPSPK adalah
melalui perbaikan kualitas dan kuantitas produksi daging sapi dengan menekan
biaya produksi serta berlandaskan penerapan inovasi pakan sesuai kebutuhan
(adequate feed). Implementasi inovasi teknologi adequate feed tidak hannya
dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonversi dan dideposisi ke dalam
jaringan tubuh sapi (termasuk daging), tetapi juga akan menghindarkan
pemborosan biaya produksi untuk pembelanjaan pakan berlebih. Pemikiran ini
berdasarkan pertimbangan bahwa pemberian pakan berlebihan berarti alokasi
modal besar, yang konsekuensi lainnya mengakibatkan efisiensi pakan tidak
optimal sehinga residu yang tereksresikan berlebihan dan dapat menimbulkan
polusi lingkungan. Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini dipresentasikan
teknologi dalam bentuk suatu formula adequate feed untuk
penggemukan/pembesaran ternak sapi dengan menggunakan bahan baku lokal.

1.2 Sumber Teknologi

Teknologi pakan sapi potong sesuai kebutuhan yang dipaparkan ini dikreasi
sesuai kondisi spesifik di Jawa Tengah dengan mengadopsi hasil-hasil
penelitian/publikasi berbagai intitusi penelitian sebagai berikut: (1) Pakan sapi
peranakan Ongole (PO) masing-masing oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Bogor (Budiarsana dan Haryanto, 1998; Bestari dkk., 2000) dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (Nuschati dkk., 2000; Prawirodigdo
dkk., 2002; Nuschati dkk., 2003, (2) Daur ulang limbah organik oleh Applied
Science Publishers LTD, England (G.G. Birch, K.J. Parker & J.T. Worgan, Editors,
1976) dan Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (Polprasert, 1996),
(3) Kebutuhan zat gizi sapi potong (Preston dan Leng, 1987. Leng, 1991;
McDonald dkk., 1992; Ørskov, 1992), dan (4) Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia dari Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (Hartadi
dkk., 1997).

1.3. Tujuan Manfaat Penerapan


Tujuan penerapan inovasi formula pakan adalah untuk mengkonfirmasikan
sekaligus mendemontrasikan pada petani yang melaksanakan UPSK tentang
kelebihan penggunaan pakan sapi potong sesuai kebutuhan yang disusun
menggunakan bahan pakan lokal. Manfaat dari implementasi rekomendasi
teknologi ini adalah memberikan kontribusi ilmiah untuk meningkatkan efisiensi
UPSPK di Jawa Tengah sehingga petani dapat memperoleh keuntungan lebih
tinggi dibandingkan kalau memakai formula pakan tradisional .
II. PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH

2.1. Usaha penggemukan sapi potong kereman adalah suatu usaha


pertanian menggunakan materi utama sapi jantan yang idealnya berbobot badan
awal 250-300 kg, dibesarkan dengan pakan penggemukan, selama 4-6 bulan,
dan dipelihara dalam kandang terus-menerus hingga akhir periode pembesaran.
Umumnya petani melaksanakan usaha ini secara individual atau dalam kandang
kelompok (Lihat Gambar 1). Bangsa sapi yang sering digemukkan adalah:
Simental, Limousin, Hereford, Brangus, Drought Master, Fresian Holstein, dan
Peranakan Ongole.

Gambar 1. Contoh usaha penggemukan sapi potong kereman kelompok

2.2. Pakan sesuai kebutuhan (adequate feed) adalah pakan yang


disusun dengan suatu formula menggunakan berbagai komponen pakan
sehingga mengandung zat gizi yang dalam kualitas maupun kuantitasnya sesuai
dengan kebutuhan ternak (dalam rekomendasi ini sapi potong penggemukan).

2.3. Bahan pakan lokal adalah komponen pakan yang terdapat di lokasi petani
berusaha dan sekitarnya.

2.4. Sapi potong/pedaging yang dimaksudkan dalam rekomendasi ini adalah


ternak sapi yang dibudidayakan untuk dipotong atau bertujuan memproduksi
daging.
III. LOKASI PENGKAJIAN DAN DAERAH REKOMENDASI

Konfirmasi inovasi formula pakan untuk penggemukan sapi potong ini


dilaksanakan di Desa Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri
menggunakan 12 ekor sapi PO berbobot awal rata-rata 295 kg. Kegiatan
dilaksanakan selama 14 mingu (2 minggu adapatasi pakan + 12 minggu
pengamatan). Bahan pakan lokal di lokasi kegiatan adalah dedak padi, ampas
tahu, ubi singkong, dan rumput gajah (terbatas). Jerami padi biasanya
didatangkan dari daerah Sukoharjo. Seperti desa lainnya di Jawa Tengah, pada
musim kemarau Desa Ngadirejo juga kekurangan bahan pakan untuk sapi.
Sejalan dengan itu maka apabila inovasi formula pakan ini akan
direkomendasikan di lokasi lain hendaknya lokasi tersebut memiliki karakteristik
mirip Desa Ngadirejo.

IV. LANGKAH OPERASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI

4.1 Penyiapan Pakan

• Bahan pakan utama yang digunakan dalam inovasi formula pakan untuk
penggemukan sapi potong kereman terdiri dari ubi singkong kering, dedak
padi, ampas tahu dan jerami padi. Susunan pakan inovasi formula ini dan
komposisi ransuman tradisional yang biasa diberikan oleh petani dicantumkan
pada Tabel 1.
• Semua bahan pakan (Adekuat S1) dicampur kecuali jerami padi
• Pemberian pakan dilakukan dua kali/hari
• Air minum disediakan secukupnya
Tabel 1. Proporsi komponen pakan (kg/ransuman/ekor/hari) untuk
penggemukan sapi jantan Peranakan Ongole*

Nama formula pakan


Bahan pakan Harga bahan Adekuat Tradisional
(Rp./kg)** S1
Jerami padi 150 5,0 2,0
Ubi singkong kering 600 0,5 -
Dedak padi 700 2,0 4,32
Ampas tahu segar 300 4,5 1,27
Tetes tebu (Molases) 350 0,1 -
Mineral (Calcit) 150 0,005 -
Garam dapur (NaCl) 300 0,24 -
Rumput Raja 200 - 29,0
Jumlah: 12,34 36,59
Harga pakan (Rp./kg) 315,9 259,8
Harga ransuman (Rp./ekor/hari) 3.914,5 9.505,0
Estimasi profil & karakter zat gizi pakan:***
Bahan kering 7,696 10,551
Protein tercerna 0,515 0,382
Energi metabolis (MJ/ransuman/hari) 61,3 115,262

* Estimasi kebutuhan: Bahan kering = 6,5 kg/ekor/hari, Protein tercerna = 0,505


kg/ekor/hari; Energi metabolis = 61 MJ/ransuman/ekor/hari (dihitung berdasarkan
saran McDonald dkk., 1992); **Harga standar tahun 2004; *** Dihitung berdasarkan
data Tabel Bahan Pakan untuk Indonesia (Hartadi dkk., 1997)

4.2. PENGELOLAAN TERNAK

• Setelah ditimbang masing-masing ternak sapi diberi obat cacing secara oral
• Ternak sapi kemudian dimasukkan ke dalam satu bangunan kandang yang
disekat sehingga masing-masing tertambat secara idividu
• Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum
• Pakan dari inovasi formula Adekuat S1 diadaptasikan pada ternak selama dua
minggu dan dilanjutkan selama 12 minggu
• Pakan tradisional diberikan dua kali sehari
• Evaluasi pertambahan bobot badan dilakukan setiap dua minggu sekali
menggunakan timbangan digital selama periode kegiatan
V. HASIL KERAGAAN TEKNOLOGI

Dalam kegiatan introduksi inovasi formula pakan Adekuat S1


didemontrasikan bahwa:
1. Biaya ransuman untuk penggemukan ternak sapi potong kereman
menggunakan inovasi formula pakan Adekuat S1 jauh lebih murah dari pada
pakan tradisional milik petani (selisih Rp. 5.550,-/ransuman/ekor/hari, Lihat
Tabel 1)
2. Ternak sapi yang memperoleh pakan Adekuat S1 rata-rata pertambahan
bobot badannya 0,785 kg/hari, sedangkan yang diberi pakan tradisional
pertambahannya 0,547 kg/hari
3. Secara konsisten nilai konversi pakan Adekuat S1 juga lebih baik dari pada
pakan tradisional (7,6 versus 15,6). Artinya untuk meningkatkan
pertambahan bobot badan 1 kg, ternak sapi yang memperoleh pakan
Adekuat S1 memerlukan 7,6 kg bahan kering, sedangkan yang
mengkonsumsi pakan tradisional perlu 15,6 kg bahan kering

VI. KELAYAKAN FINANSIAL

Oleh karena tidak dilakukan uji penampilan karkas, maka analisis finansial
didekati dari sisi efisiensi pemnggunaan pakan. Berdasarkan harga pakan,
konsumsi pakan dan pertimbahan bobot badan harian maka dapat
dikonfirmasikan bahwa untuk meningkatkan pertambahan bobot badan 1 kg,
ternak sapi yang diberi pakan Adekuat S1 memerlukan dana Rp.4,989,-. Di lain
pihak dana yang diperlukan untuk meningkatkan 1 kg pertambahan bobot badan
ternak sapi yang menerima pakan tradisional adalah Rp.17.377.
Hasil konfirmasi ini memberikan highlight bahwa pakan Adekuat S1 layak
untuk direkomendasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Bestari dkk., 2000. Bestari, J, Thalib, A. & Hamid, H. 2000. Pengaruh kombinasi
pemberian pakan silase jerami padi cairan rumen kerbau dan molase
terhadap pertambahan bobot badan sapi peranakan ongole. Dalam
Seminar nasional Peternakan dan Veteriner, hal. 242-250 (B.Haryanto,
Darminto, S, Hastiono, I.K. Sutama, S. Partoutomo, Subandriyo, A.P.
Sinurat, Darmono, Supar & S.O Butar-Butar, Editor). Pusat Penelitian
Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Budiarsana, I.G.M. & Haryanto, B. 1998. Analisis ekonomi prnggemukan sapi
PO dengan pemberian pakan mengandung by-pass protein. Dalam
Seminar nasional Peternakan dan Veteriner, hal. 749-757 (I.W. Mathius,
A.P. Sinurat, I. Inounu, Abubakar, N.D. Purwantari, I.K. Sutama &
E.Handiwirawan, Editor). Pusat Penelitian Peternakan, Badan Litbang
Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Hartadi, H. Reksohadiprodjio, S., dan Tillman, A.D. 1997. Tabel komposisi
pakan untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Bulaksumur,
Yogyakarta.
Leng, R.A. 1991. Application of biotechnology to nutrition of animals in
developing counntries. Food and Agriculture Organization of the United
Nations. Rome.
McDonald, P, Edwards, R.A., and Greenhalgh., J.F.D. 1992. Animal nutritiuon
(4th Ed.). Longman Scientific & Technical. John Wiley & Sons, Inc. Nerw
York.
Morrison, F.B. 1951. Feeds and feeding: A hand book for the student and
stockman. Twenty 1st Ed. The Morrison Publishing Company. Ithaca,
New York.
NRC (National Research Council). 1996. Nutrient requirement of beef cattle.
National, Academy Press. Washington D.C.
Nuschati, U. 2003. Penggunaan kaliandra (Calliandra calotyrsus) untuk
substitusi konsentrat pabrik dalam pakan untuk penggemukan sapiFrisian
Holstein jantan. Thesis Magister Sain. Jurusan Nutrisi Ternak, Fakultas
Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.
Nuschati, U., Subiharta, Wiloeto, D., Utomo, B., Pramono, D. Ernawati, Sunarso,
Supriyondo, Y., Hardiyati, S., Riyanto & Suharno. 2000. Laporan hasil
pengkajian. Pengkajian sistem usaha tani (SUT) sapi potong di lahan
kering Jawa Tengah.
Ørskov, E.R. 1992. Protein nutrition in ruminants (2nd.Ed.). Academic Press.
Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, London.
Polprasert, C. 1996. Organic waste recycling (2nd Ed.). John Wiley & Sons.,
Brisbane.
Prawirodigdo dkk., 2002 Laporan Kegiatan. Balai Pengkajian Tekniologi
Pertanian Jawa Tengah, Departemen Pertanian. Kabupaten Semarang.
Preston, T.R. and Lng, R.A. 1987. Matching ruminant production systems with
available resources in the tropics and sub-tropics. Penambul Books,
Armidale, New South Wales, Australia.
Tannenbaum, S.R. and Pace, G.W. 1976. Food from waste: An overview. In
Food from waste.(G.G. Birch, K.J. Parker and J.T. Worgan, Editors)
Applied Science Publishers LTD, London.

You might also like