You are on page 1of 4

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDMIOLOGI

 KASUS DIPTHERI KLINIS


DI KOMPLEK PONDOK RANAH MINANG LUBUK KILANGAN
(dr.Hj. Gentina, dr.Fionaliza, MKM, Mardia Nelisna, SKM, Zulkifli, BSc, Hj. Rasmita Aryentina)
 
A.      Latar Belakang
         Menindak lanjuti laporan dari RS Yos Sudarso Padang pada tanggal 21 November
2007 bahwa pada tanggal 19 November 2007 telah dirawat seorang anak perempuan bernama
RD usia 10 tahun 10 bulan dengan keluhan utama demam, batuk, dan pilek sejak  lima hari
sebelum dirawat di rumah sakit. Pasien juga mengeluh  tenggorokan sakit jika menelan dan
batuk berdarah. Dari anamnesa juga diketahui bahwa riwayat imunisasi tidak lengkap. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan adanya membran putih di tengggorokannya. Pasien yang sekolah
di SD 39 Cengkeh ini  merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara.
 
B.     Tujuan
1.1. Tujuan Umum
       Mengetahui besar dan luasnya masalah serta gambaran epidemiologi kasus diduga
diftheri di Komplek Pondok Ranah Minang Lubuk Kilangan pada bulan November 2007.
 
    1.2. Tujuan Khusus
            1. Menegakkan diagnosa diftheri
            2. Menetapkan kejadian diftheri di wilayah Puskesmas Lubuk Kilangan adalah
KLB.
            3. Menemukan kasus tambahan pada kelompok rentan.
            4. Mendeskripsikan hasil imunisasi kasus dan kontak.
            5. Penanggulangan.
            6. Membuat rencana tindak lanjut
C.     Metodologi
       Penyelidikan KLB Difteri ini menggunakan  rancangan penelitian epidemiologi
deskriptif dengan menggunakan desain kross seksional dimana pada kelompok rentan
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan swab tenggorokan untuk menentukan kasus atau bukan
kasus.
 D.     Hasil Pelacakan
        Pada hari Jumat tanggal 23 November 2007 tim surveilan DKK Padang melukakan
penyelidikan epidemiologi ke Komplek Pondok Ranah Minang Blok F No. 28 Lubuk Kilangan
dan ke SD 39 Cengkeh tempat dimana pasien sekolah. Kelompok rentan yaitu teman
sepermainan pasien dan keluarga pasien yang berumur « 15 tahun dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya penyakit difteri. Pada
kelompok rentan juga dilakukan pemeriksaan swab tenggorokan yang diperiksa di Laboratorium
Kesehatan Daerah Gunung Panggilun Padang. Hasil pemeriksaan kontak dapat dilihat pada
lampiran :
         D.1. Geografi dan Pelayanan Kesehatan Puskesmas
         Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan
dengan luas daerah 85,99 km2 yang terdiri dari 7 kelurahan yaitu : Kelurahan Batu Gadang,
Indarung, Padang Besi, Bandar Buat, Koto Lalang, Baringin serta Kelurahan Tarantang. Jumlah
penduduk kecamatan Lubuk Kilangan adalah 46.174 jiwa sedangkan jumlah penduduk
Kelurahan Koto Lalang adalah 5637 jiwa. Suku terbesar adalah suku Minang. Puskesmas
Lubuk Kilangan merupakan Puskesmas non rawatan dengan jumlah Pustu 3 buah serta 41
Posyandu Balita dan 6 Posyandu Lansia. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Lubuk
Kilangan adalah : 44 orang. 
  
A.
1. Penyebaran Kasus Diptheri Klinis di Kota Padang tahun 2007

Tanggal Puskesmas Kelurahan Nama Umur Status Hasil


Pelacakan Kasus Imunisasi Lab
3-11-07 Lb. Buaya Pasie Nan An 8 th Lengkap (-)
    3        
19-11-07 Luki Koto RD 10 th Tdk Lengkap (-)
    Lalang        
             
20-11-07 Lb. Buaya Padang TP 5 th Lengkap (-)
    Sarai        
             
3-12-07 Luki Bandar RA 3,8 th Tdk (-)
    Buat     Lengkap  
             
5-12-07 Luki Bandar KH 6,10 Tidak lengkap (-)
Buat
 
Berdasarkan laporan dari Puskesmas didapatkan cakupan imunisasi rutin DPT-3 di
kelurahan Koto Lalang pada tahun 2005 (88,9 %), tahun 2006 (58,2 %) dan pada tahun 2007
sebesar (60, 9 %). Dari hasil pencapaian imunisasi rutin DPT-3 memang terlihat bahwa
kelurahan Koto Lalang tidak mencapai target UCI, sehingga memang berpotensi menimbulkan
kasus difteri. Kasus diftheri di komplek Pondok Ranah Minang merupakan kasus pertama di
kelurahan ini, namun merupakan kasus ketiga pada tahun yang sama di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan.

Penyakit difteri adalah penyakit menular akut pada tonsil , faring dan hidung kadang-kadang
pada selaput mukosa dan kulit. Difteri dapat menyerang setiap orang yang tidak
mempunyaikekebalan.

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae. Terdapat 3 jenis type C.difteri yaitu
mitis, intermedius dan gravis yang terbagi menjadi beberapa varian. Beberapa varian tidak
ganas dapat ditemukan pada selaput mukosa tenggorokan.

Difteri mempunyai gejala klinis demam ± 38°C, peudomembran putih keabu-abuan yang tak
mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan , leher
membengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai stridor. Masa inkubasi
antara 2-5 hari. Masa penularan penderita 2-4 minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa
penularan carrier bisa sampai 6 bulan.

 Sumber penularan adalah manusia, baik sebagai penderita maupun carrier. Seseorang dapat
menyebarkan bakteri difteri melalui droplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah
sekitarnya. Bakteri difteri menyerang melalui pernafasan.

3.1      Definisi Kasus

           Kasus Difteri dapat diklasifikasikan dalam kasus probable dan kasus konfirmasi. Kasus
probable adalah kasus yang menunjukkan gejala-gejala demam, sakit menelan, selaput putih
pada tenggorokan (pseudomembran), sering leher membengkak dan sesak nafas disertai bunyi
(stridor)

Kasus konfirmasi adalah kasus probable yang disertai hasil konfirmasi laboratoriumpositif

C. Difteri atau ada hubungan ada hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi yang lain.

3.2       Waktu

            Telah terjadi KLB difteri pada tanggal 19 November 2007 dengan ditemukannya        

            seorang penderita difteri berdasarkan hasil laporan dari RS Yos Sudarso.

3.3              Orang

         Penderita difteri ini adalah seorang anak perempuan bernama RD berusia 10 tahun 10  

        bulan.

3.4              Tempat

             Penderita tinggal di Komplek Pondok Ranah Minang Blok F No.28  Lubuk Kilangan dan
bersekolah di SD 39 Cengkeh.

3.5              Hasil Pemeriksaan Laboratorium

              Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan tidak adanya kuman Corynebacterium


diphtheriae pada swab tenggorokan.

3.6              Tindakan yang sudah dilakukan

3.6.1        Terhadap Penderita

              Penderita sudah dirawat di ruang isolasi RS Yos Sudarso Padang dan sudah
mendapat terapi sesuai protap penanganan kasus difteri.

3.6.2        Terhadap Kelompok Rentan

              Kelompok rentan sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan swab tenggorokan. Kepada
kelompok rentan juga sudah diberikan profilaks antibiotik erytromicin 30-40 mg/kg BB dalam
dosis terbagi selama 7 hari.

E.     Kesimpulan

1.  Telah terjadi KLB difteri di Komplek Pondok Ranah Minang Lubuk Kilangan pada bulan      

     November 2007.


2.  Diagnosa probable difteri ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil   

     laboratorium tidak ditemukan adanya kuman Corynebacterium diptheriae pada swab

     tenggorokan.

3. Terjadinya KLB diduga berhubungan dengan tidak lengkapnya anak mendapat imunisasi

    sewaktu balita.

4. Pada kelompok rentan yang diperiksa tidak ditemukannya kasus baru difteri.

F.      SARAN

1.  Perlu ditingkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi terutama pada


bayi.

2. Perlu kerjasama lintas sektoral yang baik terutama dengan pihak sekolahdalam rangka

    menyukseskan pelaksanaan imunisasi di sekolah.

You might also like