You are on page 1of 10

1

DISTRIBUSI GAS ALAM CAIR ( LNG ) DARI KILANG MENUJU FLOATING STORAGE REGASIFICATION UNIT ( FSRU ) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN SIMULASI Yohan Syah T,Ade Kokoh P INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
ABSTRAK

Salah satu penyebab krisis tenaga listrik yang terjadi di Indonesia adalah tingginya nilai harga bahan bakar minyak, dimana High Speed Diesel Oil merupakan bahan bakar utama bagi pembangkit listrik di Indonesia. Gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) dapat menjadi solusi alternatif bahan bakar bagi pembangkit listrik di Indonesia. Hal ini didukung dengan Peranturan Pemerintah No. 5/2009 mengenai alokasi gas bagi kebutuhan domestik. Pada pembahasan ini dilakukan dilakukan pemanfaatan gas bagi kebutuhan pembangkit listrik di Indonesia dengan menentukan pola disitribusi LNG di Indonesia dengan sarana distribusi yang digunakan adalah Floating Storage Regasification Unit ( FSRU ) sebagai terminal penerima dan kapal LNG sebagai sarana distribusi LNG dari kilang LNG. Terdapat 3 ukuran FSRU yang digunakan pada pembahasan ini yaitu FSRU dengan ukuran 129.000 m3, 147.500 m3 dan 180.000 m3. Sarana pendistribusi LNG adalah kapal LNG dengan ukuran 125.000 m3, 135.000 m3 dan 147.5000 m3. Terdapat 3 kilang LNG seba gai sumber penyuplai LNG yaitu Kilang Bontang, Kilang Donggi -Senoro dan Kilang Tangguh dimana permintaan LNG berdasarkan kebutuhan pembangkit listrik di Indonesia. Selanjutnya dilakukan pemodelan variasi antar FSRU,kapal LNG, penyuplai dan lokasi permintaan sehingga dengan pertimbangan biaya investasi maka diperoleh pola distribusi LNG dan penugasan kapal LNG. Tahap berikutnya adalah melakukan simulasi distribusi LNG dengan beberapa kondisi ketersediaan LNG pada kilang LNG. Sehingga diperoleh pola distribusi LNG dan penugasan kapal sesuai dengan kondisi ketersediaan LNG pada kilang LNG serta sesuai dengan biaya investasi minimum. Kata kunci : Penentuan lokasi FSRU, distribusi LNG, penugasan kapal LNG, supply-demand LNG, simulasi
ABSTRACT

One cause of power crisis that occurred in Indonesia is the high price of fuel oil whereas High Speed Diesel Oil is the main fuel for power plants in Indonesia. Liquefied natural gas (LNG) could be an alternative fuel solutions for power plants in Indonesia. This is supported by Goverment Regulation No. 5 / 2009 on the allocation of gas for domestic needs. In this final project, the utilization of gas for electricity generation in Indonesia needs to determine the

pattern of distribution of LNG in Indonesia by means of distribution used is the Floating Storage Regasification Unit (FSRU) for LNG receiving terminals and vessels as a means of distribution of LNG from the LNG plant. There are 3 sizes FSRU used in this discussion is FSRU with a size of 129,000 m3 and 147,500 m3 and 180,000 m3. There are 3 sizes FSRU used in this discussion is FSRU with a size of 129,000 m3 and 147,500 m3 and 180,000 m3. LNG vessel used was the size of 125,000 m3 and 135,000 m3 and m3 147.5000. There are three LNG plant used, there are Bontang LNG Plant, Donggi-Senoro LNG Plant and Tangguh LNG Plant. Furthermore, modeling the variation between FSRU, LNG ships, supplies and location request with consideration of investment costs, the obtained pattern of distribution of LNG and LNG ship assignment. The next step is to simulate the distribution of LNG with several conditions of supply of LNG to the LNG plant. In order to obtain the distribution pattern and assignment of LNG ship in accordance with the conditions of supply of LNG to the LNG plant and in accordance with minimum investment cost. Keywords : Determination FSRU location, distribution, LNG, LNG ship assignment, supply-demand of LNG, simulation

PENDAHULUAN Krisis tenaga listrik yang terjadi di Indonesia beberapa waktu ini tentulah sangat merugikan bagi semua tingkat lapisan masyarakat Indonesia maupun Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) sebagai distributor listrik di Indonesia. Salah satu kendala yang menyebabkan krisis energi listrik di Indonesia adalah kurangnya suplai bahan bakar pada masing-masing pembangkit listrik di Indonesia, serta meningkatnya harga bahan bakar minyak dalam negeri dan ditambah dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi ( menghapus ) subsidi yang selama ini diberikan. Penyebab utama lain adalah kurangnya pemanfaatan penggunaan sumber energi alternatif lain yang tersedia, dimana salah satunya antara lain adalah ketersediaan gas alam yang melimpah, namun kurang pemanfaatan yang dilakukan bagi pemenuhan kebutuhan sumber energi nasional. Seperti diketahui bahwa pemanfaatan gas alam yang terdapat di wilayah Indonesia cenderung digunakan sebagai komoditas ekspor dibandingkan sebagai pasokan kebutuhan sumber energi domestik. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan gas alam yang sangat minim, berdasarkan data BP MIGAS 2004 terbukti bahwa pada tahun 2003 produksi ( ekspor ) gas di Indonesia adalah terbesar di dunia yaitu sebesar 26,45 MTPY. Untuk mengantisipasi krisis energi listrik yang berkepanjangan maka diperlukan suatu langkah pemanfaatan optimal sumber energi alternatif yang tersedia seperti gas alam, baik dari segi kebijakan pemerintah maupun teknologi yang sudah ada. Pada simulasi akan digunakan volume penampungan FSRU yang digunakan adalah 129.000 m3, 147.500 m3, 180.000 m3. Terdapat beberapa faktor dalam pemilihan ukuran, kapasitas dan jumlah FSRU seperti faktor biaya ekonomis operasional, investasi, kondisi geografis wilayah perairan serta jumlah dan volume angkut kapal LNG sebagai sarana pendistribusi LNG. Selanjutnya

volume muat kapal LNG Carrier yang digunakan memiliki volume muat sebesar 125.000 m3, 135.000 m3 dan 147.500 m3. Hal yang diperhatikan dalam pemilihan volume muat kapal LNG adalah faktor FSRU, jumlah trip, rute serta tingkat ketersediaan LNG pada masing-masing FSRU untuk suatu periode operasi kapal. Lokasi kilang gas yang digunakan sebagai pemasok muatan gas alam adalah Kilang Gas Tangguh ( Irian Jaya ) dengan kapasitas produksi sebesar 7 MTPY, Donggi-Senoro ( Sulawesi Tengah ) dengan kapasitas produksi sebesar 2 MTPY dan Bontang ( Kalimantan Timur ) dengan kapasitas produksi sebesar 22,5 MTPY. Selanjutnya dilakukan pemodelan pola distribusi LNG dengan menggunakan variasi ukuran FSRU yang ditempatkan pada tiap wilayah usah a PLN. Selain variasi ukuran FSRU yang digunakan dilakukan pula variasi pola penugasan kapal LNG sebagai sarana distribusi LNG bagi tiap wilayah usaha PLN. Biaya investasi dan operasional kapal LNG serta FSRU menjadi faktor penentu pemilihan model yang sesuai dengan masing-masing wilayah usaha. Dengan pendekatan permodelan yang dilakukan dengan skenario kejadian yang ada, maka diharapkan keluaran berupa sebaran distribusi LNG dan penugasan kapal, kapasitas FSRU serta penjadwalan distribusi LNG di Indonesia. Jauh daripada itu diharapkan diperolehnya konsep perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana LNG sebagai pemanfaatan gas alam guna mengurangi krisi listrik di masa mendatang.

METODOLOGI Simulasi Dalam merencanakan membuat suatu model simulasi didasari dengan alasan sebagai pertimbangan mengapa diperlukan adanya pembuatan model simulasi. Alasan-alasan mengapa diperlukan model simulasi antara lain : y Simulasi adalah satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah, jika sistem nyata terlalu sulit diamati secara langsung. Dalam menyusun model simulasi membutuhkan data-data pendukung dari sistem yang nantinya akan dibuat model. y Contoh : Jalur rantai pasok. y Solusi analitik tidak bisa dikembangkan,dikarena tingkat kerumitan yang dimiliki oleh sistem sangat kompleks. y Pengamatan terhadap sistem tidak dapat dilakukan secara langsung dengan alasan : y Sistem berharga atau sangat mahal y Membutuhkan waktu yang lama y Akan timbul akibat yang bisa menyebabkan rusaknya sistem utama yang sedang beroperasi. Keuntungan dari penggunaan simulasi adalah sebagai berikut. 1. Menghemat waktu. 2. Dapat melebarkan waktu sesuai dengan data masukan yang diharapkan selain dari kondisi sebenarnya. 3. Dapat mengawasi sumber-sumber bervariasi.

4. Model dari sistem dapat digunakan untuk menjelaskan, memahami dan memperbaiki sistem tersebut. 5. Dapat dihentikan dan dijalankan kembali tanpa berpengaruh terhadap data masukan yang telah diperoleh. 6. Mudah diperbanyak. 7. Dapat mengetahui performansi dan informasi dari suatu sistem.

PEMBAHASAN Analisa Data Kebutuhan listrik di Indonesia Data kebutuhan daya listrik di Indonesia berdasarkan masing-masing wilayah operasional atau usaha dari PLN diperoleh dari RUPTL 2010-2019. Data kebutuhan daya listrik yang diambil adalah data kebutuhan daya listrik pada tahun 2010, dimana keseluruhan daya listrik didapat dari 20 wilayah usaha PLN yang telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya. Pada pengumpulan data kebutuhan listrik di Indonesia, total daya listrik yang diperoleh adalah total daya listrik yang dihasilkan dari tiap pembangkit listrik berbahan bakar minyak (HSD-MFO) dan gas alam. Tabel1. menerangkan total kebutuhan daya listrik di tiap wilayah usaha PLN. Tabel 1. Data kebutuhan listrik wilayah usaha PLN No. Nama Wilayah Kebutuhan Daya

Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Wilayah Riau Sumatera Barat SumSel Jambi Bengkulu Lampung Kalimantan Barat KalSel & Kalteng KalTim Sulut, Sulteng & Gorontalo Sulsel, Sultra & Sulbar Maluku Papua NTB NTT DKI Jakarta Jabar & Banten Jateng & Yogyakarta Jatim Bali

113.37 1287.75 173.79 72.66 655.17 57.70 335.82 474.64 305.60 330.30 579.16 92.32 223.50 174.99 144.40 2740.70 1040.00 1689.00 3144.80 432.70

MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW

Analisa data kapasitas produksi LNG Tabel 2. Data kebutuhan listrik wilayah usaha PLN No. Kilang LNG kapasitas 1 Bontang 22.5 2 Donggi 2 3 Tangguh 7 total 31.5

Unit MTPY MTPY MTPY MTPY

Terdapat 3 lokasi kilang LNG yang digunakan sebagai sumber LNG yang akan dianalisa yaitu kilang LNG Bontang, Donggi-Senoro dan Tangguh. Tabel2. menggambarkan potensi kapasitas suplai gas dari kilang LNG yang digunakan. Dimana potensi pengguna LNG adalah industri pembangkit tenaga listrik khususnya sebagai pengganti jenis bahan bakar HSD maupun MFO dan gas alam. Kapal LNG dan FSRU yang digunakan Terdapat 3 alternatif variasi dari ukuran kapal LNG yang akan digunakan dalam melayani penugasan suplai LNG dari kilang LNG menuju lokasi penerima LNG dimana lokasi penerima akan diwakili oleh FSRU yang terpilih. Tabel3. menjelaskan data ukuran kapal LNG yang digunakan dalam pembahasan. Tabel 3. Data kapal LNG yang digunakan kapal kapasitas

Loa

speed

Draft

kelas Dwiputra Golar Mazo Energy frontier

m3 125000 135000 147500

meter 272 290 289

knot 18 18 18

m 10,35 10,8 11,43

Terdapat 3 variasi ukuran FSRU yaitu FSRU dengan ukuran 129.000 m3, 147.500 m3 dan 180.000 m3. Dimana ketiga ukuran FSRU yang digunakan setara atau sekelas dengan FSRU GOLAR SPIRIT, ENERGY FRONTIER dan HOEGH LNG FSRU. Tabel 4.8 menggambarkan beberapa ukuran atau dimensi dari FSRU yang digunakan. Tabel 4. Data FSRU yang digunakan Parameter Unit ( m )
3

Cargo capacity of FSRU 129000 147500

180000

Length overall m 289 289 277 Loa m 44.6 43 51.5 Breadth B m 25 26.7 24 Hull depth H m 11.4 11.85 11 Draught T Kelas FSRU Unit ukuran FSRU Golar m3 129000 Spirit Golar Energy m3 147500 Frontier HOEGH LNG m3 180000 FSRU Penentuan lokasi alternatif FSRU dan jarak lokasi dengan Kilang LNG Pada tiap wilayah usaha PLN, alternatif lokasi FSRU ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan pembangkit listrik yang akan disuplai gas alam, selain itu pula mempertimbangkan kondisi perairan dan kondisi lingkungan yang cocok untuk penempatan FSRU. Pengembangan Model Model yang akan dikembangkan untuk perencanaan pola distribusi LNG domestik adalah gabungan antara model transportasi dengan model penugasan. Model transportasi digunakan untuk menentukan pola distribusi LNG yang optimum dari lokasi asal ke lokasi penerima, sedangkan model penugasan digunakan untuk menentukan jenis kapal yang sesuai dengan kegiatan distribusi LNG. Pemodelan yang akan dikembangkan melibatkan beberapa asumsi guna penyederhanaan proses pengerjaan. Asumsi yang digunakan pada model adalah sebagai berikut. Ketersediaan LNG pada kilang produksi LNG digunakan sepenuhnya bagi kebutuhan domestik. Pada pembahasan ini ketersediaan LNG nantinya

disesuaikan dengan presentase kapasitas LNG domestik yang disediakan oleh pemerintah atau kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan. Kecepatan kapal LNG dianggap konstan yaitu sebesar 18 knot selama dalam perjalanan mulai dari berangkat dari lokasi asal menuju lokasi tujuan. Tidak ada waiting time bagi kapal, dimana jumlah kargo yang akan dibongkar atau muat dapat dilakukan secara langsung. Lamanya roundtrip days dihitung hanya berdasarkan pada lamanya waktu dilaut ( seatime ) yang dihitung dengan kecepatan konstan, ditambah dengan lamanya proses muat dan bongkar LNG ( port time ) dari asal dan lokasi tujuan. Waktu untuk cooling-down dianggap tidak ada, dalam artian bahwasannya suhu LNG Tanks dan Arms dianggap -160 dan tidak ada sisa LNG yang terdapat pada kapal LNG selepas unloading process, diasumsikan temperatur tangki tetap terjaga Waktu Roundtrip Days dihitung hanya berdasarkan pada lamanya waktu di laut (seatime) yang dihitung dengan kecepatan konstan, ditambah dengan lamanya proses muat dan bongkar LNG (port time) dari lokasi asal dan lokasi tujuan. Terminal Penerima selama beroperasi dianggap tidak ada halangan apapun. Penggunaan Kapal LNG dengan skenario sewa (Charter Hire).

Input Model Beberapa masukan atau input model yang diperlukan pada pembuatan model ini adalah sebagai berikut : A. 1. 2. 3. B. Kapasitas produksi LNG ( Supply ) Bontang ( Kilang Badak ) dengan kapasitas 22,5 MTPY Donggi-Senoro ( Kilang Donggi ) dengan kapasitas 2 MTPY Tangguh ( Kilang Tangguh ) dengan kapasitas produksi 7 MTPY

Kapasitas permintaan ( Demand ) Berdasarkan data yang diperoleh seperti yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya, maka kapasitas demand LNG dari masing-masing lokasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut : Tabel 6. Kebutuhan LNG / Tahun Tiap Wilayah Usaha PLN Kebutuhan No. Nama Wilayah LNG (MTPY) 1 Nangroe Aceh Darussalam 0,16 2 Sumatera Utara 1,84 3 Wilayah Riau 0,25 4 Sumatera Barat 0,10 5 SumSel Jambi Bengkulu 0,94 6 Lampung 0,08

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Sulut, Sulteng & Gorontalo Sulsel, Sultra & Sulbar Maluku Papua NTB NTT DKI Jakarta Jabar & Banten Jateng & Yogyakarta Bali

0,47 0,83 0,13 0,32 0,25 0,21 3,92 1,96 2,41 0,62

KESIMPULAN Berdasarkan pemodelan yang telah dilakukan dengan menggunakan FSRU dan kapal LNG untuk distribusi LNG maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan asumsi bahwa semua pembangkit listrik PLN berbahan bakar HSD, MFO dan Gas Alam menggunakan gas alam sebagai bahan bakarnya, didapatkan bahwa lokasi FSRU yang sesuai untuk ditempatkan sebagai receiving terminal adalah sebagai berikut. Tabel 5. Lokasi Peletakan FSRU No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 2. Nama Wilayah Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Wilayah Riau Sumatera Barat SumSel Jambi Bengkulu Lampung Sulut, Sulteng & Gorontalo Sulsel, Sultra & Sulbar Maluku Papua NTB NTT DKI Jakarta Jabar & Banten Jateng & Yogyakarta Bali Destination/Origin Lhokseumawe Belawan Dumai Teluk Bayur Palembang Panjang Bitung Makassar Ambon Sorong Bima Ende Tanjung Priok Bojonegara Tanjung Mas Celukan Bawang

Dari pemodelan yang dilakukan sesuai dengan simulasi kondisi kejadian, analisa biaya investasi maka model distribusi LNG dan jenis kapal LNG yang sesuai untuk melakukan kegiatan pendistribusian adalah sebagai berikut. a. Kondisi 100% kapasitas produksi LNG bagi pemenuhan suplai domestik

y Pada kondisi 100 % kilang Bontang mensuplai wilayah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Wilayah Riau, Sumatera Barat, SumSel Jambi Bengkulu, Lampung, Sulsel-Sultra & Sulbar, DKI Jakarta, Jabar & Banten, Jateng & Yogyakarta serta wilayah Bali dengan total kapasitas LNG sebesar 13,11 MTPY dengan menggunakan kapal ukuran 147.500 m3 untuk memenuhi kebutuhan wilayah Sumatera Utara, 2 kapal ukuran 135.000 m3 untuk memenuhi masing-masing wilayah Sumatera Barat dan Lampung. Selanjutnya kapal 1 unit kapal ukuran 125.000 m3 untuk memenuhi kebutuhan wilayah Nangroe Aceh Darussalam, Wilayah Riau, SumSel Jambi Bengkulu, Sulsel-Sultra & Sulbar, Jabar & Banten, Jateng & Yogyakarta, Bali, serta 2 kapal ukuran 125.000 m3 untuk memenuhi kebutuhan wilayah DKI Jakarta. y Pada kondisi 100% kilang Donggi mensuplai wilayah Sulut, Sulteng & Gorontalo, NTB dan NTT sebesar 0,93 MTPY dengan menggunakan kapal ukuran 125.000 m3 berjumlah satu unit untuk mensuplai masingmasing wilayah tersebut. y Pada kondisi 100% kilang Tangguh mensuplai wilayah Maluku dan Papua dengan kapasitas sebesar 0,45 MTPY dengan menggunakan kapal LNG ukuran 135.000 m3 dan 125.000 m3 berjumlah satu unit dimana masingmasing mensuplai wilayah Maluku dan Papua. y Pada kondisi 100% total biaya investasi yang dibutuhkan adalah sebesar $.817.232.322.

b. Kondisi 25% kapasitas produksi LNG bagi pemenuhan suplai domestik y Pada kondisi 25 % kilang Bontang mensuplai wilayah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Wilayah Riau, SumSel Jambi Bengkulu, Lampung, Sulsel-Sultra & Sulbar, Jateng & Yogyakarta serta wilayah Bali dengan total kapasitas LNG sebesar 6,77 MTPY dengan menggunakan kapal ukuran 2 kapal ukuran 135.000 m3 untuk memenuhi masing-masing wilayah Sumatera Barat dan Lampung. Selanjutnya kapal 1 unit kapal ukuran 125.000 m3 untuk memenuhi kebutuhan wilayah Nangroe Aceh Darussalam, Wilayah Riau, SumSel Jambi Bengkulu, Sulsel-Sultra & Sulbar, Jateng & Yogyakarta, Bali. y Pada kondisi 25% kilang Donggi mensuplai wilayah Sulut, Sulteng & Gorontalo, sebesar 0,47 MTPY dengan menggunakan kapal ukuran 125.000 m3 berjumlah satu unit untuk mensuplai masing-masing wilayah tersebut. y Pada kondisi 25% kilang Tangguh mensuplai wilayah Papua, NTB, NTT dan Maluku sebesar 0,91 MTPY dengan menggunakan kapal LNG ukuran 135.000 m3 untuk mensuplai wilayah Maluku dan 125.000 m3 berjumlah satu unit dimana kapal mensuplai kebutuhan LNG wilayah NTB, NTT dan Papua. y Terdapat LNG tersisa sebesar 1,11 MTPY LNG yang dapat digunakan dari ketiga sumber energi dimana dengan pertimbangan biaya investasi minimum suplai LNG sebesar 1,11 MTPY LNG dialokasikan untuk wilayah Jawa Barat dan Banten y Pada kondisi 25% maka total biaya investasi yang dibutuhkan adalah sebesar $. 563.150.788

10

c. Kondisi kapasitas produksi saat ini dimana kilang LNG telah terikat beberapa kontrak penjualan LNG y Pada kondisi sekarang kilang Bontang terikat kontrak sebesar 6 MTPY sehingga tersedia kapasitas produksi LNG sebesar 16,5 MTPY yang mampu mensuplai wilayah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Wilayah Riau, Sumatera Barat, SumSel Jambi Bengkulu, Lampung, Sulsel-Sultra & Sulbar, DKI Jakarta, Jabar & Banten, Jateng & Yogyakarta serta wilayah Bali dengan total kapasitas LNG sebesar 14,47 MTPY dengan menggunakan 3 kapal ukuran 147.500 m3 untuk memenuhi kebutuhan wilayah Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat 2 kapal ukuran 135.000 m3 untuk memenuhi masing-masing wilayah Aceh dan Bali. Selanjutnya kapal 4 unit kapal ukuran 125.000 m3 untuk memenuhi kebutuhan wilayah SumSel Jambi Bengkulu, DKI Jakarta, Jabar & Banten, Jateng & Yogyakarta. y Pada kondisi sekarang kilang Donggi belum terikat kontrak sehingga mampu mensuplai wilayah Sulut, Sulteng & Gorontalo, NTB dan NTT sebesar 1,03 MTPY dengan menggunakan kapal ukuran 135.000 m3 berjumlah satu unit untuk mensuplai Sulut, Sulteng & Gorontalo dan 2 kapal ukuran 147.500 untuk mensuplai NTB dan NTT. y Pada kondisi sekarang kilang Tangguh telah terikat kontrak sebesar 5,6 MTPY sehingga terdapat kapasitas tersedia sebesar 1,4 MTPY yang mampu mensuplai wilayah Maluku dan Papua dengan kapasitas sebesar 0,50 MTPY dengan menggunakan kapal LNG ukuran 147.500 m3 berjumlah satu unit dimana masing-masing mensuplai wilayah Maluku dan Papua. y Pada kondisi saat ini total biaya investasi yang dibutuhkan adalah sebesar $.840.208.593. Hal ini dikarenakan LNG pada kondisi sisa kontrak masih tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan permintaan masing-masing wilayah.

DAFTAR PUSTAKA (1) Soegiono dan K. Buda, Artana. Transportasi LNG Indonesia. Airlangga University Press,Surabaya. (2006). (2) Soegiono. Pipa Laut. Airlangga University Press, Surabaya. (2006). (3) Zainury. Optimasi pengadaaan kapal-kapal pengangkut LNG untuk distribusi LNG dari Pulau Kalimantan ke Pulau Jawa menggunakan Fuzzy Logic. Jurnal Tugas Akhir 2008. (4) Lake, Larry W. Petroleum Engineering Handbook volume VII. 2007. (5) BPMIGAS, Indonesian Liquefied Natural Gas, Badan Pengelola Hulu Minyak dan Gas, Jakarta. 2004. (6) PT PLN PERSERO. 2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2010 - 2019, Jakarta. (7) PT PGN PESERO. 2010. Perusahaan Gas Negara Presentasi Investor, Jakarta.

You might also like