You are on page 1of 18

Working Paper Series No.

07 Oktober 2007, First Draft

EVALUASI PROSES PELAKSANAAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri

Katakunci: perawatan kesehatan masyarakat evaluasi

-Tidak Untuk DisitasiProgram Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

IMPLEMENTATION OF PUBLIC HEALTH NURSING ACTIVITIES IN COMMUNITY HEALTH CENTERS OF LIMA PULUH KOTA DISTRICT OF WEST SUMATERA Tien Septino1, Mubasysyir Hasanbasri2 Abstract Background Families with health problems who have no health servie access is social burden and deteriorate communitys quality of life. Government health facilities are responsible for protect the public from diseases and provide health care access to primarily vulnerable groups who have constrants to reach health centers. Public health nursing program has been one of the puskesmass main activities in Lima Puluh Kota District. However, the implementation of this program showed the lack of its strengths. Program coverages in 2004 and 2005 are 54% and 56%. Considering the importance of this issue, this study examines the management proceses that involve activities at puskesmas and district health office levels. Method This case study took place in February to May 2007 in four of the 19 puskesmas in the district. The four puskesmas were chosen for its contrast difference in publich health nursing performance. It uses data from an indepth interview of puskesmas managers, district health officer and deputies for medical services. A focused group discussion was conducted to 12 coordination nurses and midwives who involved in public health nursing in the area. Puskesmas archives and official report are also used as a secondary data. Findings This study shows that a part from the low coverage of 55%, the implementation of the program represents the simplistic routine administrative activities. Home care practice does not have case management guideline for continuity program. The activities depend on the availability of ministry of health program in the central government. If there is no central program, home care visits are not done. Planning of activities remain under specific vertical programs. The staff who involve in the program work in other operational unit such as maternal and child health, health promotion, and control of communicable diseases. The new tradition of making integrated activities among programs has not been there. Puskesmas level coordinator for public health nursing activities are not yet recruited fultime so that the organization of work and standard were not developed.
1 2

Health Office of Lima Puluh Kota Distric Magister Health Policy and Service Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

Conclusions and Suggestions This study concludes that public health nursing activities are characterized by its administrative formality. It shows the lack of operational support for the need of the vulnerable families. Home care visits and their follow ups are organized in a simplistic mode, contrary to the complexity of the problems. The study recommends that district health office and local government need to have a same perception on the importance of home care activities and the need of better management to make field activities possible. Integrating public health nursing into existing vertical programs could be an alternative model development in the future. Keywords Public Health Nursing, Evaluation.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

Latar Belakang Sampai saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup, prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8%, angka kematian ibu melahirkan yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular. Sementara itu untuk penyakit degeneratif seperti jantung dan penyakit pembuluh darah terjadi peningkatan (1). Sehubungan dengan hal tersebut, perlu terus ditingkatkan upaya-upaya untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu pelayanan yang baik, berkelanjutan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama keluarga miskin rawan kesehatan/resiko tinggi. Kalau tidak ditanggulangi secara tuntas dapat mengancam kehidupan masyarakat banyak, akhirnya menjadi beban masyarakat yang produktif serta daerah. Masalah tersebut bisa ditanggulangi salah satunya dengan upaya perawatan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 128/Menkes/SK/II/Tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas, upaya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya kesehatan penunjang yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan(2). Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidak mampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah kesehatan prioritas daerah yaitu, belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut. Fokus utama pada keluarga rawan kesehatan yaitu keluarga miskin yang rentan dan keluarga yang termasuk resiko tinggi(3). Keterpaduan perawatan kesehatan masyarakat dengan upaya kesehatan puskesmas sekaligus bertujuan mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan kabupaten/kota(1). Kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, meliputi kegiatan di dalam gedung yang dilakukan di poli asuhan keperawatan, poliklinik dan ruang rawat inap. Kegiatan di luar gedung puskesmas yaitu melakukan kunjungan ke keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melakukan asuhan keperawatan(1). Pelaksanaan perkesmas di Puskesmas Kabupaten Lima Puluh Kota sebenarnya sudah berjalan, tetapi keluarga rawan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

yang tercakup pelayanan perkesmas masih rendah, pada tahun 2004 mencapai 53,4% dan tahun 2005 meningkat sedikit menjadi 56,3%, jadi masih jauh dibawah target yaitu 80% (8). Disisi lain laporan perkesmas yang harus diberikan oleh seluruh puskesmas secara berkala, banyak yang tidak mentaatinya. Juga tentang pencatatan dan pelaporannya banyak yang salah. Namun bila dilihat lebih jauh lagi banyak puskesmas yang tidak membuat rencana tahunan dan jumlah sasaran tidak dilakukan pendataan tetapi berdasarkan data tahun lalu dengan menambah 3%, sehingga perlu dipertanyakan. Tentang masalah dana, Dinas Kesehatan memberikan dana secara block grand ke puskesmas berdasarkan usulan kegiatan yang mereka buat. Berdasarkan laporan dari dinas kesehatan rata-rata tiap puskesmas petugasnya yang terlatih sebanyak 2 orang. Selanjutnya, tentang sarana dan prasarana seperti PHN kit, obat, buku pedoman dan formulir laporan sudah tersedia, tetapi pencapaiannya masih rendah. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang evaluasi perawatan kesehatan masyarakat, khususnya tentang bagaimana pengelolaan perkesmas di puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kabupaten Lima Puluh Kota. Secara khusus bertujuan untk mengetahui proses pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas Kabupaten Lima Puluh Kota dan hasil cakupannya serta apakah asuhan keperawatan yang diberikan sudah sesuai dengan standar. Metode Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus. Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di puskesmas wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu, Puskesmas Mahat, Dangung-Dangung, Situjuh dan Koto Baru Simalanggang. Pengambilan sampel secara purposive sampling, dipilih berdasarkan pencapaian program perkesmas yang tertinggi dan yang terendah. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota. Subjek penelitian terdiri dari pimpinan puskesmas, perawat koordinator dan bidan desa. Komponen pendukung, yakni dinas kesehatan yang terdiri dari kepala dinas dan kepala subdinas pelayanan kesehatan. Data pendukung diambil dari dokumen di dinas dan puskesmas yang terkait. Data dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus, observasi dan penelusuran dokumen.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

Hasil Cakupan Kegiatan Perkesmas Walaupun perkesmas merupakan salah satu upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas, sejak konsep puskesmas diperkenalkan namun perkembangannya belum begitu mengembirakan. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Kabupaten Lima Puluh kota cakupan perkesmas tentang keluarga rawan tahun 2004 mencapai 53,8%, dan tahun 2005 mencapai 44,6%. Untuk tahun 2006 berdasarkan hasil penelitian, cakupan kegiatan perkesmas tentang pembinaan keluarga rawan dari masing-masing puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Cakupan Keluarga yang Dibina per Puskesmas Tahun 2006
% Pencapaian Jenis Kegiatan Mahat Situjuh Koto Baru Rata-rata Penderita tuberculosis paru 85 80 85 83,3 Penderita kusta 100 100 100 100 Ibu hamil resiko tinggi 78 54,2 73,8 68,7 Bayi resiko tinggi 60 34,7 46,4 47,03 Tetanus neonatorum Balita resiko tinggi 57 17,2 10,5 28,2 Usia lanjut resiko tinggi 93 59 52 68 Resiko lain 95 95 94 94,7 Mempunyai kartu sehat 88 80 85 84,3 Panti 100 100 Rata-rata per puskesmas 82 68,9 68,3 73,06 Keterangan: Penelitian ini diadakan pada puskesmas Mahat, DangungDangung, Situjuh dan Koto Baru, tetapi berhubung puskesmas DangungDangung tidak membuat laporan, sehingga hasil yang dipaparkan cuma tiga puskesmas.

Tabel ini memperlihatkan bahwa cakupan program perkesmas tentang kegiatan program pencegahan penyakit menular dan pembinaan keluarga miskin sudah cukup baik, pembinaan keluarga penderita kusta sudah mencapai 100%, tuberculosis paru sudah mencapai 83%, dan cakupan keluarga miskin yang dibina mencapai 84%. Program KIA dan gizi cakupannya masih rendah, yaitu cakupan pembinaan keluarga dengan bayi resiko tinggi 47% dan anak balita resiko tinggi hanya 28%. Disini terlihat bahwa pembinaan keluarga pada program KIA dan gizi belum berjalan sesuai yang diharapkan. Hasil cakupan per puskesmas, yang tertinggi adalah Puskesmas Mahat mencapai 82% yang sudah mencapai target yaitu 80%, sedangkan puskesmas lainnya masih di bawah target, rata-rata per puskesmas baru mencapai 73,06%. Cakupan perkesmas tentang pembinaan keluarga rawan atau resiko tinggi di Puskesmas Kabupaten Lima Puluh Kota masih rendah. Untuk melihat bagaimana perkembangan pelaksanaan kegiatan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

perkesmas tentang keluarga rawan di empat puskesmas yang diteliti dari tahun 2004 sampai 2006 bisa dilihat pada gambar dibawah ini:
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2004 2005 2006

Mahat Dangung Situjuh Koto Baru

Gambar 1. Cakupan Program Perkesmas Tahun 2004 - 2006

Tabel ini memperlihatkan bahwa Puskesmas Mahat trendnya naik dari tahun 2004 cakupannya 70,8% naik menjadi 75,6% pada tahun 2005 dan tahun 2006 mencapai 82%, terlihat bahwa Puskesmas Mahat menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Sedangkan Puskesmas Dangung-Dangung trendnya menurun, dari tahun 2004 cakupannya 62,8%, tahun 2005 turun menjadi 38,26% dan pada tahun 2006 tidak membuat laporan, terlihat bahwa cakupan kegiatan perkesmas bertambah turun tidak ada perbaikan. Puskesmas Situjuh trendnya tetap, tahun 2004 cakupannya 66,4%, tahun 2005 mencapai 68,2% terlihat peningkatannya sedikit dan tahun 2006 mencapai 68,9% tidak ada perobahan, terlihat bahwa Puskesmas Situjuh hasilnya tidak ada perobahan. Sedangkan Puskesmas Koto Baru Simalanggang trendnya turun naik, dari tahun 2004 cakupannya 58,2% turun menjadi 25,7% pada tahun 2005, sedangkan tahun 2006 naik lagi menjadi 60,7%, disini nampak ada perobahan yang cukup baik dari tahun 2005 ke tahun 2006 berarti ada perbaikan. Pelaksanaan program perkesmas di puskesmas kabupaten Lima Puluh Kota saat ini belum optimal, hal ini terlihat bahwa perkesmas belum merupakan program yang diprioritaskan. Sehingga program perkesmas kurang mendapat perhatian dan dukungan baik di dinas maupun di puskesmas. Selain itu belum diperolehnya persepsi yang sama dalam penyelenggaraan perkesmas di dinas maupun di puskesmas. Untuk itu sangat dibutuhkan dukungan kepala dinas untuk menyamakan persepsi tersebut terutama pimpinan puskesmas dan pemegang program

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

yang ada di dinas. Bahwa perkesmas itu melekat dengan semua program baik dari segi pendanaan maupun tenaga. Beberapa kendala lain yang dihadapi dalam pelaksanaan perkesmas, adalah kurangnya komitmen pemerintah daearah terutama dinas kesehatan dan puskesmas dalam pelaksanaan program perkesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota. Hal ini tergambar dari belum adanya alokasi dana khusus untuk menunjang program dimaksud serta belum adanya legalitas petugas perkesmas. Selama ini koordinator perkesmas di dinas hanya ditunjuk secara lisan saja. Koordinasi dalam pelaksanaan perkesmas selama ini dijalankan hanya dalam bentuk lintas program, sedangkan lintas sektor masih kurang. Hal ini terlihat dari tidak adanya keterlibatan sektor lain dalam perencanaan maupun pelaksanaan, juga belum melibatkan peran serta masyarakat (10). Selanjutnya kualitas pelayanan yang diberikan masingmasing puskesmas belum menerapkan standar asuhan keperawatan serta belum melaksanakan pendokumentasiannya. Hasil observasi dilapangan, kualitas pelayanan yang diberikan pada keluarga rawan masih kurang. Dimana pasien baru tahu tentang penyakitnya, akibat sakitnya dan kemana harus minta pelayanan, belum tahu bagaimana mencegahnya dan tindakan apa yang dilakukan. Seharusnya petugas dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan asuhan keperawatan dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan. Dalam rangka akuntabilitas, maka kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas harus didokumentasikan(1). Dengan menggunakan proses keperawatan diharapkan secara bertahap terjadi proses alih peran dari petugas kepada penderita, sehingga mutu layanan yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan(5). Proses Kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat Perencanaan Hasil penelitian bahwa Puskesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk tahun 2006 sudah membuat perencanaan tahunan kecuali Puskesmas Dangung-Dangung. Untuk melihat bagaimana proses perencanaan kegiatan perkesmas pada masing-masing puskesmas bisa dilihat pada tabel berikut:

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

Tabel 2. Proses Perencanaan Perkesmas tahun 2006

Puskesmas Keterangan Mahat Perencanaan tahunan dibuat terintegrasi dengan program lain puskesmas. Untuk menetukan sasaran dilakukan pendataan. Perencanaan bulanan dibuat berdasarkan perencanaan tahunan dengan menyesuaikan kondisi saat itu dan laporan bulan lalu. DangungPerencanaan tahunan dan bulanan tidak dibuat, karena Dangung tidak mengerti. Situjuh Perencanaan tahunan dibuat, tetapi tidak terintegrasi dengan program puskesmas lainnya. Penentuan sasaran tidak dilakukan pendataan tetapi berdasarkan data tahun lalu dengan menambah kira-kira 3% dari tahun lalu. Perencanaan bulanan dibuat tidak mengacu pada rencana tahunan, tetapi berdasarkan pelaksanaan program yang bersangkutan. Koto Baru Perencanaan tahunan dibuat tidak terintgrasi dan tidak dilakukan pendataan. Perencanaan bulanan mengacu kepada kegiatan dan kondisi saat itu serta hasil kegiatan bulan lalu. Penelitian ini menunukkan bahwa Puskesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota sudah membuat perencanaan tahunan. Dalam membuat perencanaan, puskesmas membuatnya tidak terintegrasi dengan perencanaan program puskesmas lainnya, sehingga perencanaan tersebut itu terkotak-kotak. Tentang masalah dana nampak ego masing-masing pemegang program dia tidak mau membagi dananya. Juga tidak didasarkan atas besarnya masalah, kondisi daerah serta kemampuan sumber daya yang ada. Dalam membuat perencanaan, puskesmas terlebih dahulu menyusun usulan kegiatan sesuai prioritas sasaran dan kegiatan puskesmas, kemudian usulan kegiatan diajukan secara terpadu dengan kegiatan puskesmas ke dinas Kesehatan Kabupaten untuk mendapat persetujuan pembiayaan. Berdasarkan usulan kegiatan yang telah disetujui maka, perlu disusun rencana pelaksanaan kegiatan (Planning Of Action) yang terintegrasi dengan program puskesmas lainnya (1).

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

Tidak Terintegrasi Yang dilaksanakan


Promkes Kesling

Terintegrasi Seharusnya

Promkes, Kesling KIA/KB,

Gizi,

P2M,Pegobatan,

KIA/KB Gizi P2M Pengobatan Perkesmas Program lain


SPM PERKESMAS

Gambar 2. Integrasi Perkesmas dengan Upaya Kesehatan

Tahun 2006 dan 2007 Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota tentang masalah pembiayaan puskesmas, dinas memberikan dana ke puskesmas secara block grand, jadi tergantung puskesmas membuat perencanaan kegiatannya sesuai kebutuhan puskesmas setempat. Untuk kelancaran kegiatan, dinas berprinsip bahwa puskesmas lebih tahu masalah, kondisi daerah serta kemampuan sumber dayanya dengan memberikan rambu-rambu atau petunjuk. Jadi disini tergantung kemampuan puskesmas membuat perencanaan tersebut. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pimpinan puskesmas dan koordinatornya kurang begitu memahami tentang perkesmas terutama dalam membuat perencanaan. Jadi diperlukan sekali dukungan dinas untuk menyamakan persepsi tentang perkesmas terutama pada pimpinan puskesmas dan pemegang program yang ada di puskesmas. Bahwa keterpaduan tersebut dalam sasaran, kegiatan, tenaga, biaya atau sumber daya lainnya. Dalam menyusun rencana kegiatan tahunan atau POA umumnya puskesmas tidak melibatkan seluruh staff dan tidak dilaksanakan secara bertahap, yaitu: (1) Pengumpulan data, puskesmas tidak melakukan pendataan, dan data berdasarkan data tahun lalu, (2) Menetapkan masalah perkesmas dan prioritasnya, puskesmas membuat kegiatan tergantung program, (3) Menetapkan upaya penanggulangannya, puskesmas membuat berdasarkan masalah yang ditetapkan tadi, dan (4) Menetapkan sasaran dan target. Sasaran dan target untuk tahun 2006 sudah diberikan oleh dinas kepada puskesmas. Sasaran dibuat dinas berdasarkan rumus dan disesuaikan dengan program yang bersangkutan dan puskesmas diharapkan menyesuaikan dengan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

10

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

hasil pendataan. Target mengacu pada target nasional dan disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya dan kondisi daerah puskesmas masing-masing. Menurut Levey dan Loomba (cit Azwar 1996) perencanaan adalah suatu proses menganalisa dan memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis efektivitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya (4). Penyusunan rencana bulanan umumnya puskesmas tidak mengacu pada rencana tahunan, tetapi dibuat sesuai dengan program yang dilaksanakan bulan itu, kondisi saat itu dan pencapaian bulan lalu. Perencanaan tahunan tidak bisa dipakai karena dalam perencanaan tersebut biaya tidak ditetapkan, jadi pelaksanaan tergantung program. Kelihatan disini bahwa puskesmas kurang mampu membuat perencanaan tahunan sehingga tidak bisa dilaksanakan. Puskesmas membuat perencanaan sebatas bagaimana cara dana cair atau formalitas saja. Maka diharapkan dinas kesehatan bisa membimbing puskesmas dalam membuat perencanaan. Pengorganisasian Di puskesmas, pimpinan puskemas merupakan penanggung jawab kegiatan perkesmas, agar pelaksanaan perkesmas dapat diselenggarakan secara optimal, maka di puskesmas dibentuklah perawat koordinator, penanggung jawab daerah binaan dan petugas pelaksana ((5). Hasil penelitian, masing-masing puskesmas sudah ada baik itu perawat koordinator, penanggung jawab daerah binaan dan sudah dibuat surat keputusannyan oleh pimpinan puskesmas. Disamping itu pembagian wilayah binaan dan peta wilayah juga sudah ada yang mengambarkan masalah kesehatan. Cuma uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab secara tertulis belum ada hanya berupa kesepakatan saja. Selain itu penunjukan perawat koordinator belum berdasarkan kompetensi atau latar belakang pendidikan keperawatan, kemampuan dan keterampilan klinik yang dimiiki. Hasil wawancara dengan petugas puskesmas bahwa koordinator perkesmas sering diganti dan penunjukan tidak mempunyai dasar, sehingga hasil kurang baik. Sebaiknya pimpinan puskesmas dalam menempatkan seseorang tersebut berdasarkan latar belakang pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti dan kemampuannya, juga harus memperhatikan apakah tugas rangkap tersebut bisa sejalan atau tidak. Sehingga petugas yang ditunjuk dan sudah mendapat pelatihan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilannya

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

11

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

untuk mencapai target program yang telah ditentukan. Selain itu jangan sering mengadakan roling petugas yang menyebabkan program tidak berkelanjutan sebab lain petugas lain pendapatnya, kadang-kadang penggantinya kurang memahami atau belum pernah pelatihan sehingga program tidak dilanjutkannya. Ini sesuai dengan hasil penelitian Pitoyo (2000) bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan kinerja perawat puskesmas dalam melakukan perkesmas adalah faktor kemampuan petugas, pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan kompensasi (6). Dinas kesehatan kabupaten juga diharapkan memutasikan seseorang dengan memperhatikan program apa yang sedang dia laksanakan, sehingga perawat terlaltih merata di tiap puskesmas. Pembagian wilayah di puskesmas berdasarkan jumlah jorong yang ada dan bidan desa langsung sebagai penangung jawab daerah binaan, kalau suatu desa bidan desanya tidak ada, petugas puskesmas yang ditunjuk sebagai penangung jawab daerah binaan. Ini sudah sesuai sebab bidan desa lebih mengetahui tentang masalah di wilayahnya, selain itu dia tinggal disitu, jadi setiap waktu bisa memantau keadaan masyarakatnya. Sebaiknya dalam pengorganisasian, harus ditetapkan secara jelas uraian tugas dan tanggung jawab setiap petugas sehingga dia bisa bekerja dengan baik karena tahu tugas dan tanggung jawabnya (4). Dari hasil penelitian belum ada puskesmas yang membuat uraian tugas dan tanggung jawab tersebut dan diharap semua puskesmas membuatnya. Pelaksanaan Hasil penelitian, pelaksanaan kunjungan rumah semua puskesmas sudah melaksanakan dan dilaksanakan oleh bidan desa. Pada Puskesmas Mahat kunjungan rumah dilaksanakan siap jam pelayanan dan sesuai dengan perencanaan bulanan sedangkan puskesmas lainnya tergantung pada program yang bersangkutan. Perencanaan bulanan dibuat tidak berdasarkan rencana tahunan, tetapi berdasarkan kasus bulan lalu ditambah keadaan saat itu. Dengan kata lain turun tidaknya tersebut tergantung pemegang program yang bersangkutan. Berhubung karena keterbatasan tenaga, dana, prasarana serta wilayah puskesmas yang luas dan jaraknya jauh dari puskesmas tidak mungkin dilaksanakan oleh perawat puskesmas. Sebaiknya yang melaksanakan perkesmas tersebut adalah bidan desa. Sebab sekarang ini tiap jorong sudah ada bidan desa dan mereka tinggal disana, sehingga mereka bisa memantau keadaan masyarakat dan mengerakkan partisipasi masyarakat.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

12

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

Tabel 3. Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Pelaksanaan Kegiatan Mahat Pelaksanaan kunjungan rumah, dilaksanakan sesuai jadwal, siap jam pelayanan. Pengkajian ulang POA dilakukan untuk mencocokkan dengan keadaan sekarang, kemudian dilakukan analisa data hanya sebagian saja. Perencanaan dibuat sesuai kasus, diagnosa keperawatan, dan dilakukan tindakan. Tidak dievaluasi, kalau tidak mampu langsung dirujuk. Tindak tidak sesuai asuhan keperawatan dan dokumentasinya sebagian. DangungPelaksanaan kunjungan rumah dilaksanakan bila sempat, Dangung tergantung program. Pengkajian ulangan tidak dilakukan, merencanakan sesuai kasus tidak dilakukan, tindakan sesuaidengan program yang turun. Rujukan dilakukan tergantung kasus jika berat dirujuk. Tindakan tidak sesuai asuhan keperawatan dan tidak didokumentasikan. Situjuh Pelaksanaan kunjungan rumah dilaksanakan, tergantung dana, kadang tidak sesuai jadwal, dilaksanakan siap jam Pelayanan. Tidak melakukan pengkajian langsung pelaksanaan kegiatan dan kadang-kadang ada dievaluasi. Dicatat nama pasien, KK, kondisi pasien, diagnosa, tindakan yang dilakukan dan rencana tindak lanjut. Kalau kasusnya berat dan di luar wewenang langsung dirujuk tergantung kasusnya. Jadi tindakan tidak sesuai asuhan keperawatan dan dokumentasinya tidak lengkap. Koto baru Pelaksanaan kunjungan rumah dilaksanakan, tergantung dana, kadang tidak sesuai jadwal, dilaksanakan siap jam Pelayanan. Pengkajian tidak dilakukan, tindakan sesuai kasus yang dikunjungi. Tidak semua kasus diintervensi. Dokumentasi hanya nama pasien, kepala keluarga, kondisi pasien, diagnosis, tindakan yang dilakukan dan rencana tindak lanjut. Tindakan tidak sesuai asuhan keperawatan dan dokumentasinya sebagian.

Sebelum turun semua petugas mengumpulkan data tentang sasaran yang dikunjungi, apa diagnosanya, tindakan apa yang akan dilakukan dan alat apa yang harus dibawa. Pada puskesmas Mahat kalau petugasnya kurang memahami sebelumnya dia konsultasi dulu dengan pemegang program yang bersangkutan misalnya P2M, KIA, gizi dan Kesling, seandainya tidak bisa juga langsung melibatkan dokter dan sektor terkait. Dalam melaksanakan kegiatan, petugas tidak melakukan sesuai dengan pola asuhan keperawatan dan tidak dicatat sesuai degan pedoman dokumentasi, karena merasa susah dan berbelit-belit dan membutuhkan waktu yang lama juga tidak ada gunanya. Hanya mereka mencatat tanggal kunjungan, nama penderita, nama KK, alamat, diagnosa medis, tindakan apa yang telah diberikan pada catatan perawat. Pencatatan semua puskesmas kecuali Dangung-Dangung, setelah melakukan kegiatan petugas

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

13

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

mencatatnya di buku catatan perawat dan kohort pembinaan keluarga rawan, terkadang dicatat pada folder berkas keluarga binaan. Formulir asuhan keperawatan tidak pernah diisi. Tiap bulan bidan desa memberikan laporan ke koordinator perkesmas dan direkap serta dikirim kedinas kesehatan kabupaten. Berhubung tenaganya adalah bidan desa dan dia harus melaksanakan asuhan keperawatan, sebaiknya diadakan supervisi keperawatan (clinical supervision). Supervisi keperawatan yaitu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pelayanan keperawatan melalui bimbingan dari perawat yang lebih mampu (supervisor) kepada bidan desa untuk meningkatkan kemampuan keperawatannya sesuai peran dan fungsinya(1). Kalau di puskesmas, perawat koordinator perkesmas sebagai supervisornya. Jadi perawat koordinator yang ditunjuk tersebut mempunyai kemampuan dan keterampilan klinik keperawatan, manajerial serta pengalaman yang lebih dibandingkan dengan bidan desa atau petugas yang lainnya. Sehingga meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Di dinas kesehatan kabupaten juga ditetapkan perawat koordinator yang mempunyai kompetensi dalam bidang keperawatan kesehatan komunitas serta pengalaman yang lebih dibandingkan perawat koordinator puskesmas. Untuk menindak lanjuti hal tersebut diatas, pada awal tahun 2006 di Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh telah ditempatkan perawat koordinator dengan latar belakang pendidikan S1 keperawatan dan untuk puskesmas rata-rata mereka sudah D III keperawatan dan semuanya sudah dilatih tentang perkesmas. Diharapkan pihak puskesmas memanfaatkan secara optimal kemampuan yang bersangkutan sehingga program perkesmas di wilayah puskesmas dapat berjalan lancar dan menghindari adanya mutasi terhadap koordinator perkesmas di puskesmas. Hal ini dilaksanakan terutama untuk menjamin kesinambungan dan kelancaran program perkesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota. Sehingga mempunyai daya ungkit terhadap program kesehatan lainnya terutama porgram KIA, gizi, P2M, dan kesehatan lingkungan, yang bermuara kepada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pemantauan Pelaksanaan supervisi belum dilaksanakan secara rutin, teratur dan terencana di Puskesmas Kabupaten Lima Puluh Kota. Supervisi dapat diartikan sebagai pengawasan yang merupakan pengamatan atas pelaksanaan keseluruhan kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan itu sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (4)(7). Supervisi

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

14

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

dapat dikatakan sebagai monitoring langsung. Merupakan suatu umpan balik tentang pekerjaan harus diberikan untuk memberikan dorongan semangat kerja, juga merupakan kegiatan lanjutan pelatihan. Melalui supervisi dapat diketahui bagaimana petugas yang sudah dilatih tersebut menerapkan semua pengetahuan dan keterampilannya (7). Pemantauan tentang kegiatan perkesmas secara berkala oleh pimpinan puskesmas dan perawat koordinator jarang dilakukan. Sebaiknya perawat koordinator mengadakan pertemuan secara berkala dengan bidan desa untuk membahas teknis dalam pemberian asuhan keperawatan untuk meningkatkan keterampilannya. Selama ini yang dievaluasi hasilnya saja, sehingga pelayanan yang diberikan kurang mencapai sasaran (kurang berkualitas)(9). Pada pertemuan tribulanan baru dievaluasi masing-masing program dan didiskusikan secara bersama hasil yang dicapai dan permasalahannya dengan unsur terkait yaitu pimpinan puskesmas, koordinator, penanggung jawab program dan bidan desa. Jika permasalahannya ada menyangkut sektor lain disampaikan pada rapat dikecamatan. Pencatatan tentang kegiatan perkesmas yang dilaksanakan selama ini hanya dicatat pada buku catatan pribadi petugas, register kohort pembinaan keluarga rawan, rekapitulasi pembinaan keluarga rawan perdesa berdasarkan tingkat kemandiriannya. Dalam rangka akontabilitas, baik untuk kepentingan pasien maupun petugas sendiri, maka kegiatan yang dilaksanakan oleh bidan desa harus selalu didokumentasikan. Seharusnyanya selain yang diatas, petugas juga mengisi formulir asuhan keperawatan, berhubung formulir tersebut tidak pernah diisi selama ini, diharapkan pimpinan puskesmas dan koordinatornya memperbanyak dan menyuruh bidan desa mengisinya serta memantaunya secara berkala. Dinas kesehatan kabupaten terutama koordinator di dinas kesehatan diharapkan dapat memberikan perhatian dan dukungan terhadap puskesmas dalam pelaksanaan perkesmas. Kegiatannya bisa berupa pertemuan dengan perawat koordinator puskesmas untuk melakukan koordinasi dalam penyusunan perencanaan perkesmas, mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan perkesmas melalui laporan kegiatan, membahas hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan seluruh puskesmas dan perencanaan tindak lanjutnya. Hal yang sangat penting koordinator didinas, memfasilitasi setiap perkembangan atau inovasi baru tentang penanganan perkesmas. Disamping itu koordinator dinas perlu juga melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan pembinaan secara langsung dan memberikan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

15

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

bimbingan teknis serta mengevaluasi memberikan feed back ke puskesmas.

hasil

kegiatan

dan

Khusus untuk puskesmas yang tidak melaksanakan sesuai dengan proses kegiatan perkesmas baik pada tingkat perencanaan berupa rencana tahunan, bulanan dan peta wilayah, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan memerlukan perhatian yang serius. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan memberikan bimbingan yang lebih intensif, pemantauan dan evaluasi secara berkala dengan menelaah laporan, pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas pelaksana maupun masyarakat serta umpan balik(8). Penutup Kesimpulan dan Saran Rata-rata cakupan program perkesmas baru mencapai 54,7% atau jauh lebih rendah dari target minimal 80%, hanya Puskesmas Mahat yang telah mencapai 82%. Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan belum sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Kegiatan-kegiatan perkesmas sangat tergantung pada program pusat dan dikerjakan lebih kepada orientasi target cakupan dan bukan mutu pelayanan. Proses penyusunan perencanaan program perkesmas di Puskesmas Kabupaten Lima Puluh Kota masih terkotak-kotak atau belum terintegrasi dengan program lainnya. Pemahaman puskesmas tentang program perkesmas masih kurang terutama pimpinan puskesmas, sehingga menimbulkan ego masing-masing pemegang program. Struktur organisasi perkesmas yang ada tanpa diikuti dengan uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang secara tertulis, sehingga memberikan peluang terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan program. Disamping itu penunjukan perawat koordinator perkesmas belum berdasarkan kompetensi atau latar belakang pendidikan keperawatan, kemampuan dan keterampilan klinik yang dimiliki. Pelaksanaan kunjungan rumah belum berpedoman pada perencanaan tahunan, tetapi tergantung pada program yang bersangkutan dan sering melaksanakan kegiatan hanya untuk mencairkan surat perjalanan dinas (SPJ) saja. Perkesmas dilaksanakan oleh bidan desa sebagai penanggung jawab wilayah binaan yang belum mengacu kepada standar asuhan keperawatan tetapi lebih berpedoman kepada program yang bersangkutan dan belum didokumentasikan. Pemantauan ataupun supervisi yang dilaksanakan oleh pimpinan puskesmas dan perawat koordinator lemah dan jarang dilakukan serta tidak ada umpan baliknya. Keluarga rawan yang tidak mendapat pelayanan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

16

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

perkesmas merupakan beban sosial dan ekonomi serta dapat berdampak buruk terhadap masyarakat lainnya. Komitmen politik pemerintah daerah dan pusat harus dibuat supaya masyarakat terbantu dan bisa bekerja produktif. Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota perlu menyamakan persepsi tenaga kesehatan di puskesmas tentang pengelolaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (public health nursing). Upaya pendukungan pelayanan asuhan keperawatan masyarakat secara operasional terutama untuk bidan desa sebagai petugas kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat merupakan kunci. Dinas kesehatan dan kepala pusekesmas di Kabupaten Lima Puluh Kota perlu memfasilitasi masing-masing pemegang program dalam membuat perencanaan yang lebih terpadu karena perawatan kesehatan masyarakat melekat dengan semua program baik itu dari segi sasaran, kegiatan, dana, tenaga dan sumber daya lainnya. Kegiatan kunjungan rumah diintegrasikan dalam anggaran rutin dan karena itu menjadi bagian utama dalam membantu keluarga yang justru paling membutuhkan pelayanan. Pimpinan puskesmas membuat uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang secara tertulis terhadap masing-masing tenaga kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah dan perawatan kesehatan masyarakat. Pemantauan ataupun supervisi dilaksanakan secara rutin, teratur dan terencana oleh dinas kesehatan, pimpinan puskesmas dan perawat koordinator terhadap pelaksanaan kegiatan serta ditinjak lanjuti dengan memberikan umpan baliknya. Sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja. Daftar Pustaka 1. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta. 2. Departemen Kesehatan Puskesmas. Jakarta. RI. 2004. Kebijakan Dasar

3. Departemen Kesehatan RI. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Seri A dan B, Jakarta. 4. Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

17

Tien Septino, Mubasysyir Hasanbasri; WPS no. 07 Oktober 2007 1st draft

5. Departemen Kesehatan RI. 2004. Rancangan Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta. 6. Pitoyo, A. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat dalam Melaksanakan Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas di Kabupaten Dati II Semarang. Tesis. MMPK Universitas Gadjah Mada. Yokyakarta. 7. Muninjaya, G. 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi kedua, Kedokteran EGC, Jakarta. 8. Schermerhorn, J.R. 1996. Management. 5th Edition, alih bahasa Putranta, P. Dkk. Andi. Yogyakarta. 9. Widodo, J. 2007. Analisis Kebijakan Publik. Banyumedia Publishing. Malang

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

18

You might also like