You are on page 1of 9

OLEH : KELOMPOK 5

NOVIA NILA AYU W. S ERIZ HAPSARI PUTRI DWI FITRIANINGSIH YENI WULANSARI BACHTIAR ARFANI

(09390194) (09390198) (09390200) (09390208) (09390213)

Merupakan suatu model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada Sekolah dan mendorong Sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam memenuhi kebutuhan mutu Sekolah atau untuk mencapai sasaran mutu Sekolah. Keputusan partisipatif yang dimaksud adalah cara pengambilan keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga Sekolah (guru, siswa, karyawan, orangtua siswa, tokoh masyarakat) didorong untuk terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkonstribusi terhadap pencapaian tujuan Sekolah.

1. Tahap sosialisasi Merupakan tahap penting pengenalan pada daerah-daerah melalui media informasi, baik cetak maupun elektronik. 2. Tahap piloting Merupakan tahap uji coba agar penerapan konsep manajemen berbasis Sekolah tidak mengandung resiko 3. Tahap pelaksanaan Merupakan tahap untuk melakukan berbagai diskusi curah pendapat dan lokakarya mini antara kelompok kerja MBS dengan berbagai unsur terkait, yakni guru, kepala Sekolah, pengawas, tokoh agama, pengusaha dan para akademisi. 4.Tahap Diseminasi Tahapan desiminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model Manajemen Berbasis Sekolah yang telah diujicobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektif dan efisien.

1. 2.

3.

4. 5.

MBS harus mendapat dukungan staf sekolah. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap. Kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebih untuk menerapkan MBS secara berhasil. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur. Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid.

Sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan Gerakan Peningkatan Kualitas Pendidikan Yang Dicanangkan Pemerintah Gotong Royong Dalam Kekeluargaan Potensi Kepala Sekolah. Organisasi Formal dan Optimal Organisasi Profesi Input Manajemen Harapan Terhadap Kualitas Pendidikan

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Tidak Berminat Untuk Terlibat Tidak Efisien Pikiran Kelompok Memerlukan Pelatihan Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru Kesulitan Koordinasi

1. menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. 2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel 3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. 4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah.

You might also like