You are on page 1of 5

TUGAS INDIVIDU PEMETAAN JARINGAN INFRASTRUKTUR GEOGRAFI - SPW

Di susun Oleh Nama NIM Semester Prodi : Slamet Warsito : 3212309005 : IV/2011 : Survei Dan Pemataan Wilayah, D3

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Transportasi berperan penting sebagai sarana penunjang, pendorong dan juga penggerak bagi daerahdaerah yang mempunyai potensi tetapi belum optimal dalam pemanfaatannya dikarenakan kurang tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Jalan merupakan suatu sarana penghubung yang sangat efisien untuk membantu pendistribusian barang dan jasa. Jalan merupakan suatu penghubung dalam bentuk apapun baik manusia, barang dan jasa yang meliputi segala bagian jalan termasuk perlengkapannya yang ditujukan bagi lalulintas (UU No. 13 Th 1990 tentang jalan dalam Rikie Artianto tahun 2005).

A. PENGERTIAN JALAN DAN JARINGAN 1. Jalan Adalah sarana penghubung dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk perlengkapan dan pelengkapnya yang ditujukan bagi lalu lintas (UU No. 13 th 1980 dalam Agus Handoyo tahun 2005)

2. Jaringan Jalan/Network Adalah desain stuktur untuk bersamasama mengikat node melalui rute/link, apapun yang menjadi arus pergerakannya, seperti pergerakan orang, barang, uang, informasi, atau sesuatu yang lain yang bergerak dari suatu tempat ketempat lainnya (Maghribi, 1999 : 16) Link/ruas/rute menghubungkan dua simpul/node. Link disini dapat diartikan jalan raya. Node/simpul dapat diartikan kota, terminal atau sub terminal.

Jaringan jalan Pada prinsipnya membangun jaringan jalan tentunya cenderung untuk mengambil rute terpendek yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya. Kenyataannya tidaklah selalu mudah untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya bila terdapat hambatanhambatan fisik diatas permukaan bumi ini seperti pegunungan, bangunanbangunan sejarah, laut dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah tersebut maka ada beberapa pola jaringan transportasi yang dibuat, diantaranya :

a. Pola Radial, dapat dilihat pada kawasan kotakota lama seperti Boston atau beberapa Negara Eropa. b. Pola Ring Radial. c. Pola Grid, dapat dilihat pada negaranegara Amerika Utara. d. Pola Spine. e. Pola Hexagonal. f. Pola Delta.

GAMBAR POLA JARINGAN

a). Pola radial

b). pola ring radial

c). pola grid

d). pola spline

e). pola hexagonal

e). pola delta

Network Model ini sering disebut juga sebagai model DBTG (database task group) atau CODASYL (conference on systems languages) karena model ini telah distandarisasi oleh DBTG (yang merupakan bagian dari CODASYL) pada 1971. Model ini sangat mirip dengan model hirarchical, tetapi pada model network dapat memiliki lebih dari satu parent. Dengan demikian, baik parent maupun child memiliki relasi (NM), demikian juga sebaliknya. Model database ini sesuai digunakan untuk variabel kelas jalan, nama jalan, panjang jalan, kondisi jalan

Kelas jalan

Kelas jalan

Nama jalan

Nama jalan

Nama jalan

Nama jalan

Rute bis/angkot

Rute bis/angkot

Rute bis/angkot

Rute bis/angkot

Simpul transportrasi

Simpul tranporstrasi

Simpul transportrasi

POLA TRANSPORTRASI MAKRO JAKARTA Dalam hal ini tranjakarta salah satu yang di upayakan untuk sarana transportrasi makro di DKI Jakarta. DKI Jakarta tampaknya akan terlayani oleh 30 tiga puluh) jalur angkutan massal guna menggulirkan perjalanan penduduk kota lainnya, yang beserta jaringan feeder system-nya akan mampu menghubungkan seluruh sentra-sentra primer & sekunder, pusat-pusat aktivitas kota dan pemukiman-pemukiman penduduk yang tersebar luas di seantero penjuru kota. For a quick sum up, sudah terterlihat: a. 7 (tujuh) koridor angkutan massal yang menohok ke pusat kota dari wilayah selatan. b. 8 (delapan) jalur yang menusuk dari wilayah timur. c. 4 (empat) jalur yang membujur dari barat. Dengan demikian, masing-masing wilayah, baik dari barat, timur, maupun selatan tidak hanya akan dilayani oleh 1 atau 2 koridor saja, melainkan dilayani oleh banyak koridor yang jumlahnya linier dengan besarnya permintaan perjalanan, besarnya intensitas penduduk di masing-masing wilayah terkait, interaksi dari beragam jenis aktivitas kota, prasarana eksisting, disamping karakteristik dari para pelaku perjalanan (O/D, desire lines, etc),foreseeable future developments, dan last but not least, arah pengembangan kota sebagaimana diamanatkan pada RUTR.

Koneksi timur-barat setidaknya akan terlayani oleh 12 koridor, dan apabila kesamaan visi dan kordinasi dengan pemda kota penyangga DKI telah semakin baik, koridor-koridor radial ini pada gilirannya dapat diekspansi sampai menyentuh jantung-jantung kota penyangga Bodetabek yang sesungguhnya merupakan satu kesatuan kawasan aglomerasi dan konurbasi megapolitan. Jalur-jalur sisanya (yang justru jumlahnya mayoritas) diperuntukkan guna memberikan perkuatan yang masif bagi daya dukung mobilitas dan aksesibilitas area pusat kota, yang samasama kita ketahui, saat ini memiliki kapasitas dukungan infrastruktur jalan raya yang terbatas dan sulit untuk dikembangkan sehubungan dengan tingginya intensitas area yang sudah terbangun (built up area) dan terbatasnya lahan yang tersedia, sementara mobilitas perjalanan penduduk justru terkonsentrasi di wilayah ini. Jalur lingkar monorel (green line) kelihatannya merupakan salah satu diantara jalur-jalur yang ditujukan sebagai upaya perkuatan terhadap aksesibilitas dan mobilitas pusat kota. Total system capacity dari konfigurasi jaringan PTM as it stands. diharapkan mampu menggulirkan sekitar 9,8 juta perjalanan orang per harinya (hampir 50% dari total trips DKI), dan magnitude ini sesungguhnya dapat ditingkatkan cukup signifikan apabila overtaking lanes, konsep multi bi-articulated bus convoy, bus only flyovers, fully segregated (dedicated) busway telah diterapkan pada semua koridor busway. Total kapasitas sistem juga dapat semakin lebih ditingkatkan lagi apabila jabotabek railway yang ada bisa direvitalisasi dan difungsikan menjadi urban mass transit system yang berkapasitas besar dan terintegrasi baik dengan sistem angkutan massal lainnya. Hal yang terakhir ini tentu memerlukan dibangunnya main integrated station guna memisahkan antara angkutan KA kota dengan angkutan KA antar kota agar tidak bercampur baur satu sama lain dan kapasitas sistem menjadi tidak terdegradasi.

You might also like