You are on page 1of 4

KITIN

Kitin (C8H13O5N)n (dalam Bahasa Inggrisnya disebut Chitin (baca: kaitin)) adalah polimer berantai panjang dari asetilglukosamin-N, pada rantai beta dan memiliki monomer berupa molekul glukosa dengan cabang yang mengandung nitrogen. Zat ini ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia. Zat kitin adalah komponen utama dari dinding sel jamur, exoskeleton (kerangka luar) dari arthropoda seperti crustacea (udang-udangan seperti kepiting dan udang) dan serangga, serta mulut bangsa chepalopoda, termasuk cumi-cumi dan gurita (mulut bangsa cumi-cumi ini mirip dengan paruh burung nuri yang miring, dan mulut ini sangat keras). Kitin sebanding dengan selulosa polisakarida dan protein keratin. Meskipun keratin adalah protein, bukan karbohidrat seperti kitin, kitin dan keratin memiliki struktur yang sama. Kitin juga telah terbukti bermanfaat untuk keperluan medis dan beberapa industri. Kali ini saya akan membahas mengenai fungsi kitin dalam dunia medis. Kitin adalah komponen struktural utama dinding sel khamir dan cendawan berfilamen. Jumlahkitin pada khamir dan cendawan berfilamen cukup jauh berbeda. Kitin pada khamir Saccharomyces cerevisiae mencapai 1-2% dari bobot kering dinding sel, sedangkan proporsi pada cendawan berfilamen bervariasi antara 10-30% dari bobot kering dinding sel. Kitin sintase Kitin sintase adalah gabungan berbagai enzim yang digunakan oleh semua organisme penghasil kitin untuk membentuk polimer dari rantai beta 1-4 N-asetilglukosamin. Kemiripan enzim kitinsintase ini pada berbagai organisme menunjukkan adanya kesamaan nenek moyang organisme

eukariotik. Enzim kitin sintase terdapat di dalam membran sel dan persimpangan membransehingga monomer N-asetilglukosamin dapat ditambahkan membentuk polimer sambilditransportasikan melewati membran. Analisis filogenetik menunjukkan bahwa kitin sintasemenghasilkan kitin pada berbagai lokasi sel dan untuk berbagai fungsi. Oleh karena itu, suatu organisme dapat memiliki beberapa jenis enzim kitin sintase. Kitosan Kitin bersifat tidak larut dalam air. Tentu saja, jika zat kitin larut dalam air, maka kepiting, udang, dan bangsa udang-udangan lainnya akan menjadi botak karena kerangka mereka terkikis oleh air. Karena tidak larut dalam air, zat kitin ini tidak boleh masuk dalam tubuh, karena akan terjadi sedimentasi. Masalah terbesar dalam penggunaan kitin adalah sifatnya yang tidak larut dalam air ini kemudian zat kitin dimodifikasi sedemikian rupa sehingga terbentuklah zat bernama Chitosan. Chitosan ini memiliki properti yang sama seperti zat kitin dalam hal

menyembuhkan luka, zat chitosan bersifat sedikit larut dalam air. Karena itu, chitosan dapat masuk ke dalam tubuh dan membantu penyembuhan luka dalam tubuh Anda. Chitosan juga dapat mengikat zat-zat racun dalam darah sehingga dapat membantu proses detoksifikasi. Selain itu, sifatnya yang sedikit larut dalam air membuat zat chitosan dapat hancur sedikit demi sedikit dalam tubuh dan terbuang lewat kotoran dan urin, tidak seperti kitin yang dapat mengendap dalam tubuh Anda. Chitosan biasanya dikemas dalam bentuk kapsul. Kitosan (bahasa Inggris: Chitosan), pertama kali ditemukan oleh Rouget pada 1859, adalah biopolimer polisakarida penting dan sangat melimpah. Kitosan dihasilkan oleh deasetilasimolekul basa N (nitrogen) parsial pada kitin, yang secara komersil diekstrak dari kulit udang dankerang. Deasetilasi tersebut berlangsung secara enzimatis dibantu oleh kitin deasetilase (EC3.5.1.41). Polimer kitosan dapat terbentuk dari berbagai tingkat deasetilasi. Kitosan secara alami ditemukan paada dinding sel fungi kelas Zygomycetes dan pada kutikula serangga. Informasi mengenai peran biologis kitosan didapat dari penelitian menggunakan model khamir Saccharomycescerevisiae.

TUGAS BIOKIMIA ENZIM PADA HEWAN LAUT KITIN

Disusun oleh : LUTHFI SINATRYA EKANANDA 26020110130086

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

You might also like