You are on page 1of 60

PEMAKNAAN TANDA-TANDA DALAM GAYA PAKAIAN KOREA: PENELITIAN DESKIPTIF MENGGUNAKAN ANALISIS SEMIOTIK

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Semiotika semester 7

Oleh: Ari Rachman Prayoga Catur Rosyid A Noralia Ayu Shinda Mustika Linuhung Melati Atika Dewi Febrio Rachmanu (0710020021) (0710023073) (0710023079) (0710023066) (0710023034) (0710023021)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nyalah tugas ini dapat terselesaikan pada waktunya. Penulisan penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih dalam tentang fashion Korea, khususnya di Indonesia sekaligus untuk memenuhi tugas matakuliah Semiotika. Dalam penyelesaian tugas ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan, meskipun masih banyak kekurangannya. Karena itu sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rosana Sari, S.Sos. selaku dosen matakuliah Semiotika dan semua pihak yang ikut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Harapan kami, mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat meskipun banyak kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan penulis.

Malang, Januari 2011

Tim Penulis

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Melalui penelitian ini, peneliti mencoba membongkar dan memahami makna yang tampak maupun yang tidak tampak dari tanda-tanda gaya hidup fashion remaja yang direpresentasikan melalui drama-drama Korea agar diperoleh pemahaman tentang makna dari tanda-tanda tersebut. Gaya hidup fashion remaja merupakan hal yang menarik untuk diteliti, agar dapat diperoleh makna yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini peneliti berusaha mencari dan menafsirkan makna dari tanda-tanda gaya hidup fashion di dalam drama Korea ditinjau dari beberapa kajian antara lain dari sisi semiotic, budaya massa, budaya pop, serta kaitannya dengan industri, baik dari segi masyarakat industri maupun dari segi industri media massa dan industri budaya Metodologi penelitian yang diterapkan pada penelitian ini jika dilihat dari perspektif penelitiannya, maka peneliti menggunakan pendekatan interpretatif yaitu, studi tentang pendekatan subjektif yang biasa disebut dengan penelitian kualitatif. Dengan pendekatan semacam ini, peneliti diberi peluang yang besar untuk mengkaji makna tanda-tanda yang terkandung di dalam penelitian tersebut agar mendapatkan pemahaman tentang makna tanda-tanda melalui metode analisis semiotik. Dalam penelitian ini peneliti diberi peluang yang besar untuk mengkaji, membongkar makna tanda-tanda yang terkandung di dalam penelitian tersebut
1

agar mendapatkan pemahaman. Tekhnik analisa data menggunakan pendekatan metode semiotik yang utama adalah metode semiotik Roland Barthes yang mengungkapkan tentang makna tanda-tanda fashion dalam hakikat fenomena kebudayaan, dengan tingkat-tingkatpemaknaan melalui tahapan makna denotasi dan konotasi serta mitos dan ideologinya. Hasil temuan dari penelitian ini terdiri dari empat hal yang dipahami oleh peneliti yaitu, dari segi fashion dan kepribadian remaja, kemewahan, modernitas gaya hidup dan ideologi. Dari segi kepribadian, bahwa gaya hidup fashion menunjukkan citra dalam berpenampilan agar dapat dinilai atau dipahami orang lain melalui tandatanda non-verbal. Dari segi kemewahan gaya hidup fashion cenderung engutamakan unsur kemewahan sebagai bagian penunjang dari fasilitas kehidupan remaja dan jika dipahami lebih dalam, kemewahan dalam hal fashion pada film ini digunakan sebagai media dalam stratifikasi sosial tingkat atas sehingga terjadi pergeseran tata nilai yang tidak sesuai dengan kehidupan remaja yang seharusnya yang dgambarkan dalam film ini cenderung remaja yang menganut kehidupan glamour. Dari segi modernitas dapat dipahami bahwa tandatanda gaya hidup modern tampak pada apa yang dikenakan dan beberapa aktivitas yang dilakukan remaja ternyata sedikit banyak adalah hasil dari pemberontakan atas budaya penampilan di masa lalu. Sedangkan dari segi ideologi penggunaan fashion cukup mempengaruhi gaya penampilan remaja bahkan sudah menjadi sebuah identitas atau ciri khas baru bagi remaja ideologi gaya hidup fashion remaja dalam film ini yang dilekatkan pada pemeran antagonis dengan gaya fashion yang glamour dan selalu mengikuti tren terbaru, memperlihatkan
2

keberpihakan atas pembenaran untuk melihat kualitas remaja sebatas penampilan luarnya saja bukan dari kualitas diri yang dimiliki remaja ersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskankan permasalahannya adalah: 1. Bagaimana makna dari gaya fashion Korea ? 2. Bagaimana fashion Korea dianalisis menggunakan teori semiotik? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari fashion Korea. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fashion Korea jika dianalisis menggunakan analisis semiotik. 1.4 Manfaat Penelitian Peneltian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir berupa manfaat bagi para pembaca serta bagi penulis untuk mengetahui seputar makna dari tanda dalam fashion Korea, sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah Semiotika semester 7.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori identitas sosial Dalam teori identitas sosial, seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam kehidupannya. Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari maupun tidak disadari. Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu secara sosial dapat didefinisikan (Verkuyten, 2005). Dalam hal identitas, Identitas itu ada yang terberi, tetapi ada juga yang memang berasal dari proses pencarian. Identitas yang terberi cantohnya saja dalam hal identitas laki-laki dan perempuan. Identitas andi sebagai laki-laki adalah identitas yang sudah terberi sejak lahir, mau tidak mau dia harus menerima itu. Namun demikian, dengan kemajuan teknologi yang ada, identitas yang terberipun bisa diganti dengan identitas yang kita inginkan, misalnya saja yang tadinya andi memiliki identitas laki-laki, namun dia memutuskan untuk merubah alat kelaminnya menjadi perempuan, sehingga identitas andi sekarang adalah perempuan. Penjelasan tersebut sekedar memberikan contoh saja kalau terkadang kitapun tak berhak memilih identitas kita sendiri. Karena manusia sebagai individu tidak bisa melepas keberadaannya dalam masyarakat maka status identitas kita pun bisa saja datang dari orang lain. Ini bisa timbul karena ketika

identitas terlahir, lahir pulalah perbedaan yang juga berupaya memberi identitas kepada orang di luar dirinya. Selain beruasaha untuk mengenal identitas sendiri, manusia pun berusaha untuk memberikan identitas pada orang lain. Terkadang malah seorang individu tidak memiliki keberhakan memilih identitas yang dirasa lebih dekat dengannya. jika ada orang lain yang mengklaim dirinya berasal dari kelompok kita, tetapi sifat yang ada padanya berbeda, maka orang itu kita tafsirkan bukan berasal dari kelompok kita tetapi berasal dari kelompok lain yang sesuai dengan kategorinya. Memang, sebuah identitas hadir karena manusia butuh untuk

mengkategorisasikan sesuatu. Dengan begitu, identitas sosial juga melibatkan pula ketegori dan menetapkan seseorang ke dalam struktur sosial atau wilayah sosial tertentu yang besar dan lebih lama ketimbang situasi partikular lainnya. Jelas saja kategorisasi dan penetapan terhadap posisi seseorang sangatlah dibutuhkan, kalau tidak, bagaimana dia bisa membedakan yang satu dengan yang lainnya. Ketika kategorisasi terbentuk, perbedaan tentunya tidak dapat dihindari (Tajfel, 1972). Identitas sosial menjadi relevan ketika satu dari kategori melibatkan juga satu diri yang ikut berpartisipasi terhadap dorongan pada diri lain yang berasal dari kelompok yang sama (Abrams & Hoggs, 1990). Misalnya saja dorongan semangat untuk atlit olahraga yang berasal dari daerah yang sama. Dorongan pemberian semangat tersebut terjadi karena sang atlit membela kelompok yang mereka miliki bersama.

Manusia bukanlah makhluk yang pasif, menerima begitu saja keberadaan dirinya dan tidak butuh pengenalan diri. Manusia itu adalah makhluk yang dapat mengenal dan memikirkan situasi yang ada, melakukan sesuatu, berefleksi, menegaskan, bereaksi, dan berkreasi. Namun demikian, manusia tidak serta merta memilih akan identitasnya berasalkan dari pemikirannya pribadi tanpa terkanan dari luar. Masyarakat pun memberikan andil akan identitasnya. Ini karena identitas berasal dari interaksi individu dengan masyarakat. Dengan interaksi itu dia dapat mengetahui identitas mana yang cocok untuk dirinya. Normalnya, suatu identitas sosial biasanya lebih menghasilkan perasaan yang positif. Hal tersebut terjadi karena kita menggambarkan kelompok sendiri di identifikasikan memiliki norma yang baik. Jika anda berada dalam universitas yang terbaik di Indonesia, serta menjadi bagian dari kelompok tersebut merupakan bagian dari keinginan anda juga, dan ternyata hal itu membuat diri anda nyaman karena anda memang senang menjadi bagian dari mereka (Branscome, Wann, Noel, & Coleman, 1993; Deaux, 1996; Ethier & Deaux, 1994; P. Oakes & Turner, 1980; Oakes, haslam, & Turner, 1994; M. Rubin & Hewstone, 1998; Tajfel, 1981, dalam Stangor, 2004). Identitas sosial yang melekat pada seseorang merupakan identitas posistif yang ingin dipertahankan olehnya. Oleh karena itu, individu yang memiliki identitas sosial positif, maka baik wacana maupun tindakannya akan sejalan dengan norma kelompoknya. Dan, jika memang individu tersebut

diidentifikasikan dalam suatu kelompok, maka wacana dan tindakannya harus sesuai dengan wacana dan tindakan kelompoknya. Konsep identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum:
1. Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif. 2. Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi terhadap konotasi nilai positif atau negatif. Karenanya, identitas sosial mungkin positif atau negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial, bahkan pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi pada identitas sosial individu.
3. Evaluasi

dari

salah

satu

kelompok

adalah

berusaha

mengdeterminasikan dan juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik (Tajfel, 1974, dalam Hogg & Abrams, 2000)

Identitas sosial sebagai teori tidak bisa lepas dari keinginan individu untuk memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain. Perbandingan sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori di mana bisa membimbing kita untuk membandingkan diri kita dengan yang lain, siapa yang serupa dengan kita dan siapa yang berbeda, siapa yang berada di atas dan siapa yang berada di

bawah. Setidaknya ada tiga variabel yang mempengaruhi hubungan pembedaan antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel, 1974; Turner, 1975; dalam Hogg & Abrams, 2000). Pertama, individu pasti memiliki internalisasi kelompok mereka sebagai konsep diri mereka: secara subjektif mereka pasti menidentifikasikan kelompok yang relevan. Hal ini tidak cukup dari orang lain saja yang mengidentifikasikan seseorang kalau dari kelompok mana dia berasal. Kedua, situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan. Perbedaan kelompok pada tiap-tiap daerah tidak sama secara sikinifikan. Misalnya saja, di Amerika perbedaan kelompok lebih cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit, tapi perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong. Ketiga, ingroup tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada outgroup: out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang relevan baik dalam kesamaan, kedekatan, dan secara situasional menonjol. Kemudian, Determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap determinasi in-group. Menurut Sarben & Allen (1968), identitas sosial juga berfungsi sebagai pengacu keberadaan posisi seseorang berada di mana dia. Berada di tingkatan mana kita berada, posisi seperti apa saja yang keberadaannya sama dengan kita dan mana juga yang berbeda. Teori identitas sosial melihat bahwa suatu identitas sosial selalu mengklarifikasikan dirinya melalui perbandingan, tapi secara umumnya, perbandigannya adalah antara in-groups dan out-groups. In-groups

biasanya secara stereotype positif sifatnya, selalu lebih baik dibandingkan outgroups. Identitas sosial juga menghasilkan representasi sosial yang keluar dari individu-individu yang berkumpul serta memiliki pandangan dan emosi yang sama (Doise. 1998,). Representasi sosial dapat didefinisikan sebagai prinsip hubungan simbolik yang terorganisasi. Mereka memperkenalkan letak individu dalam hubungannya dengan objek sosial secara siknifikan. Individu adalah objek yang melekat dalam jaringan relationship (Doise, ibid). Moscovici (1981) mengartikan sosial representasi sebagai kumpulan konsep, statements dan asal penjelasan dalam kehidupan sebagai bagian dari komunikasi inter-individual yang merupakan equivalent dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai mitos dan sistem kepercayaan dalam masyarakat tradisional. Representasi sosial juga merupakan konsensus pemahaman yang timbul dari kekacauan diskusi dan komunikasi informal keseharian, sebagai keinginan individu untuk memahami dunia (Hogg & Abrams, 1988). Representasi sosial dari tiap-tiap identitas adalah berbeda. Masing-masing identitas memiliki pandangannya dan pemahamannya terhadap dunia. Dari situ timbullah stereotipe, jika anda berasal dari kelompok tersebut maka sifat-sifat anda tidak jauh dari apa yang ada dalam skema akan sifat-sifat kelompok anda. Sifat-sifat kelompok di mana individu berasal pastilah membawa sifat kelompoknya. Jika nelda dari medan maka sifat nelda mungkin saja tidak jauh

dengan stereotipe yang terbentuk tentang orang medan adalah seperti itu. Tentu saja dalam hal ini bias terhadap sifat individu tidak dapat dihindari. Identitas sosial Bbrusaha untuk medefinisikan dan menegenal pemilahan dan penetapan. Setidaknya ada tiga komponen dasar bagi manusia untuk memilah dan menetap dari suatu identitas (Wenholt, dalam Verkueyten, 2005); pertama, komponen struktur sosial. dalam kehidupan sosial selalu ada klasifikasi sosial orang ke dalam suatu kategori atau kelompok. Telah sama-sama dijelaskan bahwa kategosrisasi sosial adalah dasar berpijak bagi seseorang dalam proses identitas dan hubungan antar kelompok. orang bisa saja diklasifikasikan ke dalam kategori jenis kelamin, umur, etnik, ras, budaya, dll. Yang kedua adalah komponen budaya, atau tingkah laku dan konsekuensi normatif yang diterima. Komponen budaya adalah kategori seseorang dalam prakteknya yang sudah berlangsung terus menerus. Kategorisasi sosial belumlah bisa memperkenalkan seseorang kepada identitas sosial. komponen kedua ini dibutuhkan untuk melihat bagaimana seseorang itu bertindak, apakah memang tindakan yang dilakukan sesuai juga dengan norma kelompoknya. Dan tentu saja tingkah laku dapat mereferensikan seseorang dari kelompok mana dia berasal. Lalu ketiga adalah definisi ontologis. Label dari kategori sosial itu kuat bukan hanya berasal dari tingkah lakunya, tetapi juga berasal dari cara anggota dari suatu kategori (bisa kelompok, etnik, dll) itu melihat. Komponen ketiga ini, definisi ontologi, mencoba mengungkapkan orang lewat nilai alamiah orang tersebut dikategorisasikan. Komponen ini pun berangkat dari pernyataan yang
10

sangat mendasar bahwa memang itulah dia, dan dia tidak bisa menyangkal karena identitas ini memang menceritakan sesuatu tentang dirinya, tentang seperti apa dirinya. Hal tersebut memang menceritakan seseorang seperti apa (Verkuyten, 2005: 44-47). Ketiga komponen yang telah dijelaskan tersebut tidak terpisah dalam suatu hubungan. Bahkan mereka sangat dekat berhubungan. Hal ini malah merupakan kombinasi yang memberikan penjelasan identitas lebih dalam dan jelas.

2.2 Identitas dan Mitologi Korea Peta Korea Republic of Korea/ROK yang dalam Bahasa Korea adalah Daehan Minguk (Hangul: ; Hanja: ) biasa dikenal sebagai Korea Selatan. ROK adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah Negara hingga tahun 1948. Jepang berada di seberang Laut Jepang (disebut "Laut Timur" oleh orang-orang Korea) dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk (; ) oleh penduduk Korea Selatan dan Namchosn (; "Chosn Selatan") di Korea Utara. Ibukota Korea Selatan berada di Seoul ().
11

Seoul Seoul adalah ibukota Korea Selatan yang berusia lebih dari 600 tahun dan hingga 1945, ibukota dari seluruh Korea. Kota ini merupakan Kota Khusus Korea. Sejak berdirinya Republik Korea lebih dikenal dengan nama Korea Selatan pada tahun 1948, dia menjadi ibukota negara, kecuali beberapa waktu pada masa Perang Korea.

Seoul terletak di barat laut negara, di bagian selatan DMZ Korea, di Sungai Han. Kota ini adalah pusat politik, budaya, sosial dan ekonomi di Korea Selatan dan Asia Timur. Dia juga pusat bisnis, keuangan, perusahaan multinasional, dan organisasi global. Sampai sekarang, dia dianggap sebagai sinar dari ekonomi Asia Timur, simbol dari keajaiban ekonomi Korea. Namda emunno District, Seoul Downtown Dengan 10 juta penduduk terdaftar yang hidup dalam area sebesar 605.52 km, Seoul merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Kepadatannya telah membuatnya menjadi salah satu kota digital-kabel di dunia. Bagian Seoul besar dan daerah komuter, termasuk dermaga kota Incheon dan daerah tempat tinggal Seongnam, adalah tempat terpadat di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah metropolitan telah melaksanakan program pembersihan polusi udara dan air dari kota tersebut, menjadikan atmosfir tidak enak menjadi sangat bersih. Makanan Korea Cara termudah dan paling menyenangkan memahami suatu kebudayaan adalah lewat makanannya.Meskipun agak stereotip, jenis-jenis makanan itu
12

merupakan hal yang menunjukkan Jati Diri Suatu Bangsa lebih Dari Aspek Kebudayaan lain. Makanan Korea yang paling terkenal adalah kimchi, sejenis sayuran yang diacar. Di dalamnya biasa terdapat kubis, lobak, ketimun, cabai dengan rasa relatif pedas. Dari beberapa makanan Korea, Kimchi dan Pulgogi adalah makanan yang sangat terkenal di Korea ataupun di dunia Internasional. Khimchi adalah asinan khas Korea. Gimchi selalu ada dalam hidangan khusus ataupun hidangan seharihari, seperti sayuran, lalap dan sambal di Indonesia . Phulgogi adalah masakan yang dibuat dari daging sapi diberi bumbu, kemudian dimasak. Ada dua macam cara memasak pulgogi, jenis tumis dan bakar. Jenis bakar sangat terkenal dan merupakan masakan istimewa. Rasa pulgogi tidak jauh berbeda dengan rasa daging sapi bakar di Indonesia. Para peneliti telah mendokumentasikan lebih dari 170 jenis makanan Korea. Akan tetapi yang paling umum dan disantap dengan nasi adalah kimchi yang di Tanah Air mirip-mirip asinan Bogor atau rujak cuka Bandung. Semua hidangan disajikan dalam satu meja, tapi etiket orang Korea tidak mengharuskan makan dengan urutan tertentu. Selain itu yang paling utama adalah jumlah hidangan. Berdasarkan tradisi, jumlah hidangan menandakan posisi keluarga itu dan tamunya Pada zaman Busan masih berbentuk kerajaan, ada lima jenis makanan sehari-hari. Cuma raja saja yang boleh menikmati 12 menu hidangan. Kelas yangban (aristokrat) berhak atas tujuh sampai sembilan macam menu. Rakyat jelata dibatasi tiga hingga lima macam saja.

13

Dapat dibayangkan biaya sehari-hari anggota kerajaan untuk urusan dapur. Mereka menikmati hidangan yang begitu lengkap. Kini, kebiasaan menyediakan makanan secara lengkap mudah ditemui di Korea. Malah hidangan sederhana seperti mi pun memerlukan sejumlah pelengkap untuk menambah rasa. Makanan sehari-hari di pabrik-pabrik Korea biasanya terdiri dari satu mangkuk nasi, sup (miyeok kuk), beberapa jenis kimchi, teri, cumi iris belado, terkadang ada variasi antara ikan/daging/telur, tapi terkadang juga tidak. Belakangan kimchi telah beralih ke pizza dan burger. Proses pembuatannya merupakan contoh baik untuk mengenal bagaimana wanita Korea memasak. Hal itu sekaligus memperjelas laki-laki Korea tidak pernah masuk ke dapur. Sebagian besar wanita Korea pun baru belajar memasak sesudah menikah di bawah pengawasan ibu mertua. Tak satu pun buku resep yang dapat menggantikan pentingnya latihan dan uji coba memasak bertahun-tahun. Dulunya disebut-sebut semua wanita Korea yang menikah selalu belajar bagaimana membuat kimchi di dapur yang sama dengan mertua. Selera yang berbeda dari setiap keluarga diteruskan dari generasi ke generasi. Sekarang, kabarnya hanya segelintir wanita Korea yang memiliki waktu dan tempat membuat kimchi dengan cara tradisional.

Tradisi Minum Bersama Setiap orang yang pernah datang ke rumah makan Korea pasti menyimpulkan, makan telah menjadi semacam prosesi upacara yang dilakukan secara bersama-sama. Alat pemanas yang selalu ada di meja makan biasanya

14

untuk memasak satu panci daging atau ikan panggang yang dilengkapi sayuran. Hubungan persahabatan dapat dipererat dengan minum bersama dari satu gelas yang sama. Tidak sehat? Belum tentu juga. Rupanya orang Korea merasa minum satu gelas atau cangkir sama merupakan cara terbaik untuk menyatakan perasaan bersaudara. Masyarakat Korea menikmati minum minuman keras dari padi dan minuman keras yang disuling dinamakan Soju terutama di Musim panas. Untuk peristiwa istimewa, biasanya meminum hunju . Masyarakat biasanya meminum Makkoli, merupakan minuman keras dari beras merah. Orang bangsawan meminum Soju dan Yakju. Orang Korea tradisional minum Shikhye, Sujungkwa dan Hwache. Minuman Teh dinikmati banyak bangsawan, pendeta dan keluarga kaya. Di musim dingin, orang yang sehat makan makanan ringan seperti Kangjung, Yakwa, Yoo Kwa, permen terigu ketan, dsb. Dan buah-buahan selama musim semi dan musim gugur. Secara normal orang makan tiga kali sehari dengan pengecualian untuk pekerja berat seperti petani. Pekerja keras makan tiga kali secara tetap dan tiga kali makan diantaranya. Saecham dimasa lalu, adalah makanan tradisional terbesar seperti Shikhye, Sujungkwa dan Hwache, kentang, kentang manis, bakmi dan Bibimbab, tapi dihari ini, orang Korea minun minuman ringan, susu, roti, bakmi instant dan nasi gulung dsb. Pembentukan Kebudayaan Korea Lebih dari 5000 tahun, kebudayaan Korea tak henti-hentinya mengalami pembentukan, perubahan, penggantian, dan mengembalikan kemajuan Semenanjung Korea dan keaslian yang baru.
15

Identitas dari kebudayaan Korea berdasarkan karakter kebudayaan sosial, yang dipengaruhi banyak faktor seperti lokasi geografis, kesamaan penduduk dan pertukaran kebudayaan dengan penduduk lain. Karakteristik yang paling menonjol dari kebudayaan Korea kemungkinan adalah Koreanisasi segala hal. Karakteristik rakyat Korea yang paling terkenal adalah bahasa asli mereka, Korea mempunyai system alphabet sendiri yaitu Han Geul, menggunakan pakaian Korea (Hanbok), makan dengan makan bergaya Korea (Hansik), dan tinggal di Rumah bergaya Korea (Hanok). Oleh karena itu, identitas kebudayaan Korea dapat digambarkan dari seluruh kebudayaan kehidupan mereka. Lebih dari ribuan tahun yang lalu, disekitar wilayah pegunungan di bagian utara Korea, nenek moyang dari rakyat Korea hidup sebagai pengembara yang berburu, mengumpulkan makanan dan hidup berpindah.

Sebagai penduduk Korea mulai berdagang dengan Negara yang berdampingan dan budaya bercocok tanam menjadi pemikiran yang sangat berlaku di pertengahan bagian selatan Korea, penduduk Korea memastikan diri mereka di semenanjung Korea dan budaya bercocok tanam menjadi identitas Korea. Seperti pertanian dan tradisi berpindah tempat membuat budaya berpakaian pria adalah memakai Jaket-Korea dan celana panjang, wanita mengenakan rok panjang dan Jaket Korea. Kenyatannya pakaian Korea adalah inti tradisi pakaian Korea yang menggambarkan identitas budaya Korea. Karena musim dingin di bagian utara Korea On-dol'. Bawah lantai Korea memanaskan system serupa untuk system hypocaust, yang ditemukan dan dibangun terutama di wilayah tersebut dan system ini merupakan system yang unik. Tujuh puluh persen
16

negara adalah wilayah pegunungan dan tiga bagian Negara yang dikelilingi lautan, lembah kecil dan dataran rendah dan pegunungan tinggi yang membentuk lahan pertanian. Terdapat 4 Musim dan curah hujan yang sedang yang baik untuk pertanian. Kondisi alami ini memungkinkan budaya bercocok tanam tumbuh dengan maju di Semenanjung Korea semenjak abad 6 Setelah Masehi. Pakaian Tradisional "Hanbok", yang Masih Bertahan SEPERTINYA hal yang kontradiktif bahwa sebuah tradisi bertahan dalam masyarakat yang dinamis bergerak mengikuti-bahkan kalau bisa mendahului-zaman. Namun, di Korea, tampaknya modernitas bukannya berarti tanpa yang tradisi. Kebudayaan yang ratusan, bahkan ribuan tahun, mampu bertahan walau mengalami perubahan. Ini yang terjadi pada hanbok, pakaian tradisional Korea. Walau pakaian model Barat adalah yang umum digunakan dalam kehidupan modern ini, hanbok masih dipakai, terutama pada hari-hari raya dan acara-acara seperti perkawinan. Pada hari Chusok, Hari Bersyukur Korea, bahkan di jalan-jalan Kota Seoul pun banyak orang memakai baju tradisional itu. Pengantin pria bebas memilih warna celana panjang dan jaket bertalinya. Keduanya masih memakai jubah lagi. Warna jubah perempuan disesuaikan dengan warna pilihan baju pasangannya. Ibu mempelai lelaki memakai warna kehijauan, sedangkan calon besannya dalam nuansa merah. Ini tak jauh berbeda dari aturan yang telah ada sejak masa Dinasti Joseon pada abad ke-15. Waktu itu para gadis memakai chima merah dan jeogori kuning. Pada waktu pesta perkawinan yang dilanjutkan dengan acara menghormat orangtua dan mertua, perempuan dari kelas bangsawan telah memakai warna merah dan hijau itu.
17

Warna-warna pada pakaian tradisional korea yang semarak memang sesuatu yag unik dan dimaksudkan untuk menghalangi roh jahat. Bentuk hanbok yang sekarang dipakai, dipolakan pada masa Dinasti Joseon yang berdasarkan Konfusianisme pada abad ke-15. Namun, dasarnya sudah ada sejak masa Tiga Kerajaan (57 SM-668 M). Di Kerajaan Silla tahun 648, pakaian semacam itu telah dipakai oleh perempuan bangsawan, juga pada masa Dinasti Goryeo (nama yang kemudian menjadi Korea) setelah itu. Model bagi perempuan yang sejak masa Dinasti Joseon dan berlaku sampai sekarang adalah gabungan chima dan jeogori, yang ditutup dengan pita satu sisi itu. Kelihatannya pakaian itu tampak nyaman karena lebar leluasa sambil tetap menampilkan keindahan bentuk leher dan lengkung bahu perempuan. Namun, perempuan zaman sekarang sudah jarang memakai pakaian itu sehari-hari karena harus sedikit menderita mengenakannya. Rok lebar berlipit itu bentuknya bagai sehelai kain, dililitkan di atas dada, lalu diikat keras-keras meratakan dada. Itu, kata perempuan yang selalu mengenakan hanbok dalam melayani pelanggan itu, kadang membuat sesak.Untuk upacara perkawinan, perempuan Korea masa kini menggabungkan yang tradisional dan yang "modern". Untuk acara pertunangan, mereka mengenakan hanbok warna merah muda, sedangkan untuk upacara perkawinan, hanbok merah-hijau itu ditambah pakaian pengantin model barat untuk acara berfoto berdua. Setiap pasangan memesan minimal enam hanbok, dua untuk mempelai perempuan, dua untuk lelaki, dan dua untuk masing-masing ibu. Harga satu set
18

dari bahan sutra antara 250.000 sampai 400.000 won, atau minimal Rp 2 juta. Yang bahan poliester antara 100.000 sampai 200.000 won, dan biasanya dipakai oleh mereka yang merayakan ulang tahun perkawinan ke-60. Pembuatan makan waktu satu minggu sampai satu bulan, kata Sun-hee yang punya lima penjahit di rumahnya itu, tergantung ramai-tidaknya pesanan. Masa ramai pemesanan adalah dari Agustus sampai April karena cuaca musim panas terlalu panas untuk acara perkawinan. Bahasa Korea Bahasa Korea adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan dan Korea Utara. Bahasa ini juga dituturkan secara luas di Yanbian di China. Tulisan Hangul Korea Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS, Kanada dan Jepang. Klasifikasi resmi bahasa Korea masih belum disetujui secara universal, namun dianggap oleh banyak orang sebagai bahasa isolat. Beberapa ahli bahasa memasukkannya ke dalam kelompok bahasa Altaik. Bahasa Korea juga banyak mirip dengan bahasa Jepang yang status kekerabatannya juga kurang jelas. Sistem penulisan bahasa Korea yang asli disebut Hangul merupakan sistem yang silabik dan fonetik. Aksara-aksara Sino-Korea (Hanja) juga digunakan untuk menulis bahasa Korea. Walaupun kata-kata yang paling umum digunakan merupakan Hangul, lebih dari 50% kosakata bahasa Korea terdiri dari
19

kata-kata

yang

dibentuk

dari

Hanja.

Huruf ini dikenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeong eum. Namun istilah Hangul (atau tepatnya disebut Hangeul) baru dikenal pada permulaan abad ke-20. Setelah Hangeul digunakan pun, Hanja masih tetap dipakai, sedang Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita dan anak-anak Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, penggunaan Hangeul dan Hanja seimbang. Namun kini, Hanja hanya dijumpai pada tulisan-tulisan akademik dan resmi, sedangkan hampir semua papan nama, jalan, petunjuk, bahkan tulisantulisan informal ditulis dalam Hangeul.

Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap paling aneh. 2.3 Fashion Fashion adalah privilege golongan kaya, setidaknya hingga zaman renaisans. Namun sejak beberapa dasawarsa awal abad keduapuluh, fashion tellah menjadi komponenen intrinsic dalam kehidupan sehari hari. Pernyataan fashion telah menjadi pernyataan pribadi. Fashion dapat di definisikan sebagai gaya atau kebiasaan yang paling lazim dalam dalam berpakaian. Fashion adalah semacam kode berpakaian

20

makro yang mentapkan standar gaya menurut usia,gender,kelas social dan seterusnya. Kode fashion,seperti yang kita lihat dapat juga menjadi pernyataan ideologis. Kaum hippie pakaian yang menonjolkan cinta dan kebebasan di tahun 1960-an. Anggota geng motor selalu memakai jaket kulit,sepatu bot dan berbagai pelengkap seperti pelindung kuku jari dari kuningan untuk mengesankan kekuatan. Jelaslah bahwa pakaian dapat mengkomunikasikan sesuatu seperti bahas, sesuatu itu dapat bersifat nudah disukai, menyinggung, controversial, menyenangkan, menjijikkan, bodoh maupun menawan. Seperti telah di sebutkan, fashion dulunya merupakan previlasi bagi kaum bangsawan hingga akhir abad pertengahan, sebelum itu rakyat jelata mengenakan pakaian yang mencerminkan kebiasaan lama dalam komunitas merekadan perubahan gaya sangatlah lambat. Tetapi fashion menyebabkan perubahan yang cepat dalam gaya berpakaian di karenakan berbagai alas an historis, psikologis dan sosiologi. Sebuah gaya berpakaian mungkin bermula sebagai sebuah fashion, tapi gaya itu akan termasuk ke dalam kebiasaan jika di turunkan dari generasi ke generasi, fashion yang datang dan pergi dengan cepat disebut mode sesaat. Pada hakikatnya, sebagian besar fashion di masa lalu berasal dari kelas atas dan mengalir ke kelas kelas di bawahnya. Orang biasa selalu berharap meningkatkan posisi social mereka dengan mengikuti fashion orang orang yang memiliki previlese. Hal ini hingga kini pun masih terjadi namun, pada masa ini

21

tren di mulai dengan oleh para selebriti seperti penyanyi dan atlet, bukan kaum bangsawan. Berlawanan dengan kebanyakan orang, peristiwa politik jarang

mengakibatkan perubahan fashion. Namun, peristiwa politik terkadang memang mempercepat perubahan yang telah di mulai, seperti yang kita lihat dalam kasus pakaian resmi misalnya, selama revolusi perancis (1789-1799), pakaian sederhana menggantikan kostum mewah yang di populerkan oleh kaum bangsawan perancis, walaupun gaya sederhana sudash popular beberapa tahun sebelumnya ketika kaum pria inggris mulai mengenakan jas warna gelap yang praktis sebagai ganti pakaian yang elegan dan semarak. Orang inggris menganggap jas sederhana ini mewakili kebebasan politis dan pribadi. Karena banyak orang prancis yang mengagumi kebebasan di inggris, gaya ini sudah mulai menjadi mode diprancis sebelum revolusi. 2.4 Fashion Sebagai Komunikasi Tidak hanya sekedar pelindung, agaknya fashion telah berucap banyak hal tentang siapa diri kita sebenarnya. Bicara tentang fashion berarti kita bicara tentang sesuatu yang sangat erat dengan kehidupan kita. Tidak bisa kita bayangkan hidup tanpa helai pakaian yang dapat menutupi tubuh kita. Secara umum, pakaian memang sebagai alat pelindung tubuh dan untuk menjaga kesopanan. Tetapi tahukah kita tentang apa yang dikatakan oleh pakaian kita kepada orang-orang yang kita temui ?

22

Sebelum membahas lebih jauh tentang fashion, alangkah baiknya kalau kita juga mengetahui apa makna kata fashion itu sendiri. Kata fashion yang sering kita ucapkan meminjam dari istilah bahasa asing yang artinya busana atau pakaian (Peter, Vol.3, 1987:679). Lebih tepatnya lagi kata Fashion berasal dari bahasa Latin factio yang artinya membuat atau melakukan. Arti kata fashion sendiri mengacu pada kegiatan yaitu sesuatu yang dilakukan seseorang. (Barnard, terj., Ibrahim dan Iriantara, 1996:11). Tanpa kita sadari, fashion adalah alat komunikasi non-verbal yang dapat dilihat dari cara kita berpakaian. Fashion yang kita kenakan mencerminkan tentang siapa diri kita. Fashion bukanlah sesuatu yang nyata, tetapi dapat kita uangkapkan secara nyata melalui pakaian. Fashion sendiri merupakan suatu cara yang kita lakukan untuk penampilan kita. Ketika kita melihat orang, hal pertama yang akan kita lihat adalah penampilanya. Penampilan itu merupakan keadaan diri dari ujung rambut sampai ujung kaki yang tampak dan dapat dilihat oleh mata kita. Bahkan ketika orang yang kita temui bukanlah orang yang fashionable, maka kita akan tetap mencoba untuk mendiskripsikan keadaan dirinya melalui pakaian yang ia kenakan dan begitu juga sebaliknya. Fashion juga mencerminkan suasana hati seseorang, ketika kita memilih model dan warna pakaian yang ingin kita kenakan, secara tidak kita sadari kita telah berusaha menterjemahkan suasana hati kita melalui pakaian. Orang-orang yang cenderung fashionable lebih mudah ditebak suasana hatinya melalui pakaian yang ia kenakan. Ketika kita termasuk orang yang peduli akan penampilan, maka kita akan berusaha tampil menarik apapun suasana hati
23

kita, tetapi keadaan kita tetap akan mempegaruhi cara kita memilih warna dan model pakaian yang akan kita kenakan. Perlu kita ketahui juga bahwa orang-orang yang fashionable cenderung lebih mudah menjadi korban mode. Mereka tidak bisa berpatokan pada kenyamanan sebuah pakaian, tetapi mengikuti setiap perubahan model pakaian merupakan keharusan yang tanpanya ia akan merasa ketinggalan jaman dan bahkan cenderung tidak nyaman.

Fashion merupakan cerminan dari ideology kelompok. Secara nyata, fashion dapat menjadi identitas dari suatu kelompok social tertentu. Seperti kita ketahui cara berpakaian orang-orang Barat dan Timur. Bukan hal yang asing lagi ketika wanita-wanita Barat keluar rumah hanya dengan pakaian yang ala kadarnya yang lebih pantas kalau kita sebut dengan pakaian dalam, mereka berjemur di pantai tanpa busana dan itu bukanlah sesuatu yang perlu untuk menjadi pusat perhatian karena memang itu tidak dianggap vulgar oleh mereka. Sedangkan kita sebagai orang Timur yang terkenal dengan nilai kesopanan, dalam berbusana kita dituntut untuk dapat menjaga nilai itu, dan akan dianggap tidak senonoh ketika kita mengenakan pakaian yang terlalu menampilkan bentuk tubuh. Tetapi di jaman globalisasi ini, sedikit banyak adat ketimuran kita telah di pengaruhi oleh budaya Barat. Trend-trend fashion wanita berubah sangat cepat dan sebagian besar di adopsi dari mode pakaian ala Barat, pakaian yang terbuka sudah menjadi pakaian yang layak pakai disini. Tetapi masih banyak juga orang-orang Timur yang berusaha untuk mempertahankan identitas budayanya dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan itu.
24

Pakaian adat merupakan bagian dari fashion yang dapat di jadikan sebagai simbol kebudayaan. Di Indonesia sendiri saja terdiri dari berbagai propinsi yang masing-masing memiliki pakaian adat. Ini merupakan kekayaan budaya yang dapat mewakili identitas sosial setiap budaya.pakaian adat biasa kita sebut dengan istilah kostum. karena memang tidak dapat berubah mengikuti perubahan mode yang ada di pasaran dan tetap mempertahankan bentuk aslinya, sehinga bisa di bilang bahwa pakaian adat itu bersifat unfashionabel. Pakaian adat merupakan cerminan setiap bangsa, seperti apapun keadaan dan sampai kapanpun pakaian adat tetap seperti pada awalnya. Pakaian adat biasanya hanya digunakan pada kesempatan-kesempatan tertentu dan merupakan kebanggaan tersendiri ketika kita mengenakan pakaian adat. Kita mempunyai suatu identitas dan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, fashion merupakan sesuatu yang abstrak tetapi dapat diterjemahkan melalui pakaian. Jadi melalui brand yang tetera pada pakaian pula lah fashion dapat mengatakan status social seseorang. Brandbrand internasional berusaha untuk merubah mode dan brand-brand local berusaha untuk mengikutinya. Tidak sembarang orang mampu mengenakan produk fashion dari brand internasional, bahkan ketika brand-brand local harus meniru brand internasional dengan kwalitas dan harga yang jauh lebih murah guna memenuhi tuntutan konsumen yang berasal dari berbagai kalangan. Tetapi tetap saja semua dapat dibedakan, dan status social seseorang tetap akan terlihat dengan jelas ketika mereka mengenakan pakaian dari brand tertentu.

25

Hal yang tidak bisa lepas dari fashion adalah perancangnya. Seorang perancang pakaian menciptakan suatu pakaian untuk memperlihatkan suatu citra tertentu kepada orang lain. Perancang pakaian menentukan bagaimana baju akan tampak dimata orang lain. Pilihan bentuk dan bahan akan bergantung pada tujuan baju itu apakah agar kelihatan fashionable, ataukah akan dipakai untuk bersantai, olahraga atau bekerja. Mereka akan memikirkan bagaimana sehelai bahan akan terlihat sehingga tampak indah ketika fashion menyampaiakan pesan kepada orang-orang yang kita temui. Dari pemaparan diatas, terlihat jelas bahwa komunikasi dapat dipengaruhi oleh fashion. Ketika memilih pakaian sebaiknya harus disesuaikan dengan kepribadian kita karena pakaian kita merupakan perlambangan jiwa kita (Carlyle, seperti dikutip Barnard, 1996:vi). Kita harus merasa nyaman dengan apa yang kita kenakan dan bukan hanya semata-mata mengikuti selera rendah fashion yang mengekploitasi bentuk tubuh, membuat kita konsumtif dan hanya sekedar mendapat penilaian bahwa kita adalah orang yang fashionable. Jadi ketika kita memilih pakaian, pilihlah yang dapat mewakili kepribadian kita. Fashion itu jujur dan apa adanya. Fashion akan bercerita tentang keadaan diri kita melalui pesanpesan non-verbal yang kita buat sendiri melalui cara berpakaian kita. Fashion kita lah yang akan berusaha mengatakan siapa diri kita kepada orang yang belum kita kenal tetapi hanya sekedar melihat kita. Fashion juga yang akan membuat orang tertarik atau tidak untuk mengenal kita. Maka dari itu, penting kiranya untuk kita menjaga fashion agar dapat mewakili kepribadian kita dan tidak membuat orang beranggapan salah bahkan buruk ketika mereka melihat kita untuk pertama
26

kalinya. Khususnya bagi para wanita sangat penting untuk menjaga cara berpakaian, apalagi sebagai wanita Asia yang terkenal dengan adat ketimuran yang selalu menjunjung tinggi nilai kesopanan. 2.5 Kode pakaian Cakupan yang luas dari konotasi yang di kaitkan dengan kode pakaian tidak dapat dipisahkan dari trenm social dan pergerakan politik. Perempuan dalam budaya kita jarang mengenkan celana panjang. Istilah yang memakai celana panjang dalam sebuah keluarga berarti, secara denotative fan konotatif bahwa pemakainya adalah lelaki, seiring perubahan dalam struktur peran social selama dasawarsa 1950-1960an, perempuan juga mulai memakai celana panjang secara rutin dan melalui ini mengungkapkan pesan pesan social yang baru. Hampir sejak awal sejarah, manusia mengenakan pakaian bukan hanya untuk perlindungan, tetapi juga demi identifikasi jati diri. Baju juga mengungkapkan kepercayaan, perasaan, dan cara menyikapi hidup pada umumnya pada diri seseorang. Orang orang yang percaya diri sering mengungkapkan sikap yang lebih bebas dalam memilih gaya berpakaian di banding mereka yang pemalu / tidak percaya diri. Seorang individu yang percaya diri lebih mungkin untuk percaya lebih mungkin untuk mencoba cara berpakaian yang baru, seorang pemalu dapat mencari rasa aman dengan dengan mengikuti begitu saja gaya berpakaian saat ini. Sebagian orang lainmungkin tidak mempedulikan pakaian mereka dan tak begitu peduli apakah pakaian mereka di anggap menarik oleh orang lain. Dalam semua masyarakat, bagian bagian

27

pakaian tertentu dan warna yang di gunakan memiliki warna khusus. Misalnya, orang yang tengah berduka cita dapat mengenakan baju hitam. 2.6 Komunikasi Non Verbal Komunikasi nonverbal merupakan proses komunikasi yang tidak dilakukan melalui bahasa dan pengucapan kata-kata, tetapi melalui cara-cara lain seperti bahasa tubuh, mimik wajah, sensitivitas kulit, dan lain-lain. Walaupun masih memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, komunikasi verbal, seperti bahasa, telah sanggup menyampaikan informasi kepada orang lain. Hanya saja, pesan-pesan yang sifatnya non-verbal tentunya juga tetap dibutuhkan untuk meperjelas informasi-informasi yang akan disampaikan oleh sender agar receiver dapat lebih memahaminya, dan tidak terjadi salah persepsi. Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan-sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan katakata yang diucapkan atau dituliskan. Tanda-tanda komunikasi nonverbal belum dapat diidentifikasi seluruhnya, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerakan yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan, atau bahkan keadaan psikologis kita. Misalnya, gerakan-gerakan seperti mengerutkan alis, menggigit
28

bibir, menunjuk dengan jari, tangan di pinggang, dan melipat tangan bersilang di dada. Orang yang terampil memabaca pesan nonverbal dari orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut eksresif. Edward T. Hall menamai bahasa nonverbal sebagai bahasa diam (silent language)dan dimensi tersembunyi (hidden dimension). Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan noverbal tertanam dalam konteks komunikasi yang memberikan isyarat-isyarat untuk dilakukan penafsiran dari seluruh makna pesan yang disampaikan. 2.6.1 Klasifikasi Komunikasi Non Verbal 1. Komunikasi objek Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Contoh dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam.

2. Sentuhan Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus,pukulan,dan lain-lain. Masingmasing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif. 3. Ekspresi wajah Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
29

4. Kontak mata Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan.

5. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. 6. Sound (suara) Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. 7. Gerak isyarat Gerak isyarat dapat mempertegas pembicaraan, seperti mengetukngetukkan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stres, bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stres. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Bahasa tanda (sign language) 2) Bahasa tindakan (action language)

3) Bahasa objek (object language) Sedangkan menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter secara garis besar membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni:

30

1. Berdasarkan perilaku, yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa. 2. Berdasarkan lingkungan, yang terdiri dari ruang, waktu, dan diam Duncan (dalam Rakhmat, 1985) menyebutkan terdapat beberapa jenis pesan nonverbal, yaitu:

1. Pesan kinesik, Pesan kinesik merupakan pesan yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti. Pesan ini terdiri dari tiga kompunen utama yaitu: a. Pesan fasial (air muka) b. Pesan gestural (gerakan) c. Pesan postural (keseluruhan anggota badan) 2. Pesan proksemik Pesan ini disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Pada umumnya, dengan mengatur jarak, kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. Pesan ini juga diungkapkan dengan mengatur ruangan objek dan rancangan interior.

3. Pesan artifaktual Pesan ini diungkapkan melalui penampilan, body image, pakaian, maupun kosmetik. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita. 4. Pesan paralinguistik Merupakan pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
31

menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang berbeda. Halhal yang membedakan antara lain: nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme. 5. Pesan sentuhan dan bau-bauan Berbagai pesan atau perasaan dapat disampaikan melalui sentuhan serta bau-bauan yang telah digunakan manusia untuk berkomunikasi secara sadar maupun tidak sadar. Saat ini orang-orang telah mencoba menggunakan bau-bauan buatan seperti parfum untuk menyampaikan pesan. 2.6.2 Fungsi Pesan Non Verbal Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah komunikasi penting. Periset nonverbal mengidentifikasi enam fungsi utama (Ekman, 1965; Knapp, 1978) sebagai berikut:

1) Untuk menekankan, komunikasi nonverbal digunakan untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misalnya saja, anda mungkin tersenyum untuk menekankan suatu hal tertentu. 2) Untuk melengkapi (complement), komunikasi nonverbal digunakan untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. 3) Untuk menunjukkan kontradiksi., pesan verbal dapat bertentangan dengan gerakan nonverbal. Sebagai contoh, anda dapat menyilangkan jari anda atau mengedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak benar.

32

4)

Untuk

mengatur,

gerak-gerik

nonverbal

dapat

mengendalikan

atau

mengisyaratkan keinginan untuk mengatur arus verbal. Contohnya, mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu. 5) Untuk mengulangi, misalnya, menyertai pernyataan verbal Apa benar? dengan mengangkat alis mata. 6) Untuk menggantikan, misalnya, mengatakan oke dengan tangan tanpa berkata apa-apa yang dapat digantikan dengan menganggukkan kepala untuk mengatakan ya atau menggelengkan kepala untuk mengatakan tidak.

BAB III METODE PENELITIAN


33

3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2006:69). Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2006:58). Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Menurut Kriyantono (2006:66), studi kasus ialah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis. Data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, di mana tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik. Menurut Kriyantono (2006:262), tujuan analisis semiotik adalah berupaya
34

menemukan makna tanda termasuk hal-hal tersembunyi di balik sebuah tanda. Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.

3.2 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah mengenai gaya fashion Korea yang sedang marak di kalangan remaja, khususnya di Indonesia.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data


1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek

penelitian. Disini objek penelitiannya adalah , jadi data primer diperoleh dengan menginterpretasikan iklan.
2. Data sekunder, yaitu data dari sumber lain yang mampu

mendukung penelitian ini, untuk itu diperlukan studi kepustakaan terhadap teori dan informasi yang relevan dengan penelitian.

3.3.2 Cara Pengumpulan Data

35

Data diperoleh dengan cara dokumentasi. Dokumentasi ini kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan semiotik sebagai pisau analisisnya. Dari terpilih, peneliti akan menggali lebih dalam makna yang ada, baik makna dengan menggunakan penanda dan petanda baik konotatif maupun denotatif.

3.4 Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu proses pengaturan data dan

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori atau satuan uraian yang membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti signifikan terhadap analisis, menjelaskan uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Dengan kata lain, analsisi data merupakan suatu tahapan mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi ide dan mengkategorikan dan

menafsirkan data tersebut sebelum menarik kesimpulan. Data yang telah berhasil diperoleh, diusahakan untuk mencari makna yang terdapat dalam data tersebut. persamaan, dan lain-lain. Hal tersebut perlu dicatat makna, hubungan, Hal tersebut kemudian dicoba untuk diambil

kesimpulan. Tetapi kesimpulan yang ada harus diverifikasi terus menerus selama penelitian berlangsung. Selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan analisis semiotik. Dalam penelitian ini, kami menggunakan teori semiotik model Barthes.

36

Untuk

memeriksa

keabsahan

data,

dilakukan

triangulasi,

yakni

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Penjelasan Mengenai Fashion Asia


37

Berbicara mengenai fashion seperti tidak akan pernah ada habisnya. Sesuatu yang berakar dalam cara orang ini sendiri dan melihat diri mereka sendiri. Fashion merupakan sebuah konsep yang terus berubah tentunya mengikuti perkembangan zaman dan waktu. Konsep ini tersebut berbeda dipraktekkan di tempat yang berbeda tergantung pada iklim dan pilihan dari populasi umum. Ketika berbicara tentang gaya Asia, pastinya banyak sekali yang mengomentari. Gaya fashion mengalami peningkatan dan perubahan secara terus-menerus, dan mereka sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Oleh karenanya fashion Asia memiliki tema khusus yang unik untuk itu dan beberapa dari negara Asia kini telah memasuki kompetisi fashion untuk membuktikan kemiripan mereka dan bentuk dari sikap hormat terhadap fashion yang akan datang. Mereka telah menyeberangi garis dan selalu berusaha datang dengan sesuatu yang baru dan luar biasa. Inilah yang merupakan gaya Asia dan semua orang juga tahu tentang hal ini. Banyak desainer Asia membanjiri pasar fashion internasional dengan inovasi dan usaha modis. Kebanyakan desainer India mencoba mencampur dan mencocokkan tradisionalisme dengan fashion kontemporer untuk membuat sesuatu yang sangat menyenangkan dan cukup besar. Tidak ada keraguan bahwa mode Asia di sini untuk tinggal. Oleh karena itu, sebagai pasar fashion dari negara-negara seperti Jepang, Korea, China dan India yang terus bertambah, ada lebih banyak pilihan yakni bisa

38

melalui browsing dari internet. Bagi orang-orang sadar mode di seluruh dunia yang ingin memiliki cara yang lebih unik menampilkan diri mereka sendiri, fashion Asia memberikan peluang yang besar. 4.1.1 Deskripsi Fashion Korea Korea cepat menjadi pusat budaya pop di Asia. Pernyataan tersebut kemungkinan tidak sepenuhnya benar, tetapi kebudayaan Korea pastinya telah membuat dampak yang kuat pada apa yang orang Asia lihat, mendengarkan dan pakai dalam melewati beberapa tahun. Pakaian Korea dan pakaian Asia pada umumnya, masih memiliki jalan yang panjang dalam menarik pasar global. Salah satu elemen kunci yang hilang adalah promosi yang tepat, sekiranya menjadihal yang menjadi lebih baik. Menjangkau ke tempat fashion internasional, mode pakaian Korea adalah antara sesuatu yang paling popular. Di sana, tidak hanya menyediakan atau menawarkan tema yang unik saja, tetapi juga sesuatu yang akan masuk ke dalam lemari apapun. Selalu datang mengusung tema fashion yang selalu baru dan luar biasa sepanjang waktu, menjadikan pakaian Korea memiliki sesuatu untuk ditawarkan pada pria dan wanita dari segala usia. Pakaian Asia yang beragam dan pasar fashion internasional menjadi semakin menarik karena hal tersebut. Banyak pakaian fashion dari Asia campuran mode kontemporer dengan orang lain yang ditemukan di seluruh dunia saat pencampuran tema tersebut dengan sentuhan tradisional yang memberikan mereka sesuatu gaya yang unik.

39

Pakaian Korea juga sedikit lebih unik dari yang lain, dan beberapa mungkin merasa lebih terbatas pada pandangan pertama. Dengan bahan kain Korea berkualitas tinggi dan standar manufaktur yang juga sangat tinggi, sehingga membuat kita dapat yakin bahwa memperoleh barang-barang yang berkualitas tinggi serta pakaian yang dengan tampilan yang terbaik. 4.1.3 Karakteristik Gaya Fashion Korea

Banyak orang mengatakan bahwa hari-hari ini, street fashion di Korea menjadi lebih dan lebih banyak setara dengan kota-kota besar lainnya seperti New York dan Tokyo. Beberapa kritikus fashion street fashion mengatakan bahwa Korea tampak seperti salinan karbon perkembangan street fashion di New York, dan merupakan versi yang lebih ringan dibandingkan dengan fashion Tokyo. Tetapi yang lain memuji Korea dengan cita rasa fashion mereka. Apabila kita

40

pergi ke Korea, disana akan bisa melihat karakteristik yang berbeda dari street fashion mereka. Beberapa kritikus mode telah menyamakan street fashion Korea dengan New York, sementara yang lain harus dianggap untuk menjadi versi ringan mode Tokyo. Kemungkinan dari kurangnya minat atau pemberitahuan, maka mode jalan Korea tampak lebih generik daripada tidak. Namun, sebenarnya ada beberapa karakteristik street fashion yang membuatnya unik dan khas Korea. 1. Jaket Mitologi : Merupakan salah satu fitur yang berbeda dari street fashion Korea. Fashion Korea bergantung pada pencampuran dan mencocokkan barang mode yang berbeda, dan layering adalah salah satu cara untuk melakukan itu. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka mendapatkannya dari New York. Tapi tak peduli di mana mereka mendapatkannya dari, layering adalah fitur penting dari mode Korea bukan hanya karena terlihat bagus tapi juga karena Korea adalah negara beriklim sedang. Mereka perlu lapisan pakaian mereka untuk menjaga tubuh mereka hangat, sama seperti orang lain di daerah beriklim sedang. Denotatif : Dipakai biasanya untuk melindungi tubuh dari suhu dingin atau berangin. Konotatif :
41

Di pakai untuk menunjukkan bahwa orang yang memakai jaket adalh orang yang berada, karena jaket yang di pakai tidak pas di pakai oleh sang pemakai dan cenderung kebesaran, dan kebesaran ini menunjukkan ke glamouran sang pemakai.

1. T-shirt warna dan printed Mitologi : Karakteristik lain yang berbeda dari Korea street fashion t-shirt mereka dengan kata-kata bahasa Inggris atau frase. Beberapa orang terutama pengunjung dari negara-negara Barat, tidak bisa memahami apa yang tertulis pada kaos, tetapi Korea tidak peduli akan hal tersebut. Lagi pula, mereka tidak mengenakan t-shirt untuk berkomunikasi dengan orang asing. Mereka memakai mereka untuk terlihat bagus. Kata dicetak atau frase di depan tee Korea hanya bertindak sebagai desain, bukan sebagai sesuatu yang menyatakan ke seluruh dunia apa yang pemakainya percaya dosa. Pada t-shirt tersebut, wanita Korea biasanya menggunakan tee besar dan dengan skinny jeans. Bagi mereka, hal tersebut sangat nyaman dan juga terlihat baik. Mereka biasanya memakai sepatu atau sandal dengan pakaian ini. Denotasi :

42

Memakai t-shirt dengan tulisan hanya untuk sekedar desain dan mempercantik tshirt kaos yang di pakai. Konotasi : t-shirt warna untuk menggambarkan keceriaan yang memakai bahwa orang tersebut setiap hari selalu ceria, dan dalam t-shirt printed kata kata yang di pakai menunjukkan komunikasi non verbal bahwa itulah yang mereka ingin katakan kepada semua orang.

2. High Boots Lutut Mitologi : Lain melihat karakteristik street fashion Korea adalah kecenderungan untuk memakai sepatu lutut tinggi sepanjang tahun, bahkan selama musim dingin dari musim gugur dan musim dingin. Dengan mengginakannya, juga akan memberikan kesan seksi untuk pakaian apapun, serta pembalut kaki dan stocking kaki tetap hangat selama musim dingin tanpa mengorbankan gaya. Konotasi : Di gunakan dalam aktivitas mereka agar mereka bebas untuk melakukan segala hal. Denotasi :
43

Dengan memakai sepatu boots tinggi mereka akan terlihat gagah, dan dengan sepatu boots kesan kuat yang terlihat adalah bahwa seorang yang mandiri dan pekerja. 3. Cinta Warna

Mitologi : Korea juga tidak takut akan warna. Mereka berani mencampur dan mencocokkan warna-warna cerah yang orang lain tidak akan berani mencobanya. Hal ini membuat kota Korea sangat berwarna-warni dan bahagia karena warna yang seperti pelangi. Seperti contoh kita akan melihat kombinasi warna pink dan hijau, kuning dan merah, oranye dan biru, dan seterusnya. Dan untuk beberapa alasan, Korea bisa melakukannya. Mereka tampak modis dan tentu saja, lucu, seperti mode di Asia. Denotasi : Wajah yang putih mereka maksimalkan dengan warna warna cerah memberi kesan lucu pada yang memakainya Konotasi :

44

Warna warna cerah yang mereka pancarkan memiliki arti tersendiri, dan warna warna cerah yang mereka kenakan memiliki arti ceria, tidak seperti warna gelap yang menggambarkan ke eleganan dan kesan sedih. 4.2 Hubungan Internasional Di Dunia Fashion Dalam bukunya Monuiarching A Field Guide lo Human Behaviour (1977), Desmond Morris mengatakan bahwa pakaian tak semata sebatas alat penutup badan, tetapi juga merupakan produk budaya. Menurutnya, pakaian dapat menampilkan peran sebagai pajangan budaya atau cultural display karena salah satu fungsinya sebagai komunikasi afiliasi budaya. Dalam penelitian tersebut, akan mempelajari dan mengenali negara atau daerah berdasarkan dari pakaian yang dikenakan. Sebagai contohnya yang memiliki pengaruh hubungan internasional dalam fashion yaitu kimono berasal dari Jepang, kain sari merupakan pakaian khas dari India, dan sebagainya. Dalam hubungan dunia fashion dengan internasional juga memiliki manfaat yang dapat diambil. Manfaat hubungan internasional dalam dunia fashion antara lain kita dapat mengetahui dan mempelajari budaya dan bahasa suatu daerah, mengamati kajian antropologi dan perilaku seseorang, membangun relasi bisnis serta dapat mengekspansi budaya. Salah satu poin penting yang juga bisa diambil yaitu bagaimana konstruksi dapat mempengaruhi antarbudaya sehingga dunia desainer dapat

45

berkembang lebih luas. Akhirnya, hingga tak hanya desain, persoalan budaya sebagai contoh anatomi tubuh hingga warna kulit pun perlu dipertimbangkan dalam mendesain fashion. Apalagi warga negara dunia yang majemuk memungkinkan pelbagai pihak untuk belajar budaya melalui fashion. 4.3 Subkultur Fashion Korea Subkultur merupakan budaya yang dibentuk oleh sekelompok minoritas sosial yang bukan milik arus utama, dan pemuda (anak muda). Pada kaitannya, subkultur disini adalah khusus subkultur pada anak muda. Anak muda subkultur memiliki gaya pakaian yang berbeda yang membedakan mereka dari budaya popular. Dengan melaui gaya fashion mereka yang berbeda dari kebanyakan gaya pada negara lain, dimaksudkan untuk menunjukkan dan mengekspresikan nilainilai dan individualitas yang dimiliki oleh mereka. Maksudnya adalah gaya fashion di negara Korea tersebut. Meskipun demikian, gaya fashion Korea tersebut sepertinya telah kalah cepat membentuk subkultur yang unik yang banyak juga dipengaruhi baik oleh subkultur Euro-Amerika dan masyarakat Korea. Dengan ini dapat mempelajari gaya subkultur dalam hal bagaimana mereka telah berevolusi dalam waktu singkat dan bagaimana mereka telah dipengaruhi oleh unsurunsur asing dan domestik. Hal tersebut dapat memberikan wawasan pada simbolisasi gaya subkultur anak muda Korea dan bagaimana perubahan

46

gaya mencerminkan keadaan pikiran dan nilai-nilai anak muda Korea saat ini. 4.3.1 Penjelasan Subkultur Fashion Korea Gaya fashion subkultur anak muda Korea selalu dan sekarang inipun masih menjadi metode bagi orang-orang muda untuk mengungkapkan identitasnya. Namun, seperti contoh pada negara Korea dan Jepang, negara-negara tetangga tersebut dengan banyak kesamaan seperti konservatif nilai-nilai tradisional Timur dan pembangunan ekonomi dan budaya yang cepat, subkultur gaya anak muda Korea cenderung relatif kalah unik dan berani. Hal tersebut disebabkan karena anak muda Korea memiliki kemauan kuat untuk berpakaian sama dengan orang lain daripada usia mereka sendiri yang sebenarnya untuk mengekspresikan kepribadian mereka melalui pakaian. Bisa dikata, orang Korea selau bebas untuk

mengekspresikan diri mereka yang kemudian dikembangkan dengan tinggi serta berbicara tentang masalah sosial, tetapi mereka tidak memiliki banyak asosiasi di mana mereka dapat mencapai perubahan yang nyata atau bentuk lain dari outlet untuk pribadi ekspresi. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa secara halus ekspresi diri melalui pakaian anak muda Korea tersebut sebagai alat untuk memahami budaya dan nilai-nilai, menciptakan landasan

47

untuk desain fashion yang mempertimbangkan serta terus dengan budaya pemuda dan tuntutan. Sebelumnya, gaya fashion Korea pertama kali juga dipengaruhi oleh ibu budayanya. Ibu budaya subkultur Korea kebanyakan bersal dari Negara Eropa dan Amerika. Selain itu, subkultur gaya fashion Korea juga sering berasal dari Serikat dan juga sangat dipengaruhi oleh Negara lain yakni Euro-Amerika. Terdapat juga studi tentang gaya subkultur Korea. Dalam hal ini, tidak ada yang telah dibahas dalam gaya baru-baru ini yaitu pada tahun 2000-an atau melihat ke dalam bagaimana mereka dipengaruhi oleh budaya ibu mereka. Oleh karena itu, dalam penelitian tersebut diharapkan dapat terus menghadirkan perspektif yang baru serta pemahaman tentang pemuda Korea akhir-akhir ini dan bagaimana mereka membuat pilihan dalam hal styling. Sebuah rasa identitas dan perlawanan, identitas seksual dan pengaruh populer budaya Korea adalah elemen yang secara tradisional mendefinisikan subkultur, dan studi tersebut bertujuan untuk memeriksa perubahan Korea subkultur pemuda berdasarkan unsur-unsur yang ada.

4.3.2 Pemuda Korea Kontemporer Subkultur Subkultur mengacu pada budaya minoritas. Maksudnya disini yaitu suatu kelas sosial tertentu atau kelompok yang bukan

48

merupakan bagian yang mengacu pada subkultur anak muda, atau orang muda dari usia mereka remaja, yaitu ketika mereka bebas, independen dan tunggal. Berdasar penelitian dari para ahli terdapat lima subkultur anak muda Korea, yaitu hip gerbong, pemain skateboard, ratusan clubbers sensasional, nightclubbers dan pengendara. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari masing-masing budaya. Berdasarkan penelitian para peneliti, dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara mendalam dengan anggota masing-masing subkultur dalam elemen tersebut, seperti klub mereka nongkrong dan sebagainya. Hip hopper mendengarkan dan menari untuk musik hip hop. Kegiatannya meliputi DJing, rap, b-boying dan grafiti, dan mereka lebih menyukai warna-warni, pakaian yang nyaman. B-boying adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tarian b-anak laki-laki, yang tradisional mulai keluar sebagai penari istirahat di jalan-jalan Amerika Serikat pada awal tahun 1970, dan sekarang melakukan sangat spesifik dan khusus bidang break dance seperti muncul dan mengunci.

4.3.3 Karakteristik unik Style Subkultur Anak Muda Korea Pada style subkultur anak muda Korea, terdapat

karakteristik yang bisa diambil dan dipelajari di dalamnya. Karakteristik tersebut, yaitu :

49

1. Rasa Identitas Subkultur anak muda Korea memiliki identitas yang kuat yang diperluas melalui gaya pakaian yang digunakan oleh mereka. Anak muda disana tidak selalu menjadi milik satu subkultur tetapi mungkin bisa menjadi milik banyak subkultur. Gaya subkultur kuat ketika mereka melakukan kegiatan subkultur tetapi memakai gaya normal atau gaya ekstrim kurang melalui mana mereka masih bisa mengungkapkan identitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur gaya subkultur anak muda Korea mencerminkan identitas individu subkultur dalam simbolik dan cara implisit. Korea pemuda adalah generasi yang materialistis dan memiliki obsesi yang kuat dengan penampilan. Menghabiskan banyak lebih dari generasi tua, lebih suka merek asing, tempat penting pada penampilan, bersaing dengan yang baru tren, dan mengungkapkan identitas mereka melalui barangbarang modis dan penampilan (Seo, 2004). Gaya yang dapat menunjukkan dari tubuh mereka, wajah dan status daripada gaya yang bergaya di diri mereka sendiri. Bukan merupakan bagian besar dari gaya subkultur anak muda Korea, tetapi mereka biasanya memakai satu atau dua barang-barang mahal. Banyak anak muda mengatakan bahwa merek dan harga tidak penting, namun pada kenyataannya mereka cenderung untuk memakai barang dari desainer terkenal atau item yang mahal.

50

Melalui barang-barang tersebut, mereka menciptakan status yang penting bagi diri mereka sendiri dan tidak hanya merasakan rasa ikut memiliki untuk suatu subkultur tertentu, tetapi mengekspresikan diri mereka yang unik juga. Korea cenderung memiliki keinginan kuat untuk mengekspresikan gaya mereka sendiri karena diperlukan waktu lebih lama bagi mereka untuk menjadi mandiri secara finansial dari mereka orang tua dibandingkan dengan pemuda dari negara-negara lain. Kode gaya utama dari subkultur pemuda Korea fashion item umum yang memiliki makna simbolis. Misalnya, memakai topi bisball ke samping adalah gaya tapi mencerminkan pikiran unik hip hopper. Pemuda Korea tradisional memiliki kecenderungan groupist yang kuat, dan sangat patriotik terutama ketika menonton olahraga, dan ini mencerminkan identitas Korea dalam gaya subkultur.
2. Perlawanan

Kebanyakan, Pemuda Korea memiliki besar preferensi untuk pekerjaan yang stabil seperti bekerja di sebuah perusahaan besar. Anak muda Korea tahan terhadap sosial budaya konservatif, tapi masih lebih suka menghibur warna visual dan karena hal tersebut mereka suka memakai warna netral seperti hitam, putih atau abuabu, dan menggunakan warna dasar seperti biru dan merah untuk menambahkan pop warna pakaian mereka. Gaya subkultur

51

adalah alat yang baik atas perlawanan untuk anak muda Korea, yaitu yang memiliki tekanan yang kuat untuk menyesuaikan dan berhasil karena suasana sosial yang keras pada mereka yang berbeda. Subkultur dari anak muda Korea menyukai mencari kesenangan seperti subkultur pemuda negara-negara lain, tetapi terutama bertujuan untuk melarikan diri dari kehidupan seharihari. Misalnya melalui kehidupan malam atau memberontak, olahraga yang unik, dan menciptakan subkultur yang kuat dengan menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan anggota lain dari subkultur yang sama. Namun, pemuda Korea sadar mengejar stabilitas, sehingga bahkan jika mereka mengejar dibedakan budaya dari budaya mainstream, mereka cenderung memilih gaya yang tidak sebagian besar berbeda dengan tren mainstream. Misalnya, pemuda yang termasuk subkultur dapat memilih untuk memakai kacamata berwarna unik atau tebal aksesoris tapi mereka akan memakai mereka dengan skinny jeans yang sekarang di dunia fashion. Riders atau pengendara, memakai gaya simbolis item budaya ibu mereka, sedangkan geng biker memilih gaya yang kurang kuat dan dekoratif. 3. Identitas Seksual Gaya subkultur di masa lalu tradisional memiliki kecenderungan subkultur maskulin kuat karena sebagian besar dibentuk oleh pria dan kebanyakan laki-laki memberontak terhadap kelas

52

sosial atas (Leblanc, 2002), namun gaya subkultur hari ini tidak tentu maskulin karena subkultur baru termasuk yang dibentuk kebanyakan oleh perempuan. Menunjukkan bahwa pemuda hari ini lebih sensitif dan artistik dari masa lalu dan lebih mementingkan pribadi kepuasan dari pengakuan sosial. Oleh karena itu, kecenderungan feminin seperti siluet ramping dan warna feminin yang belum tentu memiliki tepi yang kuat seperti maskulin jaket kulit hitam telah tumbuh kuat. Gaya Subkultur di Korea terutama tidak bersandar kepada salah satu jenis kelamin, tetapi dibagi untuk gaya maskulin bagi laki-laki dan feminin gaya untuk perempuan. Mungkin karena ide-ide konfusianisme tradisional Korea yang nilai keluarga dan peran setiap orang dalam masyarakat, Korea memiliki keinginan kuat untuk menyesuaikan diri, dan peran laki-laki dan perempuan lebih jelas dibagi dari barat negara (Kim & Song, 2007). Gaya subkultur Wanita umumnya ketat dan laki-laki gaya subkultur, feminin termasuk warna maskulin dan pakaian sederhana. Identitas seksual dibagi jelas gaya subkultur jelas melalui gaya nightclubbers. Men show Pria menunjukkan dari kekayaan mereka dan status melalui pakaian sederhana dan sabuk mahal, sementara wanita memamerkan kecantikan dengan memakai warna feminin dan rok pendek. 4. Pengaruh Budaya Populer

53

Rock, musik dan budaya semata-mata untuk pemuda, muncul di tahun 1950-an ketika subkultur anak muda pertama mulai muncul, dan banyak subkultur dan gaya subkultur dibuat berdasarkan musik populer untuk anak muda (Chang, 1994), tetapi hari ini, pemuda banyak genre musik yang berbeda ada, dan banyak jenis budaya pemuda juga ada, termasuk olahraga, permainan dan kehidupan malam. Dengan demikian, subkultur pemuda hari ini dipengaruhi tidak hanya oleh musik populer tetapi lain. Unsur-unsur budaya populer, dan efek ini disajikan dalam gaya subkultur. Pemuda Korea dan Amerika hal mana seperti Eropa, ingin menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab. Mereka mengejar gaya yang nyaman dan citra Amerika Serikat, dan terutama dipengaruhi termasuk musik pop Amerika. Oleh karena itu, mereka saat ini suka memakai T-shirt, jins dan sepatu kets seperti pemuda Amerika, dan bahan-bahan alami seperti katun, denim dan rajutan.

4.3.4 Anak Muda Subkultur Styles sebagai Refleksi Masyarakat dan Generasi Muda Gaya subkultur anak muda Korea telah berevolusi dan berubah bersama dengan perubahan sosial dari waktu ke waktu, dan akan terus berubah di masa depan. Pemuda ingin hidup mandiri dan bersenang-senang, tetapi mereka merasa bahwa sosial sistem tidak

54

memungkinkan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Extreme tekanan sosial diterapkan untuk pemuda Korea ke dalam studi dan pekerjaan, dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Hanya yang terkuat dalam hal akademik dan keterampilan dapat bertahan hidup, dan kekayaan merupakan faktor penting dalam sebuah masyarakat yang materialistis modern. Pemuda merasa generasi tua menempatkan mereka dalam situasi ditekan, namun tidak memahami orang muda karena mereka berasal dari zaman sosial yang berbeda. Mengapa Korea subkultur anak muda mengejar simbol keunikan yang membedakan diri dari generasi lain dan massa, dan simbol kekayaan dan status dalam gaya mereka. Namun demikian, bukannya berdiri keluar terlalu banyak mereka lebih suka dan cukup konservatif gaya sederhana dibandingkan dengan gaya subkultur negara lain karena mereka dasar harus menyesuaikan diri dan diterima, yang berasal dari sisi groupist mereka, menanamkan melalui pendidikan Korea. Gaya subkultur anak muda Korea mencerminkan nilai-nilai kompleks pemuda, dan merupakan indeks yang berguna menunjukkan pikiran pemuda hari ini dan kemungkinan tren fashion anak muda masa depan pasar Korea, sebagai anggota dari subkultur memiliki efek pada pemuda mainstream dan budaya.

55

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan

56

Dari hasil penelitian kami, dapat disimpulkan bahwa makna dari tandatanda dalam fashion Korea sangat bekaitan dengan budaya di Korea itu sendiri.

Dari hasil penelitian kami, dapat disimpulkan bahwa fashion Korea memiliki makna semiotik

5.2 Saran

Dengan diketahui bahwa dapat disimpulkan bahwa makna dari tanda-tanda dalam fashion Korea sangat bekaitan dengan budaya di Korea itu sendiri, hendaknya diiperbanyak studi mengenai budaya Korea di Indonesia.

Dengan diketahui bahwa fashion Korea memiliki makna semiotik, hendaknya kita dalam mengadaptasi gaya fashion Korea memperhatikan masalah penempatan dalam budaya kita masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Cenadi, Christine Suharto. 1999. Elemen-elemen dalam Desain Komukasi Visual.


57

Nirmana Vol.1,No.1, Januari 1999.1 11 Kriyantono, Rahmat. 2006. Penelitian Komunikasi. Kusmiati,A, S. Pudjiastuti & P.Suptandar. 1999. Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan Pujiyanto, 2005. Strategi Pemasaran dalam Iklan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Wirya,I. 1999. Kemasan yang Menjual.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

58

You might also like