You are on page 1of 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. 1.

Tinjauan Umum Tentang Lansia Pengertian Usia Lanjut Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. (Notoatmodjo, 2007) Menurut WHO dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan

tersebut dihubungkan secara biologis, sosial dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lanjut usia adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Panjangnya harapan hidup penduduk usia lanjut perempuan berhubungan dengan pengaruh hormonal pada wanita usia reproduktif di mana hormon estrogen mempunyai peranan sebagai pelindung yang menyebabkan angka harapan hidup waktu lahir

untuk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Namun, pada lakilaki peranan estrogen sangat sedikit dan juga mempunyai beban kerja fisik yang lebih berat selain perilaku merokok dan kebiasaan makan yang kurang berimbang. Lebih rinci batasan penduduk lansia dapat dilihat dari aspekaspek biologi, ekonomi, sosial dan usia atau batasan usia yaitu : a. Aspek Biologi Ditinjau dari aspek biologi penduduk lansia adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai Hal penyakit ini yang dapat seiring

menyebabkan

kematian.

disebabkan

meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ. Proses penuaan berbeda dengan pikun (senila dementia) yaitu perilaku aneh atau sifat pelupa dari seseorang di usia tua. Pikun merupakan akibat dari tidak berfungsinya beberapa organ otak, yang dikenal dengan penyakit Alzheimer. b. Aspek Ekonomi Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia

dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya pembangunan. Warga tua dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan

pekerjaan,

produktivitasnya lebih rendah

sudah

menurun pekerja

dan usia

pendapatannya

dibandingkan

produktif. Akan tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas rendah. c. Aspek Sosial Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok sosial tersediri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Di masyarakat tradisional di Asia seperti Indonesia, penduduk lansia

menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat yang usianya lebih muda. d. Aspek Umur Departemen Kesehatan membuat pengelompokan seperti di bawah ini : 1) Kelompok pertengahan umur Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun). 2) Kelompok usia lanjut dini Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun). 3) Kelompok usia lanjut Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas)

4) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi Kelompok berusia yang lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil menderita penyakit berat atau cacat.

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur antara lain :
a. Menurut Masdani dalam Nugroho (2000) Mengatakan lanjut usia

merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian : 1) Fase iuventus antara 20-40 tahun 2) Fase verilitas antara 40-50 tahun 3) Fase prasenium antara 55-65 tahun 4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
b. Menurut Setyonegoro dalam Nugroho (2000) pengelompokkan

lanjut usia sebagai berikut :


1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) yaitu 18-25 tahun 2) Usia dewas penuh (middle years) atau maturitas yaitu 25-

60/65 tahun

10

3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65/70. Terbagi untuk umur

70-75 tahun (young old) 75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old) c. Menurut Undang-undang No.4 tahun 1965 pasal 1 bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun,tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. 2. Proses Menua Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologi yang terdiri dari tiga fase, yakni fase progresif, fase stabil dan fase regresi (Depkes RI, 1995). Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung sepanjang masa hidupnya sejak bayi hingga dewasa sampai masa tua. Di dalam struktur anatomis Proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan(Depkes RI, 2003) 3. Problema Usia Lanjut Saat Ini Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini membuat jumlah penduduk usia lanjut semakin

11

meningkat.

Ini

menimbulkan

permasalahan

tersendiri

yang

menyangkut aspek kesehatan dan kesejahteraan lansia. Aspek kesehatan pada lansia ditandai dengan adanya perubahan faali akibat proses menua meliputi : (Pedoman

Pembinaan Kesehatan Usila, Depkes, 2005). a Gangguan penglihatan, yang biasanya disebabkan oleh

degenerasi makular senilis, katarak dan glaukoma. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut : 1) senilis Penyebab penyakit ini belum diketahui namun dapat dicetuskan oleh rangsangan cahaya berlebihan. Kelainan Degenerasi makular

ini mengakibatkan distrosi visual, penglihatan menjadi kabur serta dapat timbul distrosi persepsi visual. 2) Katarak Katarak pada lansia dapat diakibatkan oleh pengobatan steroid yang lama, trauma maupun radiasi. Bila tidak ditemukan penyebabnya, biasanya disebut idiopatik akibat proses menua. 3) Glaukoma Peningkatan tekanan di dalam bola mata dapat terjadi secara akut maupun mendadak. Gejalanya adalah kabur penglihatan disertai nyeri, pusing, muntah dan kemerahan pada mata.

12

b. Gangguan pendengaran, gangguan ini meliputi presbikusis (gangguan komunikasi. pendengaran pada lansia) dan gangguan

1)

Presbikusis Gangguan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Laki-laki umumnya lebih sering menderita presbikusis

daripada perempuan. 2) Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi dapat timbul akibat pembicaraan terjadi dalam interferensi karena terganggu suara lain, sumber suara mengalami ditorsi dan kondisi akustik ruangan yang tidak sempurna seperti ruang pertemuan yang berdinding mudah memantulkan suara. c. Perubahan komposisi tubuh Dengan bertambahnya usia maka massa bebas lemak (terutama terdiri atas otot) berkurang 6,3% berat badan per dekade seiring dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Masa air mengalami penurunan sebesar 2,5% per dekade. d. Saluran cerna

13

Dengan bertambahnya usia maka jumlah gigi berangsur angsur berkurang karena tanggal atau ekstraksi atas indikasi tertentu. Ketidaklengkapan kenyamanan alat makan cerna serta mekanik membatasi tentu jenis

mengurangi

makanan yang dapat dimakan. Produksi air liur dengan berbagai jenis enzim yang terkandung di dalamnya juga mengalami penurunan. Selain mengurangi kenyamanan

makan, kondisi mulut yang kering juga mengurangi kelancaran saat makan. e. Hepar Hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia 80 tahun ke atas, sehingga obat-obatan yang memerlukan proses metabolisme pada organ ini harus ditentukan dosisnya secara seksama agar para lansia terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan. f. Ginjal Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui air seni. Darah masuk ke ginjal kemudian disaring oleh unit terkecil yang disebut nefron. Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesa 5-7% per dekade mulai usia 25 tahun. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui air seni termasuk sisa obat-obatan. g. Sistem kardiovaskular

14

Perubahan pada jantung dapat terlihat dari bertambahnya jaringan kolagen, ukuran miokard bertambah, jumlah miokard berkurang dan jumlah air jaringan berkurang. Selain itu, akan terjadi pula penurunan jumlah sel-sel pacu jantung serta serabut berkas His dan Purkinye. Keadaan tersebut akan mengakibatkan menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi miokard disertai memanjangnya waktu pengisian diastolik. Hasil akhirnya adalah berkurangnya fraksi ejeksi sampai 10-20%. h. Sistem pernafasan Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan penambahan usia. Sendi-sendi tulang iga akan menjadi kaku. Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dekade serta berkurangnya kapasitas vital. Sistem pertahanan yang terdiri atas gerak bulu getar, leukosit dan antibodi serta refleks batuk akan menurun. Hal tersebut menyebabkan warga usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi. i. Sistem hormonal Produksi testosteron dan sperma menurun mulai usia 45 tahun tetapi tidak mencapai titik nadir. Pada usia 70 tahun, seorang laki-laki masih memiliki libido dan mampu melakukan kopulasi. Pada wanita, karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah maka kadar estrogen akan sangat menurun setelah menopause (45-50 tahun). Keadaan ini menyebabkan dinding

15

rahim menipis, selaput lendir mulut rahim dan saluran kemih menjadi kering. Pada wanita yang sering melahirkan keadaan di atas akan memperbesar kemungkinan terjadinya

inkontinensia. j. Sistem muskuloskeletal Dengan bertambahnya usia maka jelas terhadap sendi dan sistem muskuloskeletal semakin banyak. Sebagai

resporeparatif maka dapat terjadi pembentukan tulang baru, penebalan selaput sendi yang berkurang dapat diperberat pula dengan tendon yang semakin kaku. 4. pada lansia Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah : a. Perubahan atau kemunduran biologis
1)

Perubahan-perubahan

yang

terjadi

Kulit yaitu kulit menjadi tipis ,kering,keriput dan tidak elastis lagi. Fungsi kulit sebagai sebagai penyekat suhu tubuh lingkungan terganggu. dan perisai terhadap masuknya kuman

2)

Rambut yaitu rontok berwarna putih kering dan tidak mengkilat. Hal ini berkaitan dengan perubahan degenerative kulit

3) 4)

Gigi mulai habis Penglihatan dan pendengaran berkurang

16

5) 6)

Mudah lelah,gerakan menjadi lamban dan kurang lincah Kerampingan tubuh menghilang disana-sini terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan panggul

7)

Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh darah penting khusus yang di jantung dan di otak mengalami kekakuan. Lapisan intim menjadi kasar akibat

merokok,hipertensi,diabetes mellitus,kadar kolesterol tinggi dan lai-lain yang memudahkan timbulnya pengumpulan darah 8) Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif

b. Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik


c.

Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang terjadi pada masa tuanya yang pertama dilupakan adalah namanama.

d. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau

tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah menyempit. 5. Ukuran Kemandirian Di dunia maju kemandirian Lanjut Usia dijelajahi dengan kemampuannya untuk melakukan aktivitas normal sehari hari. Apakah mereka dapat tanpa bantuan bangun, mandi, ke WC, kerja

17

ringan , olahraga, pergi kepasar, pakaian rapi, membersihkan kamar, tempat tidur, lemari, mengunci pintu dan jendela dan lain-lain yang normal dilakukan olehnya dalam masa muda, potensi seksual juga termasuk didalamnya. Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri maka para lanjut usia dapat digolongkan dalam kelompok-kelompok sebagai berikut (Depkes RI 1993) : a. Lanjut Usia mandiri sepenuhnya
b. Lanjut Usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya

c. Lanjut Usia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung d. Lanjut Usia dibantu oleh badan sosial e. Lanjut Usia panti wreda f. Lanjut Usia yang dirawat di Rumah Sakit g. Lanjut Usia yang menderita gangguan mental
6.

Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan di usia lanjut meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lanjut Usia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lanjut Usia atau

18

catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di puskesmas (Depkes RI 2002). Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Lanjut Usia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a b

Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional.

Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT).

e Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop


f

Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan Talquist, sahli atau Cuprisulfat.

Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula(diabetes mellitus).

Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

19

Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir a hingga g.

Penyuluhan bisa dilakukan didalam maupun diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu atau kelompok lanjut usia.

Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Pemberian makanan tambahan (PMT) dan penyuluhan.

m Legiatan olah raga antara lain senam lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
7.

Teori Motivasi Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang

a.

menggerakkan kita untuk berprilaku tertentu. Oleh karena itu dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. b. Jenis Motivasi Dalam mempelajari motivasi kita dapat membagi dua jenis motif, yaitu motif biologis dan motif sosial. Motif biologis adalah motif yang tidak kita pelajari dan sudah ada sejak kita lahir, misalnya rasa

20

lapar, haus dan seks. Sedangkan motif sosial adalah motif yang kita pelajari, atau tidak bawa sejak lahir, misalnya motif untuk mendapatkan penghargaan, motif untuk berkuasa. 1. Motif Motivasi motif bilogis ini bersumber dari keadaan sosiologis dari tubuh manusia.berbagai kebutuhan biologis antara lain rasa lapar, haus, seks, pengaturan suhu tubuh, tidur, menghindari rasa sakit, dan kebutuhan akan oksigen 2. Motif Sosial Motif sosial adalah salah satu dorongan untuk bertindak yang tidak kita pelajari, namun kita pelajari dalam kelompok sosial dimana kita hidup. Motif sosial ini umumnya kompleks dan menyangkut pada keadaan umum yang mempengaruhi

munculnya berbagai perilaku kebutuhan sosial ini adalah kebutuhan yang tidak akan terpuaskan, karena jika sudah tercapai tujuannya, maka kebutuhan ini akan mengarahkan perilaku kita pada tujuan yang lain lagi. Dukungan sosial didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Kuntjoro, 2002) sebagai informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan

21

hidup,orang tua, saudara, tetangga dan termasuk teman sejawat (prawitasari,1994) B. TINJAUAN UMUM TENTANG POSYANDU 1. Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan perwujudan dan dari keluarga peran berencana. serta Kegiatan posyandu adalah dan

masyarakat

dalam

menjaga

meningkatkan derajat kesehatan mereka. Sedangkan posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000). 2. Tujuan Posyandu Lansia

Adapun tujuan dari dibentuknya Posyandu Lansia menurut Azrul (1998) yaitu : a. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung. b. Memelihara kemandirian secara maksimal c. Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai d. Melaksanakan pengobatan secara tepat e. Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik dan spiritual f. Sebagai sarana unuk menyalurkan minat lansia g. Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia

22

h. Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan. 3. Manfaat Posyandu Lansia

Menurut Depkes RI (2000) manfaat dari posyandu lansia adalah : a. b. c. luang. 4. Posyandu Lansia Lima upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain : a. Upaya Upaya meningkatkan / Promosi Kesehatan meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya Upaya-upaya yang dilakukan dalam Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar Kesehatan rekreasi tetap terpelihara Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu

merupakan upaya mencegah primer (primary prevention). Menurut Suyono (1997) ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk pesan BAHAGIA yaitu : 1) Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi 2) Aturlah makanan hingga seimbang 3) Hindari faktor resiko penyakit degenerative 4) Agar terus berguna dengan mempunyai hobby yang bermanfaat 5) Gerak badan teratur agar terus dilakukan

23

6) Iman dan takwa terus ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan 7) Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodic. b. Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

meliputi kegiatan peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama). Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini memberi kesempatan mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa. c. 1) usia Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara membentuk suatu pertemuan yang diadakan disuatu tempat tertentu atau cara tertentu misalnya pengajian rutin, arisan pertemuan rutin, mencoba memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat sederhana dan dini. 2) 3) 4) Penyuluhan gizi Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga Olahraga Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi Pemberian pelayanan keehatan melalui klinik lanjut

Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang apabila dilakukan secara baik dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

24

5) d.

Rekresi. Peningkatan ketrampilan

Kesenian, hiburan rakyar dan rekreasi merupakan kegiatan yang sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bias

mendatangkan rasa gembira tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau usia lanjut yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa. Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi : 1) Demonstasi ketrampilan lansia membuat kerajinan 2) Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan 3) Latihan kesenian bagi lansia e. Upaya pencegahan/prevention

Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada : 1) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit 2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention)

ditujukan kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit hingga timbulnya gejala atau keluhan 3) Upaya pencegahan tertier (tertiary prevention) ditujukan kepada penderita penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan gejala penyakit.

25

f.

Penyelenggaraan Posyandu Lansia posyandu lansia dilaksanakan oleh kader

Penyelenggaraan

kesehatan yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang dokter, bidan atau perawat. Menurut Budiono (1997) penyelenggaraan posyandu lansia

dilakukan dengan system 5 meja meliputi : 1) Meja satu untuk pendaftaran 2) Meja dua untuk penimbangan 3) Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia 4) Meja empat untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat dilaksanakan secara perorangan maupun secara kelompok 5) Meja lima untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan fisik. g. Masalah-masalah dalam Posyandu Lansia 1) Daerah-daerah tertentu sudah memegang teguh prinsip bahwa posyandu tiap bulan harus terdiri dari 5 (lima) pogram bahwa yang dilaksanakan pula dengan 5 meja, karena tenaga professional yang membina terbatas, maka hanya

dikembangkan satu posyandu perdesa dengan kegiatn lima program lengkap, sehingga dapat didatangi tenaga professional setiap bulan

26

2) Beberapa daerah berinisiatif untuk melakukan modifikasi kegiatan posyandu. Tenaga professional puskesmas yang ada dibagi sedemikian rupa sehingga dapat mengunjungi semua posyandu yang ada walaupun tidak setiap bulannya. Dengan demikian semua pos dapat dibina dan diberi pelayanan professional dengan kegiatan mengikuti pola lima meja meskipun tidak menjalankan sepenuhnya kelima

kegiatan(dalam hal ini kelima kegiatan tidak dilakukan tiap bulan tetapi dalam 2 atau 3 bulan sekali) dengan demikian jumlah penduduk yang dicakup lebih banyak dan peran serta masyarakat yang berkembang. Berdasarkan kebijaksanaan pemerintah, pengembangan jumlah posyandu usia lanjut harus cepat sehingga proses penyiapan masyarakat berupa survey mawas diri, musyawarah masyarakat desa, pelatihan kader posyandu berjalan tidak intensif. Kader dipilih dengan penunjukkan dan pelatihan kader dilaksanakan dalam tempo singkat yang berakibat banyak kader posyandu kurag cakap melakukan penyuluhan perorangan di meja empat. C. PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA 1. Determinan Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan a Model Anderson sudah tumbuh tetap terpelihara serta

27

Menurut model ini keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh (Greenley, 1980) : 1. sesorang untuk Komponen Predisposisi (pendorong) menggunakan pelayanan kesehatan.

Komponen ini disebut predisposising karena faktor-faktor pada komponen ini menggambarkan karakteristik perorangan yang sudah ada sebelum seseorang ini memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2.

Komponen seseorang untuk

Enabling

atau pelayanan

kemampuan

menggunakan

kesehatan. Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan atau

pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2005). 3. Komponen Need atau kebutuhan

seseorang akan pelayanan kesehatan. b Model Lawrence Green Kesehatan seorang individu maupun sebuah masyarakat akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor diluar perilaku tersebut. Faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor sebagai berikut :

28

1.

Faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilainilai


2.

Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersediannya fasilitas atau sarana kesehatan
3.

Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas yang

memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku masyarakat. D. TINJAUAN UMUM TENTANG PERILAKU 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis , perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh tumbuhan, binatang sampai manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari

29

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau

aktifitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku kesehatan pada dasarnya dapat diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan juga dapat diartikan sebagai perilaku manusia yang mencakup tingkah laku budaya masyarakat dan perilaku perorangan yang erat hubungannya dengan masalah status kesehatan

masyarakat atau perorangan (Depkes RI, 2003). Pengertian lain tentang perilaku menerangkan bahwa perilaku pengalaman serta

manusia merupakan hasil dari segala macam

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan yang dapat bersifat pasif atau aktif. Bersifat pasif (tanpa tindakan) seperti berpikir, bersikap, berpendapat. Sedangkan yang bersifat aktif (melakukan tindakan) seperti bertindak dan melakukan sesuatu. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah

respon individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dalam diri yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.

30

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain (ranah/kawasan), yang terdiri dari : ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotor. Dalam perkembangannya teori Bloom ini selanjutnya dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : a. Pengetahuan (knowledge) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. b. Sikap (attitude) tentang reaksi atau respon responden terhadap pengetahuan yang diberikan. c. Praktik atau tindakan (practice) dari responden

sehubungan dengan materi pengetahuan yang diberikan Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung

yakni dengan wawancara terhadap kegiatan kegiatan responden yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), mencoba

menganalisis perilaku manusia, berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa perilaku seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

31

Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari tiga faktor, yaitu : 1) predisposisi (predisposing factors) Merupakan faktor faktor yang mempermudah atau Faktor

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain : pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, niat, nilai nilai dan sebagainya. 2) pendukung (enabling factors) Merupakan faktor faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang. Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas fasilitas atau sarana sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat obatan, alat alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. 3) penguat (reinforcing factors) Adalah faktor faktor yang mendorong atau memperkuat apakah tindakan atau perilaku memperoleh dukungan atau tidak. Faktor pendorong merupakan faktor penyerta perilaku yang memberikan ganjaran, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi memantap dan lenyapnya perilaku itu. Yang termasuk dalam faktor ini adalah tenaga kesehatan, tokoh masyarakat atau keluarga. 2. Jenis Perilaku Faktor Faktor

32

Ada 3 jenis perilaku, yaitu : a. Perilaku Ideal (Ideal Behaviour) Adalah tindakan yang bisa diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah. b. Perilaku yang sekarang (Current Behaviour) Adalah perilaku yang dilaksanakan saat ini dan dapat diobservasi atau diwawancarai. Perilaku yang sama atau bertentangan nanti perlu dianalisis untuk mengetahui seperti itu saat ini. mengapa mereka berperilaku

c.

Perilaku yang diharapkan (Feasible Behaviour) Perilaku ini diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran. Karena itu disebut juga dengan target behaviour yang akan dituju (Depkes RI, 2003).

3. Perubahan Perilaku Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku mereka, seperti : a. Rangsangan Fisik Rangsangan yang bersumber pada keadaan seseorang pada suatu saat, dan juga rasa takut terhadap keadaan yang tidak enak di masa mendatang dan pengalaman buruk dimasa lampau.

33

b. Rangsangan Rational Rangsangan bersumber dari pengetahuan dan alasan alasan yang dimiliki oleh yang bersangkutan dengan catatan bahwa yang bersangkutan melihat bukti bukti nyata (Depkes RI, 2003). 4. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

orang yang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Soekidjo (2005), Indikator indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran seseorang terhadap penyakit atau kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi : 1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : a. b. c. Penyebab penyakit Gejala atau tanda tanda penyakit Bagaimana cara pengobatannya, atau kemana mencari pengobatan untuk penyembuhan d. e. Bagaimana cara penularannya Bagaimana cara pencegahan dan sebagainya.

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat. 3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

34

Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). 4. Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),

didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. stimulus. c. Evaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi d. e. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers Interest, yakni orang mulai tertarik kepada

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau

35

adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran, maka tidak akan berlangsung lama. 5. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan Memahami

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

36

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipejari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan Analisis Aplikasi

materi atau suatu objek kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

37

Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada. 5. Pengertian Sikap Sikap adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya). Cambell (1950) dalam Notoatmodjo (2005)

mendefinisikan bahwa sikap adalah kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. 1. Komponen Pokok Sikap Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok : a. Kepercayaan b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek c. Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting. 2. Berbagai Tingkatan Sikap Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan a. Menerima (receiving)

38

Menerima

diartikan

bahwa

orang

subjek)

mau

dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Thrustone (1928) dan Likert (1932) mendefinisikan sikap secara operasional sehingga sikap dapat diukur. Likert kemudian memperkenalkan skala pengukuran yang kelak disebut skala Likert. Skala tersebut sering dicantumkan dalam daftar pertanyaan atau wawancara untuk mengetahui respons kelompok yang diteliti.

39

Misalnya,

para

dosen

melakukan

evaluasi

terhadap

tingkat

kepandaian mahasiswa, frekuensi ke Posyandu dalam tiga bulan terakhir, sikap terhadap layanan Puskesmas, dan lain-lain. 6. Pengertian Tindakan Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan(praktik), sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktek atau tindakan daat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu : a. Praktek terpimpin Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. Misalnya seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktek atau tindakan terpimpin. b. Apabila Praktek secara mekanisme subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktek atau tindakan mekanis. Misalnya seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh ibunya. c. Adopsi Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas

40

atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi,atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi melainkan dengan teknik teknik yang benar. Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya. Untuk mengukur pengetahuan kesehatan secara langsung adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung

(wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan Informan tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok informan atau masyarakat tentang variable-variabel atau komponen kesehatan (Notoadmojo,2005).

E. KERANGKA TEORI Berdasarkan teori tentang Perilaku, maka perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, niat dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas fasilitas

41

atau sarana dan prasarana kesehatan seperti puskesmas atau Rumah Sakit , obat obatan maupun tindakan (perilaku) dan sikap petugas kesehatan, tokoh masyarakat serta peran keluarga juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku seseorang. Adapun kerangka teori dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1.Kerangka Teori Faktor Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Keyakinan - Niat - Nilai Nilai Faktor Pendukung - Fasilitas / Sarana Kesehatan - Lingkungan Fisik Faktor Pendorong - Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan - Tokoh Masyarakat
(Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2005).

Perilaku

You might also like