You are on page 1of 32

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP EFEK SAMPING METODE KONTRASEPSI DIDESA KOTO TINGGI KABUPATEN KERINCI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 2009). Kebijakan Keluarga Berencana di Indonesia dimulai dari tahun 1968 dengan didirikannya Lembaga Keluarga Berencanan Nasional (LKBN) dan pada tahun 1970 disempurnakan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang sampai sekarang tetap berdiri sebagai sebuah lembaga pemerintah yang khusus dalam penanganan Keluarga Berencana (BKKBN Jawa Timur; 2010). Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (WHO;2008). Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB IUD diantaranya dipengaruhi oleh hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi.Untuk mempunyai sikap yang positif tentang efek samping KB diperlukan

pengetahuan yang baik,demikian sebaliknya bila pengetahuan dan sikap kurang baik maka kepatuhan menjalani program KB berkurang. Sehubungan dengan kondisi di atas penulis merasa perlu meneliti hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi.Dengan pertimbangan banyaknya akseptor KB yang tidak memakai KB dengan alasan KB dapat merusak organ

tubuhnya,dikarenakan efek samping pemakaian KB tidak pernah dialami sebelumnya.Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan akan mempermudah dan mendukung keberhasilan program keluarga berencana,oleh sebab itulah saya tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat diasumsikan permasalahan kurangnya pengetahuan akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi, sehingga apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi dengan pemakaian kontrasepsi diDesa Koto Tinggi Kabupaten Kerinci.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui dan mempelajari hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi di Desa Koto Tinggi Kabupaten Kerinci. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkat pengetahuan akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi di Desa Koto Tinggi Kabupaten Kerinci b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang efek samping alat kontrasepsi di Desa Koto Tinggi Kabupaten Kerinci c. Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi di Desa Koto Tinggi Kabupaten Kerinci

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Untuk mendapatkan tambahan teori tentang efek samping metode kontrasepsi,dalam rangka mensukseskan program Keluarga Berencana untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. 1.4.2. Manfaat Aplikatif 1.4.2.1. Tenaga Kesehatan (Khususnya bidan) Diharapkan dapat sebagai gambaran awal pengetahuan akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi,sehingga dapat meningkatkan pengetahuan akseptor KB. 1.4.2.2. Bagi Institusi pendidikan Sebagai sumber referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 1.4.2.3. Bagi institusi penelitian Diharapkan dapat sebagai masukan kepada masyarakat terutama pada akseptor KB tentang pentingnya pengetahuan terhadap efek samping metode kontrasepsi untuk kesejahteraan keluarga. 1.4.2.4. Bagi peneliti Diharapkan dari penelitian ini peneliti bisa mengaplikasikan ilmu riset dan ilmu lainnya yang telah dipelajari di bangku kuliah dan mendapatkan pengalaman dalam penelitian.

1.4.2.5. Penelitian Selanjutnya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai panduan awal dalam melakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut mengenai keluarga berencana.

1.5 Ruang Lingkup

Banyak faktor yang menyebabkan

program keluarga berencana tidak berjalan lancar,

diantaranya dikarenakan kurangnya pengetahuan dan sikap akseptor KB terhadap efek samping metode kontrasepsi.

Namun, pada penelitian ini peneliti membatasi dengan hanya meneliti 2 faktor yang dijadikan variael independen yaitu pengetahuan dan sikap akseptor KB. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah efek samping metode kontrasepsi di Desa Koto Tinggi Kabupaten Kerinci.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Keluarga Berencana 1.1. Pengertian \ Keluarga Berendana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak.Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk mengindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi.(Widiantoro,2009) Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu,menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,Mendapatkan kelahiran yang diinginkan,mengatur interval diantara kelahiran,menentukan jumlah anak dalam keluarga.(Sarohan Pinem 2009) Keluarga berencana adalah bupaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera(UUNo.10tahun1992) 1.2. Metode Kontrasepsi 1.2.1 Metode Amenorea laktasi (MAL) MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu(ASI)secara eksklusif,artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainya.MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:menyusui secara penuh,umur bayi kurang dari 6 bulan,Efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.Cara kerjanya dengan penundaan atau penekanan ovulasi. 1. Keuntungan Kontrasepsi a) b) c) d) e) f) Efektifita tinggi(keberhasilan 98% pada 6 bulan pascapersalinan Tidak mengganggu senggama Tidak ada efek samping secara sistemik Tidak perlu pengawasan medis Tidak perlu obat atau alat Tanpa biaya

2. Keuntungan Non Kontrasepsi a) Untuk Bayi y y y Mendapatkan kekebalan pasif Sumber asupam gizi yang baik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air,susu lain atau formula,atau alat minum yang dipakai

b) Untuk Ibu y y y Mengurangi perdarahan pasca persalinan Mengurangi resiko anemia Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi

3. Yang Dapat Menggunakan MAL Ibu yang menyusui secara eksklusif,bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapatkan haid setelah melahirkan. 4. Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL y y y y Sudah mendapatkan haid setelah bersalin Tidak menyusui secara eksklusif Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam

1.2.2 Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) Metode KBA efektif bila dipakai dengan tertib,tidak ada efek samping,tetapi ibu harus belajar untuk mengetahui kapan masa suburnya tiba dan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur ibu atau melakukan sanggama untuk mendapatkan kehamilan. 1.2.2.1 Macam-macam KBA a. Metode Kalender Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. I. Tekhnik Metode Kalender Mengurangi 18 hari dari siklus terpendek, untuk menentukan awal dari masa subur dan mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir dari masa subur. Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi:

a) Ovulasi terjadi pada hari ke-14 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya. b) Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari. c) Ovum hidup selama 24 jam Dengan demikian apabila siklus seorang wanita berlangsung antara 28-35 hari, maka masa subur mulai pada hari ke-8 dan berakhir pada hari ke-24. Cara metode kelender merupakan cara yang kurang efektif yang sudah tidak dianjurkan lagi hal ini disebabkan oleh kegagalan yang cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama. II. Efektifitas Angka kegagalan 14.4-47 kehamilan pada 100 wanita per tahun

b. Metode suhu basal (Termal) I. Dasar: Peninggian suhu basal badan 0.2 0.5 C pada waktu ovulasi. Peninggian suhu basal

badan mulai dari 1-2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh peninggian kadar hormon progesterone.

II.

Tehnik metode suhu basal a) Ukur suhu ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangkit dari tempat tidur) dan catat suhu ibu pada kartu yang disediakan.

b) Pakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal, rendah. Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain. c) Tarik garis pada 0,05 0,1 C di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini

dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis suhu. d) Untuk menjadi indikasi adanya ovulasi peningkatan suhu harus menetap selama 3 hari dan harus meningkat sebesar paling sedikit 0.2 C paling tidak pada satu hari. e) Pantang sanggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari ketiga berturut-turut setelah suhu berada di atas garis pelindung (cover line) f) Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersanggama sampai hari pertama haid berikutnya. g) Pengukuran dilakukan secara oral (3 menit), rektal ( 1 menit) dan vaginal

III. -

Catatan: Pada beberapa kasus, kadang SBB sama sekali tidak meninggi selama masa ovulasi, atau kadang-kadang dudah meninggi pra-ovulasi. Demikian pula pada silkus haid yang an-ovulatoir, SBB tidak meninggi, dan ini ditemukan pada gadis muda, klimakterium, segera post partum/post abortus, laktasi Bila tidak terjadi fertilisasi, corpus luteum akan berhenti bekerja, produksi hormon progesteron turun, dan akhirnya suhu basal badan menurun lagi.

IV.

Efektifitas: Angka kegagalan 0.3 6.6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.

c.Metode Lendir Serviks (Metode Ovulasi Billings/MOB) i. Dasar Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. Pada tiap siklus haid diproduksi 2 masam lendir serviks oleh sel-sel serviks, yaitu:

1. Lendir Type-E (Estrogenik) a) Di produksi pada fase akhir pra-ovulasi dan fase ovulasi b) Sifat : banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis (fernlike patterns) c) Spermatozoa dapat menembus lendir ini. 2. Lendir Type G (Gestagenik) a) Diproduksi pada awal pra ovulasi dan setelah ovulasi. b) Sifat: kental, viskositas tinggi, keruh c) Dibuat karena peninggian kadar progesterone. d) Spermatozoa tidak dapat menembus lendir ini.

ii. Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30 hari) a. Fase 1 (hari 1-5) 1. Terjadi saat haid, lendir dapat ada atau tidak dan tertutup oleh darah haid. 2. Perasaan wanita : basah atau licin b. Fase 2 (hari 6-10) a. b. pasca haid, tidak ada lendir atau hanya sedikit sekali perasaan wanita kering

c. Fase 3 (hari 11-13) 1) awal pra ovulasi, lendir keruh, kuning atau putih dan liat 2) perasaan wanita liat atau lembab d. Fase 4 (hari 14-17) 1) segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi. 2) lendir bersifat jernih, licin, basah dan dapat diregangkan 3) hari terakhir dari fase ini dikenal sebagai gejala puncak (peak-symptom) 4) perasaan wanita lubrikatif dan/ basah e. Fase 5 (hari 18-21) 1) pasca ovulasi

2) lendir sedikit keruh dan liat 3) perasaan wanita liat dan/ lembab f. Fase 6 1) akhir pasca ovulasi atau segera pra-haid 2) lendir jernih seperti air 3) perasaan wanita: liat/lembab/basah iii. Instruksi kepada klien a) Ibu dapat mengenali masa sibur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tissue di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering/basah. b) Untuk menggunakan MOB ini, seorang wanita harus belajar menganali pola kesuburan dan pola dasar ke-tidak-suburan. Untuk menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh tidak bersanggama pada satu siklus haid, untuk mengetahui pola kesuburan dan pola ketidak suburan. c) Suatu catatan yang sederhana dan tepat adalah kunci untuk keberhasilan. Contoh kode yang dipakai untuk mencatat kesuburan: 1) Pakai tanda M atau merah untuk menandakan perdarahan (haid) 2) Pakai huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering 3) Gambar suatu tanda S atau biru untuk memperlihatkan lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur. 4) Pakai huruf L atau warna kuning untuk memperlihatkan lendir yang tak subur yang kental, putih, keruh dan lengket. 5) Sensasi : lembab, lengket, basah, licin 6) Penampakan pada tissue: putih, krem, berawan, atau transparan 7) Tes dengan jari: lengket, membenang, atau elastis.

Contoh metode ovulasi billings

Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes dengan jari tangan. Sensasi pada vulva Lembab atau lengket Tes dengan jari Penampakan Lendir awal, sedikit, tebal, putih, lengket.

basah

Lendir masa transisi Jumlahnya meningkat, lebih tipis, berawan, sedikit elastis

Licin

Lendir dengan kesuburan tinggi, jumlah banyak, tipis, transparan, elastis

iv. Untuk menghindari kehamilan a) Lendir mungkin berubah pada hari yang sama, periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan sangat basah waktu siang. Setiap malam sebelum tidur, tentukan tingkat yang paling subur dan beri tanda. b) Pantang sanggama untuk paling sedikit satu siklus sehingga ibu akan kenali harihari lendir. c) Hindari sanggama pada waktu haid d) Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersanggama selang satu malam (aturan selang-seling). Ini akan menghindari ibu bingung dengan cairan sperma dan lendir. e) Segera setelah ada lendir jenis apapun juga hindari sanggama. v. Untuk mencapai kehamilan Bersanggama pada setiap siklus pada hari-hari terdapat lendir yang terasa mulur, basah dan licin. vi. Efektifitas Angka kegagalan 0.4-39.7 kehamilan pada 100 wanita pertahun 1.2.3 Metode Hormonal 1.2.3.1 PIL 1. PIL Kombinasi A. Profil a. Efektif dan reversibel b. Harus diminum setiap hari c. Pada bulan-2 pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak tidak berbahaya & segera akan hilang d. Efek samping serius jarang terjadi e. Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yg sudah/belum punya anak f. Dapat diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil. g. Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui h. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

B. Jenis a. Monofasik 21 tablet mengandung hormon estrogen / progestin dalam dosis yg sama. 7 tablet tanpa hormon aktif b. Bifasik 21 tab mengandung h. estrogen/progestin dalam 2 dosis berbeda 7 tab tanpa hormon aktif c. Trifasik 21 tab mengandung h. estrogen/progestin dalam 3 dosis berbeda 7 tab tanpa hormon aktif C. Cara Kerja a. Menekan ovulasi b. Mencegah implantasi c. Mengentalkan lendir serviks sulit dilalui sperma

d. Pergerakan tuba terganggu sehingga mengganggu transportasi sel telur D. Manfaat a. Efektifitas tinggi (kegagalan 1/1000) b. Resiko thd kesehatan sangat kecil c. Tidak mengganggu hubungan seksual d. Siklus hai mjd teratur, jumlah darah haid e. Berkurang ( mencegah anemia), tidak f. Terjadi nyeri haid. g. Dapat digunakan dalam jangka panjang. h. Dapat digunakan sejak usia remaja i. Hingga menopause

j. Mudah dihentikan setiap saat k. Kesuburan segera kembali setelah l. Penggunaan pil dihentikan m. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi n. Membantu mencegah: kehamilan ektopik,kanker ovarium,Kanker endometrium,Penyakit radang panggul, Kelainan jinak pada payudara, Kista ovarium,Disminore dan Akne E. Yang dapat menggunakan PIL kombinasi Prinsip:Hampir semua ibu dapat menggunakan Pil Kombinasi a. Usia reproduksi b. Telah atau belum memiliki anak c. Gemuk atau kurus d. Menginginkan metoda kontrasepsi dg efektivitas tinggi e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui f. Pascakeguguran g. Anemia karena haid berlebihan h. Disminorea hebat i. Siklus haid tidak teratur j. Riwayat kehamilan ektopik k. Kelainan payudara jinak F. Kontraindikasi a. Hamil atau dicurigai hamil b. Menyusui eksklusif c. Perdarahan pervaginam yg belum diketahui penyebabnya d. Penyakit hati akut (hepatitis) e. Perokok dengan usia 35 th f. Riwayat penyakit jantung, stroke atau TD 180/110 mmHg g. Riwayat diabetes atau ggn pembekuan darah 20 th h. Kanker payudara atau dicurigai

i. Migren dan gejala neurologiok (epilepsi/riwayat) j. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setipa hari G. Efek Samping PIL Kombinasi a. Amenorea a) periksa dalam atau tes kehamilan, bila klien hamil hentikan pemakaian.biasanya tidak datang haid kemungkinan besar karena kurang adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium. b) Tidak perlu pengobatan khusus, coba berikan pil dengan dosis estrogen 50 g, atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin dikurangi. b. Perdarahan diluar haid (spotting break through bleeding)
a) b) tes kehamilan, atau lakukan pemeriksaan ginekologik. bila ringan tidak perlu dikhawatirkan jelaskan ini hal biasa yang terjadi dalam 3 bulan pertama, akan menghilang setelah beberapa waktu.

c)

bila tdk hilang ganti denga pil yang mengandung estrogen lebih tinggi (50 g) sampai perdarahan teratasi, lalu kembali ke dosis awal.

d) Bila spotting timbul lagi, lanjutkan lagi dengan dosis 50 g, atau ganti dengan metode kontrasepsi lain. c. Acne/jerawat
a) b) c) Penggantian dg pil yang mengandung estrogen lebih tinggi

Dengan progesteron yang tidak bersifat androgenic Dengan cara KB lain

d. Jamur pada vagina


a)

penggantian dg pil yang mengandung estrogen lebih tinggi + pemberian obat anti jamur

b)

pemakaian pil dihentikan sementara (kalau tidak menolong cara diatas) dan anjurkan cara lain

c) d)

Rasa mual, muntah atau pusing (akibat reaksi anafilaktik) cobalah minum pil pada saat akan tidur atau pada saat makan malam

e) f)

berikan vit.B6 kalau terlalu berat maka bisa diganti dengan pil yang mengandung estrogen lebih tinggi/dengan kontrasepsi lain.

e. Bercak hitam di pipi (hyperpigmentasi/cloasma)


a) b) c) d) penggantian pil dan dianjurkan cara KB lain. Penambahan BB anjurkan memperhatikan diit gunakan cara KB lain

f. Nyeri kepala
a) ganti dg pil yang mengandung estrogen lebih rendah b) dihentikan dan dianjurkn cara KB lain

2.

PIL Progestin(Mini Pil) a. Profil a) Cocok untuk ibu menyusui yg ingin memakai pil KB

b) Sangat efektif pada masa laktasi c) Dosis rendah

d) Tidak menurunkan produksi ASI e) Tidak menimbulkan efek samping estrogen

b. Jenis a) b) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 g noretindron Kemasan dengan isi 28 pil: 75 g norgestrel

c. Cara kerja a) Menekan sekresi gonadotropin dan sistesis steroid seks di ovarium sulit implantasi

b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal c) Mengentalkan lendir serviks

d) Mengubah motilitas tuba d. Keuntungan Kontrasepsi:

transfortasi sperma terganggu

a) Sangat efektif bila digunakan secara benar b) Tidak mengganggu hubungan seksual

c) Tidak mempengaruhi produksi ASI d) Kesuburan cepat kembali e) Nyaman dan mudah digunakan f) Sedikit efek samping g) Dapat dihentikan setiap saat h) Tidak mengandung estrogen Non Kontrasepsi: a) Mengurangi nyeri haid b) Mengurangi jumlah darah haid c) Menurunkan tingkat anemia d) Mencegah kanker endometrium e) Melindungi dari PRP f) Tidak meningkatkan pembekuan darah

g) Dapat diberikan pada penderita endometriosis e. Yang dapat menggunakan a) b) c) Usia reproduksi Telah memiliki anak atau belum Menginginkan metoda kontrasepsi yang sangat efektif selama perode menyusui d) e) f) Pascapersalinan dan tidak menyusui Pascakeguguran Mempunyai TD tinggi ( <180/110 mmHg ) atau dengan masalah pembekuan darah f. Kontraindikasi a) Hamil atau diduga hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c) Tidak dapat menerima tjdnya gangguan haid

d) Menggunakan obat TBC (rifampicin) atau obat epilepsi (fenitoin, barbiturat) e) f) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara Sering lupa menggunakan pil

g) Miom uterus, progestin memicu pertumbuhan miom uterus h) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah g. Efek samping Pil Progestin a) Amenorea b) Perdarahan diluar haid (spotting break through bleeding) c) Acne/jerawat

d) Jamur pada vagina e) f) Rasa mual, muntah atau pusing (akibat reaksi anafilaktik) Bercak hitam di pipi (hyperpigmentasi/cloasma)

g) Penambahan BB h) Nyeri kepala 1.2.3.2 Suntik 1. Suntikan Kombinasi

2. Suntikan Progestin 1.2.3.3 Implan 1.2.4 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 1.2.5 Kontrasepsi Mantap

1. Kontrasepsi oral (pil KB)Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi). Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi: - Resiko kanker jenis tertentu - Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi - Ketegangan premenstruasi - Perdarahan tidak teratur - Anemia - Kista payudara - Kista ovarium - Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) - Infeksi tuba falopii. Sebelum mulai menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk meyakinkan bahwa tidak ada masalah kesehatan yang bisa menimbulkan resiko. Jika wanita tersebut atau keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau penyakit jantung, biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB dosis rendah. 3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan 1 kali/tahun. Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh: a. Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun b. Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor c. Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi d. Wanita penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati e. Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri f. Wanita yang memiliki bekuan darah g. Wanita yang tungkainya sedang digips h. Wanita penderita penyakit jantung I. Wanita yang pernah menderita stroke

j. Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan k. Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim. Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh: a. Wanita yang mengalami depresi b. Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren c. Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun d. Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total. Pemakaian pil KB setelah kehamilan Resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan dan akan semakin meningkat jika wanita tersebut memakai pil KB. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 1228 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan. Wanita yang menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi sampai 10-12 minggu setelah persalinan, tetapi mereka bisa mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya menggunakan pil KB jika tidak ingin hamil. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu. Pil KB yang diminum segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan (sebelum wanita tersebut mengetahui bahwa dia hamil) tidak akan membahayakan janin. Efek samping pil KB a. Spotting Sering terjadi pada tahun pertama pemakaian pil KB, jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon biasanya perdarahan abnormal akan berhenti. b. Beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan secara permanen. c. Efek samping yang berhubungan dengan estrogen adalah mual, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah dan depresi.

d. Efek samping yang berhubungan dengan progestin adalah penambahan berat badan, jerawat dan kecemasan. Penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg biasanya terjadi akibat penahanan cairan dan mungkin karena meningkatnya nafsu makan. e. Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis tinggi. Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera dihentikan dan segera memeriksakan diri karena gejala tersebut mungkin menunjukkan adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke paruparu. Pil KB dan pembedahan menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulah setelah pembedahan. f. Mual dan sakit kepala. g. 1-2% wanita pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur. h. Melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah). Jika terkena sinar matahari, bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan setelah pemakaian pil KB dihentikan. I. Resiko terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil KB telah dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB harus rutin menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun). Di lain fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker rahim yang lebih rendah. Interaksi pil KB dengan obat lain Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Wanita pemakai pil KB bisa hamil jika secara terus menerus mengkonsumsi antibiotik (misalnya rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin atau golongan sulfa). Ketika mengkonsumsi antibiotik tersebut, selain pil KB sebaiknya ditambah dengan menggunaka kontrasepsi penghalang (misalnya kondom atau diafragma). Oba anti-kejang (fenitoin dan phenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB. Untuk mengatasi hal ini, kepada wanita penderita epilepsi yang mengkonsumsi antikejang perlu diberikan pil KB dosis tinggi.

2. Kontrasepsi penghalangKontrasepsi penghalang secara fisik menghalangi jalan masuk sperma ke dalam rahim wanita. Yang termasuk ke dalam kontrasepsi penghalang adalah:

A. Kondom. Kondom bisa melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual (misalnya AIDS) dan dapat mencegah perubahan prekanker tertentu pada sel-sel leher rahim. Ada kondom yang ujungnya memiliki penampung semen; jika tidak ada penampung semen, sebaiknya kondom disisakan sekitar 1cm di depan penis. Kondom harus dilepaskan secara perlahan karena jika semen tumpah maka sperma bisa masuk ke vagina sehingga terjadi kehamilan. Untuk menambah efektivitas pemakaian kondom bisa ditambahkan spermisida (biasanya terkandung di dalam pelumas kondom atau dimasukkan secara terpisah ke dalam vagina). Kondom wanita merupakan alat kontrasepsi penghalang baru yang dipasang di vagina dengan bantuan sebuah cincin. Kondom wanita menyerupai kondom pria, tetapi lebih lebar dan memiliki angka kegagalan yang tinggi.

B. Diafragma. Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaiannya harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli. Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam. Ukuran diafragma harus diganti jika: - terjadi penambahan atau penurunan berat badan sebanyak lebih dari 5 kg - diafragma telah dipakai selama lebih dari 1 tahun - baru melahirkan anak atau mengalami aborsi, karena ukuran dan bentuk vagina mungkin mengalami perubahan.

C. Penutup serviks (leher rahim).

Penutup serviks (cervical cap) hampir menyerupai diafragma tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih kaku, dipasang pada serviks. Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaian penutup serviks harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli. Penutup serviks dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam dan maksimal 48 jam sesudah melakukan hubungan seksual. D. Sediaan untuk menghentikan atau membunuh sperma atau disebut juga spermisida (dalam bentuk busa, krim, jel dan suppositoria yang dimasukkan ke dalam vagina) Busa, krim, jeli dan suppositoria vagina dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Selain mengandung spermisida, bahan tersebut juga merupakan penghalang fisik untuk sperma.
3. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasiDisebut juga coitus interruptus. Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat. 4. Metoda ritmikPada metoda ritmik, pasangan suami istri tidak melakukan hubungan seksual selama masa subur wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.

A. Metode ritmik kalender merupakan metode yang paling tidak efektif, bahkan untuk wanita yang memiliki siklus menstruasi yang teratur. Wanita sebaiknya mencatat siklusnya dalam 12 bulan terakhir. Untuk mengetahui saat tidak boleh melakukan hubungan seksual, dilakukan perhitungan berikut: (siklus terpendek 18) dan (siklus terpanjang 11). Contohnya, jika siklus seorang wanita dalam waktu 12 bulan terakhir berkisar antara 2629 hari, maka 26-18=8 dan 29-11=18, artinya hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-18 setelah menstruasi. B. Pada metode temperatur, dilakukan pengukuran suhu basal (suhu ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur). Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1? Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan mulai dari menstruasi hari pertama sampai suhu basalnya meningkat. C. Pada metode lendir, masa subur wanita diketahui dengan mengamati lendir servikal, yang biasanya dikeluarkan dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih encer sesaat sebelum ovulasi.

Hubungan seksual tidak boleh pada saat terjadinya peningkatan jumlah lendir servikal sampai 4 hari sesudahnya. C. Metoda simptotermal terdiri dari pengamatan perubahan lendir servikal dan suhu basal tubuh, juga gejala lainnya yang berhubungan dengan ovulasi (misalnya nyeri kram ringan pada perut bagian bawah). Metoda ini merupakan metoda yang paling dapat diandalkan.
5. Kontrasepsi implanKontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui lendir serviks yang kental. 6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.

Interaksi dengan obat lain jarang terjadi karena implan tidak mengandung estroggen. Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur atau sama sekali tidak terajdi menstruasi. Efek samping lainnya adalah sakit kepala dan penambahan berat badan. Kapsul implan tidak larut dalam tubuh sehingga setelah 5 tahun harus dilepaskan. Segera setelah implan dilepas, fungsi ovarium akan kembali normal dan wanita pemakai implan kembali menjadi subur.
6. Kontrasepsi suntikanMedroksiprogesteron (sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3 bulan ke dalam otot bokong atau lengan atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Semakin lama suntikan KB dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami menstruasi tetapi lebih sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur. Setelah 2 tahun memakai suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak mengalami perdarahan. Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun.

Efeknya berlangsung lama, sehingga kesuburan mungkin baru kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan, tetapi Medroksiprogesteron tidak menyebabkan kemandulan permanen. Suntikan KB bisa menyebabkan penambahan berat badan yang sifatnya ringan. Setelah pemakaian dihentikan, bisa terjadi osteoporosis yang bersifat sementara. Medroksiprogesteron tidak menyebabkan meningkatnya resiko terhadap berbagai kanker (termasuk kanker payudara), tetapi mengurangi resiko terjadinya kanker rahim. Keuntungan memakai KB suntik:

o o o o o o o o o o o o o o

Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali Tidak terpengaruh faktor lupa dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB) Tidak mengganggu hubungan suami istri Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas Dapat dipakai segera setelah masa nifas Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan Dapat dipakai segera setelah keguguran Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan Membantu mencegah kanker endometrium (rahim) Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim) Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium) Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.

Kekurangan KB suntikan: Kekurangan KB Suntikan: Efek sampingya terhadap siklus haid (menstruasi) sering tidak menyenangkan , namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit ; perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni :
y Perdarahan bercak , terjadi pada tahun pertama pemakaian y Jarang terjadi perdarahan yang banyak y Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang) y Sering menaikkan Berat Badan y Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara, moodiness , jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok. y Perlu suntikan ulangan teratur y Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi Secara UMUM, kebanyakan wanita BOLEH memakai KB suntik, meskipun: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. perokok berat menyusui gemuk atau kurus remaja baru keguguran Berpenyakit Tiroid Epilepsi TBC (bukan TBC kandungan) Varises ringan Hipertensi ringan

11. Siklus haid tidak teratur 12. Anemi kekurangan zat besi

Interaksi dengan obat lain jarang terjadi.


y IUD (intra uterine device, spiral).Keuntungan dari IUD adalah efek sampingnya terbatas di dalam rahim. Terdapat 2 macam IUD: - melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun) - melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).

Biasanya IUD dipasang pada saat menstruasi. Jika kemungkinan terjadi infeksi serviks, masa pemasangan IUD sebaiknya ditunda sampai infeksi mereda. Cara kerja IUD adalah dengan menyebabkan reaksi peradangan di dalam rahim yang akan menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini merupakan racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur. Melepaskan IUD akan menyebabkan terhentinya proses peradangan. Efek samping dari IUD: - Perdarahan dan nyeri - Kadang IUD terlepas dengan sendirinya (sekitar 20% IUD yang lepas tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa menyebabkan kehamilan) - Perforasi rahim - Ketika baru dipasang akan terjadi infeksi singkat pada rahim, tetapi infeksi ini akan mereda setelah 24 jam - Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih terpasang adalah sekitar 55%. STERILISASI Sterilisasi merupakan cara berkeluarga berencana yang sifatnya permanen. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan prosedur ligasi tuba. Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit. Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi. Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul. Komplikasi dari vasektomi adalah: - Perdarahan - Respon peradangan terhadap sperma yang merembes

- Pembukaan spontan. Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari.

Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba. Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas. Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.

Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur). ABORSI Aborsi adalah pengguguran kandungan. Secara umum, kontrasepsi dan sterilisasi memiliki komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan aborsi, terutama pada wanita muda. Karena itu kontrasepsi dan sterilisasi merupakan pilihan yang lebih baik untuk mencegah kehamilan dan aborsi sebaiknya dijadikan pilihan terakhir jika teknik lainnya yang lebih aman telah gagal dilakukan. Metoda aborsi terdiri dari:
1. Evakuasi pembedahan : mengeluarkan isi rahim melalui vagina. Evakuasi pembedahan merupakan 97% dari aborsi dan hampir selalu dilakukan pada kehamilan

yang berumur kurang dari 12 minggu. Digunakan teknik kuretase aspirasi.

Untuk kehamilan yang berusia 7-12 minggu, serviks biasanya harus dilebarkan terlebih dahulu (dilatasi) karena selang penghisapnya lebih besar. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada serviks, bisa digunakan laminaria (akar rumput laut yang dikeringkan) atau dilator lainnya yang menyerap air. Laminaria dimasukkan ke dalam saluran servikal dan dibiarkan selama 4-5 jam, biasanya semalaman. Karena laminaria menyerap sejumlah air dari tubuh, maka laminaria akan mengembang dan menyebabkan peregangan lubang serviks. Untuk kehamilan yang berusia lebih dari 12 minggu teknik yang paling sering digunakan adalah D&E (dilatasi dan evakuasi). Alat penghisap dan forseps digunakan untuk mengeluarkan hasil pembuahan lalu dilakukan pengerokan rahim secara perlahan untuk memastikan bahwa seluruh jaringan telah dikeluarkan. Dilatasi dan evakuasi semakin banyak digunakan pada kehamilan lanjut untuk merangsang aborsi karena komplikasinya lebih ringan dibandingkan dengan pamekaian obat.
2. Obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim sehingga isi rahim keluar. Obat-obatan (misalnya mifepriston/RU 486 dan prostaglandin) kadang digunakan untuk merangsang aborsi, terutama pada kehamilan diatas 16 minggu, karena pada saat ini D&E bisa menyebabkan komplikasi yang serius (seperti kerusakan rahim atau usus). RU 486 bisa digunakan segera setelah pembuahan. Prostaglandin adalah obat yang merangsang kontraksi usu, bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau suppositoria vagina. Efek sampingnya adalah mual, muntah, diare, kemerahan pada wajah dan pingsan. Pada beberapa wanita, prostaglandin bisa memicu suatu serangan asma.

Mifepriston dikombinasikan dengan prostaglandin sangat efektif untuk mengakhiri kehamilan yang berusia kurang dari 7 minggu. Obat ini menghalangi kerja progesteron di dalam lapisan rahim sehingga prostaglandin lebih efektif. Pil KB dosis tinggi kadang digunakan untuk mencegah kehamilan setelah melakukan 1 kali hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, tetapi tidak selalu efektif. Pil KB harus diminum dalam waktu 72 jam. Efek sampingnya adalah mual dan muntah. Komplikasi aborsi secara langsung berhubungan dengan umur kehamilan dan metoda yang digunakan. Semakin tua umur kehamilan, semakin besar resiko terjadinya komplikasi: - Perforasi rahim oleh alat bedah - Perforasi usus atau organ lainnya - Perdarahan selama atau segera setelah aborsi - Perdarahan tertunda karena adanya sisa plasenta di dalam rahim - Infeksi rahim - Pembentukan jaringan parut di dalam rahim.

AN & KELUARGA BERENCANA


A. KEPENDUDUKAN. Salah satu modal dasar pembangunan Nasional ialah penduduk. Akan tetapi semakin banyak jumlah penduduk di suatu wilayah akan dapat menimbulkan masalah baik masalah sosial maupun masalah lainnya. Oleh karena itu maka program kependudukan di Kabupaten Kupang perlu diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui program penekanan angka kelahiran dan kematian serta migrasi. 1. Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Pertumbuhan. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kabupaten Kupang sebanyak 374.632 orang, kemudian pada tahun 2008 bertambah sekitar 9.264 orang menjadi 383.896 orang. Bila dilihat dari tingkat pertumbuhannya, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk naik turun bervariasi, dimana pada periode 2000-2001 tingkat pertumbuhan penduduknya sebesar 1,06 %, sedangkan periode 2002-2003 pertumbuhan penduduknya sebesar 2,72 % dan tahun 2003-2004 adalah 1,69 %, dan 2005 turun lagi menjadi 1,34 % sedangkan pada tahun 2006 naik menjadi 5,30%, dan pada tahun 2007 turun lagi menjadi 3,21%, sedangkan tahun 2009 turun menjadi 2,47%. Kenaikan angka Laju Pertumbuhan Penduduk dari periode 2004-2005 sebesar 1,34 menjadi 5,30 pada periode 2005-2006 merupakan suatu hal yang negatif. Demikianpun dengan tingkat kepadatan penduduk per km mengikuti pola pertumbuhan penduduk yaitu 2000 sebesar 57,94/km kemudian pada tahun 2004 meningkat menjadi 58,94/km, dan tahun 2005 sebesar 58 orang per Km dan pada tahun 2006 sebesar 62 orang per Km dan pada tahun 2007 menjadi 64/ Km dan pada tahun 2008 kepadatan penduduk sebesar 65 per Km. 2. Ratio Jenis Kelamin. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000 dan hasil Susenas 2004, serta tahun 2007 perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan terlihat jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan, sedangkan perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 2005 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki. Hal ini tampak jelas melalui angka ratio jenis kelamin ( Sex Ratio ) masing-masing tahun 2000 (103,0) tahun 2003 (106,37) dan tahun 2004 sebesar 108,16; Sedangkan pada tahun 2005 sebesar 99 dan tahun 2006 sebesar 104, tahun 2007 menjadi 102 orang dan pada tahun 2008 sex ratio kabupaten Kupang sebesar 101 artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 102 orang laki-laki.

alam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan, berbagai fasilitas kesehatan terus ditingkatkan. Jumlah fasilitas kesehatan di Kota Lubuklinggau pada tahun 2008 adalah sebagai berikut: Rumah Sakit 3 buah (termasuk RS dr. Sobirin yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Musi Rawas), Puskesmas 8 buah, dan Puskesmas Pembantu sebanyak 20 buah. Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2008, antara lain dokter umum 16 orang, dokter gigi 3 orang, perawat umum 159 orang, perawat gigi 6 orang, dan bidan sebanyak 55 orang. Adapun jumlah dokter yang ada di Rumah Sakit dr. Sobirin sebanyak 22 orang, terdiri dari dokter umum dan dokter ahli/spesialis. Peningkatan pelayanan kesehatan juga dilakukan melalui peningkatan peran serta institusi masyarakat pada tingkat administrasi terendah, yaitu kelurahan melalui kegiatan Posyandu. Jumlah posyandu di Kota Lubuklinggau sebanyak 97 unit dengan tenaga pengelola sebanyak 485 orang. Jumlah pengunjung posyandu umur 0-3 tahun pada tahun 2008 mencapai 8.262 bayi. Jumlah ini meningkat sekitar 2 persen dari tahun sebelumnya.

Program Keluarga Berencana 2008 telah menunjukkan keberhasilan yang berarti. Realisasi pencapaian peserta KB melebihi target yang ditetapkan. Jumlah peserta KB baru pada tahun 2008 mencapai 8.104 atau 107,95 persen dari target sebanyak 7.507 PUS (Pasangan Usia Subur). Sedangkan untuk peserta KB aktif pada tahun 2008 mencapai 76,86 persen dari PUS. Adapun alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntikan, pil, dan implant. Pada tahun 2008 sebanyak 18,18 persen peserta KB aktif menggunakan suntikan, sebanyak 18,28 persen menggunakan pil, dan pengguna implant sebanyak 14,23 persen. Keberhasilan program KB tidak bisa dilepaskan dari keberadaan sarana dan prasarana, seperti Puskesmas, Pustu, Posyandu, Polindes, dan Klinik KB. Selain itu, juga dukungan dari tenaga pelayanan/penggerak seperti PPKBD, PPLKB dan PLKB, serta keterlibatan institusi masyarakat seperti Sub PPKBD dan Kelompok KB.

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengliatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 2. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rongers (1974) mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang terjadi proses yang berurutan, yakni :

You might also like