You are on page 1of 14

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PERANCANGAN RANGKA ATAP GEDUNG STASIUN MONOREL DI KAWASAN WONOREJO TERPADU LUMAJANG Pembimbing

I : Ir. Dyah Retno P, MT, Pembimbing II : Ir Moh Lukman MT ABSTRACT


Waode Zuqni Makmun" Applying Of Value Engineering A t Truss Design Monorail Station Building In Integrated Area Wonorejo of Lumajang" thesis of industrial engineering Department, faculty of technique, Muhammadiyah University of Malang. Advisor I : Ir. Dyah Retno P, MT and Advisor II : Ir. Moh Lukman, MT. Integrated area of Wonorejo or which is known (IAW) representing pledge area in Lumajang Regency. The government expect for the pledge area which is built, able to increase tourism for the result improvement of Original Earnings Area (OEA). Assess architectural become one of attractiveness so that the people are interested in a the building. Truss of building represent one part of building structure which giving value architectural ( artistic value) at building. because the budget of APBD for the project is limited, the problem which must be replied how is the budget tha provided able to t obtain maximum result. Value Engineering is a management technique using systematic approach to reach best functional balance between expense, reliability, and appearance from the project or product. By congeniality in general above Value Engineering expected can assist in finishing problems effectively and efficient without leaving structure method of building. From Value Engineering result analysis obtained, the highest value is alternative 1 that is 1,744 by reinforced concrete substance, form camel back truss, and closed with plafond. Cost estimate of Expense for alternative 1 is Rp 14.485.824,01. Whereas the recommended alternative is alternative 4 that is 1.587 with steel substance, form camel back truss and unclosed a plafond. The Cost Estimate of Expense for alternative 4 is Rp. 15.923.671,20 Keyword: Value Engineering, Truss

A. PENDAHULUAN
Kawasan atau lebih Wonorejo Terpadu KWT di dikenal kawasan Lumajang. dengan andalan

KWT merupakan satu kawasan yang didalamnya terdiri dari fasilitas perkantoran, green house, kebun produk unggulan, gudang rabat, rest area, kios agrowisata, terminal dan arena bermain anak yaitu arena monorel, bumper car dan kiddy rider, panggung terbuka, kolam renang dan dayung. Karena banyaknya bangunan yang harus

merupakan Kabupaten

Pemerintah

mengharapkan kawasan yang dibangun dengan menelan biaya 16 milyar mampu menambah jumlah kunjungan wisata yang berakibat naiknya PAD

(Pendapatan Asli Daeah).

dilaksanakan kendala biaya menjadi salah satu bagian dari permasalahan

yang muncul, di samping itu owner tetap menuntut kualitas secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. perencanaan gedung Dalam tersebut

Rekayasa

nilai

mempunyai

tujuan untuk mendapatkan nilai (Value) semaksimal mungkin. Sedangkan value dapat sebagai ratio (perbandingan)

dipertimbangkan kelengkapan bangunan seperti listrik, telphon, Value dan lain

antara performansi yang ditampilkan oleh suatu fungsi terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan fungsi tersebut. Value =

sebagainya.

Engineering

diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan diatas dengan efektif dan efisien tanpa meninggalkan kaidah

Performans i Biaya

struktur suatu bangunan.

Dimana :  Performansi = keuntungan atau

B. Tinjauan Pustaka
Rekayasa Nilai menurut

manfaat yang diperoleh dari fungsi fungsi suatu produk atau jasa  Biaya = biaya total yang dikelurkan adalah suatu untuk mendapatkan fungsi yang diinginkan

Lawrence D. Milles :
Rekayasa nilai pendekatan yang bersifat kratif dan sistematis dengan tujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan biaya biaya yang tidak diperlukan. (Edward D Heller : hal. 6) Rekayasa nilai bukanlah

2.1. Metode Rencana Rekayasa Nilai


Dalam rencana rekayasa nilai, dipergunakan secara teknik analisa

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Teknik yang dipergunakan pada suatu tahap tidak sama dengan teknik yang digunakan Penggunaan pada teknik tahap lainnya. ini

merupakan suatu pengurangan biaya, melainkan suatu jalan untuk menekan biaya desain dan meningkatkan kualitas, keandalan dan penampilannya/

analisa

performansi. Tetapi dari hasil yang dicapai dapat berupa alternatif

tergantung pada permasalahan yang akan dibahas. Beberapa teknik analisa yang umum dipergunakan dalam tahap tahap rencana kerja rekayasa nilai dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

penggunaan bahan, desain baru dan sebagainya dengan pertimbangan bahwa alternatif atau desain tersebut memiliki nilai yang lebih baik.

Tabel Teknik Rencana Kerja Rekayasa Nilai Tahap


Informasi
y y y y y y y y y y y

Teknik Yang Dipergunakan


Kuesioner Peramalan Analisa Pasar Analisa Morfologi Analisa Fungsi ( FAST ) Matrik Input Output Analisis Hirarki Proses Matrik Evaluasi Matrik Kelayakan Analisis Performansi Analisis biaya

Kreatifitas

Evaluasi

C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Persiapan Awal 2. Tahap Informasi 3. Tahap Kreatif 4. Tahap Analisa 5. Tahap Pengembangan 6. Tahap Rekomendasi

D. ANALISA 1. Kriteria Kebutuhan Yang Ideal


Adapun hasil dari penyebaran kuisioner didapatkan kriteria-kriteria kebutuhan sebagai berikut : 1. Nilai Arsitektural 2. Keamanan Struktur 3. Kekuatan Struktur 4. Finansial dari Bahan 5. Kemudahan dalam Pengerjaan

2.

Penentuan Tingkat Kontribusi

Masing-Masing Kriteria

Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel Perhitungan Rata-Rata Dan Standart Deviasi No


1 2 3 4 5 6

Kriteria
Nilai Arsitektural Keamanan Struktur Kekuatan Struktur Finansial Bahan Kemudahan Pengerjaan Kemudahan Mendapatkan Bahan Jumlah

Jumlah Total (x)


191 205 195 191 180 197

Nilai Rata

Rata ( x ) 5,46
5,89 5,57 5,46 5,14 5,63

Standart Deviasi (Hx) 1,38


1,50 1,44 1,38 1,31 1,42

BKA
9,60 10,35 9,89 9,60 9,07 9,88

BKB
1,32 1,36 1,25 1,32 1,21 1,38

1159

3. Penentuan Ranking Kontribusi Kriteria


Adapun perhitungan untuk penentuan tingkat kontribusi masing -masing kriteria selengkapnya dibawah ini :

Tabel Rangking Nilai Kontribusi Masing-masing kriteria No


1 2 3 4 5 6

Kriteria
Keamanan struktur Kemudahan Bahan Kekuatan Struktur Finansial Bahan Nilai Arsitektural Kemudahan Pengerjaan

Bobot (%)
17,69 17,00 16,82 16,48 16,48 15,53

4. Pengujian Konsistensi Data


Tujuan pengujian konsistensi data adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah sesuai dengan ketetapan yaitu CR e 0,100 (Saaty, 1980). Jika sudah sesuai maka analisa akan bisa dilanjutkan dengan metode analisis hirarkhi proses.

CR =

CL 0.0844 ! ! 0.068 e 0.100 1.24 IR


CR = Consistensi Rasio IR = Indeks Rasio

Dimana : CL = Consistensi Ratio dibagi dengan Indeks Rasio

5. Penentuan Bobot Fungsi.


Dalam menentukan bobot fungsi digunakan metode analisa hierarki proses, yaitu dengan cara membandingkan fungsi-fungsi yang mempunyai tingkatan hierarki yang sama. Hal ini dilakukan terhadap seluruh fungsi pada setiap tingkatan hierarki yang dapat dari metode FAST yang selanjutnya membentuk struktur fungsi seperti yang terlihat pada gambar :

CL =

P aks n 6.422 6 0.422 ! ! ! 0.0844 n 1 5 5

Metode FAST

Kayu
Memberi Kekuatan

Dari segi bahan

Beton Bertulang Baja

Beban Air Hujan

Beban bergerak/dinamis
Rangka Atap Memberikan perlindungan Beban tetap / Statis

Beban Angin Beban Gempa

Beban Penutup Atap Beban Sendiri

Rangka Atap Segitiga Rangka Atap Lengkung Rangka Atap Datar

Memberikan Nilai Arsitektural

Dari Bentuk

E. DESAIN 1. Analisa Desain Perencanaan Rangka Atap


Desain perencanaan rangka atap merupakan langkah yang pertama kali diambil dalam rangkaian menemukan rancangan yang cocok pada rangka atap stasiun monorel sebagai bagian daya tarik bangunan pada kawasan tempat

bermain

anak

Kawasan

Wonorejo

Terpadu Lumajang. Desain perencanaan rangka atap menampilkan berbagai macam bentuk, bahan dan fungsi rangka atap sebagai bagian dari struktur bangunan secara keseluruhan. Berbagai macam fungsi yang melekat pada rangka atap fungsi diuraikan menjadi beberapa

pendukung

yang merupakan

fungsi

2. Analisa

Alternatif

Rancangan

operasional pada rangka atap. Ada beberapa bahan bangunan yang biasa dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan struktur gedung. Bahan-bahan tersebut adalah Beton bertulang, Baja, dan Kayu.

Desain Rangka Atap


Berbagai alternatif rancangan desain rangka atap awal dan desain rancangan alternatif desain dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel Deskriptif Alternatif Awal Alternatif Desain Awal Deskripsi Desain dan Komponen Bahan rangka atap dari baja Bentuk rangka atap adalah datar Rangka atap tidak tertutup plafon

Tabel Deskriptif Desain Usulan Alternatif


1. 2. 3. 4. 5 6. 7.

Deskripsi Desain dan Usulan


Bahan rangka atap dari baja Bahan rangka atap dari beton bertulang Bentuk rangka atap adalah segitiga Bentuk rangka atap adalah lengkung Bentuk rangka atap datar Rangka atap tertutup plafon Rangka atap tidak tertutup plafon

Dari berbagai alternatif awal dan usulan-usulan yang ada dikombinasikan dan menghasilkan berbagai macam alternatif rancangan desain rangka atap.

Tabel Alternatif Desain Awal dan Desain Usulan No. 1. Alternatif Desain Desain awal Uraian bahan rangka atap dari baja bentuk rangka atap datar rangka atap tidak tertutup dengan plafon bahan rangka atap dari beton bertulang bentuk rangka atap lengkung rangka atap tertutup dengan plafon bahan rangka atap dari beton bertulang bentuk rangka atap datar rangka atap tertutup dengan plafon

2.

Alternatif desain 1

3.

Alternatif desain 2

4.

Alternatif desain 3

5.

Alternatif desain 4

6.

Alternatif desain 5

7.

Alternatif desain 6

8.

Alternatif desain 7

bahan rangka atap dari beton bertulang bentuk rangka atap segitiga rangka atap tertutup dengan plafon bahan rangka atap dari baja bentuk rangka atap lengkung rangka atap tidak tertutup dengan plafon bahan rangka atap dari baja bentuk rangka atap segitiga rangka atap tidak tertutup dengan plafon bahan rangka atap dari kayu bentuk rangka atap datar rangka atap tertutup dengan plafon bahan rangka atap dari kayu bentuk rangka atap segitiga sama kaki rangka atap tertutup dengan plafon

3. Analisa Keuntungan dan Kerugian


Hasil analisa keuntungan dan kerugian untuk masing-masing alternatif pilihan dapat dilihat pada tabel di bawah

Tabel Analisa Keuntungan dan Kerugian


No. 1 Alternatif Desain Desain Awal - bahan rangka atap baja - bentuk rangka atap datar - rangka atap tidak tertutup plafon Keuntungan - Dapat digunakan pada bangunan dengan bentang yang panjang dan luas sampai bentang 30 m lebih - Kekuatan gaya tariknya tinggi - Kekuatan gaya tekan tinggi - Tidak mudah rusak kalau kena air pada bagian yang tidak terkena pengudaraan - Merupakan bahan yang tahan terhadap api - Umur pemakaian bisa sangat lama sekali - proses pemasangan tidak terlalu lama Kerugian - Pengerjaannya memerlukan ketelitian yang tinggi dan memerlukan keahlian khusus karena bobotnya cukup berat dan ketepatan dilapangan sangat diperlukan - Memerlukan tempat fabrikasi khusus untuk bahan yang kita pesan sesuai ukuran yang kita inginkan - Berat sendirinya besar - Biaya konstruksinya dan transportasi cukup mahal - nilai arsitekturalnya tidak terlalu bagus, rangka harus ditutup plafon - Kekuatan gaya tariknya tidak terlalu tinggi - Pengerjaannya memerlukan ketelitian yang tinggi karena bobotnya cukup berat - Berat sendirinya cukup besar - Disarankan hanya untuk bentang 4 10 m - Pencampuran bahan harus sempurna, jika tidak dapat mengurangi kekuatannya. - Besi didalam beton harus benar-benar tertutup selimut beton, jika tidak akan mudah terkena korosi yang dapat mengurangi kekuatan (kondisi terjelek bangunan akan roboh). - untuk mencapai kekuatan maksimum membutuhkan waktu yang lama (28 hari) - Pengerjaannya memerlukan ketelitian yang tinggi dan memerlukan keahlian khusus karena bobotnya cukup berat dan ketepatan dilapangan sangat diperlukan - Memerlukan tempat fabrikasi khusus untuk bahan

Alternatif 1 - bahan rangka atap beton bertulang - bentuk rangka atap lengkung - rangka atap tertutup plafon

- Tidak tergantung pada kelembaban udara sekitarnya (tidak mudah menyusut maupun mengembang) - Tidak mudah rusak kalau kena air pada bagian yang tidak terkena pengudaraan - Merupakan bahan yang tahan terhadap api - Bahan mudah dijumpai - Gaya tekannya tinggi - Biaya konstruksi tidak terlalu mahal - sangat fleksbel dilapangan

Alternatif 4 - bahan rangka atap baja - bentuk rangka atap lengkung - rangka atap tidak tertutup plafon

- Dapat digunakan pada bangunan dengan bentang yang panjang dan luas sampai bentang 30 m lebih - Kekuatan gaya tariknya tinggi - Kekuatan gaya tekan tinggi - Tidak mudah rusak kalau kena air pada bagian yang

tidak terkena pengudaraan Merupakan bahan yang tahan terhadap api Umur pemakaian bisa sangat lama sekali Proses pemasangan tidak terlalu lama Nilai arsitekturalnya sangat bagus, rangka dapat diperlihatkan tanpa tertutup plafon

yang kita pesan sesuai ukuran yang kita inginkan - Berat sendirinya besar - Biaya konstruksinya dan transportasi cukup mahal

Alternatif 5 - bahan rangka atap baja - bentuk rangka atap segitiga - rangka atap tidak tertutup plafon

- Dapat digunakan pada bangunan dengan bentang yang panjang dan luas sampai bentang 30 m lebih - Kekuatan gaya tariknya tinggi - Kekuatan gaya tekan tinggi - Tidak mudah rusak kalau kena air pada bagian yang tidak terkena pengudaraan - Merupakan bahan yang tahan terhadap api - Umur pemakaian bisa sangat lama sekali - Proses pemasangan tidak terlalu lama - Nilai arsitekturalnya cukup bagus, rangka dapat diperlihatkan tanpa tertutup plafon

- Pengerjaannya memerlukan ketelitian yang tinggi dan memerlukan keahlian khusus karena bobotnya cukup berat dan ketepatan dilapangan sangat diperlukan - Memerlukan tempat fabrikasi khusus untuk bahan yang kita pesan sesuai ukuran yang kita inginkan - Berat sendirinya besar - Biaya konstruksinya dan transportasi sangat mahal

F0 b1 F1 b0 b2 F2 b3 F3

b11 F11

b21 F21

b22 F22

b31 F31

F111 b111

F112 b112

F113 b113

F211 b211

F212 b212

F221 b221

F222 b222

F223 b223

F311 b311

F312 b312

F313 b313

Gambar : Struktur Fungsi Rangka Atap

F. KESIMPULAN
1. Rangking kriteria kebutuhan sesuai dengan keinginan pelaku jasa konstruksi/konsumen adalah sebagai berikut :

Rangking
1

Alternatif Desain
Alternatif 5

Bahan
Baja Baja Baja Beton bertulang

Bentuk
- bentuk rangka atap segitiga - rangka atap tidak tertutup dengan plafon - bentuk rangka atap lengkung - rangka atap tidak tertutup dengan plafon - bentuk rangka atap datar - rangka atap tidak tertutup dengan plafon - bentuk rangka atap lengkung - rangka atap tertutup dengan plafon

Alternatif 4

Desain Awal Alternatif 1

2. Sedangkan hasil perhitungan matematis (value) dan perhitungan rencana anggaran biaya adalah sebagai berikut :

Rangking
1

Alternatif Desain
Alternatif 1

Value

Biaya

Bahan Dan Bentuk


- Bahan rangka atap dari beton bertulang - bentuk rangka atap lengkung - rangka atap tertutup dengan plafon - bahan rangka atap dari baja - bentuk rangka atap lengkung - rangka atap tidak tertutup dengan plafon - bahan rangka atap dari baja - bentuk rangka atap segitiga - rangka atap tidak tertutup dengan plafon - bahan rangka atap dari baja - bentuk rangka atap datar - rangka atap tidak tertutup dengan plafon I

1,723

Rp 14.485.824,01

Alternatif 4

1,566

Rp 15.923.671,20

Alternatif 5

1,138

Rp 21.912.266,20

Desain Awal

1,000

Rp 21.864.481,69

3. Dari hasil-hasil nilai alternatif desain yang diperoleh maka dapat menunjukan desain perencanaan rangka atap yang akan dipilih. Nilai yang dipilih adalah

nilai yang terbesar yaitu alternatif dengan value 1.723

Prosentase Kenaikan anggaran biaya yang didapatkan adalah 33 %.

Dengan

berbagai

pertimbangan

dipakai

pada

pelaksanaan

proyek

diantaranya financial bahan, keamanan dan kekuatan struktur serta nilai

pembangunan Stasiun Monorel. Prosentase kenaikan anggaran biaya adalah 27,17 %.

arsitektural Maka penulis merekomendasikan

alternatif 4 dengan value 1,566 untuk Seperti gambar di bawah ini :

Gambar 5.2. Desain Atap Yang Diusulkan

F. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk

Gedung Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. 2. Departemen Pekerjaan Umum, 1984 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja

Indonesia Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung 3. Departemen Pekerjaan Umum, 1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. 4. Departemen Pekerjaan Umum, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung 5. Dyahastuti, Hermy, 2003, Penerapan Rekayasa Nilai Pada Perencanaan Atap Universitas Muhammadiyah Malang. Soegijapranata University

Gedung Serba Guna UMM , Tugas Akhir FTI

6. Frick, Heinz, 2001, Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan Press Semarang.

7. Heller, Edward, D. Rekayasa Nilai dan Pengurangan Biaya di terjemahkan oleh Retno, Dyah, P. Ir, MT FTI Universitas Muhammadiyah Malang. Diktat Rekayasa Nilai Institut Teknologi

8. Hutabarat, Julianus, Ir, MSIE, 1995, Nasional Malang.

9. Milles, Lawrence, D,

Teknik Untuk Analisa Nilai dan Rekayasa Nilai Universitas Muhammadiyah Malang.

di

terjemahkan oleh Retno, Dyah, P. Ir, MT FTI

10. Marsodi, Ir, 1991 Struktur Beton Bertulang Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 11. Retno, Dyah, P. Ir, MT,1999, Diktat Rekayasa Nilai , FTI Universitas

Muhammadiyah Malang 12. Sahara, Rika, 1993 Penerapan Study Rekayasa Nilai Pada Perencanaan Atap Gedung Bank Pacific Surabaya , Tugas Akhir, FTI TI, ITS, Surabaya 13. Spiegel, Leonard, 1991, Desain Baja Struktur Terapan , PT. Eresco, Bandung 14. Sudjana, Prof, DR, M.A, MSc. Metode Statistika Tarsito Bandung 15. Suherman, Wahid, 1987 Pengetahuan Bahan Intitut Teknologi Surabaya

You might also like