You are on page 1of 11

Nama NPM

: Muhammad Haikal Mahardhika : 160110100066

GANGGUAN HEMODINAMIK, TROMBUS, DAN SYOK

Agar fungsi normal jaringan tercapai, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi: 1. 2. 3. Sirkulasi darah yang normal Keseimbangan cairan intravaskuler dan ekstravaskuler Adanya kadar normal komponen dalam darah

Cairan dalam tubuh dibagi menjadi 2 : 1. 2. Cairan Intraselular Cairan Ekstraselular : Cairan Intravaskular dan cairan dalam jaringan interstisial serta rongga. E.g : cairan limfe dan cairan serebrospinal

Homeostasis atau keseimbangan cairan tubuh faali dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut : 1. 2. 3. 4. Tekanan hidrostatik kapiler Tekanan osmotic koloid Permeabilitas kapiler Kadar ion natrium

Klasifikasi Gangguan Sirkulasi


Karena fungsi sirkulasi peredaran cairan tubuh melibatkan komponen cairan, volume, dan aliran cairan ini, maka gangguan fungsinya pun dapat dikelompokkan seperti dalam tabel berikut :

Jenis Gangguan 1. Gangguan cairan tubuh dan elektrolit

Kejadian Edema, dehidrasi, defiensi elektrolit atau kelebihan elektrolit

2. Gangguan volume 3. Gangguan obstruksi

Hiperemi, pendarahan dan syok Thrombosis, emboli, iskemi, infark serta sumbatan akibat adanya hal lain seperti tumor, jaringan fibrosit dan parasit

EDEMA

Umumnya edema berarti pengumpulan cairan berlebihan pada sela- sela jaringan atau rongga tubuh

Edema dapat dikelompokkan menjadi edema peradangan atau eksudat dan edema non radang atau transudat

Eksudat timbul selama proses peradangan dan mempunyai berat jenis besar, cairan ini mengandung protein kadar tinggi

Transudat mempunyai berat jenis rendah dan mengandung protein sedikit Edema dapat bersifat setempat atau umum. Edema yang bersifat umum dinamakan anasarka, yang menimbulkan pembengkakan berat jaringan bawah kulit. Edema yang terjadi pada rongga serosa tubuh diberi nama sesuai dengan tempat yang bersangkutan misalnya hidrotoraks, hidroperikardium, dan hidroperitoneum (asites).

PENYEBAB TERJADINYA EDEMA

Secara umum edema nonradang akan terjadi pada keadaan keadaan sebagai berikut : Peningkatan tekanan hidrostatis o Tekanan vena sentral yang meningkat, menghalangi darah balik vena dari perifer menuju ventrikel kanan, peningkatan tekanan vena menyebabkan stasis darah pada venula dan kapiler dan selanjutnya peningkatan tekanan intrakapiler mendorong cairan memasuki rongga interstisial

Penurunan tekanan osmotic plasma o Hipoalbuminemia mengakibatkan penurunan tekanan osmotic plasma, yang memungkinkan cairan tersebut merembes ke dalam rongga interstisial. o Pada malnutrisi terjadi penurunan masukan albumin, yang mengakibatkan penurunan tekanan osmotic plasma

Obstruksi saluran limfe o Dapat terjadi karena kanker payudara, fibrosis pascaradiasi, dan filariasis.

Edema radang disebabkan oleh : Peningkatan permeabilitas kapiler o Pada proses peradangan terjadi sekresi sitokin dalam jumlah besar oleh sel- sel radang dan menghasilkan derivate asam arakidonat.akibat peradangan ini ialah peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler protein plasma akan keluar ke jaringan interstisial, yang mengakibatkan tahanan osmotic koloid di jaringan interstisial menjadi tinggi. Gangguan pertukaran natrium / keseimbangan elektrolit o Edema yang terjadi pada gangguan pertukaran natrium atau keseimbangan elekrolit didahului oleh keadaan hipertoni. Selanjutnya hipertoni ini akan menahan air yang berada dalam pembuluh atau di ruang interstisial.

DEHIDRASI
Timbulnya kekurangan cairan atau dehidrasi tubuh dapat dijelaskan melalui proses keluar masuknya cairan ke dalam tubuh Proses kehilangan cairan tubuh berlebihan atau masukan yang tidak cukup dapat menimbulkan dehidrasi Hilangnya cairan berlebihan yang disertai masukkan yang kurang atau sebaliknya dapat pula mengakibatkan kekurangan cairan Dehidrasi dapat terjadi karena : o Kehilangan air ( water depletion) o Kehilangan natrium (sodium depletion )

o Kombinasi keduanya

Dehidrasi dapat digolongkan menjadi dehidrasi primer dan sekunder. Keadaan- keadaan berikut ini dapat terlibat pada proses terjadinya dehidrasi, baik primer maupun sekunder.

Masukkan yang kurang (primer) Koma lama Rabies / hidropobia Kurang minum pada musim kering Sakit lemah

Kehilangan cairan (sekunder) Muntaber Luka bakar luas Keringat berlebih Diabetes Insipidus / DI Nefrogenik Diuresis pada glukosuria diabetes mellitus

Tanda- tanda klinis dehidrasi ialah mulut kering, turgor kulit buruk, bola mata lembek. Dalam kasus yang berat, mata penderita tampak cekung ke dalam, pada pemeriksaan darah ditemukan peningkatan nilai hematokrit, kenaikan berat jenis plasma dan peningkatan kadar ureum serta natrium. Peningkatan nilai nilai pemeriksaan darah ini menjadikan darah lebih pekat dan alirannya menjadi lebih lambat.

Pada prinsipnya semua gangguan atau penyakit yang mengakibatkan terbatasnya masukkan air seperti penyakit mental yang disertai dengan menolak air, penyakit berat yang menjadikan penderita sangat lemah, tidak dapat minum air lagi, koma terus menerus dapat menimbulkan kekurangan cairan. Olahraga berat disertai pengeluaran peluh sangat banyak, panas terik seperti pada musafir di padang pasir atau pada orangorang yang berhari- hari terapung di tengah laut tanpa mendapat pergantian air, juga merupakan penyebab dehidrasi primer.

Biasanya kekurangan masukkan garam tidak menimbulkan kehilangan natrium oleh karena ginjal dapat mengatur dan menyimpan natrium. Oleh karena itu istilah kehilangan garam / salt depletion untuk member tekanan pentingnya natrium. Dehidrasi jenis ini terjadi karena tubuh kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit.

HIPEREMI DAN KONGESTI

Kedua istilah ini mempunyai pengertian yang sama bila dilihat dari sudut adanya peningkatan volume darah pada jaringan atau bagian tubuh yang mengalami proses patologik, namun demikian keduanya harus dibedakan

Hiperemi, atau lebih lengkapnya hiperemi aktif, timbul jika dilatasi pembuluh arteriol dan arteri menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam jaringan kapiler dengan terbukanya kapiler- kapiler yang tidak aktif.

Kongesti, disebut juga hiperemi pasif akan terjadi bila aliran cairan tubuh yang melalui vena mengalami gangguan, misalnya pada sianosis atau peningkatan hemoglobin darah yang mengalami deoksigenasi.

Dilihat dari waktu berlangsungnya hiperemi dibagi 2, akut dan kronik.

SYOK

Syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigendan bisa cedera. Ada tiga faktor yang mempertahankan tekanan darah agar tetap normal, yaitu, Pompa jantung. Jantung harus berkontraksi secara efisien. Volume sirkulasi darah. Darah dipompa jantung ke dalam arteri dan kapiler-kapiler jaringan. Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh jaringan, sistem vena akan mengumpulkan darah dari jaringan dan mengalirkan kembali ke jantung. Apabila volume sirkulasi berkurang maka dapat terjadi syok. Tahanan pembuluh darah perifer. Yang dimaksud adalah pembuluh darah kecil, yaitu arteriole-arteriole dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh darah perifer meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kecil. Bila tahanan pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya tahanan pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan penurunan

tekanan darah. Darah akan berkumpul pada pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun. Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih). Tahap kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi ringan, tekanan darah normal, gelisah, dan pengisian pembuluh darah yang lama, CRT (untuk bayi dan anak-anak). Gejala-gejala pada tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat normal. Pada tahap dekompensasi, tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya. Yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu. Jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga aliran ke organorgan seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati maupun ginjal. Tahap ini disebut tahap ireversibel. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki. Kekerasan merupakan penyebab tersering dari syok, (maksudnya perdarahan hebat karena benda tajam). Dalam penanganan syok, istilah Golden Hour menandakan waktu yang diperlukan mulai dari cedera yang dialami hingga pasien berada di meja operasi. Golden Hour ini adalah waktu kritis atau waktu optimal untuk memberikan pertolongan kepada pasien dengan syok sehingga pasien dapat sembuh tanpa adanya cacat atau kelainan yang berarti.

Penyebab syok sebagai berikut : 1. Syok kardiogenik (kegagalan kerja jantung sendiri) ; Penyakit jantung iskemik (IHD), Obatobatan yang mendepresi jantung, Gangguan irama jantung 2. Syok hipovolemik ; Kehilangan darah , misalnya pada perdarahan Kehilangan plasma, misalnya pada luka bakar, Deidrasi , misalnya puasa terlalu lama, diare, muntah-muntah 3. Syok obstruktif (gangguan kontraksi jantung akibat dari luar); Tamponade jantung, Pneumotoraks, Emboli paru 4. Syok distributif (berkurangnya tahanan pembuluh darah perifer) ; Syok neurogenik, Cedera medulla spinalis, Syok anafilaktik, Obat-obatan, Syok sepsis. Gejala dan tanda pada syok antara lain : 1. Sistem kardiovaskuler: Gangguan sirkulasi perifer (vasokonstriksi perifer) berupa kulit pucat, ekstremitas teraba dingin Nadi cepat dan halus (takikardi) pada Bayi > 160 x/menit, Anak usia pra sekolah > 140 x/menit, Anak usia sekolah - pubertas > 120 x/menit, Dewasa > 100 x/menit. Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan dari volume sirkulasi. Kurangnya

pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah. Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik, CVP (Central Venous Return) rendah 2. Sistem Respirasi :Pernafasan cepat dan dangkal 3. Sistem Saraf Pusat : Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan. 4. Sistem Saluran Pencernaan : Bisa terjadi mual dan muntah 5. Sistem Saluran Kencing : Produksi urin berkurang. Normalnya produksi urin pada : Bayi 2 ml/kg/jam, Anak-anak 1 ml/kg/jam, Dewasa 0,5 ml/kg/jam

TROMBUS
Trombus yang didefinisikan sebagai bekuan darah terdiri atas unsur unsure darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah Pembekuan darah sangat diperlukan pada homeostasis dan dalam keadaan normal akan terbentuk apabila terjadi pendarahan masif Tiga faktor penting penyebab thrombus dikenal dengan nama triad Virchow ialah : o perubahan dinding pembuluh darah o perubahan aliran darah o perubahan komposisi darah

Patogenesis , dalam keadaan normal, sel endotel yang utuh mensekresi protasiklin dan zat- zat lain yang berfungsi mencegah timbulnya koagulasi. Endotel yang mengalami jejas akan mensekresi tromboksin dan prokoagulan yang mempunyai khasiat sebaliknya dan dapat menimbulkan proses penggumpalan darah dengan cara mengaktifkan thrombosis atau kaskade koagulasi plasma. Kerusakan berat endotel yang mengakibatkan hilangnya sel- sel endotel mengakibatkan plasma terpajan ke jaringan ikat, yang dapat mengaktifkan jalur koagulasi ekstrinsik. Darah yang merembes dari pembuluh darah rusak akan menggumpal jika terjadi kontak dengan jaringan perivaskular akibat adanya tromboplastin jaringan

Jenis Trombus, ditinjau dari bentuknya terdapat berbagai macam thrombus o Trombus yang menyebabkan sumbatan lumen pembuluh disebut thrombus oklusi o Thrombus yang terbentuk sepanjang pembuluh dan merupakan perpanjangan thrombus dinamakan propagating thrombus o Trombus yang masuk ke cabang pembuluh dinamakan Riding thrombus atau saddle o Thrombus yang sebagian melekat pada dinding pembuluh dan sebagian berenang disebut Mural atau parietal thrombus o Mural yang bertangkai disebut pedunculated thrombus o Bila terlepas dan hanyut, disebut ball thrombus

o Berdasarkan warnanya terdiri dari red thrombus, white thrombus, dan mixed thrombus. o Berdasarkan saat terbentuknya : fresh dan old thrombus o Berdasarkan ada tidaknya kuman : septic dan sterile thrombus o Berdasarkan anatominya : thrombus arteri dan thrombus vena. Akibat thrombus , secara umum, akibat yang ditimbulkan oleh thrombus bergantung pada besar dan jenis thrombus, pembuluh darah yang terlibat serta ada tidaknya kolateral. Akibat tersebut meliputi stasis darah, bendungan pasif, edema dan kadangkadang nekrosis.

EMBOLUS
Embolus ialah benda asing yang terangkut mengikuti aliran darah dari tempat asalnya dan dapat tersangkut pada suatu tempat menyebabkan sumbatan ailiran darah Embolisme adalah keadaan dimana emboli yang berupa benda padat (thrombus), cair (amnion), ataupun gas (udara) yang terbawa menyumbat aliran darah Partikel partikel pembentuk thrombus yang dibawa oleh darah dari satu tempat ke tempat lain disebut tromboemboli Akibat embolus, ditinjau dari faktor- faktor yang berperan, akibat yang ditimbulkan oleh embolus kurang lebih sama dengan akibat oleh thrombus. Faktor faktor tersebut meliputi jenis pembuluh darah, ukuran, letak embolus, dan kolateral yang terbentuk Akibat lain dapat berupa infark, infeksi atau abses baru (pada embolus septic). Fragmen atau potongan sel tumor ganas yang hanyut akan menyebabkan tumor di tempat lain. 95% embolus berasal dari thrombus Berdasarkan jenis zat pembentuknya embolus dibagi menjadi embolus lemak, embolus udara, embolus sel tumor, embolus aterom, dsb Yang diakut melalui vena disebut emboli vena, diangkut melalui arteri disebut emboli arteri.

HEMORAGI
Hemoragi adalah keluarnya darah dari pembuluh darah ke dalam rongga interstisial jaringan, rongga serosa, atau pada alat tubuh. Pendarahan bisa juga terjadi keluar dari tubuh melalui lubang tubuh maupun kulit Jenis pendarahan yang pertama dinamakan pendarahan internal, pendarahan yang kedua dinamakan pendarahan eksternal. Dapat dibuat klasifikasi pendarahan berdasarkan penampilan klinis, lokasi, dan patogenesisnya. Berdasarkan lokasi di dalam atau ke luar tubuh dan dilihat secara klinis, bentuk- bentuk pendarahan dapat dijelaskan dengan tabel berikut : Di dalam / luar tubuh di dalam tubuh Kulit dan mukosa Peteki Ekimosis Purpura Hematoma Rongga tubuh Hemotorak Hemoperitoneum Hematoperikardium Uterus, vagina, tuba Hematometrium Hematokolpos Hematosalping testis Rongga sendi ke luar tubuh Saluran napas Epistaksis Hemoptisis Hematemesis Saluran cerna Hematosezia melena Hematokele Hemartrosis Bentuk Klinis

uterus

Menoragi metroragi

Jika pendarahan dilihat berdasarkan etiologi dan lokasi anatominya, maka dapat dirangkum dalam tabel berikut : Lokasi Jantung Arteri Kapiler Vena Etiologi Trauma/ kerusakan pembuluh darah Defisiensi vit C Hemofilia, rendu osler Trombositopenia Toksin (kimia, bisa ular, infeksi berat)

Akibat pendarahan, secara garis besar akibat ini dibedakan menjadi dua, lokal dan sistemik.

Akibat pendarahan lokal bergantung pada besar dan lokasi hemoragi Akibat pendarahan sistemik bergantung pada lama, ukuran, dan jenis pendarahan Efek pendarahan lokal, jenis pendarahan kecil dan berlangsung cepat biasanya banyak berpengaruh karena tubuh akan berupaya untuk mengatasinya dengan kontraksi dan retraksi pembuluh darah yang robek, ditambah dengan pembentukan zat oleh trombosit dan jaringan agar terjadi pembekuan darah

Efek pendarahan sistemik, secara sistemik, pendarahan akut dan dalam jumlah besar menimbulkan kolaps sirkulasi dan proses dan proses kematian. Tubuh akan berupaya melawan dengan berbagai mekanisme kompensasi.

You might also like