You are on page 1of 1

Peduli Tak Harus Memberi Mungkin bagi warga Jogja atau yang pernah berada di Jogja pernah melihat

atau membaca slogan tersebut di pinggir jalan. Berdasarkan pengalaman beberapa waktu lalu ketika saya sedang makan di warung yang berada di sepanjang Jalan Kaliurang. Waktu itu ada seorang ibu-ibu yang mengamen dengan suara dan lagu yang tidak jelas bagai mana bunyinya, ketika akan saya beri uang yang besarnya tidak seberapa ( biasanya 100-500) dengan lantang ibu itu bilang yowis mas matur nuwun ( Yaudah mas terimakasih) lalu ibu itu pun pergi. Saya sempat tercengang juga melihat adegan yang unik ini, sedangkan teman saya hanya tertawa. Berdasarkan kejadian itu dan keterangan teman saya yang ternyata juga melakukan pembinaan kepada anak jalanan, saya menarik kesimpulan bahwa mengemis dan mengamen itu adalah sebuah pekerjaan utama dari beberapa pengemis dan pengamen yang sekarang beroperasi. Saya jadi berpikir sudah separah inikah mental orang-orang saat ini. Orang yang di atas berfoya-foya dengan hasil curiannya sedangkan orang yang di bawah menghinakan diri mereka hanya untuk memenuhi keinginan. Padahal beberapa dari pengemis yang ada sekarang ini memiliki rumah, kendaraan, dan perabotan yang mungkin jauh lebih bagus dari kita yang member mereka uang. Selain dari kejadian itu saya juga pernah mendengar bahwa ada suatu daerah yang semua warga desanya berprofesi sebagai pengemis. Mereka secara bergerombol datang ke kota untuk mengemis pada pagi hari dan pulang pada sorenya. Saya jadi berpikir apakah mereka tidak malu kepada diri mereka sendiri ketika melihat orangorang yang cacat berusaha untuk bekerja semampu mereka agar mereka dihargai dan diakui keberadaannya. Tidakkah mereka pernah melihat ada orang yang rela menjadi tukang parkir padahal kakinya cacat, ada yang menjadi tukang pijat padahal dia buta dan bahkan ada yang menjadi musisi terkenal padahal dia tidak punya tangan. Kemana rasa malu meraka? Ataukah mungkin rasa malu itu telah digadaikan dengan seonggok pakaian dan makanan enak? Kalau sudah begini mental masyarakat Indonesia, mau di bawa kemana generasi muda kita. Apakah mau di bawa menjadi orang yang malas dan rela menghinakan diri hanya untuk memehuni keinginan? Kemana semangat nasionalis, kreatifitas, dan semangat juang yang telah diajarkan oleh pendahulu kita? Sebagai manusia yang masih memiliki akal, pikiran, dan tenaga mari kita gunakan apa yang kita miliki untuk terus berkreatif dan berusaha. Jangan biarkan orang menghina kita karena kita adalah manusia garuda yang gagah yang memiliki semangat juang seperti laskar majapahit. Janganlah kita menjadi orang yang menghinakan diri padahal kita mampu.

You might also like