You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer) di dukung oleh badan-badan internasional seperti UNFPA, UNICEF dan Word Bank, sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan AKB yang masih cukup tinggi dan sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang (Saeffudin, 2002). Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Kematian ibu di Indonesia pada SDKI 2003 terdata 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Angka kematian bayi di propinsi Lampung diperkirakan pada tahun 2000 berdasarkan proyeksi penduduk BPS menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2001 yaitu sebesar 41 per 1000 kelahiran hidup. Indikasi ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Lampung meningkat dari tahun 2000 ke 2001 dan pada tahun 2002 mengalami sedikit peningkatan yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2003 AKB meningkat menjadi 55 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan sudah mengalami peningkatan dan hasil ini belum mencapai target tahun 2003 yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup dan target Lampung Sehat 2010 dan Indonesia sehat 2010 yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Lampung, 2005). Angka Kematian Balita di propinsi Lampung Tahun 1980-2003. Balita umur 0-< 5 Tahun. Tahun 1980, 147 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1990, 86 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1995, 75 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 1997, 43 per 1000 kelahiran hidup, SDKI 20022003 64 per 1000 kelahiran hidup (Sumber : SP 1980, 1990 dan Estimasi Parameter Demografi Indonesia BPS, SDKI 2002-2003 data 2004 dan 2005 belum tersedia di BPS). Hasil SDKI 2002-2003 angka kematian balita 64 dan angka ini belum mencapai target 58 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah balita mati di propinsi Lampung tahun 2004 sejumlah 109 kasus, terbesar di kota Metro (40 kasus) dan terendah di kabupaten Lampung Barat (1 kasus) dan pada tahun 2005 jumlah kasusnya 224 kasus per 165.341 kelahiran hidup. Kasus kematian balita disebabkan oleh permasalahan kesehatan anak dan balita seperti gizi, sanitasi penyakit infeksi dan kecelakaan. Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di propinsi berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi tahun 2005 adalah terdapat 145 kasus dari 165.347 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu disebabkan pada masa kehamilan dan persalinan. Untuk itu perlu kerja keras dan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan dukungan terhadap pelayanan dan kesehatan ibu/maternal, baik dalam antenatal care (ANC) dan meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah negara membuat rencana strategi nasional making pregnancy safer

(MPS) di Indonesia 2001-2010 yang menyebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, maka visi MPS adalah Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat (Saeffudin, 2002). Pengawasan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga ahli profesional yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dokter bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman dalam kebidanan, bidan, public health care, home help, pemanfaatan jenis pelayanan ANC diharapkan dapat menghasilkan atau memperbaiki status kesehatan ibu hamil. Dalam hal ini pemanfaatan pelayanan ANC yang tepat akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin yang akan di lahirkannya sehingga menuju ke keluarga yang sehat dan sejahtera (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari cakupan pelayanan antenatal. Peningkatan pelayanan kesehatan antenatal dipengaruhi oleh pemanfaatan pengguna pelayanan antenatal. Dengan tidak dimanfaatkannya sarana pelayanan antenatal dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti: ketidakmampuan dalam hal biaya, lokasi pelayanan yang jaraknya terlalu jauh atau petugas kesehatan tidak pernah datang secara berkala (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Dengan demikian untuk meningkatkan hasil cakupan ibu hamil ada beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian. Di samping faktor ibu hamil sendiri (karakteristik) untuk memeriksakan kehamilanya maka, faktor biaya, petugas pelayanan kesehatan, sarana dan fasilitas kesehatan yang tersedia merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan ibu hamil. B. Perumusan Masalah Bagaimana karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care di BPS C. Ruang Lingkup - Jenis penelitian : deskriptif - Objek penelitian : karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care. - Subjek penelitian : seluruh ibu hamil baik primigravida maupun multigravida. - Lokasi penelitian : BPS. Restianingsih desa Bangun Rejo kecamatan Gunung Sugih Lampung Tengah. - Waktu penelitian : Bulan Oktober 2006 sampai dengan bulan Mei 2007. - Alasan penelitian : - Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang melaksanakan antenatal care. - Jumlah PUS yang meningkat di Desa Bangun Rejo - Jumlah ANC di BPS Restianingsih meningkat oleh karena jumlah PUS di desa tersebut yang meningkat pula. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik tentang ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran umur ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS b. Untuk mengetahui gambaran pendidikan ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS c. Untuk mengetahui gambaran tentang paritas ibu hamil yang melaksanakan ANC

di BPS d. Untuk mengetahui gambaran tentang tingkat pendapatan keluarga ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS. e. Untuk mengetahui gambaran tentang jarak lokasi BPS ke rumah ibu hamil yang melaksanakan ANC di E. Manfaat Penelitian 1. Bagi BPS Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan konseling dalam pelayanan antenatal care di wilayah BPS 2. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu Hamil Agar ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pelayanan kebidanan, sehingga apabila diketahui resiko kehamilan secara dini dapat dilakukan tindakan lebih lanjut atau rujukan segera bila diperlukan. 3. Bagi Perkembangan Ilmu Diharapkan semakin bertambahnya zaman dan ilmu, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dapat turun dengan pelan-pelan karena tenaga kesehatan yang makin profesional dan masyarakat yang semakin kritis. 4. Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pelayanan antenatal. 5. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti bahwa ibu hamil perlu atau harus di lakukan pengawasan untuk menghindari bahaya yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas sehingga penulis dapat mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melaksanakan ANC. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Kehamilan a. Pengertian Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan. 2. Antenatal Care a. Pengertian Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang di berikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan, untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan antenatal adalah bidan. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang

diakui oleh pemerintah dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus ujian yang di tentukan serta memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai persyaratan utama untuk melaksanakan praktek sesuai dengan profesinya. b. Tujuan Antenatal 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin. 3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. c. Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari : 1) Kunjungan Pertama a) Catat identitas ibu hamil b) Catat kehamilan riwayat sekarang c) Catat riwayat kehamilan dan persalinan lain d) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan e) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium f) Pemeriksaan obstetric g) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) h) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi. i) Penyuluhan/konseling 2) Jadwal Kunjungan Ibu Hamil Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan a) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu) b) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28) c) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36). 3) Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T a) (Timbang) berat badan b) Ukur (Tekanan) darah c) Ukur (Tinggi) fundus uteri d) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) e) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan f) Tes terhadap penyakit menular sexual g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan

profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut : - Mengupayakan kehamilan yang sehat - Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. - Persiapan persalinan yang bersih dan aman - Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. 4) Pemberian Vitamin Zat Besi Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 M (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. Zat besi paling baik di konsumsi di antara waktu makan bersama jus jeruk (vitamin C) (Konsep Kebidanan ; 2003). 5) Jadwal Imunisasi TT Antigen Interval (selang waktu minimal) Lama perlindungan % perlindungan TT1 Pada kunjungan antenatal pertama - TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80 TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95 TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99 6) Jadwal Kunjungan Ulang a) Kunjungan I (16 minggu) di lakukan untuk : - Penapisan dan pengobatan anemia. - Perencanaan persalinan. - Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. b) Kunjungan II (24 28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan: - Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya - Penapisan pre eklamesia, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan. - Mengulang perencanaan persalinan. c) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir) : - Sama seperti perkunjungan II dan III. - Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi. - Mengenali tanda-tanda persalinan. 3. Karakteristik Ibu Hamil Yang Melaksanakan Antenatal Care a. Pengertian Karakterisrik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Adapun ciri-ciri yang akan diteliti pada ibu hamil yang melaksanakan ANC adalah umur, pendidikan, paritas, tingkat pendapatan dan jarak lokasi rumah ibu hamil. b. Umur ibu hamil

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Macam-macam usia menurut KBBI di klasifikasikan sebagai berikut: 1) Usia menikah Adalah usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental untuk menikah (kira-kira di atas 20 tahun). 2) Usia produktif Adalah usia ketika seorang atau masih mampu bekerja menghasilkan sesuatu. 3) Usia reproduksi Adalah masa diantara pubertas dan menopause yang pembuahannya sering kali jadi positif. 4) Usia sekolah Adalah usia dianggap cocok bagi anak secara fisik dan mental untuk masuk sekolah. 5) Usia lanjut Adalah tahap masa tua (usia 60 tahun ke atas). 6) Usia senja Adalah usia 50 tahun ke atas.

c. Pendidikan ibu hamil Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan cara mendidik. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya. Menurut UU No 2 tahun 1989, bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari: 1) Pendidikan Dasar Meliputi sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan SMP / MTs. 2) Pendidikan Menengah Meliputi SMU dan kejuruan serta Madrasah Aliyah. 3) Pendidikan Tinggi Meliputi Akademi, Institut, Sekolah tinggi dan Universitas. 4) Tidak sekolah/belum sekolah adalah mereka yang tidak mau atau belum pernah sekolah termasuk mereka yang tamat atau belum tamat taman kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke SD (BPS Propinsi , 2004). d. Paritas ibu hamil Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Paritas adalah keadaan kelahiran (partus) atau jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup, lahir mati, maupun abortus sampai saat hamil terakhir. Bertolak belakang pada kepercayaan masyarakat bahwa persalinan akan semakin mudah dengan semakin banyaknya pengalaman melahirkan, persalinan yang berulang-ulang justru mempunyai banyak resiko, sedangkan komplikasi yang serius meningkat pada persalinan ketiga dan

seterusnya (Depkes RI, 1997). Paritas (hamil dan lahir hidup) dengan interval kurang dari 2 tahun, jumlah kehamilan di atas 4 kali, umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau sudah tua (di atas 35 tahun) adalah resiko tinggi bagi ibu. Usia 20-30 tahun adalah periode untuk melahirkan, pencegahan resiko pada kehamilan dapat dihindarkan dengan 4 T (terlalu banyak anak, terlalu dini, terlalu lambat dan terlalu rapat). e. Tingkat pendapatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendapatan adalah hasil kerja (usaha) sehubungan dengan penghasilan. Penghasilan dalam penelitian ini adalah menyangkut penghasilan keluarga dan di klasifikasikan sebagai berikut : 1) Tingkat penghasilan tinggi bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 451.000-Rp. 650.000 2) Tingkat penghasilan sedang bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 251.000-Rp. 450.000 3) Tingkat penghasilan rendah bila penghasilan keluarga rata-rata perbulan antara Rp. 50.000-Rp. 250.000 (BPS, 2005). f. Jarak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Jarak adalah ruang sela (panjang dan jauh) antara dua benda atau tempat. Jarak menggambarkan keterjangkauan pelayanan kesehatan dalam kaitannya dengan pelayanan gawat darurat kebidanan. Bila tidak terjangkau fasilitas pelayanan kebidanan merupakan kegagalan paling kritis dalam sistem kesehatan (IBI, 1997). Jarak dikatakan jauh bila lebih dari 3.000am dan dikatakan dekat jika kurang dari 3.000 m (BPS, 2005). B. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2005). Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu konsep tidak dapat di ukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat di ukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan di ukur (Notoatmodjo, 2005). Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik tentang ibu hamil yang melaksanakan antenatal care. Variabelnya meliputi: umur, pendidikan, paritas, tingkat pendapatan, serta jarak lokasi rumah ibu hamil ke BPS. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kera ngka konsep dapat di gambarkan sebagai berikut :

PENGERTIAN ANC * Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2008). TUJUAN ANC * Menurut Mansjoer (2005), tujuan ANC adalah: 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. KEBIJAKAN PROGRAM 1. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan (Saifudin, 2006), yaitu: 1. Satu kali trimester pertama 2. Satu kali trimester kedua 3. Dua kali trimester ketiga. KRITERIA KETERATURAN ANC * Pemeriksaan kehamilan di lakukan berulang-ulang dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. 2. Periksa ulang 1 x sebelum sampai kehamilan 7 bulan. 3. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan. 4. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan 5. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan. * Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, ibu hamil secara ideal melaksanakan perawatan kehamilan maksimal 13 sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali kunjungan, kurang teratur : pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali kunjungan (WHO, 2006). PELAYANAN ANC * Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Saifudin, 2006).

* Bidan harus dapat mengenali perubahan yang mungkin terjadi, sehingga kelainan yang ada dapat dikenali lebih dini. Ibu diberi tahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat bersalin, juga perawatan bayi dan menyusui (Mansjoer, 2005). * Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen (Saifudin, 2006) sebagai berikut: 1. Informasi yang dapat diberikan * Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal. * Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina. * Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat. * Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya. * Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil. 2. Anamnesis * Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari dengan menggunakan rumus Naegele. * Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea biasanya hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu. * Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu. 3. Pemeriksaan umum * Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap. 4. Pemeriksaan Obstetri * Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan

pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu. 5. Pemeriksaan luar * Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa digosokkan dahulu. * Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat. * Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung pada bayi letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan bagian janin yang berada di bawah. * Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala yang telah masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala. * Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler. Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu. * Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase janin, kondisi janin, serta taksiran berat janin. * Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus tersebut: * Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) N) X 155. 1. N = 13 bila kepala belum melewati PAP 2. N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika 3. N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika. 6. Pemeriksaan dalam * Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor. Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan

warna porsio, dinding, dan sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang, porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara palpasi bimanual. * Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang dewasa. 7. Pemeriksaan panggul * Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan kanan. 8. Pemeriksaan laboratorium * Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa. DAMPAK IBU HAMIL TIDAK ANC 1. Meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu 2. Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan 3. Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTAK IBU HAMIL DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1) (Depkes RI, 2008) (kontak ibu hamil diartikan sebagai kepatuhan dalam pelaksanaan antenatal care) 1.Faktor internal a. Paritas * Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan

kehamilannya. b. Usia * Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan. 2. Faktor eksternal a. Pengetahuan * Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. b. Sikap * Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin. c. Ekonomi * Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan. d. Sosial budaya * Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. * Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan. e. Geografis

* Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil. f. Informasi * Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care. g. Dukungan * Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. * Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdoa untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).

DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Rineka Cipta 2. Azwar, 2007. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Rineka Cipta 3. BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN 4. Bobak, 2000. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC 5. Degresi. 2005. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta 6. Depkes RI, 2004. Penilaian K I dan K IV. Jakarta : Depkes RI 7. Depkes RI. 2007. Perawatan Kehamilan (ANC). http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 15 Maret 2010 8. Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI 9. Dinkes Jatim. 2009. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.go.id. diakses tanggal 15 Maret 2010 10. Effendy. 2005. Keperawatan Keluarga. JAKARTA : EGC 11. Farrer, 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC 12. Fitramaya, 2008. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press 13. Friedman, 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC 14. Harymawan. 2007. Dukungan Suami Dan Keluarga. http://www.infowikipedia.com. diakses pada tanggal 15 Maret 2010 15. Hiudayat. 2009. Metode Persalinan Normal dan Komplikasi Bayi Baru Lahir.

Jakarta : JNPK-KR 16. Mandriwati. 2007. Setiap Jam Dua Ibu Hamil Meninggal. http://www. Indoskripsi.com., diakses pada tanggal 15 Maret 2010-07-22 17. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC 18. Monika. 2009. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku. http://www.infowikipedia.com. diakses pada tanggal 15 Maret 2010 19. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia 20. Niven. 2008. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional. Jakarta : EGC 21. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 22. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta 23. Nursalam. 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Dan Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika 24. Pranoto. 2007. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 25. Pudjiadi, 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta 26. Putriazka. 2007. Angka Kematian Ibu Dan Bayi Tertinggi Di ASEAN. Hidayat. 2006. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : PT. Rineka Cipta 27. Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC 28. Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo 29. Sakinah. 2005. Antenatal Care. http://www.info-wikipedia.com. Diakses tanggal 25 April 2010 30. Sarafino. 2003. Dukungan Keluarga. Jakarta : Salemba Medika 31. Siregar, 2004. Psikologi Keperawatan Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika 32. Slamet B. 2007. Psikologi Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya 33. Sofyan, 2006. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Madika 34. Sugiono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : PT. Rineka cipta 35. Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kespro.coom.id diakses tanggal 15 Maret 2010 36. Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39 37. WHO. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta : Media Aesclapius Press

You might also like