You are on page 1of 5

Manusia pada dasarnya adalah fitrah, suci dari noda dan dosa.

Namun, dalam pertumbuhannya fitrah dan kesucian dari noda dan dosa itu tidak dapat lagi dipertahankan. Demikian manusia dalam masa hidupnya selalu terpercik dengan dosa, apakah dosa besar atau kecil bergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Dewasa ini budi pekerti kita sebagai generasi penerus bangsa sebagian sudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya negatif sehingga mengarah pada penyimpangan perilaku dan budi pekerti yang kurang baik. Memang, untuk mengatasi apa lagi melenyapkan perilaku seperti itu amat berat. Namun, kita sebagai makhluk Tuhan tidak perlu berputus asa. Ikhtiar dan upaya untuk mengatasi perilaku seperti itu tetap kita cari dan jalankan dengan harapan pendidikan budi pekerti dan etika ini dapat menjawab tantangan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari tampaknya perlu seseorang mengetahui juga mana budi pekerti yang baik dan mana budi pekerti yang jelek. Maksudnya, dengan pengenalan itu, seseorang yang berbudi pekerti yang baik selalu berusaha menghindari budi pekerti yang jelek dalam bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan sesama, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Pengertian Budi Pekerti Pengertian budi pekerti adalah kehendak yang biasa dilakukan atau segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan. Dengan demikian budi pekerti di hati, jiwa atau kehendak kemudian diwujudkan dalam bentuk perbuatan sebagai kebiasaan. Jika pangkalnya jelek, kebiasaan yang lahir adalah kebiasaan yang jelek. Akan tetapi, bila pangkalnya baik, indah, sejuk, sebenarnya kebiasaan yang lahir adalah kebiasaan baik, indah, sejuk, damai pula. Jadi, sebenarnya kebiasaan yang lahir itu merupakan fotokopi dari gambaran hati manusia. Itu sebabnya, hal ini ditanamkan dengan segala kebaikan sekitarnya hati ini masih suci dan bersih, dan sekiranya hati ini sudah kotor, maka perlu kita cuci dengan obat-obatan hati seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan agama, dan lain-lain. Pendidikan budi pekerti pun tidak berarti apa-apa jika hati ini tidak mau membuka diri secara ikhlas untuk menerima ajaran kebaikan itu. Kita ketahui dan sadar pula bahwa seseorang yang berbudi pekerti yang baik itu dapat menjadi teladan bagi orang lain dan masyarakat sekitarnya. Juga dalam pergaulan kita disenangi oleh orang lain karena kita selalu menunjukkan sifat-sifat ramat-tamah, sabar, suka menolong, sopan-santun, bijaksana, ikhlas, jujur, mampu berlaku adil memiliki kepercayaan diri, tidak emosional, rendah hati, amanah, dan masih banyak lagi sifatsifat terpuji lainnya yang diwujudkan dalam pergaulan sehari-hari. Kemauan untuk maju sangat tinggi dan juga suka memajukan orang lain. Mari kita berlomba kepada kebaikan untuk mencapai budi pekerti yang luhur seperti budi pekerti manusia sebelum terkontaminasi dengan alam lingkungan masing-masing.

pendidikan sesungguhnya adalah miniatur sebuah bangsa. Artinya, suatu bangsa disebut maju apabila pendidikannya mampu melahirkan sumber daya -manusia (SDM) yang terampil, tangguh, mandiri, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebaliknya, apabila pendidikan itu gagal melahirkan sumber daya mansuia sebagaimana tersebut di atas maka pilar-pilar bangsa dan negara pun oleng. Dan yang terakhir inilah yang selama ini terjadi di Indonesia. Berbagai kasus penyelewengan, kejahatan, perselingkuhan dan hal-hal yang bertentangan , dengan nilai keutamaan hidup semakin akrab dengan kehidupan masyarakat kita. Ironisnya, pelaku kejahatan adalah masyarakat terpelajar. Lebih menyedihkan lagi , pelajar/mahasiswa yang masih bergelut dengan proses pendidikan di almarnaternya menjadi komunitas pelaku kejahatan dan pelanggar norma kehidupan masyarakat bermasyarakat. Tawuran antar pelajar, kumpul kebo, penodongan, pencurian, pengedaran dan pengguna narkoba merupakan deretan fakta yang menjadi pemandangan biasa bagi masyarakat Indonesia. Itulah gambaran pendidikan budi pekerti kita yang yang juga merupakan potret miniatur bangsa, Indonesi dewasa ini. Penataannya semrawut, bentuk bangunannya tidak proporsional dan asesorisnya yang tidak menarik. Tak mengherankan pendidikan budi pekerti di sekolah tidak berhasil baik. Maka terwujudlah apa yang disebut amburadul.

Seperti diketahui, pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal biasanya sangat terbatas dalam memberikan pendidikan nilai. Hal ini disebabkan oleh masalah formalitas hubungan antara guru dan siswi. Pendidikan non formal dalam perkembangannya saat ini tampaknya juga sangat sulit memberikan perhatian besar pada pendidikan nilai. Hal ini berhubungan dengan proses tranfornmasi budaya yang sedang terjadi dalam masyarakat kita . Pihak yang masih dapat diharapkan adalah pendidikan informal yang terjadi dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga sebenarnya menjadi sangat penting dalam kontek Akibatnya walaupun mereka berada dalam satu rumah tetapi jarang sekali terjadi komunikasi langsung. Jika ketiga prasarat pendidikan budi pekerti dalam keluarga di atas dapat terpenuhi, maka dapat diyakini bahwa keluarga mampu berperan dalam pendidikan budi pekerti. Permasalahannya

sekarang adalah nilai budi pekerti yang manakah yang dapat ditanamkan dalam keluarga. Kiranya ada empat nilai yang dapat ditanamkan dalam keluarga. Pertama, nilai kerukunan. Kerukunan merupakan salahsatu perwujudan budi pekerti. Orang yang memiliki budi pekerti luhur tentu lebih menghargai kerukunan dan kebersamaan daripada perpecahan. Jika dalam keluarga sudah sejak dini ditanamkan nilai-nilai kerukunan itu dan anak dibiasakan menyelesaikan masalah dengan musyawarah maka dalam kehidupan di luar keluarga mereka juga akan terbiasa menyelesaikan masalah perdasarkan permusyawarahan. Kedua, nilai ketakwaan dan keimanan. Ketagkawaan dan keimanan merupakan pengendali utapa budi pekerti. Seseorang yang memiliki ketagwaan dan keimanan yang benar dan mendasar terlepas dari apa agamanya tentu akan mewujudkannya dalam perilaku dirinya. Dengan demikian sangat tidak mungkin jika seseorang memiliki kadar ketakwaan dan keimanan yang mendalam melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa dirinya itu memiliki budi pekerti yang sangat hina. Ketiga, nilai toleransi. Yang dimaksud toleransi di sini terutama adalah mau memperhatikan sesamanya. Dalam keluarga nilai toleransi ini dapat ditanamkan melalui proses saling memperhatikan dan saling memahami antaranggota keluarga. Jika berhasil, tentu hal itu akan terbawa dalam pergaulannya. Keempat, nilai kebiasaan sehat. Yang dimaksud kebiasaan sehat di sini adalah kebiasaankebiasaan hidup yang sehat dan mengarah pada pembangunan diri lebih baik dari sekarang. Penanaman kebiasaan pergaulan sehat ini tentu saja akan memberikan dasar yang kuat bagi anak dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memiliki tradisi kekerabatan yang panjang dan kompleks. Di beberapa daerah dikenal istilah nama marga yang menunjukkan adanya hubungan kekeluargaan. Di Jawa walaupun jarang sekali digunakan nama marga tetapi hubungan kekeluargaan tidak kalah eratnya dengan daerah yang mempergunakan nama marga.Bahkan dalam pendidikan nilai karena keluarga merupakan tempat pertama bagi seseorang untuk berinteraksi dan memperoleh dasar- dasar budi pekerti yang baik. Proses pendiduikan dalam keluarga terjadi secara wajar melalui tranformasi nilai ini terjadi secara perlahan-lahan tetapi sistematis. Hal ini berhubungan dengan hakikat nilai yang bukan pertamatama merupakan kebiasaan- kebiasaan yang mengarah pada kebaikan. Yang menjadi permasalahan sat ini adalah bagaimana keluarga berperan dalam memberikan pendidikan budi pekerti pada anak dididk. Hal ini tentu tidak mudah mengingat kondisi keluarga di negara kita sangat bervariasi. Secara umum kondisi keluarga di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam 3 variasi. Pertama, keluarga harmonis. Yang dimaksud keluarga harmonis disini adalah keluarga yang tidak memiliki masalah yang begitu berarti baik dari segi masalah hubungan antarpribadi maupun masalah finansial. Kedua, keluarga bermasalah. Yang dimaksud keluarga bermasalah disini adalah keluarga yang memiliki masalah baik masalah hubungan antar pribadi atau masalah finansial. Ketiga, keluarga gagal. Yang dimaksud keluarga

gagal disini adalah keluarga ynag mengalami kegagalna dalam membangun keluarga sehinmgga keluarga menjadi terpecah belah. Karena kompleknya permasalah keluarga di negara kita, pendidikan yang diberikan pun tidak dapat disamaratakan. Peran masing-masing keluarga dalam pendidikan budi pekerti pun tidak dapat disamakan satu keluarga dengan keluaga lain. Namun demikian, ada beberapa prinsip yang rasanya harus ada jika keluarha ingin berperan dalam pendidikan budi pekerti. Pertama, komitmen keluarga untuk memperhatikan anak- anaknya. Terlepas dari apakha suatu keluarga merupakan keluarga harmonis, bermasalah, ataupun keluarga gagal , komitmen untuk memperhatikan anak-anaknya menjadi kunci pendidikan budi pekerti bagi keluarga. Walaupun suatu keluarga merupakan keluarga yang tampaknya sangat harmonis tetapi jika kedua orang tuanya tidak memilki komitmen untuk memperhatikan anak-anaknya maka anakanaknya akan kekeringan perhatian dan pengarahan. Akibatnya bsa jadi anak akan mudah mendapat pengaruh negatif dari lingkungan pergaulannya yang pada akhirnya mengalami kemerosotan moral dan budi pekerti. Sebaliknya walaupun keluarga bermasalah, jika mereka punya komitmen besar untuk memperhatikan ank-anaknya, niscaya anak- anaknya akan berkembang sangat baik dan memiliki budi pekerti luhur. Kedua, keteladanan. Proses pendidikan dalam keluarga mengandalkan pada masalah keteladanan orangtua. Hal ini berbeda dengan pola pendidikan sekolah yang lebih menekankan pada pola indoktrinasi dan peluasan wawasan. Jika dalam keluarga diberlakukan pola indoktrinasi dan peraturan, maka keluarga justru akan menjadi tidak harmonis. Bahkan bisa jadi anak justru akan menjadi agresif dan antipati terhadap keluarga. Akibatnya anak justru lebih kerasan tinggal di luar rumah daripada berada di rumahnya sendiri. Jika demikian artinya pendidikan budi pekerti dalam keluarga kurang berhasil. Ketiga, komunikasi aktif. Kasus-kasus renggangnya hubungan antara anak dan orang tua lebih banyak disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara anak-orangtua. Karena kesibukan masing-masing, anggota keluarga jarang bertemu.

Keberhasilan proses belajar budi pekerti / akhlak di sekolah mempersyaratkan adanya dukungan dari institusi di luar sekolah. Dalam hal ini orang tua, lingkungan masyarakat memberikan ruangan kondusif bagi proses penanaman dan pembentukan budi pekerti. Tiga unsur penting dalam pendidikan yaitu: (1) Pendidikan merupakan upaya pengembangan

kemampuan pribadi dan prilaku, (2) Pendidikan merupakan proses sosial untuk yang ditujukan bagi penguasaan ketrampilan sosial dan perkembangan diri melalui wahana yang terselesai dan terkontrol, (3) Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memusatkan pada proses perubahan pribadi atau paling tepat pembentukan watak manusia.

Budi pekerti adalah nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik. Nilainilai yang di sadari dan dilaksanakan senbagi budi pekerti ini hanya dapat diperoleh melalui peroses yang berjalan sepanjang hidup manusia. Budi pekerti di dapat melalui proses internalisasi dari apa yang diketahui yang membutuhkan waktu sehingga terbentuklah pekerti yang baik dalam kehidupam bersama umat manusia. Mengingat bahwa penanaman sikap dan nilai hidup merupakan proses, maka hal ini dapat diberikan melalui pendidikan formal dengan direncanakan dan dirancang secara matang. Direncanakan dan dirancang tentang nilai-nilai esensial dan diskripsi budi pekerti, serta metode penyampaian kegiatan yang dapat digunakan dan ditanamkan. Nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tugas perkembangan kejiwaan anak. Keperibadian mencakup semua kualitas khusus yang dimiliki orang yang mambuatnya berbeda dan orang lain, pesona, energi, disposisi sikap temperamen, kepandaian serta perasaan dan perilaku yang ditunjukkan, estimasi kepribadian penting untuk mendiskripsikan dan memahami perilaku. Budi Pekerti adalah rangkaian sikap dan perbuatan yang dibentuk dalam lingkup Keluarga terlebih-lebih di bangku Sekolah, Budi Pekerti mengajarkan dasar-dasar sikap dan perbuatan sejak Anak, Remaja hingga Dewasa, Budi Pekerti membuat orang mengaplikasikan sikap dan perbuatannya secara benar layaknya ajaran Agama dan Kepercayaan yang dianutnya sebagaimana berikut :
Menghormati orang tua, guru dan orang lain yang lebih tua darinya. Menghargai persamaan dan perbedaan dalam kehidupan sehari-hari. Mengasihi sesama mahluk hidup. Menjaga kelestarian alam. Menghargai perbedaan Agama dan Kepercayaan masing-masing. Menghormati Para Pemimpinnya dan mentaati anjuran-anjuran serta larangan yang diberlakukannya. Bersikap sopan dan santun.

Budi Pekerti yang hilang dalam Bangsa dan Masyarakat Indonesia membuat kita terasa tercabikcabik, terkotak-kotak dan selalu mempertentangkan perbedaan .

You might also like