You are on page 1of 7

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas Biologi ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian tugas Makalah ini, terutama kepada Dosen pembimbing, sehingga pembuatan Makalah ini dapat kami selesaikan. Kami memberi judul Makalah ini Proses Pembuatan Kompas Kascing pembuatan Kompos dengan memanfaatkan caing tanah. Harapan kami semoga Makalah yang kami susun ini dapat berguna bagi bkami khususnya dan pembaca pada umumnya. Dan kami sadari bahwa dalam pembuatan Makalah ini masih banyak kekurangan yang ada didalamnya, oleh karena itu kami mohon adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Teluk Kuantan, Penulis Juli 2011

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi. BAB I PendahuluanIV - Latar Belakang - Tujuan - Batasan Masalah I. BAB .V 1. Uraian V 2. Proses PembuatanVI 3. Metodelogi..VI 4. Hasil PenelitianVI 5. Kerangka Penelitian.....VII 6. Pembahasan..VIII II. Penutup..IX - Simpulan - Saran Isi. II

II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh sebagaian besar kota di Indonesia adalah masalah sampah yang volumenya semakain bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Dimana bertumpuknya sampah merupakan salah satu faktor berpotensi tinggi dalam menganggu kesehatam masyarakat, seperti terdapatnya sampah sebagai sarang dan sumber berkembangnya lalat dan binatang pengerat atau tikus. Maka yang terutama perlu mendapat perhatian adalah Lahan Pembuangan Akhir (LPA), yaitu dengan berupaya melakukan pengurangan sampah sebelum dimusnahkan ke LPA. Salah satunya dengan mendaur ulang sampah yang bersifat organik melalui pembuatan kompos. Dengan usaha melakukan pengomposan akan membantu pemecahan masalah sampah karena sampah di LPA menjadi berkurang. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, maka penulis memilih judul Proses Pembuatan Kompos . 1.2 Tujuan Adapun tujuan kami memilih Makalah ini dengan judul Proses Pembuatan Kompos adalah sebagai berikut : a. Untuk mencoba salah satu alternatif pengolahan sampah. b. Untuk mendapatkan suatu cara pengolahan sampah yang baik, sehingga dampak negatif terhadap lingkungan dapat diperkecil.

III

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kompos Menurut bahasa sehari-hari : Kompas merupakan pupuk yang berasal dari berbagai bahan berupa daun, rumput, kotoran hewan dan sampah yang melapuk. Menurut Ilmiah : Kompas adalah bentuk akhir dari bahan Organik setelah mengalami proses pembusukan oleh Mikroorganisme dan yang didukung oleh suhu dan udara yang memenuhi syarat proses pembusukan. Dialam terbuka pembentukan kompos seperti pembentukan humus, yaitu melalui proses pelapukan dengan pertolongan bakteri dan cuaca. Masalahnya, dialam, pelapukan itu berlangsung. Oleh karena itu orang berupaya untuk mempercepat proses pelapukan. Upaya mendaur ulang sampah Organik sehingga bermanfaat untuk menyuburkan tanah sangat diperlukan khususnya dikota-kota besar. Masalahnya komposisi unsur hara yang dikandung kompos tidak tetap, karena sangat bergantung pada bahan yang dikomposkan. Biarpun demikian, ciri khas dari kompos adalah mengandung zat Organik dengan kadar yang cukup tinggi. 2.2 Proses Pembuatan Kompos Melihat cacing tanah memang menjijikan. Tapi siapa sangka, kalau hewan yang satu ini memiliki banyak manfaat. Mulai dari bahan pakan, obat-obatan, kosmetika, sampai pembuatan kompos. Cacing tanah mengandung protein lebih dari 70 %. Jenis cacing tanah yang biasa digunakan untuk membantu proses pembuatan pengomposan adalah Lumbricus terristis, Lumbricus rebellus, Pheretima definges, dan Eisenia foetida. Cacing tanah ini akan menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah dikomposisikan oleh mikroorganisme. Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan kompos menyebab-kan cara kerjanya lebih efektif dan lebih cepat. Proses pembuatan kompos melalui beberapa tahapan sebagai berikut : Tahap I : Pemilahan Tujuan utama pemilahan adalah untuk memperoleh bahan Organik pilihan yang dapat dikomposkan. Bahan-bahan Organik pilihan meliputi : Daun-aunan lunak, sisa makanan, buah-buahan busuk, kulit buah-buahan atau sayuran dan kotoran hewan.

Tahap II : Penyusunan Tumpukan Bahan-bahan Organik yang telah dipilah sebagai bahan baku pengomposan ditumpuk diatas para-para atau terowongan bambu. Kegiatan pemupukan berlangsung sampai dengan tiga hari agar tidak terjadi pembusukan liar. Tahap III : Pemantauan Selama proses pengomposan aktif, yaitu selama bahan Organik membentuk tumpukan, dilakukan pemantauan atau pengamatan terhadap suhu dan kelembapan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan Mikroorganisme pembusuk yang merugikan bahan Organik. Tahap IV : Pembalikan Berdasarkan pemantauan suhu dan kelembapan maka dapat ditentukan suatu tumpukan perlu dibalik. Cara pembalikan dengan pembalikan tunggal yaitu dengan memindahkan suatu tumpukan menjadi tumpukan baru ditempat lain disebelahnya. Tempat penumpukan yang lama ditinggalkan dan dipakai sebagai tempat baru bagi tumpukan yang lain. Tahap V : Pematangan Pada hari ke 35 sampai dengan 40 jika proses berjalan baik maka suhu rata-rata akan menurun . Bahan telah lapuk menyerupai tanah dan warnanya menjadi cokelat tua atau kehitam-hitaman, berarti masuk pada tahap pematangan. Untuk alur kegiatan cara pembuatan kompos dengan cacing tanah seperti di bawah ini: 1. Siapkan media tumbuh cacing tanah berupa bahan organik, jerami, rumput, batang pisang, kotoran ternak, dan kapur tembok. 2. Jerami, rumput, atau batang pisang dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil. Rendam potongan tadi selama semalam. Perendaman ini bertujuan agar bahan baku kompos menjadi lebih lunak dan untuk menghilangkan sisa pestisida. 3. Campurkan bahan organik tadi dengan jerami atau batang pisang. Fermentasikan (diamkan) campuran tadi selama 1-2 minggu. Setelah itu, campurkan dengan kotoran ternak (75%) dan kapur tembok sedikit (untuk mengontrol pH). Aduk-aduk hingga bahan tercampur rata. 4. Masukkan media yang telah difermentasikan ke dalam parit, lalu biarkan hingga suhunya mulai turun atau biarkan sekitar 14 hari. 5. Setelah dingin, masukan cacing tanah dengan padat penebaran 11-14 gram/kg media.

6. Pelihara cacing tanah dengan memberi makan berupa kotoran ternak. Sebarkan kotoran ternak ini di bagian permukaan media setebal 2 cm dengan frekuensi 3 hari sekali. Kotoran ternak berfungsi juga sebagai media. 7. Jika media terlalu kering, lakukan penyiraman hingga media lembab kembali. 8. Lakukan pemanenan jika dalam media sudah tampak butiran kotoran cacing atau medianya sudah lebih halus dan warnanya lebih gelap. Panen dilakukan dengan cara memisahkan cacing tanah dengan media. Kascing yang dihasilkan siap digunakan sebagai pupuk organik. 2.3. Suhu Dalam Pembuatan Kompos Suhu yang ditunjukkan pada tahap awal pengomposan yaitu 41 derajat C, setelah usia 5 hari suhu meningkat menjadi 55 derajat C yang menandai proses pengomposan mulai aktif. Memasuki usia ke 35 hari suhu mulai menurun dan pada akhir proses suhu menjadi 46 derajat C yang jika dilihat dari syarat, kompos yang sudah matang yaitu suhuh mendekati suhu ruangan maka sudah memenuhi. pH sesuai yang diharapkan pada proses pengomposan bahwa pH yang dituju adalah 6-8,5 yaitu kisaran yang pada umumnya ideal bagi tanaman. Maka dari hasil yang diperoleh di akhir proses yaitu 8,45 menunjukkan bahwa derajat keasaman sudah sesuai dan memenuhi syarat kematangan kompos. Kelembapan syarat kematangan kompos, bahwa tingkat kelembapan yang dibutuhkan adalah 30%. Maka dari hasil pemeriksaan yang diperoleh yaitu 30% berarti kelembapannya sudah memenuhi syarat.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Suhu yang ditunjukkan selama proses pengomposan berlangsung antara 42 derajat C Sampai 65 derajat C dengan suhu pada akhir proses 46 derajat C. Pada hari ke 35 sampai dengan 40 suhu rata-rata menurun memasuki masa pematangan. 2. Derajat keasaman ( pH ) pada kematangan kompos diperoleh nilai pH 8,45 yang jika ditinjau dari syarat kompos yang sudah matang maka sudah memenuhi. 3. Tingkat kelembapan yang dihasilkan pada akhir proses kematangan kompos adalah 30%, yang mana sesuai dengan syarat kematangan kompos berarti tingkat kelembapan yang dibutuhkan sudah memenuhi. 3.2. Saran : 1. Untuk menghasilkan suhu yang optimum selama proses pengomposan maka ukuran tumpukan harus diperhatikan. Hal ini untuk memperoleh proses dekomposisi secara aerobic yang baik sehingga diperoleh suhu tinggi ( 65 derajat C ) selama 15 hari dengan 5 kali pembalikan untuk memusnahkan bibit penyakit. 2. Pengendalian suhu dan penyediaan oksigen harus dilakukan dengan melakukan pengawasan bahan sambil melakukan pembalikan ( pemilahan tahap lanjut ). 3. Untuk memgetahui hasil kompos yang sempurna dan tidak membahayakan tanaman maka perlu dilakukan penelitian labolatorium, sehingga bisa diketahui kandungan unsur hara makro dan mikro.

You might also like