You are on page 1of 11

5 cara menjadi guru yang kreatif

with 34 comments Pak Agus, met ketemu lagi pertemuan kita di pelatihan guru kreatif di semarang, masih ada yang kurang maka saya tanyakan kepada bapak, guru kreatif itu guru yang bagaimana ? sementara dengan program sekolah gratis berdampak pada sekolah kurang kreatif yang mengimbas pada gurunya, mohon pak agus kami beri solusinya, trim Surat dari bapak Agus Suyono di Semarang yang dikirim melalui surat elektronik. Bagaimana cara menjadi guru kreatif? wah ini baru pertanyaan yang seru. Dikarenakan sejak blog ini dibuat tidak ada satu artikel pun yang mengarah langsung kesana. Hal yang saya lakukan adalah banyak-banyak menulis artikel tentang metode pembelajaran tanpa memberi cap pembelajaran kreatif. Tetapi membaca pertanyaan pak Agus Suyono di atas seperti menyadarkan saya bahwa menjadi guru kreatif bukannya sekedar membuat anak senang dan enjoy oleh permainan (games) yang seru, segar dan lucu selama pembelajaran berlangsung. Tapi juga selayaknya guru mencari metode pembelajaran yang bermakna dan membuat anak bisa semakin mengerti apa yang guru ajarkan dikelas Dalam artikel ini akan saya tuliskan, kondisi apa saja yang membuat guru bisa menjadi kreatif bahkan tanpa harus menggunakan metode pembelajaran yang terbaru. Sumber saya dapatkan dari www.edutopia.com Guru menciptakan susasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras kita salah satunya adalam menciptakan kelas yang memberik keamanan secara emosional bagi siswa. Memang agar menjadi siswa yang percaya diri mereka perlu mengambil resiko, tetapi di lingkungan yang tidak mendukung kenyamanan secara emosional, siswa akan berpikir 1000 kali untuk mau bertanya dan berpendapat. Anda juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain Tidak boleh merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain Jangan lupa anda juga memberi contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan menhargai untuk setiap pertanyaan, atau pendapat dari siswa anda. Jika ini terjadi dikelas anda dijamin kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap individu didalamnya salaing mendukung dan mudah untuk berkolaborasi dalam berpengetahuan. Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti dimana letak alat tulis, dikarenakan semua hal dikelas sudah disiapkan dengan rapih dan terorganisir. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan dikarenakan intruksi penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga

menantang dengan demikian siswa bisa mengekpresikan kemampuannya dalam mengerjakan tugas yang guru berikan. Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan. Saya jadi ingat sebuah pertanyaan yang bersifat reflektif mengenai cara kita mengajar dan membelajarkan siswa. Pertanyaan nya begini Jika saya adalah murid saya sekarang, seberapa senang saya diajar oleh guru seperti saya? Seorang guru yang ahli mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam pembelajaran di kelas yang diajarnya dalam presentasi keterlibatan yang penuh alias 100 persen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama 40 menit itu pulalah, siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran. Tentu tidak dalam semalam semua guru bisa 100 persen menciptakan kelas yang aktif. Namun membutuhkan latihan dan latihan. Tetapi jalan kesana akan lebih cepat apabila kita mau jujur bertanya pada diri sendiri Seberapa besar siswa aktif atau terlibat penuh dalam pembelajaran yang saya lakukan?. 5 menit terakhir yang menentukan Jadikan 5 menit terakhir pembelajaran anda untuk merangkum, berbagi atau berefleksi mengenai hal yang siswa sudah lakukan selama pembelajaran. Bagilah menjadi dua pertanyaan besar, misalnya bagian mana yang paling berat dilakukan dan susah dimengerti. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan baru apa yang kamu dapatkan hari ini? Dengan demikian membuat siswa berdialog dengan dirinya sendiri mengenai proses belajar yang telah dilakukannya. Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul. Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu tetapi mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab dengan benar dengan segala cara. Termasuk mencontek misalnya. Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis di kelas kita. Saat mendengarkan rekan mereka berbicara dan berargumen, mereka akan belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan. Sebagai guru saat memberikan soal berikanlah siswa beberapa peluang kemungkinandalam menjawab sebuah soal. Misalnya soal yang bapak berikan ini punya tiga alternative, bisa kah kamu menemukan ketiga-tiganya?

Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan. Saat membelajarkan siswa, dikarenakan keterbatasan kita, terkedang kita sudah membuat mereka menebak atau mengarang-ngarang sebuah jawaban demi mendapatkan hasil yang benar. Hal ini siswa lakukan secara sadar atau tidak sadar. Untuk itu mari kita letakkan gambar dibawah ini disamping soal yang kita berikan kepada siswa di kertas soal. Dengan demikian sebagai guru kita menjadi tahu saat siswa menjawab soal dengan salah tapi dengan keyakinan (for sure) atau menjawab soal dengan benar tapi dengan tidak yakin (confused). Menarik bukan ?

Biarkan siswa memberi tanda silang (X) pada tempat dimana dia merasa cocok. Credit: Courtesy of Tristan de Frondeville Written by agusampurno Maret 31, 2009 pada 5:38 am Ditulis dalam Strategi guru kreatif Teknologi informasi ada untuk mempermudah, laporan dari workshop IDE (Inovasi Dalam Edukasi) Hotel Belle View Semarang 24-25 Maret 2009 Teknologi tidak akan pernah menggantikan posisi guru

Dalam penerapan metode belajar aktif yang benar, siswa dan guru sama-sama aktifnya.
with 48 comments Metode belajar aktif atau sekarang lumrah disebut sebagai metode PAKEM (pembelajaran kreatif, aktif dan menyenangkan) saat ini mulai dirasakan pentingnya dikalangan praktisi pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi jawaban bagi suasana kelas yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak membuat betah dan tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi anak didik. Alih-alih membuat anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terjadi malah kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Dulu saya pernah mendengar sebuah lelucon mengenai metode belajar aktif di sekolah dasar. Saya tidak ingat detailnya tetapi yang saya ingat dengan baik adalah dalam metode belajar aktif yang terjadi adalah guru bermalas-malasan, sedangkan yang aktif justru muridnya. Murid diminta untuk mencatat, menyalin dan dibebani banyak sekali pekerjaan rumah. Dengan demikian ada kesalahan dalam menerjemahkan pendekatan pembelajaran. Tidak mungkin tercapai nuansa PAKEM apabila siswa dalam hal ini malah terbebani sedangkan guru juga tidak tentu arah dalam melaksanakan dan merencanakan pembelajaran dikelas. Cara belajar siswa aktif adalah merupakan tantangan selanjutnya bagi para pendidik. Sebab ruh dari KTSP yang diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting. Guru sebagai pihak yang;
y y y y

y y y

merencanakan dan mendesain tahap skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas. membuat strategi pembelajaran apa yang ingin dipakai (strategi yang umum dipakai adalah belajar dengan bekerja sama) membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Mencari keunikan siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan modalitas belajar siswa dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi perhatian yang setara dan seimbang Menilai siswa dengan cara yang tranparan dan adil dan harus merupakan penilaian kinerja serta proses dalam bentuk kognitif, afektif, dan skill (biasa disebut psikomotorik) Melakukan macam-macam penilaian misalnya tes tertulis, performa (penampilan saat presentasi, debat dll) dan penugasan atau proyek Membuat portfolio pekerjaan siswa.

Siswa menjadi pihak yang;


y

menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir

y y y y y y y y

melakukan riset sederhana mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang. memecahkan masalah (problem solving), belajar mengatur waktu dengan baik, melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima pendapat orang lain, siswa belajar menjadi team player) mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tindakan atau action. Melakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan, mendengarkan guest speaker) Banyak kegiatan yang dilakukan dengan berkelompok.

Belajar Menyenangkan

Belajar sesungguhnya memerlukan tenaga, pikiran, daya juang dan ketekunan. Hanya orang-orang yang tahan untuk duduk, bepikir berjam-jam dan pantang menyerah yang akan meraih ilmu yang banyak. Apabila kegiatan belajar dianggap sebagai beban, maka belajar akan menjadi pengalaman yang sangat berat. Sebaliknya, jika semua kegiatan disikapi dengan senang hati, maka beban itu akan berubah menjadi dorongan yang menyenangkan.Mengubah belajar dari beban ke dalam perbuatan yang menyenangkan diperlukan hati dan pikiran yang sepakat menyatakan ya. Datangnya harus diri keseriusan, kesungguhan dan keihlasan. Membuat siswa memerlukan ilmu pengetahuan, memerlukan pelajaran menjadi tantangan yang tidak bagi semua guru. Pekerjaan ini tidak selalu mudah. Dalam tiap rombongan belajar selalu ada siswa yang cendrung menjadi pemalas dan enggan belajar. Yang diperlukan guru dalam mendorong siswa belajar adalah keterampilan mempengaruhi siswa mengembangkan tujuan, membangun semangat dalam diri siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Itulah yang disebut dengan motivasi. Motivasi imengubah beban menjadi tantangan yang menyenangkan. Sebaliknya jika tidak ada motiasi, maka belajar menjadi terpaksa. Karena belajar memerlukan pikiran dan hati, maka tatkala merasa terpaksa, maka kapasitas pikiran menjadi tertutup rapat. Oleh karena itu belajar baru bisa berjalan jika hati dan pikiran mengyakan. Jika hati menyatakan ya, maka pikiran pun terbuka lapang, sebaliknya jika hati menyatakan tidak bahkan terluka maka kebenaran yang rasional pun tak akan dapat diterima. Oleh karena itu, tantangan dalam mengajar adalah bagaimana membuat perasaan, membuat hati senang dan pikiran berkembang. Itulah belajar yang menyenangkan. Belajar menyenangkan datang dari padangan positif. Tidak menghabiskan waktu dengan keluh kesah. Lebih berorientasi pada pasa depan, berdialog terbuka, terkembang senyum di semua wajah, berkembang keakraban, saling memberi peluang, saling meningkatkan.

Pandangan negatif melahirkan pikiran-pikiran yang dangkal dan cenderung berprilaku menumpuk-numpuk masalah. Oleh karena itu semua orang yang terlibat dalam proses belajar selalu berorientasi pada keyakinan bahwa dalam kondisi seberat apa pun, sesungguhnya selalu memiliki sumber daya dan peluang untuk berkembang menjadi lebih baik. Maka mulaikan menangkap peluang sekecil apa pun. Dan, hargai langkah baik sekecil apa pun. Lingkungan yang kondusip, bersih, indah, dan nyaman merupakan bagian penting yang perlu dikembangkan agar dapat mendukung suasana lingkungan menjadi tempat belajar yang menyenangkan . Dalam suasana yang nyaman tumbuh pengembangan diri siswa, kolaborasi, dan kompetisi. Sukses pembelajaran pada akhirnya ditentukan oleh seberapa besar peran siswa berkembang, bukan seberapa banyak guru berusaha mempengaruhi siswa sebab yang paling menentukan sukses belajar adalah diri siswa yang didampingi oleh guru-guru yang handal.

SMA Khadijah Surabaya Dalam Persaingan Antar Sekolah Berprestasi

Menarik sekali jika kita mencoba berburu guna mendapatkan berbagai model inovasi yang sekolah kembangkan sehingga mendapatkan model-model keunggulan inovatif pada tiap satuan pendidikan. Di Republik ini ketika kita membangun persepsi positif maka akan didapat banyak hal yang mengagumkan. Salah satu contoh adalah pelaksanaan penjaminan mutu di SMA Khadijah. Mutu pendidik dipantau secara berkala dengan target penampilan guru di sekolah dan dalam kelas sesuai dengan harapan siswa belajar. Keunggulan kinerja guru memiliki indikasi memenuhi kepuasan siswa sehingga siswa termotivasi belajar. Aktivitas guru di sekolah dan dalam kelas meningkatkan kolaborasi dan kompetisi siswa. Yang jauh lebih bermutu adalah menyebabkan siswa tiada henti berinovasi dan berkreasi, menghasilkan produk belajar tidak hanya dalam bentuk pengetahuan melainkan karyakarya yang terus terbarukan sesuai dengan perkembangan fisik, psikologis, dan kecerdasan siswa dalam beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih hebat lagi jika daya motivasi, kolaborasi, inovasi, bahkan kreasi itu membuahkan kemenangan dalam berbagai kompetisi sehingga produk belajar ini boleh jadi menjadi puncaknya prestasi. Dalam jangka pendek dampak dari sistem penjaminan mutu seperti yang sedang berproses di SMA Khadijah belum terlihat dalam produk belajar siswa berupa peraihan prestasi. Namun, kondisi dan suasana belajar telah berkembang sesuai dengan harapan siswa. Hal ini terlihat dari tingkat kolaborasi guru dan siswa meningkat lebih baik. Lamanya siswa di sekolah untuk melakukan kegiatan juga bertambah panjang sehingga aktivitas sekolah menjadi memerlukan waktu lebih banyak. Apakah lamanya siswa di sekolah berkorelasi dengan pengembangan prestasi? Hal ini perlu ditelaah lebih lanjut karena meningkatnya prestasi siswa tidak hanya bergantung pada variabel lamanya siswa di sekolah, namun juga ada kontribusi guru dalam membangun daya kolaborasi siswa yang menjadi modal berkreasi sehingga dapat berkompetisi. Membandingkan dengan pengalaman yang berbeda seperi di SMA Sutomo 1 Medan. Sekolah ini unik karena memiliki siswa sebanyak 3200 yang terbagi dalam sejumlah rombongan belajar masing-masing rata-rata 50 siswa, maka setidaknya sekolah ini memiliki 64 rombel. Standar nasional menetapkan 32 siswa per kelas dan maksimum sekolah memiliki 27 rombongan belajar, maka SMA Sutomo 1 Medan jauh dari batasan standar. Yang unik dari sekolah ini, sekali pun sekolah ini tidak memenuhi standar distribusi siswa dan jumlah siswa,

namun mereka membuktikan prestas yang cemerlang. Banyak siswa dari sekolah ini yang berprestasi hingga meraih penghargaan internasional. Mereka mematahkan paradigma bahwa semakin sedikit jumlah siswa, semakin sedikit rombongan belajar, maka semakin besar kemungkinan berpretasi. Mereka membuktikan lain, semakin banyak jumlah siswa, makin kuat ekonomi sekolah sehigga dapat memberkan pelayanan belajar yang baik sehingga siswa berkompetisi dalam kapasitas sosial yang luas sehingga berprestasi tinggi. Di Sutomo strategi memandirikan dan mengkompetisikan siswa lebih kuat dibanding sekolah mana pun. Pemeranan siswa dalam mengorganisir kegiatan berkembang baik. Termasuk dalam mengembangkan daya kompetisi pada bidang akademik. Mereka ditempa dengan target. Jika tidak mencapai target minimal peroleh nilai, tidak naik kelas. Sekolah menegakkan disiplin untuk memperoleh target belajar. Hasilnya siswa patuh pada kewajiban mengejar target mutu. Yang populer dalam bidang teknolog informasi tentu tidak ada duanya. SMA Muhamadiyah satu gresik jagonya. Mereka telah mengaplikasikan sistem melalui penguatan dan pertambahan komputer yang dapat siswa dan guru gunakan. Dengan biaya sekolah yang tidak terlalu tinggi mereka dapat mengembangkan jaringan sekolah yang mencakup seluruh lini sekolah. Guru dan siswa dapat membuka file di server sekolah sehingga semua dapat bekerja di mana pun namun seluruh data tersimpan di sekolah. Pepustakaan sudah berbasis internet. Ulangan berbasis internet. Bekerja berbasis internet. Pengolahan soal berbasis internet. Segala sesuatu berbasis internet, kecuali daya kompetisi siswa dalam bidang akademik tidak serta merta berkembang karena internet. Hal yang terakhir ini masih diperlukan kompetensi pendidik dalam mendongkrak kapasitas akademik siswa agar lebih kompetitif. Namun, di sini kita mencatat SMA Muhamadiyah 1 Gresik menjadi salah satu sekolah paling unggul dalam aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Peningaktan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin meningkat tidak serta merta diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Ada pengalaman di sekolah lain, yang tidak saya sebutkan nama sekolahnya, secara empirik peningkatan penggunaan TIK di sekolah oleh siswa tidak mendongkrak prestasi siswa. Malah sebaliknya, nilai yang siswa menurun. Hal ini dapat terjadi karena mungkin sekolah juga guru-gunya kurang kontrol dalam memastikan bahwa TIK benar-benar siswa gunakan untuk belajar. Berdasarkan pengalaman itu, maka seperti yang terjadi di SMA Muhammadiyah, penggunaan TIK telah mengubah kultur sekolah sehingga termotivasi untuk berkembang lebih cepat, mengurangi penggunaan kertas, meningkatkan semangat guru untuk mengajar, mempengaruhi kebanggan siswa bersekolah, namun untuk menghasilkan prestasi dalam bidang akademik sekolah masih harus berjuang keras meningkatkan komitmen, penguasaan, dan keterampilan guru meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk mengubah yang terakhir ini, diperlukan tidak hanya TIK , melainkan bagaimana sekolah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pembaharuan sekolah sebagai organisasi pembelajar. SMA Negeri 4 Denpasar mengembangkan sekolah dengan penapilan gedung sekolah tak kalah dengan hotel. Indahnya hiasan khas Bali, mengembangkan prestasi bidang seni-budaya, mengelola kebersihan, dedikasi pendidik dan tenaga kependidikan yang sanggup berada di

sekolah enam hari di sekolah, dari pagi hingga petang, serta daya inovasinya dalam mengundang siswa paling berprestasi untuk berbangga menjadi siswa di sini telah mendorong sekolah ini menjadi model sekolah elit di republik ini. Penguatannya tentu karena prestasi siswa yang meraih banyak kejuaraan pada tingkat internasional dan bermitra belajar dengan berbagai sekolah di berbagai negara. Kemitraan sejajar telah mereka jalin di antaranya dengan Australian, Jepang, Korea, Singapura. Seperti dalam pengelolaan sampah. Siswa Korea Selatan, menyatakan bahwa di SMAN 4 Denpasar Bali lebih baik daripada di sekolahnya. Semua guru yang telah berkunjung ke sekolah ini terkesan dengan sikap keramahan dan kekeluargaan di sekolah ini. Sangat baik, itulah kata mereka. Pandainya sekolah ini adalah dalam memanfaatkan kultur, sawah, ladang, sungai di bali menjadi tempat berlajarnya orang asing dalam kegiatan pertukaran guru dan siswa pada program sister school. Hebatnya perkembangan SMA Negeri 4 Denpasar segera memicu sekolah lain untuk lebih berprestasi. Ketika sekolah ini tumbuh berprestasi menjadi tampak beda dari sekolah lain. Namun filosofi yang menyatakan bahwa keunggulan terbuka untuk diraih oleh pendatang baru, maka inovasi selalu muncul dari berbagai sudut. Hal ini terbukti pada saat sekolah memfasilitasi persaingan dalam lomba akademis tingkat nasional, juara bisa muncul dari penjuru mana pun. Sekolah sekolah bersaing untuk memperolehnya melalui perjungan. Namun pada akhirnya sekolah yang paling konsisten dalam melakukan pembinaan yang didukung dengan kultur sekolah yang telah mantap dalam membangun daya kompetisi pada akhirnya selalu mengantarka siswa menjadi juara. Yang tidak kalah menarik adalah pengembangan struktur fisik sekolah. Ada sekolah lain yang mengembangkan sehingga menjadi sekolah yang terkemuka di tanah air. Sebut saja SMA Negeri 1 Tuban. Mereka punya sekolah yang sangat asri dan membangun suasana belajar yang sangat kondusif. Sekali pun budaya belajar belum terbangun karena belum meraih prestasi bidang akademik yang menonjol namun sekolah ini termasuk yang sangat cepat mengembangkan lingkungannya. Jika dalam bidang prestasi akademik akademik terbangkitkan dengan kuat melalui penguatan prestasi dalam bidang fisik maka hal itu tidak tertutup kemungkinannya berubah dengan cepat. Hal itu tercermin dari semangat guru-gurunya yang kuat, kekompakan terbukti sudah melalui pengembangan fisik sekolah yang sempurna. Kini mereka sedang berjuang keras untuk meraih prestasi melalui strategi pengembangan kurikulum, peningkatan prestasi siswa melalui kompetisi, dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan guru dalam pengelolaan standar isi, proses, dan penilaian. Itu semua membuktikan bahwa semua standar yang dikembangkan memiliki kontribusi terhadap perkembangan prestasi siswa. Namun semuanya tidak ada yang melebihi kompetisi guru, pengetahuan, keterampilan, dan dedikasi guru. Modal dasar ini yang membuat siswa menjadi berbeda dan lebih baik. Oleh karena itu, wajar jika sekolah perlu bekerja simultan untuk membangun fisik, meningkatkan mutu dalam pemenuhan standar, bersama dengan meningkatkan kompetensi pendidik dalam menangani proses pembelajaran dan menghasilkan

siswa berprestas. ISO yakin hal ini sangat bergantung pada baiknya proses yang sekolah kembangkan. Kembali ke SMA Khadijah Surabaya, Fisiknya berkembang lebih cepat dan semakin baik, pengembangan kultur berbahasa Iggris, penerapan teknologi informasi dan komunikasi tidak kalah oleh sekolah mana pun. Semua itu telah mendongkrak minat masyarat untuk menyekolahkan siswa di sini naik secara signifikan. Tidak kurang dari 2/3 calon siswa gagal diterima di sekolah ini pada tiap tahun. Siswa yang diterima di perguruan tinggi terkemuka naik terus hingga melebihi 50% dari yang lulus. Kenaikan pun terjadi dengan daya dukung pengembangan keimanan dan ketaqaan melalui pengembangan sekolah berkultur agamis. Namun usaha keras sekolah belum membuahkan prestasi bidang akademis pada kancah persaingan nasional dan internasional. Pencapaian seperti yang diharapkan masih memerlukan usaha yang lebih besar dalam mengembangkan kapasitas siswa belajar sehingga lebih baik daripada di sekolah lain. Namun demikian, dalam upaya ke arah mecapain target yang lebih baik itu, sekolah telah mengembangkan berbagai hal yang lebih baik dari pada yang dapat sekolah lain lakukan. Sekolah ini memiliki sistem penjaminan mutu yang sangat kuat. Program penjaminan dikelola oleh Unit Penjaminan Mutu (UPM). Beberapa produk dari lembaga ini adalah instrume evaluasi kinerja sekolah, kinerja pembelajaran, dan pengajaran. Yang lebih unik adalah pada tiap semester guru meberikan penilaian kepada siswa. Siswa juga dibantu oleh UPM memberikan rapot atas pelayanan belajarnya kepada siswa. Siswalah yang menilai, sesuai dengan prinsip Total Qality Manjemen (TQM), kinerja guru. Prinsip yang mereka pakai adalah guru yang paling memberikan kepuasan kepada pelanggan yaitu siswa adalah guru yang paling berprestasi. Hebatnya penunaian kegiatan ini tidak menimbulkan gejolak ketidakhormatan kepada siswa, melainka menambah spirit kepada guru untuk lebih baik mengajar. Sistem pengumpulan data adalah melalui angket yang diberikan secara berkala kepada siswa yang dirancang khusus sesuai dengan prinsip ideal pemberian materi pelajaran dan pendidikan. Seperti dalam penataran pada sesi akhir orang dewasa sering dimintai untuk memberikan informasi tingkat kepuasannya terhadap pelayanan panitia dan penyaji. Dalam penerapan sistem penjaminan mutu, keunggulan sekolah ini belum tersaingi sekolah lain. Semoga setiap kelebihan yang dapat sekolah wujudkan, menjadi modal untuk membangun prestasi siswa yang lebih tinggi di masa depan. Sekolah yang tidak berhenti berihtiar tidak pernah kehabisan harapan baik di masa depan. (Rahmat)

You might also like