You are on page 1of 4

BAB ..

Kedudukan Perencanaan Pendidikan; Definisi Perencanaan, Pendidikan, dan Perencanaan Pendidik an; Bentuk Kegiatan Perencanaan Pendidikan; Fungsi Perencanaan Pendidikan; Proses membuat rendik (Kaufman:1-9; Sanusi Uwes:1-8). A. Kedudukan dan Fungsi Perencanaan: Perencana pada kegiatan perencanaan pendidikan merupakan tangan Tuhan melaksanakan takdirNya. Taqdir Tuhan pada manusia adalah jadi khalifah di muka bumi (QS 2:30), memakmurkan dunia (QS11:61), makhluk pencari tahu (2:31) dan mempersiapkan masa depan generasi pelanjutnya (QS59: 19). Untuk itu manusia diberi kewenangan menggunakan segala macam sumber daya (resources) secara efisien dan efektif (QS2:29; 17:26,27; 3:191), supaya manusia memiliki integritas pribadi yang bermartabat (iman), mempunyai integritas sosial (amal soleh), serta hidup dalam proses yang terus menerus berinteraksi dengan sesamanya menuju kebenaran hakiki (QS103:1-3). Posisi strategis perencana tersebut, menunjukkan strategisnya kedudukan perencanaan bagi manusia. Dalam hal perencanaan pendidikan, faktor peserta-didiklah yang akan diantarkan pada posisi taqdir tersebut, dan karena itu peserta didik berada pada posisi sentral, pusat penentu seluruh unsur yang terlibat dalam proses pendidikan. Dengan melihat posisi tersebut di atas, perencanaan memiliki fungsi yang sangat berfungsi, yakni sebagai (a) pengarah kegiatan atau pedoman bagi seluruh pekerjaan untuk mencapai tujuan pembangunan; (b) perkiraan kebutuhan tentang barang, orang, tempat, waktu, peluang, dan tantangan yang demikian ketidak pastian akan persiapan dapat diminimalisasi sesedikit mungkin; (c) upaya memilih opsi atau alternative cara kegiatan dan jenis, bentuk, ukuran, barang terbaik. Produk kegiatan ini adalah skala prioritas; dan (e) ada standar evaluasi atau pengawasan terhadap setiap kegiatan yang direncanakan. B. Definisi Perencanaan, Pendidikan, dan Perencana an pendidikan. Perencanaan, didefinisikan Kaufman (1972:8) sebagai a projection of what is to be accomplished to reach valid and valued goals. Sasaran kerjanya concerned with determining what is to be done diadakan sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan where to go and identifying the requirement for getting there is the most effective and efficient manner possible. Koontz at all (1984:103) menegaskan tujuan dari planning is to facilitate the accomplishment of enterprise purpose and objective atau juga disebutkan sebagai to make the future better than the past. Dalam perencanaan diperlukan imajinasi tentang masa depan lingkungan pendidikan dan komunitas manusia pada aspek-aspek nilai, tujuan, dan struktur sosial komunitas yang akan dijadikan sasaran perencanaan. Dalam kaitan inilah perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang (Fakry Gaffar (1987:14).Dalam Udin dan Abin (2007:5) planning is trying to understand the present situations, to analyze it in formal way. Sementara menurut Harvey S Perloff and Benyamin Handler, "planning as blending of procedure and content", yang di dalamnya terliput saling hubungan antara penduduk, objek phisik, dan kekuatan lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa "planning is concerned with the conservation of resources" juga di dalamnya "must include such characteristics as economics, politics, social factors, budgeting and patterns of living. Catatan lain tentang definisi ini adalah, Banghart and Trull membedakan perencanaan dengan rencana. 'Preparing to do' is called planning, and 'communicating what is to be done' is called a plan. Dengan melihat beberapa definisi dan kandungan yang tersirat di dalamnya, dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah keputusan menetapkan keadaan masa depan yang

valid dan bermakna melalui formulasi kegiatan menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya, dan system yang baik, benar, argumentatif, sistimatis, yang diproyeksikan untuk mencapai tujuan pembangunan. Pendidikan sebagai suatu proses adalah upaya pelayanan optimalisasi pengembangan potensi dasar manusia, baik dalam hal berketuhanan, kekhalifahan, berpikir, berilmu, dan bertindak bebas. Sementara sebagai suatu lembaga, pendidikan merupakan miniature dari sistem sosial yang melibatkan berbagai elemen sosial dalam suatu komunitas.
Sebagai suatu proses kegiatan, pendidikan merupakan pelayanan jasa yang beragam dan berjenjang. Hasil yang diperoleh terdidik/murid sebagai penerima layanan, ditentukan oleh pemberi layanan (sistem persekolahannya), dan murid tersebut sebagai penerima layanan, dan malah jadi faktor dominannya. Pendidik tidak dapat menjalankan fungsi mengajar melatih dan membimbing tanpa kehadiran dan kesiapan terdidik. Sebaliknya terdidik tetap dapat menjalankan fungsi belajar dan berlatih tanpa kehadiran pendidiknya, manakala memiliki kesiapan fisik maupun psikhis untuk kegiatan belajar.

Terdidik adalah subjek yang dilayani, yakni manusia dengan sifat-sifat basyariyah (phisik), insan (psikhis) dan naas (sosial)nya, memiliki potensi dasar dengan kapasitas dan kecenderungan masing-masing yang berbeda-beda. Dia adalah manusia yang bersifat aktif, bergerak sejak awal kelahirannya. Dalam pada itu "ilmu dan sikap" sebagai bahan layanan pendidikan, bukanlah seperti tinta yang dituliskan pada kertas putih, tapi lebih sebagai biji-bijian yang ditaburkan pada tanah yang mengandung berbagai zat dan mineral, yang dapat menolak atau menerima bibit sesuai dengan cocok tidaknya keadaan benih tersebut. Terdidik juga bukanlah seperti kertas kosong yang menerima pasif segala perlakuan penulis, dan bukan pula merupakan kekuatan dinamik yang tidak berkorespondensi dengan lingkungannya. Terdidik adalah manusia yang bersifat dinamik namun juga "potensial" untuk dipengaruhi lingkungannya. Ia adalah manusia yang dapat bebas menentukan sikap dan tujuan hidup, tapi juga terikat oleh sikap dan tujuan hidup pilihannya justru dalam rangka menjaga kebebasannya. Perencanaan Pendidikan Education system Planning is the identification of all requirement for meeting identified, document needs. It includes the use of the tools associated with needs assessment and system analysis (Kaufman, 1972:25). Sementara menurut Beeby (1984:6) Perencanaan pendidikan adalah kegiatan memandang masa depan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya, dan system pendidikan yang diarahkan kepada kenyataan ekponomi dan politik, untuk pengembangan system itu sendiri, kebutuhan Negara dan murid-murid. Dalam pada itu Banghart dan Trull (p.333) berpendapat bahwa Educational Plan is a variation on the general systems approach to planning, involving the total activity systems of education and the community that influences the overall operation. Unsur penting dalam pembuatan perencanaan pendidikan, adalah hal-hal sebagai berikut. (a) parameter dalam dan luar perencanaan, untuk ini diperlukan metoda analisis yang rasional dan sistematik; (b) identifikasi dan proyeksi masa depan sebagai tujuan. Hal ini berimplikasi terhadap perhitungan SDM, jumlah bangunan, kebutuhan dan sumber finansial yang disebar kepada periodisasi dana & waktu.

(c) menegaskan hubungan antara pengembangaan sistem pendidikan dengan pengembangan masyarakat dan bangsa seluruhnya, Dalam kaitan inilah perencanaan pendidikaan berfungsi sebagai tools pembangunan untuk membangun manusia pembangunan; (d) Penyusunan rancangan yang link and match antara para lulusan dengan kebutuhan SDM baru, baik pada tingkat lokal, regional, nasional, atau malah global. . Bentuk Kegiatan Perencanaan Pendidikan. Perencanaan sebagai proyeksi tindakan ke depan untuk mencapai tujuan yang benar dan bermakna, meliputi berbagai kegiatan yakni 1.. mengidentifikasi dan mendokumentasi kebutuhan; 2. menyeleksi prioritas kegiatan; 3. membuat ciri2 rinci tiap kebutuhan tersaring; 4. mengidentifikasi syarat2 pencapaian kebutuhan tersaring, termasuk membuat spesifikasi pemecahan masalah yang mungkin timbul; 5. mengidentifikasi tahapan-tahapan hasil kegiatan serta menentukan cara pengawasannya; dan 6. mengidentifikasi strategi alternative (untung-rugi) yang mungkin serta menyempurnakan tiap persyaratan untuk memenuhi tiap kebutuhan.(Kaufman, p.6). Dimensi. Seorang perencana perlu memahami sembilan dimensi (tingkat, ukuran, dan besaran) rendik supaya rendiknya komprehensif dan efisien Pertama, Signifikansi. Kepentingan masalah rendik tergantung tingkat signifikansi kepentingan masyarakat menentukan tujuan, garis besar, dan kriteria evaluasi pendidikan. Hal ini harus jelas supaya para pemerhati mudah mengobservasi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan pendidikaan. Kedua, fisibilitas(feasibility). Hal ini terkait dengan otoritas politik, peluang teknologi, estimasi pembiayaan, serta aspek lain berdasarkan pertimbangan yang realistik. Ketiga, Relevan (relevance), yakni kesesuaian dengan tujuan, peluang untuk diteraplaksanakan memecahkan masalah, disamping sebagai gambaran optimalisasi proses mencapai tujuan spesifik. Keempat, kepastian (definitiveness), yakni identifi kasi program berdasarkan pemikiran yang paling argumen tatif. Untuk memperolehnya dapat melalui simulasi, sehingga reel perencanaan bertumpu pada data yang dapat dipercaya. Kelima, Hemat (parsimoniousness), "should be outlined in the simplest manner". Perencana harus memilih solusi yang paling efisien. Keenam, sesuai (adaptability), yakni bersifat dinamik dalam perubahan sesuai dengan masukan informasi pada sistem yang dikembangkan. Ketujuh, masa depan (time). Pertama, waktu merupakan siklus alamiyah, kedua, kebutuhan untuk berubah sesuai dengan berlalunya waktu, ketiga, ada batas target waktu yang harus ditentukan dalam perencanaan, keempat, waktu juga mempengaruhi kemampuan menilai kebutuhan pendidikan terkait dengan kehidupan masa depan. Kedelapan, monitoring terkait kepada dua aspek. Pertama keperluan efektivitas ruang, waktu dan biaya, dan kedua, argumentatif untuk kelancaran kegiatan, dan penetapan prosedur. Kesembilan, Pokok bahasan yang jadi bahan rendik (Subject Matter), terdiri atas: (a) tujuan dan sasaran, yakni output proses pendidikan dari seluruh bahan ajar. (b) program dan pelayanan, yakni pengorganisaasian pembelajaran dan daya dukungnya. (c) Sumber Daya Insani (SDI), yakni upaya-upaya pengembangan kinerja, interaksi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, pertumbuhan dan kepuasan/kebahagiaannya. (d) Sumber Daya Phisik, yakni penggunaan fasilitas, bentuk distribusi, cara memperolehnya, serta pemanfaatannya. (e) Pembiayaan, yakni pengeluaran, perolehan terkait penggunaan SDI dan SDPhisik. (f) Struktur pengorganisasian,

yakni cara mengor ganisasi dan mengatur kegiatan dan pengawasan program dan aktivitas pendidikan, dan (g) konteks social, yakni sumber-sumber yang harus terlibat dalam system pendidikan (Banghart and Trull, p.7-11). Perencanaan Pendidikan berfungsi sebagai 1. Pengendali tujuan kegiatan, 2. Gambaran kehidupan masa depan; 3. tool of development masa yang akan datang, 4. Perpaduan tujuan pembangunan atau kelembagaan dengan realitas kemampuan lapangan, karena itu indikator bahwa suatu perencanaan itu bermutu baik, ialah manakala dapat dilaksanakan di lapangan, dan ke 5. Membangun manusia pembangunan. Disini akan terjadi sinergi system antara pembangunan dan pendidikan yakni manusia pembangunan sebagai produk pendidikan, dan proses pendidikannya sendiri sebagai produk pembangunan(K:1-9;SU:1-8).

You might also like