You are on page 1of 14

PENGOBATAN SENGATAN LEBAH (APIPUNTUR)

ANALISIS FENOMENA PEMANFAATAN PARASIT DI DUNIA KESEHATAN

oleh: Rizka Annisa Hanif (082310101067)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

KATA PE

ANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan hikmatNya, penyusunan analisis fenomena pemanfaatan parasit di dunia kesehatan dengan judul Pengobatan Sengatan Lebah (Apipuntur) ini dapat terselesaikan dengan baik. Analisis ini diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi. Analisis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. 2. Dr. Sujono Kardis, Sp. Kj, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, Ns. Retno Purwandari S.Kep selaku penanggung jawab dan dosen pembimbing mata kuliah Parasitologi, 3. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan analisis jurnal ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan analisis jurnal ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai penyempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga analisis jurnal ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jember, Juni 2011 Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................ ................................ ...................... i KATA PENGANTAR................................ ................................ .................... ii DAFTAR ISI ................................ ................................ ................................ .. iii BAB 1. PENDAHULUAN ................................ ................................ ............. 1 1.1 L t r Bel 1.2 Tuju g ................................ ................................ .............. 1

................................ ................................ ............................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................ ................................ .... BAB 3. ANALISIS ................................ ................................ ......................... BAB 4. PENUTUP ................................ ................................ ......................... 4.1 Ke impul ................................ ................................ ...................

DAFTAR PUSTAKA................................ ................................ ..................... LAMPIRAN ................................ ................................ ................................ ...

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 L t r Bel

Sengatan lebah menjadi suatu yang menakutkan dan tidak ingin dialami oleh setiap orang. Rasa sakit dan gatal yang ditimbulkan, bisa bertahan hingga tiga hari. Munculnya benjolan bekas sengatan lebah dapat mengganggu penampilan seseorang. Apalagi jika orang tersebut memiliki alergi terhadap racun serangga, selain gatal-gatal, bisa juga menyebabkan demam dan mati rasa. Bahkan alergi yang berlebihan bisa menyebabkan kematian. Meskipun tampak menakutkan, racun yang terdapat pada sengat lebah justru memperkuat kekebalan tubuh manusia. Pada racun sengat lebah, terdapat senyawa mellitin yang mengandung zat penenang, anti bakteri, dan anti virus. Oleh karena itu, sengatan lebah dijadikan metode pengobatan alternatif yang dikenal sebagai Apitherapy. Tidak jelas kapan pertama kali metode pengobatan ini digunakan. Di era modern, kajian mengenai Apitherapy dimulai sejak 1888 dipelopori oleh Phillip Terc, seorang fisikawan asal Austria dalam Jurnalnya yang diterbitkan dengan judul : Report About a Peculiar Connection Between the Bee stings and Rheumatism (Jurnal Mengenai Hubungan yang Aneh antara Sengat Lebah dan Rematik). Di Amerika Serikat, pengobatan dengan sengat lebah digagas oleh Charles Mraz (1905-1999), seorang peternak lebah, pada tahun 1930an. Penggunaan sengat lebah secara formal di rumah sakit dimulai di Cina pada tahun 1960an.

1.2 Tuju

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Je i -Je i Leb h Lebah termasuk dalam kelas insekta dan tergolong dalam jenis serangga yang berdarah dingin yakni hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh perubahan suhu hawa yang ada disekitarnya. Lebah madu termasuk dalam famili Apidae. Terdapat di Eropa, Afrika, dan Asia. Pada Apidaae, madu dan tepung sari disimpan dalam sisiran yang vertikal, dan tempayak dibesarkan dalam sisiran yang sama. Klasifikasi lebah madu adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hymenoptera : Apidae : Apis : Apis andreniformis Apis cerana Apis nigrocineta Apis dorsata Apis florae Apis koschevnikovi Apis laboriosa Apis mellifera A. andreniformis, A. cerana, dan A. dorsata adalah lebah alam Indonesia, A. florea di Yunan, Cina, A. koschevnikovi di Serawak (Kalimantan), A. laboriosa di Himalaya dan A. mellifera berasal dari kawasan laut tengah. Lebah madu adalah serangga sosial yang hidup bergerombol membentuk koloni. Dari 20.000 spesies lebah yang dikenali hanya lebah madu yang menghasilkan madu. Famili Apidae merupakan jenis lebah penghasil madu sejati. Yang paling penting sebagai penghasil madu dan lilin adalah lebah madu dari genus Apis. Lebah madu adalah serangga sosial yang hidup bergerombol membentuk koloni. Dari 20.000 spesies lebah yang dikenali hanya lebah madu yang menghasilkan madu. Famili Apidae

merupakan jenis lebah penghasil madu sejati. Yang paling penting sebagai penghasil madu dan lilin adalah lebah madu dari genus Apis.

2.2 Mor ologi dan Anatomi Lebah Madu a. Morfologi (Struktur Eksternal) Tubuh lebah madu terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen). Seperti halnya insekta lebah tidak mempunyai kerangka internal tempat otot bertaut, tetapi sebagai penggantinya adalah penutup tubuh eksternal yang mengandung Chitin dan menutupi organ dalam. b. Anatomi (Struktur Internal) Anatomi lebah madu dalam hal ini meliputi sistem pencernaan, sistem penginderaan, dan sistem reproduksi. Sistem pencernaan pada lebah madu berturutturut adalah: mulut, osefagus, kantong madu, proventriculus, ventriculus, usus halus, usus besar, colon dan rectum. Sistem penginderaan pada lebah madu meliputi indera penglihat, indera pencium, dan indera peraba. Dalam hal sistem reproduksi, organ reproduksi yang berkembang sempurna pada lebah hanya pada lebah jantan dan ratu. Seekor lebah ratu dewasa yang produktif dapat menelurkan 1000-2000 sel telur per hari.

2.3 Habitat Lebah Madu Salah satu syarat hidup lebah adalah adanya tanaman. Secara umum lebah bisa hidup di seluruh belahan bumi, kecuali di daerah kutub. Hal ini disebabkan di daerah kutub tidak ada tanaman yang menjadi sumber pakan lebah. Di daerah tropis lebah dapat berkembang biak dengan baik dan produktif sepanjang tahun karena tumbuhan sebagai sumber pakan tersedia terus. Di daerah sub tropis lebah tidak produktif pada musim dingin. Di alam bebas lebah tinggal di gua-gua dalam hutan termasuk di tebing-tebingnya. Di hutan, koloni lebah juga tinggal di pohon-pohon yang berlubang. Sementara di daerah peternakan lebah tinggal didalam tempat yang sudah disediakan namanya stup.

2.4 Koloni Lebah Madu Lebah madu hidup dalam suatu keluarga besar yang disebut koloni, yang berdiam dalam satu sarang lebah. Sampai saat ini jenis koloni yang umum dibudidayakan adalah jenis apis cerana dan apis mellifera. Di dalam koloni terdapat seekor lebah ratu, beberapa ratus lebah jantan dan puluhan ribu lebah pekerja. Jumlah ini tergantung pada efektivitas penyerbukan dan kondisi makanan (bunga) setempat. Masing-masing anggota koloni memiliki pekerjaan yang dilakukan secara fungsional dan profesional. Sel sarang atau sisir, semacam malam merupakan tempat lebah tersebut berkelompok. Sel sarang atau sisir tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan makanan dan tempat telur/ pemeliharaan keturunannya.Jumlah makanan yang tersimpan dalam sarang tergantung pada kondisi flora, cuaca, jumlah lebah perkoloni, dan jenis lebah. a. Lebah Ratu Lebah ratu merupakan pemimpin koloni dan bertanggung jawab terhadap keutuhan dan kekompakkan koloni. Ratu ini berjenis kelamin betina dan hanya terdapat satu ekor dalam tiap koloni,Tugas utamanya adalah menghasilkan telur untuk perkembangan koloni. Ukuran ratu paling besar, panjang badannya hampir dua kali dan beratnya hampir tiga kali lebah pekerja. Umur ratu bisa mencapai enam tahun. b. Lebah Jantan Lebah jantan berasal dari telur yang tidak dibuahi. Lebah ini berfungsi sebagai lebah pemacek, yakni mengawini ratu muda. Jika beruntung, seekor lebah jantan hanya dapat kawin sekali selama hidupnya, karena setelah berhasil mengawini ratu, lebah ini akan mati. Karena sifatnya yang pemalas, pada saat krisis makanan, banyak lebah jantan dibunuh oleh lebah pekerja. c. Lebah Pekerja Lebah pekerja adalah kelompok yang jumlahnya paling banyak dalam koloni. Lebah pekerja juga berasal dari sel telur yang dibuahi. Ovariumnya tidak berkembang sempurna sehingga tidak dapat bertelur. Lebah pekerja

bertanggungjawab kesejahteraan koloni. Kecuali tugas reproduksi, semua pekerjaan pada koloni lebah madu sepenuhnya dilakukan oleh lebah pekerja. Tugas lebah pekerja sesuai dengan perkembangan umur. Dari mulai menetas sampai umur tiga hari sebagai petugas kebersihan. Umur 3-12 hari bertugas sebagai

perawat larva. Sejak hari ke 13-18 bertugas membuat dan memoles sisiran sarang. Dari umur 18 sampai 20 bertindak sebagai pengawal dan menjaga kesegaran udara di dalam sarang. Mulai hari ke-20 sampai datangnya kematian lebah bertugas mengumpulkan nektar, polen, propolis dan air. Dimasa tuanya lebah pekerja berperan sebagai pemandu bagi lebah muda untuk mencari lokasi pengumpulan nektar, polen, propolis dan air.

BAB 3.ANALISIS

3.1

Manfaat Apitherapy Terapi sengat lebah dapat digunakan untuk mengobati hampir semua penyakit

dalam, kecuali jantung, penumpukan lemak pada limpa, juga AIDS. Meskipun demikian, pengobatan ini tidak mampu memulihkan cacat permanen seperti kebutaan pada penderita diabetes mellitus, dan penyakit yang berhubungan dengan tulang. Selain itu, karena pasien tidak harus menjalani operasi, biaya pengobatannya pun relatif murah, dan resiko yang diakibatkan pun tidak sebesar jika pasien harus mengalami pembedahan.

3.2

Batasan Apitherapy Pada dasarnya, metode pengobatan ini relatif aman, karena racun yang terdapat

pada lebah tidak sekuat bisa pada kalajengking, lipan, dan tarantula. Meskipun demikian, resiko dan efek samping tetap saja ada. Seperti bengkak, gatal-gatal, juga sensasi kejut yang ditimbulkan saat lebah disengatkan pada tubuh pasien. Bahkan jika pasien tidak mampu mengatasi rasa kejut atau memiliki alergi yang berlebihan, pengobatan ini bisa berujung kematian. Oleh karena itu, untuk menghindari efek-efek yang tidak diinginkan tersebut, ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi. Yang pertama, pemilihan jenis lebah yang akan dipakai. Karena, meskipun setiap lebah berasal dari genus yang sama, tidak semua spesies lebah dapat dipakai untuk pengobatan. Spesies lebah yang umum dipakai hanya spesies Apis cerana dan Apis malivera, yang dikenal sebagai lebah penghasil madu. Sementara itu, spesies Apis dorsata yang biasa tinggal di hutan, tidak dapat digunakan karena kadar racunnya terlalu tinggi. Selain itu, karena lebah yang dipakai untuk terapi akan langsung mati setelah menyengat pasien, lebah tersebut harus berasal dari kelas pekerja yang berjenis kelamin betina. Tentu saja hal ini disyaratkan untuk menjamin kelangsungan hidup koloni lebah tersebut. Karena, lebah betina kelas pekerja tidak dapat menghasilkan telur. Sementara lebah pejantan diperlukan untuk membuahi sang ratu.

3.3

Kontra Indi asi Perlu diperhatikan, pengobatan ini tidak cocok untuk semua orang. Terutama bagi

mereka yang memiliki penyakit jantung, alergi yang berlebihan, anemia, dan kelainan lemak pada limpa. Terapi ini tidak disarankan untuk orang yang kondisi fisiknya lemah, baik karena kelelahan, sedang hamil, dan yang sedang berpuasa. Kelompok yang tidak diperkenankan diobati dengan metode ini adalah balita (anak yang berumur di bawah lima tahun) dan manula (manusia usia lanjut) berusia lebih dari 60 tahun. Oleh karena itu, sebelum pasien diterapi akan ada cek medis terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi fisik dan mental calon pasien. Diluar kondisi-kondisi tersebut, ada juga pasien yang dosis racunnya dibatasi.Pembatasan ini diistilahkan Ummi Anna sebagai setengah dosis. Jika pada umumnya lebah disengatkan pada pasien selama 10-15 detik, pada pasien-pasien dengan kondisi khusus ini lebah hanya disengatkan selama 3-5 detik saja. Hal ini berlaku bagi pasien anak-anak (diatas lima tahun) dan orang tua dibawah umur 60 tahun. Setengah dosis juga diberikan pada pasien yang beratnya diatas atau dibawah normal dengan acuan BMI (body mass index), pasien yang penakut, juga yang memiliki immunitas rendah terhadap racun serangga tetapi masih bisa mentolerir sampai batasbatas tertentu.

3.4

Pelaksanaan Apiteraphy Di Indonesia Apitherapy umumnya dilakukan setelah pasien di-bekam

(dikeluarkan darah yang mengandung racun). Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja racun sengat lebah pada tubuh pasien. Setelah itu lebah disengatkan pada titiktitik akupuntur yang berkaitan dengan penyakit pasien tersebut. Setiap lebah hanya bisa digunakan untuk satu titik saja, karena lebah tersebut akan mati setelah mengeluarkan racunnya. Racun ini akan bertahan di tubuh pasien dan bekerja selama tiga hari. Lamanya waktu penyembuhan pun bervariasi. Untuk penyakit-penyakit ringan seperti sakit kepala, rematik, masuk angin, dan pegal-pegal, biasanya dapat disembuhkan dengan satu kali terapi saja.Tetapi, pada penyakit yang kronis seperti stroke dan kanker biasanya butuh waktu antara tiga hingga empat bulan. Dengan syarat, terapi dilakukan secara rutin, minimal seminggu sekali.

DAFTAR PUSTAKA Ilham, Rahmat. 2010. Terapi Sengat Lebah. http://askepaskeb.blogspot.com/2010/06/terapi-sengat-lebah.html [5 Juni 2011] Ahmad Sanusi. 2009. BIOLOGI LEBAH MADU http://sanoesi.wordpress.com/2009/05/27/biologi-lebah-madu/ [5 Juni 2011] Sarah. 2011. Apitherapy, Pengobatan dengan Sengat Lebah . http://karismaitb.com/artikel/apitherapy-pengobatan-dengan-sengat-lebah/ [5 Juni 2011]

Nasution,

Luziani,

LAMPIRAN : A ik l

Ka is, 03 J ni 2010
T a is n a l a
Rahmat Ilham

Kamis, Juni 03, 2010

Terapi sengat lebah atau Apipuntur telah diakui oleh WHO (Organisasi Kesehatan dunia) pada konferensi ke II terapi akupungtur lebah dan apiterapi di Nanjing Cina tahun 1993, sebagai alternatif pengobatan. Terapi pengobatan sengat lebah dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maupun medis. terapi ini telah dikenal ribuan tahun lalu dan jutaan orang telah terbantu dengan pengobatan ini. Disebutkan dalam Al quran surat An Nahl ayat 68-69, di dalam madu lebah terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Ayat tersebut menjabarkan pada manusia, lebah memiliki khasiat yang dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit. Produk turunan yang dihasilkan lebah ada 13, di antaranya madu, propolis, royal jelly, pollen, bee venom, lilin lebah, madu sarang, roti lebah, larva lebah, dan phedra. Pengobatan dengan menggunakan lebah biasa disebut Aphitherapy (apiterapi), yang berasal dar perpaduan i bahasa Latin, aphis berarti lebah dan therapy, pengobatan. Apiterapi didefinisikan sebagai upaya pengobatan komplementer untuk tujuan prefentif, kuratif, dan rehabilitasi menggunakan lebah dan produk turunannya. Salah seorang terapis sengat lebah, Oman, mengatakan, penggunaan madu lebah untuk kesehatan telah diketahui sejak ribuan tahun lalu. Penggunaan sengat lebah untuk meringankan nyeri sendi dan artritis telah lama dilakukan oleh bangsa Yunani. Pelopornya adalah bapak kedokteran modern,

10

Se in itu, Dr. Philip Tere dari Perancis pernah meneliti hubungan antara sengat lebah dan rematik. Sebelumnya, tahun 1864, Prof. Libowsky melaporkan kesembuhan pasiennya yang menderita rematik dan neuralgia setelah diterapi dengan sengatan lebah. Pengobatan menggunakan sengat (bisa) lebah dikenal sebagai apipuntur. Apipuntur, kata Oman adalah bagian dari apiterapi. Apipuntur memanfaatkan bee venom dan metode akupuntur. Lebah untuk terapi ini jenis Apis mellifera dan Apis cerana. Apipuntur sendiri merupakan bagian dari apiterapi. Sengat atau racun lebah sangat baik untuk menormalkan segala aktivitas pembuluh darah dan saraf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengat lebah mengandung melitin, apamin, peptida 401 (MDC), inhibitor protease, dan norepinephrine, kata terapis yang mendalami pengobatan sengat lebah sejak tahun 2000 itu. Apiterapi secara umum dimanfaatkan untuk meredakan gangguan rematik, masuk angin, flu, salah urat, hingga penyakit berat, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Cara itu pun diklaim efektif untuk mengobati penyakit degeneratif, seperti stroke. Seseorang yang mempunyai keluhan tidak semerta langsung diterapi. Oman memilki cara untuk mendeteksi penyakit yang diderita pasien. Kalau ditekan ditempat yang menjadi sumber penyakit terasa sakit, di tempat itu dilalukan sengatan, jadi tidak sembarangan, jelasnya. Jumlah sengatan tergantung pada jenis penyakit. Namun, satu sengatan di titik-titik tertentu dianggap cukup sebagai perkenalan. Buat yang baru terapi biasanyadiberi satu atau dua sengatan, kalau yang sudah biasa biasa sampi tujuh tapi tidak boleh lebih dari 10, kalau terlalu banyak bisa meriang meski daya tahan tubuh pasien kuat, jelasnya. Sengatan lebah yang sedang bereaksi di tubuh ditandai dengan ketidakno rmalan sejenak yang sifatnya individual. Reaksi pasien berbeda-beda, apakah sebelumnya pernah disengat lebah atau tidak. Biasanya pasien akan mengalami reaksi lokal dan sistemik. Ciri reaksi lokal adalah pembengkakan di sekitar lokasi sengatan, gejala klinisnya gatal, nyeri, dan kaku. Reaksi sistemik berupa demam, lemas, telinga berdengung, dan pusing. Untuk menetralkan kondisi tersebut, dia menganjurkan konsumsi madu dan mengoleskan minyak gosok di bagian yang bengkak dan gatal. Karena itu, terapi sengat lebah akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemberian madu, propolis, pollen, atau royal jelly. Pasien yang pertama kali disengat dan daya tahan tubuhnya jelek biasanya suka meriang. Saya menganjurkan pasien untuk minum madu dan jangan mandi, imbuh Oman. Mengapa Sengat Lebah begitu istimewa? Sengat lebah mempunyai bisa yang mengandung air dan enzim-enzim seperti fosfolipase A dan hialuronidase, zat melitin, adolapian, apamin dan MCD-peptida. Pengobatan sengat lebah

Hippoc

es

11

telah terbukti sejak zaman dahulu dan dapat dibuktikan pada pengobatan modern untuk mengobati Rematik. Seperti: 1. Radang persendian, 2. Radang arthritis 3. Pengapuran 4. Radang bahu 5. Penyakit tulang leher 6. Sakit syaraf 7. Urat kejepit 8. Kaki tangan kesemutan 9. Asam urat 10. Bagian tubuh mati rasa 11. Gout, dll. Penyakit Rematik dan Asam Urat adalah penyakit yang umum di jumpai pada masyarakat Indonesia terutama memasuki usia tua. Gejala yang biasa dijumpai adalah nyeri, bengkak sendi, kaku ketika bangun tidur, otot nyeri dan kesemutan, kepala pusing, badan pegal-pegal, lemah/lesu, dll.

Sumber : http://askep-askeb.blogspot.com/2010/06/terapi-sengat-lebah.html

You might also like