You are on page 1of 20

GONORE

PENDAHULUAN
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrheae dimana gejalanya yang khas yaitu keluarnya duh tubuh yang kental (mukopurulen) dari uretra . Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae (PPNG). Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk Indonesia.1 Manifestasi klinik pada laki-laki biasanya uretritis, pada wanita cervicitis,tetapi dapat juga asimptomatik.Daerah lain yang dapat terkena adalah selain saluran urogenital yaitu rektum, faring, dan mata.Penyakit menular seksual (PMS) dimaksudkan sebagai penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seksual.Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.2 Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, orogenital dan ano-genital, tetapi dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya, oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra-genital.1

EPIDEMIOLOGI
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual,dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung, walaupun semua

golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens tertinggi berkisar pada usia 15-35 tahun.2 Insiden gonorea di Amerika Serikat meningkat secara dramatis pada tahun 1960 dan awal tahun 1970 dimana terdapat lebih dari 1 juta kasus yang dilaporkan.Pada tahun 1980 terdapat sedikit penurunan pada kasus yang dilaporkan yaitu 700.000 kasus.2 Penurunan kasus terus berlanjut dimana pada tahun 2000 terdapat 358.959 kasus gonore dilaporkan di U.S Center for Disease Control(CDC).Di Amerika Serikat, 75% dari semua kasus gonore yang dilaporkan berusia 15-29 tahun.2 Pada wanita terbanyak usia 15-19 tahun, sedangkan pada laki-laki usia 20-24 tahun.Penyakit ini terkonsentrasi diwilayah yang padat penduduknya.Epidemiologi N.gonorrhoeae berbeda pada tiap-tiap negara berkembang.2 Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan.Pada tahun 1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, dimana dengan angka tersebut menunjukkan bahwa kasus gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan sampai tahun 1984. Faktor-faktor resiko:2 a. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi b. Mempunyai banyak pasangan seksual c. Pada bayi-saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi d. Pada anak akibat penyalahgunaan seksual(seksual abuse) oleh penderita terinfeksi. Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970.Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita.2 Penyakit ini mempunyai insidens yang tinggi dibanding penyakit menular seksual lainnya.Walaupun angka kejadian penyakit ini sudah

menurun sejak tahun 1970an, namun hampir 800.000 kasus baru ditemukan tiap tahun di Amerika Serikat.Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya.Penyakit ini lebih sering menyerang remaja dan dewasa muda, serta lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.2 Efisiensi penyebaran gonore tergantung bagian anatomi yang terkena dan jumlah terpajannya.Resiko terjadinya infeksi pada laki-laki setelah melakukan hubungan seksual dengan wanita yang terinfeksi ialah 20%,meningkat menjadi 60-80% setelah empat kali terpajan.2 Prevalensi pada wanita setelah kontak seksual yang kedua kalinya dengan laki-laki yang terinfeksi ialah 50-90%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa resiko terinfeksi dengan sekali pajanan dari laki-laki ke wanita adalah lebih besar, hal ini disebabkan karena retensi hasil ejaculate di vagina.Resiko transmisi dengan cara selain seksual adalah lebih sedikit.2

ETIOPATOGENESIS
Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N.meningitidis, dan 2 lainnya yang bersifat komensal N.catarrhalis serta N.pharyngi sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.1 Gonokok termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8u dan panjang 1.6u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat negatif-Gram, terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 0 C, dan tidak tahan zat disinfektan.1 Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili dan bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa

epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.1

Gambar 1. Neisseria gonorrhoeae, intrasellular gram negatif diplokokus dalam kelompokan yang ditandai dengan anak panah. Diambil dari kepustakaan 3. NN.Gonorrhea. Available at: http://www.emedicine.com/med/TOPIC922.HTM. Accesed on juni 2011.

Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya lebih bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah berobat sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.1 Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan anatomi genitalia pria dan wanita.1 Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan ,

inflamasi, dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antilipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit.Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi fulllenght lipo-oligosaccharide(LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.3

Gambar 2. Proktitis yang terlihat pada saat endoskopi. Diambil dari kepustakaan 3.NN. Gonorrhea. Available at: http://www.emedicine.com/med/TOPIC922.HTM. Accesed on juni 2011.

GEJALA KLINIK A. Infeksi Gonorrhea Lokalisata 1. Genitalia Eksternal Pria


Pada pria manifestasi yang major adalah urethritis4. Karakter awalnya adalah perih pada saat buang air kecil dan adanya sekret serosa. Beberapa hari kemudian, sekret tersebut konsistensinya bisa jumlahnya dari sedikit hingga ke yang banyak dan dari yang bening hingga ke yang purulenta dan kadang-kadang diwarnai dengan sedikit darah. Edema pada meatus, preputium atau penis. Balanoposthitis dengan sekret subpreputial pada pria yang belum dikhitan; balanitis pada pria yang sudah dikhitan. Follikulitis atau sellulitis pada paha atau abdomen.5

Pada pria, uretritis bisa menyebabkan komplikasi lokal seperti Tysonitis, Parauretritis, Littritis atau Cowperitis. Penyebaran retrograde juga bisa berlaku dan menyebabkan komplikasi asendens seperti Prostatisis, Vesikulitis, Vas deferentitis, Epididimitis dan Trigonitis.3

Gambar 3. Gonorrhea: Purulenta, sekret urethra seperti krim dari urethra distal seorang pria. Diambil dari kepustakaan 4. Feingold DS, Mansur CP. Gonnorhea in Fitzpatrick`s dermatology in general medicine. Freeberg IM, Eisen AZ, Wolfk, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI.Eds. 5th ed. McGraw Hill, America. 2005. hal 2205 - 10.

2. Genitalia eksternal wanita


Pada wanita infeksi pertama adalah endoservitis. Infeksi pada faring, rektum, dan uretra wanita juga tidak jarang terjadi tetapi biasanya asimtomatik atau simtom yang timbul sangat minimal.3 Pada wanita, setelah manifestasi primer (Endoservisitis atau Uretritis), bisa terjadi penyebaran lokal ke kelenjar Parauretra (Parauretritis) dan kelenjar Bartholin (Bartholinitis). Infeksi juga bisa menyebar secara asendens dan menyebabkan komplikasi seperti Salpingitis dan Pelvic Inflammatory Disease (PID).3

3. Anorektum
Pada pria yang homoseksual, proktitis dengan nyeri dan secret yang purulenta4.

4. Faring
Terjadi sekunder terhadap eksposur seksual oral-genital. Pada pria homoseksual, faringitis dengan eritema. Selalu asimptomatik, walaubagaimanapun, bisa terlihat dengan faringitis eksudatif beserta limfadenopati cervical. Selalu genitalia 4,5. timbul bersama-sama dengan infeksi

5. Mata
Konjungtivitis purulenta (selalu unilateral), edema palpebra, hiperemis , chemosis, sekret purulenta yang banyak; jarang sekali terjadi ulkus kornea dan perforasi. Infeksi mata terjadi karena autoinokulasi terhadap mata dari daerah lesi primer contohnya dari genitalia 4,5.

B. Infeksi Gonorrhea Diseminata 1. Kulit


Satu hingga 5 mm makula eritema berubah menjadi pustula hemorrhagika dalam waktu 24 hingga 48 jam pada 75% kasus. Sentralnya kadang-kadang mengalami hemorrhagika ataupun nekrotik, jumlahnya 5 hingga 40. Jarang sekali ditemukan bula yang besar dan hemorrhagika4 . Distribusinya selalunya di akral, lengan lebih sering terkena dibanding kaki, sendi-sendi berdekatan pada tangan dan kaki. Sukar untuk mendeteksi pada pria yang berkulit hitam; harus dilihat di sela-sela jari. Tidak mengenai kulit wajah 4 .

Gambar 4. Infeksi gonokokal diseminata. Hemorrhagik, pustul yang nyeri pada dasar eritema pada palmar dan digiti 3 manus. Diambil dari kepustakaan 4. Feingold DS, Mansur CP. Gonnorhea in Fitzpatrick`s dermatology in general medicine. Freeberg IM, Eisen AZ, Wolfk, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI.Eds. 5th ed. McGraw Hill. America.2005.hal 2205 10.

2. Membrana mukosa
Selalu kolonisasi asimptomatik pada orofaring, urethra, anorektum dan endometrium4.

3. Pemeriksaan general
Demam dari 38 C hingga 39 C. Dengan tingkat keparahan 4 : 1. DGI dengan lesi kulit saja 2. DGI klasik dengan lesi kulit dan tenosinovitis 3. DGI dengan septik arthritis 4. DGI dengan infeksi yang telah bermetastase pada bagian yang lain Tenosinovitis. Tunggal atau pada beberapa tempat di akral, tendon ekstensor atau fleksor dan fascia ( sheaths ) pada kaki atau tangan. Eritema, nyeri tekan, bengkak sepanjang fascia, tendon dan diperberat oleh pergerakan 5. Septik arthritis. Sendi- rubor,calor, dolor dengan efusi , asimetris. Selalu mengenai lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki, siku, sendi metacarpophalangeal/ interphalangeal tangan, bahu dan pinggul.Hanya 1

atau 2 sendi yang terlibat 4. Kemungkinan pada waktu terjadi septik arthritis, lesi kulit sudah menghilang dan hasil kultur darah hampir selalu negatif 5.

Endocarditis. Onset demam yang subakut, menggigil, berkeringat, anoreksia, muntah, dan malaise mengindikasikan adanya endocariditis gonococcal. Pasien dengan endocarditis bisa juga mengeluh adanya nyeri dada, batuk, dan sesak dan bisa terjadi athralgia dan rash tipikal DGI. Endocarditis bisa membahayakan jiwa , bahkan mengakibatkan kematian kalau tidak dirawat dengan cepat 5.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan pada Infeksi Gonorrhea 1.

Pewarnaan Gram ( Sediaan langsung )


Gram-negatif diplokokus intrasellular terhadap PMN pada pemeriksaan eksudat . Pada sediaan langsung dengan pengecatan gram akan ditemukan gonokokus negatif gram, intraseluler dan ekstra seluler, berbentuk biji kopi. Selain itu dapat ditemukan juga lekosit PMN 5/lpb. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum 6,7. Pemeriksaan gram dari duh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan spesifisitas 90-99% 6,7.

2 Kultur
Isolasi pada media- selektif gonokokkus, contohnya agar darah coklat, media Martin Lewis, media Thayer Martin. Test kerentanan mikrobial penting karena adanya strain yang resistensi.

Media Transport a. Media Stuart: hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan.6,7 b. Media Transgrow: selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitidis, dalam perjalanannya dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan dari media transport dan media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untk mematikan Proteus.6,7 Media Pertumbuhan a. Media Thayer-martin: selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.6,7 b. Modifikasi Thayer-martin: isinya ditambah dengan trimetoprim untuk menekan pertumbuhan kuman Proteus spp.6,7 c. Agar coklat McLeod: berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Dapat ditumbuhi kuman selain gonokokus.6,7

3 Tes Definitif
a. Tes Oksidasi Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-pfenilamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberikan reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung 6,7. b. Tes Fermentasi Tes Oksidasi Positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa . 6,7

10

4 Tes Beta laktamase


Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung cheomogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah 6,7

5 Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlansung.Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat 6. . Gelas I Jernih Keruh Keruh Jernih Gelas II Jernih Jernih Keruh Keruh Arti Tidak ada infeksi Infeksi uretritis anterior Panuretritis Tidak mungkin

Tabel 1. Hasil pembacaan Tes Thomson.diambil dari kepustakaan 6. Nasution MA, Zuliham. Penatalaksanaan Gejala Duh Tubuh Uretra in Cermin dunia kedokteran 1992; 80. Available at : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/fles37penatalaksanaanGejalaDuhTubuhUretra.pdf/3 7_penatalaksanaan. Accesed on juni 2011.

Pada tes diatas ada syarat yang perlu diperhatikan : Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi Urin dibagi dalam 2 gelas Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80 100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior 6,7

DIAGNOSIS

11

Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan :1 Pada pria : -Gejala subjektif : Gatal, panas pada distal uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang kadang disertai darah, nyeri pada waktu ereksi Pada wanita : - Gejala subjektif : jarang ditemukan Dari pemeriksaan fisik didapatkan :1

Pada pria : Gejala objektif :Orificium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion.Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen dan dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Pada wanita : Gejala objektif : hampir tidak pernah ada - Berobat bila sudah ada komplikasi :Salfingitis/ PID Dari pemeriksaan penunjang didapatkan :1 diplokokus gram negatif intraselluler atau ekstraselluler. 2. Kultur : ditemukan kuman gonokokus 3. Tes oksidasi : perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung 4. Tes Fermentasi : kuman gonokokus hanya meragikan glukosa 5. Tes Beta Laktamase : perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah 6. Tes Thomson: hanya untuk mengetahui sejauhmana infeksi sudah berlangsung. Infertilitas, KET

1. Pada sediaan lansung dengan pewarnaan gram didapatkan kuman

12

DIAGNOSIS BANDING
1. Trikomoniasis : pada wanita akan terlihat sekret vagina seropurulen kekuning-kuningan ,kuning-hijau, berbusa, dapat disertai uretritis.Untuk mendiagnosa trikomiasis dapat dipakai sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif.8,9 2. Kandidosis vulvovaginitis sering menimbulkan gejala klinis gatal dengan eksudat berupa gumpalan-gumpalan seperti kepala susu berwarna putih kekuningan.Diagnosis tergantung dari identifikasi dengan smear dan kultur.8,9 3. Vaginosis Bakterial: duh tubuh vagina berwarna abu-abu, homogen berbau, dan pada pemeriksaan ditemukan clue cells( yaitu sel epitel vagina yang granular diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel tidak jelas).8,9 4. Uretritis non spesifik pada pria menimbulkan gejala berupa disuria ringan,perasaan tidak enak di uretra, sering kencing dan keluarnya spesifik duh pada tubuh wanita seropurulen.Dibandingkan seperti gonore umumnya dengan tidak gonore,perjalanan penyakit lebih lama.Sedangkan uretritis non menunjukkan gejala.8,9

PENATALAKSANAAN
A. Umum Lacak dan pengobatan mitra seksual Konseling(KIE) Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) IMS Beberapa pesan KIE IMS :10,11 IMS adalah ko-faktor atau faktor resiko dalam penularan HIV IMS harus diobati secara sempurna dan tuntas

13

Kondom harus dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS Mengobati sendiri cukup berbahaya Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual dan

dengan obat

seringnya berganti-ganti mitra seksual B. Khusus Di banyak negara, resistensi antimikroba terhadap beberapa kuman penyebab IMS patogen terus meningkat., sehingga hal ini akan menyebabkan beberapa obat yang cukup murah tidak efektif lagi. Rekomendasi untuk menggunakan obat yang lebih efektif harus mempertimbangkan harga dan kemungkinan salah penggunaan. Obat yang digunakan untuk IMS di semua fasilitas pelayanan sekurangkurangnya harus mempunyai tingkat efektivitas 90%.12 Kriteria yang digunakan dalam pemilihan obat untuk IMS:12 Angka kesembuhan/kemanjuran tinggi (sekurang-kurangnya 90% di wilayahnya) Harga murah dan tidak kontraindikasi ibu hamil atau menyusui Toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima Diberikan secara dosis tunggal dan cara pemberian peroral Kuman patogen penyebab utama duh tubuh uretra adalah Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae) dan Chlamydia trachomatis (C. trachomatis), oleh karena itu pengobatan pasien dengan duh tubuh uretra secara sindrom harus dilakukan terhadap kedua jenis kuman penyebab secara bersama-sama. Bila ada fasilitas laboratorium yang memadai, kedua kuman tersebut dapat dibedakan, dan selanjutnya pengobatan secara spesifik dapat dilakukan.12

14

Pengobatan duh tubuh uretra yang dianjurkan adalah sebagai berikut:13 Pengobatan untuk gonore tanpa komplikasi DITAMBAH Pengobatan untuk klamidiosis Penderita dianjurkan untuk kontrol kembali bilamana gejala tetap ada sesudah 7 hari Rincian pengobatan duh tubuh uretra adalah sebagai berikut : Pengobatan berdasarkan uretritis CDC gonore Pengobatan for Indonesia uretritis gonore di (Center

Diaseases Control) Pilih salah satu dari beberapa pengobatan yang dianjurkan - Sefiksim 400mg peroral, dosis - Penisilin G prokain akua, dosis 4,8 tunggal Levofloksasin 250 mg peroral dosis tunggal Pilihan pengobatan lain - Kanamisin 2 gr im dosis tunggal Spektinomisin 2 gr im dosis tunggal Tiamfenikol 3,5 gr peroral dosis tunggal juta unit + 1 gram probenesid peroral Amoksisilin, dosis 3 gram peroral + 1 gram probenesid peroral Ofloksasin 400 mg peroral Ciprofloksasin 250-500 mg peroral Norfloksasin 800 mg peroral Seftriakson 0,25 gr im dosis tunggal Sefoperazon 0,5 1 gr im Kanamisin 2 gr im dosis tunggal Spektinomisin 2 gr im dosis tunggal Tiamfenikol 3,5 gr peroral dosis tunggal

Tabel 2. Rincian pengobatan duh tubuh uretra. Diambil dari kepustakaan 13. Departemen of Health and Human Disease: Centers for Disease Control and Prevention. Gonorrhea and Related Species. [online].2007 [cited 2007 November 27]; [7 screens]. Available from URL:http//www.cdc.gov/std/pubs.htm.

1 Gonore dengan komplikasi

15

Gonore dengan komplikasi seperti bartolinitis, epididimitis, orkitis, dan lain-lain, harus diobati dengan regimen dosis ganda (multiple doses) Cara pengobatan yang dianjurkan :13 Lama pengobatan per oral 5 hari, dan perinjeksi 3 hari: - Sefiksim - Levofloksasin 400mg per oral, dosis tunggal sekali sehari atau 250mg per oral, dosis tunggal sekali sehari

Pilihan pengobatan lain: 13 Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari - Kanamisin - Spektinomisin - Tiamfenikol 2 gr im dosis tunggal sekali sehari atau 2 gr im dosis tunggal sekali sehari atau 3,5 gr per oral sekali sehari

Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian yang lebih lama, yaitu selama 4 minggu untuk endokarditis.

2 Oftalmia akibat infeksi Gonokokus


Oftalmia gonore merupakan kasus yang serius sehingga memerlukan pengobatan sistemik disertai dengan irigasi lokal dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% fisiologis atau larutan lainnya. Irigasi penting bila regimen pengobatan yang dianjurkan tidak tersedia. a. Konjungtivitis Gonore pada Usia Dewasa Cara pengobatan yang dianjurkan:13 - Sefiksim - Levofloksasin - Kanamisin - Spektinomisin - Tiamfenikol 400mg per oral, dosis tunggal sekali sehari atau 250mg per oral, dosis tunggal sekali sehari 2 gr im dosis tunggal sekali sehari atau 2 gr im dosis tunggal sekali sehari atau 3,5 gr per oral sekali sehari

Pilihan pengobatan lain:13

16

b. Konjungtivitis Gonore pada Neonatus


Cara pengobatan yang dianjurkan:13 Seftriakson 50-100mg/kgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum 125mg) Pilihan pengobatan lain:13 Kanamisin, 25 mg/kgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum 75 mg) ATAU Spektinomisin, 25 mg/kgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum 75mg Pengobatan dosis tunggal dengan seftriakson dan kanamisin diyakini cukup manjur. Penambahan pengobatan dengan tetrasiklin salep mata tidak terbukti manfaatnya.14

PROGNOSIS
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi dan diterapi.Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini dan lengkap.Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan,maka kemungkinan besar dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.15

KESIMPULAN
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,rektum, dan tenggorokan atau konjungtiva.Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput didalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan

17

gangguan reproduksi.Penyebab utama penyakit ini adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae. Masa inkubasi gonore sangat singkat, bervariasi antara 2-10 hari terkadang lebih lama, dengan kebanyakan gejala biasanya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi oleh penderita.Pada sejumlah kecil kasus dapat asimptomatik selama beberapa bulan.Tanda,gejala, dan komplikasi berbeda pada pria dan wanita,Diketahui 10% laki-laki dan 50% wanita bersifat asimptomatik. Sebagian besar wanita yang menderita gonore asimptomatik, sedangkan pada pria memberikan gejala seperti keluar sekret uretra yang purulen, sakit waktu kencing dan orificium uretra eksternum yang oedem dan eritematous. Gonore dapat mengenai genitalia dan ekstragenitalia.Gonore genitalia dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun ascendens. Diagnosa gonore ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang.Diagnosis definit tergantung identifikasi organisme dengan pemeriksaan gram atau kultur.Penatalaksanan gonore pada rumah-rumah sakit serta puskesmas masih dipakai penisilin dengan derivatnya.

DAFTAR PUSTAKA

18

1. Daili SF.Gonore in ilmu penyakit kulit dan lelamin.Duanda A, Hamzah M, Aisah S.Eds.3rdEd. Balai penerbit FKUI.Jakarta.2002. hal 347-58. 2. Amy JB.Gonorrhea.[online] 2007 [cited 2007 Desember 04];[6-7 screens]. 3. NN. 2011. 4. Feingold DS, Mansur CP. Gonnorhea in Fitzpatrick`s dermatology in general medicine. Freeberg IM, Eisen AZ, Wolfk, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI.Eds. 5th ed. McGraw Hill. America.2005.hal 2205 - 10. 5. NN.Penyakit juni 2011. 6. Nasution MA, Zuliham. Penatalaksanaan Gejala Duh Tubuh Uretra in Cermin dunia kedokteran 1992; 80. Available at : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/fles37penatalaksanaanGejalaDu hTubuhUretra.pdf/37_penatalaksanaan. Accesed on juni 2011. 7. Hook III EW, Haudsfield HH. Gonococcal infections in the adult.In sexually transmitted diasease.Holmes KK, Mardh PA, Sparling PF, et all.Eds.3rded.Mcgraw-Hill.New York.1999.hal 451-63. 8. Dayan L.Transmission on Neisseria Gonorrhoeae from toilet seat.2003.available at : http://www.stijournal.com. Accesed on juni 2011. 9. Cakmoki.Kencing nanah atau gonore.2007.available at : http://www.Freewebton.com/cakmoki/ebook.gonore.pdf.akit. Accesed on juni 2011. Gonore in info sehat.Available at : Available Gonorrhea. Available from at : : http://www.emedicine.com/emerg/topic220. http://www.emedicine.com/med/TOPIC922.HTM. Accesed on juni

http://www.infosehat.com/content.php?s=sid=950. Accessed on

19

10. NN. Kencing Nanah.Wikipedia Indonesia.2008. Available at : http://id.wikipedia.org/wiki/gonore. Accesed on juni 2011. 11. NN. Penyakit menular seksual & HIV AIDS. Kesrepro. Available at : http://situsKesrepro.Info/pmshivaids/referensi3.htm. Accesed on juni 2011. 12. Gonorrhea[online]2007 Desember 02[cited 2007 Desember 04];[1 screens]. Available from URL:http//en.wikipedia.org/wiki/Gonorrhea. 13. Departemen of Health and Human Disease: Centers for Disease Control and Prevention. Gonorrhea and Related Species. [online].2007 [cited 2007 November 27]; [7 screens]. Available from URL:http//www.cdc.gov/std/pubs.htm. 14. Stary A.Sexually Transmitted Diseases. In : Bologna JL, Jorizzo JL, Rapini, RP, editors.Dermatology.Volume one.London: Mosby.2003.hal 1284-85. 15. Young H, Mcmillan A.Gonorrhea.In : Mcmillan A, Young H, Ogilvie MM. Scott GR, editors. Clinic Practise In Sexually Transmissible Infections.London : Saunders.2002. hal 313-56.

20

You might also like