Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di definisikan sebagai pembukaan serviks progresif, dilatasi atau keduanya akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik.
Proses persalinan mengandung tiga komponen utama: Power (kontraksi teratur otot polos rahim (HIS), Passage (jalan lahir) dan Passenger (janin). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen tersebut harus dalam kondisi baik, power harus teratur dan efektif sehingga bisa membuka jalan lahir serta bayi tidak terlalu besar. Dengan begitu, partisipasi aktif ibu dalam proses melahirkan tak kalah penting. Dorongan kuat dari ibu akan membantu bayi keluar melalui jalan lahir dengan baik. Proses mendorong bayi keluar biasanya sangat singkat 10 menit. Tapi adakalanya perlu waktu antara setengah sampai satu jam. Bahkan jika terjadi komplikasi mencapai 3 jam.
His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan pembukaan servik. Kontraksi rahim dimulai dari kedua face maker yang letaknya dekat kornu uteri, bergerak ke tengah secara digital kemudian ke bawah dekat servik sehingga kontraksi menjadi sirkuler.
Penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat-serat saraf oleh otot-otot pada servik waktu dilatasi dan oleh serat-serat otot rahim waktu kontraksi. His yang menimbulkan pembukaan servik dalam kecepatan tertentu disebut his efektif. Sifat his biasa, yaitu kontraksi fundus lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain dan peranan fundus tetap menonjol.
1.3 Tujuan
1.3.9 Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Teori dari his tidak adekuat.
BAB II
KONSEP PEMBAHASAN
2.1 Definisi
His tidak adekuat (Inersia Uteri) merupakan kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. tetapi kekuata nnya lemah dan frekuensi jarang serta pendek, sehingga menghambat kelancaran persalinan.
2.2 Klasifikasi
A. Inersia Uteri
Kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar dan frekuensinya jarang, sehingga menghasilkan tekanan 15 mmHg.
Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemi , uterus yang a terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar (makrosomia), grandmultipara (primipara), serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.
Sejak awal telah terjadi his tidak adekuat sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan in partu / belum.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin, sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya tetania uteri karena obat uterotonika yang berlebihan
Hipotonik Hypertonik
Tidak baik
B. Tetania Uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim.
Partus Presipitatus
- Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim.
2.3 Etiologi
v Kelainan Mengejan
Kehamilan multipara,
Mioma Uteri
Panggul sempit, kelainan letak kepala, penggunaan analgesik terlalu cepat, hidroamnion, ibu merasa takut, salah memimpin persalinan.
Kontraksi lemah
His kurang sering dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam.
Asfiksia anak jarang terjadi dan reaksi terhadap pitocin baik sekali.
2.5 Penyulit
2.7 Penatalaksanaan
Terapi infeksi
5 satuan oksitosin dimasukkan dalam larutan glukosa 5% diberikan secara iv 12 tts/mnt dan perlahan-lahan dapat dinaikkan 50 tetes.
Oksitosin jangan diberikan pada primipara dan penderita yang pernah sectio caesar (miomektomi) karena memudahkan terjadi ruptur uteri.
Apabila kepala atau bokong janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita disuruh berjalan-jalan, selanjutnya peersalinan akan lancer
Ketuban boleh dipecahkan untuk merangsang his sehingga persalinan lancar tetapi setelah ini persalinan tidak boleh berlangsung lama
Kelelahan
Gawat janin
Asidosis
* Terhadap DJJ menurun, karena waktu otot rahim kontraksi aliran darah ke plasenta kembali normal dan DJJ kembali normal.
Pengkajian :
Pengkajian Resiko
Pengkajian Fisik
Kemajuan persalinan
c) DJJ
Kekuatan his dinilai dengan menekan dinding rahim pada puncak kontraksi.
- terlalu lemah
- terlalu pendek
- terlalu jarang
Diagnosa Keperawatan
Takut b.d ancaman nyata resiko terhadap diri sendiri dan janin
Risti perubahan peran ortu b/d kelahiran section yang tidak direncanakan
Koping individu tidak efektif b.d rasa takut, nyeri, kekecewaan, keletihan, system pendukung yang kurang
Harga diri rendah b.d ketidakmampuan untuk bersalin dan melahirkan seperti yang diharapkan
Intervensi
Dokter mengkaji keadekuatan pengukuran pelvis ibu dan maturasi janin. Jika dalam batas aman dan ketuban (+), dapat melakukan amniotomi (pemecahan ketuban lebih dulu) untuk merangsang proses persalinan dan atau kemudian jika diperlukan diberi oxytocin melalui pompa infuse untuk memperbaiki kualitas kontrasi uterus.
Sebelum pemberian oxytocin drip, kandung kemih dan rectum harus dikosongkan.
Sectio Caesar
5 satuan oxytocin dilarutkan dalam 500 cc glucose 5%, diberikan sebagi infus dengan kecepatan 20 30 tts/mnt, terkadang ditambah pethidin dan phenergan masing-masing 50 mg.
infus dihentikan
Jika his menjadi cukup baik frekuensi maupun sifatnya dengan kecepatan yang sesuai kebutuhan.
Jika terapi oxytocin berhasil pengaruhnya nyata pada his dalm waktu singkat, maka tidak ada gunanya memberi oxytocin terlalu lama, biasanya 4 jam sudah cukup lama dan jika belum ada hasilnya setelah istirahat beberapa waktu boleh dicoba sekali lagi. Jika dalam waktu pemberian infus kedua kalinya belum berhasil Sectio Caesar.
Masalah Potensial : dehidrasi, keton urin, kelelahan maternal,dan disstres janin. Oleh karena itu, diharuskan pada perawat untuk mempertahankan kelanjutan pencatatan tentang asupan dan haluaran, memeriksa keton urin setiap 2 jam, mengkaji tingkat keletihan pasien dan DJJ, serta memberikan analgesik jika diperlukan.
Tujuan: menimbulkan ataupun meningkatkan relaksasi dan istirahat (menurunkan rasa sakit)
Oxytocin tidak diberikan pada pasien yang mengalami hipertonik uterus, karena hanya akan meningkatkan pola persalinan yang abnormal. Mengingat bahaya infeksi antrapartum, terkadang dicoba diberi oxytocin tetapi dalam larutan yang lebih lemah
Jika pola hipertonik berlanjut dan berkembang menjadi fase laten yang lebih lama terhadap adanya kemungkinan disporposi sefalopelvik dan malposisi janin
pemeriksaan
Sectio Caesar
Masalah potensial : dehidrasi, keton urin, kelelahan maternal, dan disstres janin. Oleh karena itu, diharuskan pada perawat untuk mempertahankan kelanjutan pencatatan tentang asupan dan haluaran, memeriksa keton urin setiap 2 jam, mengkaji tingkat keletihan pasien dan DJJ, serta memberikan analgesik jika diperlukan.
Ibu melahirkan dengan komplikasi minimal atau tanpa komplikasi (infeksi, cidera, dan perdarahan)
Nyeri berkurang
Ibu menggunakan pola doping positif untuk mempertahankan konsep diri yang positif
Evaluasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
His tidak adekuat (Inersia Uteri) merupakan kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. tetapi kekuatannya lemah dan frekuensinya jarang serta pendek, sehingga menghambat kelancaran persalinan.Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin, sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
Hipotonik Hypertonik
Nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta: EGC.
Yayasan bina pustaka, Sarwono Prawirohardjo.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta:EGC. Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo.2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jak
Induksi persalinan berarti suatu usaha untuk mengakhiri kehamilan >28 minggu dengan berbagai cara dengan tujuan memulai proses persalinan secara pervaginam. Walaupun nantinya bisa saja proses ini diakhiri dengan Cesar atas indikasi misalnya gawat janin, kontraksi yang tidak beraturan dan lainnya.
Indikasi untuk dilakukan induksi persalinan dikelompokkan kedalam 3 yaitu indikasi janin, indikasi ibu dan gabungan keduanya. Indikasi janin misalnya : kehamlan lewat waktu, diabetes mellitus, gangguan pertumbuhan janin. Indikasi ibu misalnya: kenatin janin dalam kehamilan,hydramnion kronis, cacat bawaan janin. Sedangkan indikasi gabungan : preeklampsia dan eklampsia, KPD, Hipertensi kronis.
Tidak boleh dilakukan induksi pada : 1) Panggul sempit 2) Kelainan letak bayi, 3)Bekas Cesar (relatif) 4) Primi gravida tua (anak I usia >35 tahun)dengan komplikasi obstetri dan medis 5)Kelainan jantung 6)Kehamilan risiko tinggi 7) Adanya tumor di rongga pnggul.
Berbagai metode induksi/pematangan serviks tersedia saat ini, walaupun secara medis tidak semuanya dipergunakan diantaranya 1.Cara Non-Obat2an/tradisional - Herbal : black cohosh, daun raspberry nerah dll (hasil tidak pasti) - Hubungan Seksual - Rangsangan puting susu - Akupunktur - TranSkutaneus Electical Nerve Stimulation (TENS)
2. Cara mekanis/bedah - Laminaria (ganggang yg menyerap air) - Balon kateter - Strpping of the membrane - Memecahkan ketuban (amnitomi) 3. Dengan obat-obatan (farmakologis) - Prostaglandin
- Oksitosin dll
Konsekuenai dari gagalnya induksi adalah cesar, namun kebe rhasilan induksi bisa diramalkan dari matang atau tidaknya serviks (leher rahim). Yang mana oleh Tn.Bishop dibuatlah semacam sistem skoring untuk memprediksi keberhasilan induksi persalinan. KLIK DISINI. Dalam skor ini ada 5 komponen penilaian yaitu pembukaan serviks, penipisannya, konsistensinya, arahnya dan stasion/ketinggian kepala bayi. Masing2 diberi nilai sesuai dengan keadaannya. Dikatakan cukup matang jika nilainya minimal 8. Semakin besar skornya maka semakin tinggi angka keberhasilan induksi persalinan.
Sebetulnya kalau masih ada waktu, maka sebelum induksi dilakukan agar angka keberhasilan tinggi, maka pada serviks atau lener yang belum matang dapat dilakukan terlebih dahulu usaha pematangan serviks seperti disebutkan diatas. Dewasa ini yang sedang tren adalah mematangkan serviks dengan mempergunakan prostglandin yang cukup populer cytotec atau gastrul, dengan dosis yang paling aman adalah 25 mikrogram (1/8 tablet), dengan interval pemberian 4-6 jam, maksimal 24 jam (tidak semua kasus bisa, KPD misalnya dibatasi waktu, bekas cesar tidak boleh memakai obat ini). Induksi persalinan berarti suatu usaha untuk mengakhiri kehamilan >28 minggu dengan berbagai cara dengan tujuan memulai proses persalinan secara pervaginam. Walaupun nantinya bisa saja proses ini diakhiri dengan Cesar atas indikasi misalnya gawat janin, kontraksi yang tidak beraturan dan lainnya.
Indikasi untuk dilakukan induksi persalinan dikelompokkan kedalam 3 yaitu indikasi janin, indikasi ibu dan gabungan keduanya. Indikasi janin misalnya : kehamlan lewat waktu, diabetes mellitus, gangguan pertumbuhan janin. Indikasi ibu misalnya: kenatin janin dalam kehamilan,hydramnion kronis, cacat bawaan janin. Sedangkan indikasi gabungan : preeklampsia dan eklampsia, KPD, Hipertensi kronis.
Tidak boleh dilakukan induksi pada : 1) Panggul sempit 2) Kelainan letak bayi, 3)Bekas Cesar (relatif) 4) Primi gravida tua (anak I usia >35 tahun)dengan komplikasi obstetri dan medis 5)Kelainan jantung 6)Kehamilan risiko tinggi 7) Adanya tumor di rongga pnggul.
Berbagai metode induksi/pematangan serviks tersedia saat ini, walaupun secara medis tidak semuanya dipergunakan diantaranya 1.Cara Non-Obat2an/tradisional - Herbal : black cohosh, daun raspberry nerah dll (hasil tidak pasti) - Hubungan Seksual
- Rangsangan puting susu - Akupunktur - TranSkutaneus Electical Nerve Stimulation (TENS) 2. Cara mekanis/bedah - Laminaria (ganggang yg menyerap air) - Balon kateter - Strpping of the membrane - Memecahkan ketuban (amnitomi) 3. Dengan obat-obatan (farmakologis) - Prostaglandin - Oksitosisn - Realxin dll Konsekuesni dari gagalnya induksi adalah cesar, namun keberhasilan induksi bisa diramalkan dari matang atau tidaknya serviks (leher rahim). Yang mana oleh Tn.Bishop dibuatlah semacam sistem skoring untuk memprediksi keberhasilan induksi persalinan. KLIK DISINI. Dalam skor ini ada 5 komponen penilaian yaitu pembukaan serviks, penipisannya, konsistensinya, arahnya dan stasion/ketinggian kepala bayi. Masing2 diberi nilai sesuai dengan keadaannya. Dikatakan cukup matang jika nilainya minimal 8. Semakin besar skornya maka semakin tinggi angka keberhasilan induksi persalinan.
Sebetulnya kalau masih ada waktu, maka sebelum induksi dilakukan agar angka keberhasilan tinggi, maka pada serviks atau lener yang belum matang dapat dilakukan terlebih dahulu usaha pematangan serviks seperti disebutkan diatas. Dewasa ini yang sedang tren adalah mematangkan serviks dengan mempergunakan prostglandin yang cukup populer cytotec atau gastrul, dengan dosis yang paling aman adalah 25 mikrogram (1/8 tablet), dengan interval pemberian 4-6 jam, maksimal 24 jam (tidak semua kasus bisa, KPD misalnya dibatasi waktu, bekas cesar tidak boleh memakai obat ini).