You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di definisikan sebagai pembukaan serviks progresif, dilatasi atau keduanya akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik.

Proses persalinan mengandung tiga komponen utama: Power (kontraksi teratur otot polos rahim (HIS), Passage (jalan lahir) dan Passenger (janin). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga komponen tersebut harus dalam kondisi baik, power harus teratur dan efektif sehingga bisa membuka jalan lahir serta bayi tidak terlalu besar. Dengan begitu, partisipasi aktif ibu dalam proses melahirkan tak kalah penting. Dorongan kuat dari ibu akan membantu bayi keluar melalui jalan lahir dengan baik. Proses mendorong bayi keluar biasanya sangat singkat 10 menit. Tapi adakalanya perlu waktu antara setengah sampai satu jam. Bahkan jika terjadi komplikasi mencapai 3 jam.

His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan pembukaan servik. Kontraksi rahim dimulai dari kedua face maker yang letaknya dekat kornu uteri, bergerak ke tengah secara digital kemudian ke bawah dekat servik sehingga kontraksi menjadi sirkuler.

Penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat-serat saraf oleh otot-otot pada servik waktu dilatasi dan oleh serat-serat otot rahim waktu kontraksi. His yang menimbulkan pembukaan servik dalam kecepatan tertentu disebut his efektif. Sifat his biasa, yaitu kontraksi fundus lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain dan peranan fundus tetap menonjol.

1.2 Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1.2.1 Apakah Definisi his tidak adekuat ?

1.2.2 Apakah Klasifikasi his tidak adekuat ?

1.2.3 Apakah Etiologi dari his tidak adekuat ?

1.2.4 Bagaimanakah Manifestasi klinis dari his tidak adekuat ?

1.2.5 Apakah Penyulit dari his tidak adekuat ?

1.2.6 Bagaimanakah Pemeriksaan penunjang dari his tidak adekuat ?

1.2.7 Bagaimanakah Penatalaksanaan dari his tidak adekuat ?

1.2.8 Apakah Komplikasi dari his tidak adekuat ?

1.2.9 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Teori dari his tidak adekuat ?

1.3 Tujuan

Dari Rumusan Masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan yaitu :

1.3.1 Dapat mengetahui Definisi his tidak adekuat.

1.3.2 Dapat mengetahui Klasifikasi his tidak adekuat.

1.3.3 Dapat mengetahui Etiologi dari his tidak adekuat.

1.3.4 Dapat mengetahui Manifestasi klinis dari his tidak adekuat.

1.3.5 Dapat mengetahui Penyulit dari his tidak adekuat.

1.3.6 Dapat mengetahui Pemeriksaan penunjang dari his tidak adekuat.

1.3.7 Dapat mengetahui Penatalaksanaan dari his tidak adekuat.

1.3.8 Dapat mengetahui Komplikasi dari his tidak adekuat.

1.3.9 Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Teori dari his tidak adekuat.

BAB II

KONSEP PEMBAHASAN

2.1 Definisi

His tidak adekuat (Inersia Uteri) merupakan kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. tetapi kekuata nnya lemah dan frekuensi jarang serta pendek, sehingga menghambat kelancaran persalinan.

Ciri-ciri His Efektif :

* Adanya fundal dominant kontraksi uterus pada fundus uteri.

* Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis.

* Adanya intensitas kontraksi yang maksimal.

* Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his.

* Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering.

* Lama His berkisar antara 40-60 detik

2.2 Klasifikasi

A. Inersia Uteri

1. Inersia Uteri Hipotonik

Kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar dan frekuensinya jarang, sehingga menghasilkan tekanan 15 mmHg.

Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemi , uterus yang a terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar (makrosomia), grandmultipara (primipara), serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.

Inersia Uteri Hipotonik dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Inersia Uteri Primer

Terjadi pada awal fase laten

Frekuensi jarang, kekuatan lemah, sebentar dan relaksasinya sempurna.

Sejak awal telah terjadi his tidak adekuat sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan in partu / belum.

b. Inersia Uteri Sekunder

Terjadi pada fase aktif atau kala I dan kala II

Permulaan his baik, lalu keadaan selanjutnya ada gangguan / kelainan.

Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah

His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin, sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.

2. Inersia Uteri Hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya tetania uteri karena obat uterotonika yang berlebihan

Perbedaan antara inersia hipotonik dan hipertonik

Hipotonik Hypertonik

Kejadian 4 % dari persalinan 1% dari persalinan

Tingkat Persalinan Fase aktif Fase laten

Nyeri Tidak nyeri (-) Berlebihan

Gawat Janin (Foetal distress) Lambat Cepat

Reaksi terhadap Oksitosin Baik

Tidak baik

Pengaruh sedativ Sedikit Besar

B. Tetania Uteri

His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim.

Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :

Partus Presipitatus

Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam.

Akibat mungkin fatal :

- Terjadi persalinan tidak pada tempatnya

- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan

- Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri

- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim

Asifiksia intra uteri kematian janin

C. Inkoordinasi otot rahim

Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim.

2.3 Etiologi

v Kelainan Mengejan

Gangguan pertumbuhan uterus

(uterus bicornis unicollis, hipoplasia uteri)

Uterus terlalu teregang

Kehamilan multipara,

Otot dinding perut lemah

Mioma Uteri

Ibu anemia, penyakit kronis

Faktor psikologis (tidak mau/takutmengejan), dan emosional.

Kelainan his dapat disebabkan, oleh :

1) Inersia Uteri Hipotonik

Panggul sempit, kelainan letak kepala, penggunaan analgesik terlalu cepat, hidroamnion, ibu merasa takut, salah memimpin persalinan.

2) Inersia Uteri Hipertonik

Pemberian sedative berlebihan (Oksitosin)

v Inkoordinasi otot rahim

Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :

Faktor usia penderita relatif tua, pimpinan persalinan

Karena induksi persalinan dengan oksitosin

Rasa takut dan cemas

2.4 Manifestasi Klinis

A. Inersia Uteri Hipotonik

Kontraksi lemah

tekanan 15 mmHg (N: 50-60 mmHg)

His kurang sering dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam.

Asfiksia anak jarang terjadi dan reaksi terhadap pitocin baik sekali.

B. Inersia Uteri Hipertonik

Kontraksi tidak terkoordinasi

Misal : kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas.

Pasien biasanya sangat kesakitan

Tanda-tanda gawat janin (foetal disstres) cepat terjadi

2.5 Penyulit

Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :

1. Kematian atau jejas kelahiran

2. Bertambahnya resiko infeksi

3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,

pernapasan cepat, turgor berkurang, dan meteorismus.

Infus harus diberikan jika partus > 24 jam

mencegah timbul gejala di atas.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Kelainan his dapat didukung oleh pemeriksaan :

CTG dan USG

2.7 Penatalaksanaan

Observasi keadaan ibu dan janin

Suportive: atasi kelelahan, dehidrasi & asidosis

Terapi infeksi

sedatif untuk mengurangi nyeri & ketegangan mental/fisik

(Pethidine 50 mg atau morphin 10 mg)

Jangan beri makan/minum karena mungkin persalinan dengan operasi

Stimulasi kontraksi uterus (oksitosin)

5 satuan oksitosin dimasukkan dalam larutan glukosa 5% diberikan secara iv 12 tts/mnt dan perlahan-lahan dapat dinaikkan 50 tetes.

Oksitosin jangan diberikan pada primipara dan penderita yang pernah sectio caesar (miomektomi) karena memudahkan terjadi ruptur uteri.

Apabila kepala atau bokong janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita disuruh berjalan-jalan, selanjutnya peersalinan akan lancer

Ketuban boleh dipecahkan untuk merangsang his sehingga persalinan lancar tetapi setelah ini persalinan tidak boleh berlangsung lama

Periksa keadaan patologis yang mungkin penyebab persalinan tidak maju

Penyelesaian persalinan secara operatif

2.8 Komplikasi Ibu Janin

Infeksi Kematian dalam kandungan

Kelelahan

Gawat janin

Dehidrasi Infeksi janin intrauterin

Asidosis

Pengaruh His terhadap ibu dan janin

* Terhadap desakan, darah meningkat.

* Terhadap DJJ menurun, karena waktu otot rahim kontraksi aliran darah ke plasenta kembali normal dan DJJ kembali normal.

* Terhadap janin terjadinya penurunan kepada ke PAP.

* Terhadap korpus uteri, dindingnya menjadi tebal.

* Pada isthmus menjadi meregang dan menipis.

* Pada canalis servikalis, effisment dan pembukaan

2.9 Asuhan Keperawatan Teori

Pengkajian :

Pengkajian Resiko

Kaki faktor yang menyebabkan kekuatan mengejan tidak adekuat, seperti :

Komplikasi kehamilan, persalinan sebelumnya, cemas, takut

Pengkajian Fisik

Kemajuan persalinan

a) Dilatasi dan effisement servik

b) Status membran amnion

c) DJJ

d) Presentasi dan penurunan janin

Sifat his : frekuensi, lama, dan kekuatannya (tanda vital maternal)

Kekuatan his dinilai dengan menekan dinding rahim pada puncak kontraksi.

Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita.

His itu diketahui kurang kuat jika :

- terlalu lemah

- terlalu pendek

- terlalu jarang

Besarnya caput succedaneum

Pemeriksaan Diagnostik : CTG dan USG

Diagnosa Keperawatan

Nyeri b.d distosia, prosedur obstetri

Kerusakan Integritas kulit b.d prosedur operasi

Kelebihan volume cairan b.d infus intravena dengan oxytocin

Defisit volume cairan b.d status puasa

Resiko tinggi cidera janin b.d gangguan sirkulasi pada janin

Risti cidera maternal b.d intervens penanganan distosia

Risti infeksi b.d ruptur membran amnion, prosedur operasi

Keletihan b.d persalinan yang lama

Defisit pengetahuan b.d prosedur, posisi, tekhnik relaksasi

Ansietas b.d kemajuan persalinan yang lambat

Takut b.d ancaman nyata resiko terhadap diri sendiri dan janin

Risti perubahan peran ortu b/d kelahiran section yang tidak direncanakan

Koping individu tidak efektif b.d rasa takut, nyeri, kekecewaan, keletihan, system pendukung yang kurang

Harga diri rendah b.d ketidakmampuan untuk bersalin dan melahirkan seperti yang diharapkan

Intervensi

A. Inersia Uteri Hipotonik

Pengkajian tanda vital maternal, tingkat kelelahan, hidrasi, dan DJJ

Dokter mengkaji keadekuatan pengukuran pelvis ibu dan maturasi janin. Jika dalam batas aman dan ketuban (+), dapat melakukan amniotomi (pemecahan ketuban lebih dulu) untuk merangsang proses persalinan dan atau kemudian jika diperlukan diberi oxytocin melalui pompa infuse untuk memperbaiki kualitas kontrasi uterus.

Sebelum pemberian oxytocin drip, kandung kemih dan rectum harus dikosongkan.

Pada panggul sempit absolut

Sectio Caesar

Cara pemberian oxytocin :

5 satuan oxytocin dilarutkan dalam 500 cc glucose 5%, diberikan sebagi infus dengan kecepatan 20 30 tts/mnt, terkadang ditambah pethidin dan phenergan masing-masing 50 mg.

Yang harus diperhatikan (observasi) dengan seksama :

Jika his menjadi terlalu kuat, bunyi jantung jelek

infus dihentikan

Jika his menjadi cukup baik frekuensi maupun sifatnya dengan kecepatan yang sesuai kebutuhan.

infus tetap diberikan (dipertahankan)

Jika terapi oxytocin berhasil pengaruhnya nyata pada his dalm waktu singkat, maka tidak ada gunanya memberi oxytocin terlalu lama, biasanya 4 jam sudah cukup lama dan jika belum ada hasilnya setelah istirahat beberapa waktu boleh dicoba sekali lagi. Jika dalam waktu pemberian infus kedua kalinya belum berhasil Sectio Caesar.

Masalah Potensial : dehidrasi, keton urin, kelelahan maternal,dan disstres janin. Oleh karena itu, diharuskan pada perawat untuk mempertahankan kelanjutan pencatatan tentang asupan dan haluaran, memeriksa keton urin setiap 2 jam, mengkaji tingkat keletihan pasien dan DJJ, serta memberikan analgesik jika diperlukan.

B. Inersia Uteri Hipertonik

Tirah baring dan obat sedativ (morphin 10 mg atau pethidin 50 mg)

Tujuan: menimbulkan ataupun meningkatkan relaksasi dan istirahat (menurunkan rasa sakit)

Oxytocin tidak diberikan pada pasien yang mengalami hipertonik uterus, karena hanya akan meningkatkan pola persalinan yang abnormal. Mengingat bahaya infeksi antrapartum, terkadang dicoba diberi oxytocin tetapi dalam larutan yang lebih lemah

Jika pola hipertonik berlanjut dan berkembang menjadi fase laten yang lebih lama terhadap adanya kemungkinan disporposi sefalopelvik dan malposisi janin

pemeriksaan

Jika his tidak menjadi baik dalam waktu tertentu

Sectio Caesar

Masalah potensial : dehidrasi, keton urin, kelelahan maternal, dan disstres janin. Oleh karena itu, diharuskan pada perawat untuk mempertahankan kelanjutan pencatatan tentang asupan dan haluaran, memeriksa keton urin setiap 2 jam, mengkaji tingkat keletihan pasien dan DJJ, serta memberikan analgesik jika diperlukan.

Hasil akhir yang diharapkan

Ibu melahirkan bayi sehat tanpa disstres janin

Ibu melahirkan dengan komplikasi minimal atau tanpa komplikasi (infeksi, cidera, dan perdarahan)

Nyeri berkurang

Ibu memahami penyebab dan penanganan hambatan dalam persalinan

Ibu menggunakan pola doping positif untuk mempertahankan konsep diri yang positif

Ansietas berkurang atau minimal

Evaluasi

Klien dan janin tetap dalam kondisi stabil

Klien kooperatif terhadap rencana pengobatan dan perawatan dalam persalinan

Klien dapat mempertahankan kenyamanan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

His tidak adekuat (Inersia Uteri) merupakan kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. tetapi kekuatannya lemah dan frekuensinya jarang serta pendek, sehingga menghambat kelancaran persalinan.Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita.

Inersia Uteri dibagi menjadi 2, yaitu :

A. Inersia Uteri Hipotonik

Inersia Uteri Hipotonik dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Inersia Uteri Primer

2) Inersia Uteri Sekunder

His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin, sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.

B. Inersia Uteri Hipertonik

Perbedaan antara inersia hipotonik dan hipertonik

Hipotonik Hypertonik

Kejadian 4 % dari persalinan 1% dari persalinan

Tingkat Persalinan Fase aktif Fase laten

Nyeri

Tidak nyeri (-) Berlebihan

Gawat Janin (Foetal distress) Lambat Cepat

Reaksi terhadap Oksitosin Baik Tidak baik

Pengaruh sedativ Sedikit Besar

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton,Persis Mary.1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.

Manuaba Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta: EGC.

Winkjosastro,hanifa.2007. Ilmu Kebidanan.Jakarta.

Yayasan bina pustaka, Sarwono Prawirohardjo.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta:EGC. Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo.2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jak

Induksi persalinan berarti suatu usaha untuk mengakhiri kehamilan >28 minggu dengan berbagai cara dengan tujuan memulai proses persalinan secara pervaginam. Walaupun nantinya bisa saja proses ini diakhiri dengan Cesar atas indikasi misalnya gawat janin, kontraksi yang tidak beraturan dan lainnya.

Indikasi untuk dilakukan induksi persalinan dikelompokkan kedalam 3 yaitu indikasi janin, indikasi ibu dan gabungan keduanya. Indikasi janin misalnya : kehamlan lewat waktu, diabetes mellitus, gangguan pertumbuhan janin. Indikasi ibu misalnya: kenatin janin dalam kehamilan,hydramnion kronis, cacat bawaan janin. Sedangkan indikasi gabungan : preeklampsia dan eklampsia, KPD, Hipertensi kronis.

Tidak boleh dilakukan induksi pada : 1) Panggul sempit 2) Kelainan letak bayi, 3)Bekas Cesar (relatif) 4) Primi gravida tua (anak I usia >35 tahun)dengan komplikasi obstetri dan medis 5)Kelainan jantung 6)Kehamilan risiko tinggi 7) Adanya tumor di rongga pnggul.

Berbagai metode induksi/pematangan serviks tersedia saat ini, walaupun secara medis tidak semuanya dipergunakan diantaranya 1.Cara Non-Obat2an/tradisional - Herbal : black cohosh, daun raspberry nerah dll (hasil tidak pasti) - Hubungan Seksual - Rangsangan puting susu - Akupunktur - TranSkutaneus Electical Nerve Stimulation (TENS)

2. Cara mekanis/bedah - Laminaria (ganggang yg menyerap air) - Balon kateter - Strpping of the membrane - Memecahkan ketuban (amnitomi) 3. Dengan obat-obatan (farmakologis) - Prostaglandin

- Oksitosin dll

Konsekuenai dari gagalnya induksi adalah cesar, namun kebe rhasilan induksi bisa diramalkan dari matang atau tidaknya serviks (leher rahim). Yang mana oleh Tn.Bishop dibuatlah semacam sistem skoring untuk memprediksi keberhasilan induksi persalinan. KLIK DISINI. Dalam skor ini ada 5 komponen penilaian yaitu pembukaan serviks, penipisannya, konsistensinya, arahnya dan stasion/ketinggian kepala bayi. Masing2 diberi nilai sesuai dengan keadaannya. Dikatakan cukup matang jika nilainya minimal 8. Semakin besar skornya maka semakin tinggi angka keberhasilan induksi persalinan.

Sebetulnya kalau masih ada waktu, maka sebelum induksi dilakukan agar angka keberhasilan tinggi, maka pada serviks atau lener yang belum matang dapat dilakukan terlebih dahulu usaha pematangan serviks seperti disebutkan diatas. Dewasa ini yang sedang tren adalah mematangkan serviks dengan mempergunakan prostglandin yang cukup populer cytotec atau gastrul, dengan dosis yang paling aman adalah 25 mikrogram (1/8 tablet), dengan interval pemberian 4-6 jam, maksimal 24 jam (tidak semua kasus bisa, KPD misalnya dibatasi waktu, bekas cesar tidak boleh memakai obat ini). Induksi persalinan berarti suatu usaha untuk mengakhiri kehamilan >28 minggu dengan berbagai cara dengan tujuan memulai proses persalinan secara pervaginam. Walaupun nantinya bisa saja proses ini diakhiri dengan Cesar atas indikasi misalnya gawat janin, kontraksi yang tidak beraturan dan lainnya.

Indikasi untuk dilakukan induksi persalinan dikelompokkan kedalam 3 yaitu indikasi janin, indikasi ibu dan gabungan keduanya. Indikasi janin misalnya : kehamlan lewat waktu, diabetes mellitus, gangguan pertumbuhan janin. Indikasi ibu misalnya: kenatin janin dalam kehamilan,hydramnion kronis, cacat bawaan janin. Sedangkan indikasi gabungan : preeklampsia dan eklampsia, KPD, Hipertensi kronis.

Tidak boleh dilakukan induksi pada : 1) Panggul sempit 2) Kelainan letak bayi, 3)Bekas Cesar (relatif) 4) Primi gravida tua (anak I usia >35 tahun)dengan komplikasi obstetri dan medis 5)Kelainan jantung 6)Kehamilan risiko tinggi 7) Adanya tumor di rongga pnggul.

Berbagai metode induksi/pematangan serviks tersedia saat ini, walaupun secara medis tidak semuanya dipergunakan diantaranya 1.Cara Non-Obat2an/tradisional - Herbal : black cohosh, daun raspberry nerah dll (hasil tidak pasti) - Hubungan Seksual

- Rangsangan puting susu - Akupunktur - TranSkutaneus Electical Nerve Stimulation (TENS) 2. Cara mekanis/bedah - Laminaria (ganggang yg menyerap air) - Balon kateter - Strpping of the membrane - Memecahkan ketuban (amnitomi) 3. Dengan obat-obatan (farmakologis) - Prostaglandin - Oksitosisn - Realxin dll Konsekuesni dari gagalnya induksi adalah cesar, namun keberhasilan induksi bisa diramalkan dari matang atau tidaknya serviks (leher rahim). Yang mana oleh Tn.Bishop dibuatlah semacam sistem skoring untuk memprediksi keberhasilan induksi persalinan. KLIK DISINI. Dalam skor ini ada 5 komponen penilaian yaitu pembukaan serviks, penipisannya, konsistensinya, arahnya dan stasion/ketinggian kepala bayi. Masing2 diberi nilai sesuai dengan keadaannya. Dikatakan cukup matang jika nilainya minimal 8. Semakin besar skornya maka semakin tinggi angka keberhasilan induksi persalinan.

Sebetulnya kalau masih ada waktu, maka sebelum induksi dilakukan agar angka keberhasilan tinggi, maka pada serviks atau lener yang belum matang dapat dilakukan terlebih dahulu usaha pematangan serviks seperti disebutkan diatas. Dewasa ini yang sedang tren adalah mematangkan serviks dengan mempergunakan prostglandin yang cukup populer cytotec atau gastrul, dengan dosis yang paling aman adalah 25 mikrogram (1/8 tablet), dengan interval pemberian 4-6 jam, maksimal 24 jam (tidak semua kasus bisa, KPD misalnya dibatasi waktu, bekas cesar tidak boleh memakai obat ini).

You might also like