Professional Documents
Culture Documents
Made Wardhana
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
PENDAHULUAN
Paradigma sehat menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), semula hanya memberikan
batasan sehat hanya dari 3 dimensi, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam
arti mental (psikologik) dan sehat dalam arti sosial, sejak 1984 batasan tersebut sudah
ditambah dengan aspek spiritual, batasan ini telah diterima dari berbagai kalangan yang lebih
dikenal dengan biopsychosocial-spiritual model. Dengan demikian konsep sehat tersebut telah
mencakup semua komponen manusia secara holistik, sesuai dengan konsep dalam vedanta atau
dari tradisi agama lain tentang kehidupan. Vedanta, dan kitab suci lainnya menyatakan bahwa
komponen manusia (mahluk hidup) material yaitu badan kasar dan badan halus, serta
komponen transedental (spiritual) yaitu keberadaan sang roh (atma) sebagai energi spiritual
yang memberikan kehidupan. Para filsuf Yunani kuno seperti Socrates, Plato, Aristoteles,
mengungkapkan bahwa manusia terdiri dari tiga entitas yaitu: Corpus (corporal) adalah
material yang terdiri atas matter (materi) serta memiliki dimensi fisik, merupakan aspek
badaniah dari manusia yang berbeda dengan spiritus (spirit atau sang roh) dan animus
(nafs, jiwa).
Keberadaan sang roh memang sulit dibuktikan secara ilmiah karena di luar jangkauan
pengamatan panca indera, namun adanya sang roh dapat dibuktikan dengan adanya kesadaran
pada setiap mahluk hidup. Kesadaran yang di maksud adalah kesadaran yang berhubungan
dengan proses pikir, emosi, ego dan dorongan prilaku dan sebagainya. Manusia mempunyai
tingkat kesadaran paling tinggi di antara mahluk hidup lainnya, manusia diberikan kecerdasan
yang tinggi sehingga sehingga dapat memahami dan bertanya tentang; dari mana kehidupan ini
berasal? Apa tujuan hidup ini? Kenapa ada penderitaan? Kemana saya setelah meninggal? Apa
hubungan kita dengan Tuhan?
Pendekatan spiritual bertujuan untuk lebih memahami tentang sang diri (sang roh)
sebagai jati diri yang sebenarnya, merupakan partikel rohani serta hubungannya dengan Tuhan
sebagai sumber segala ciptaan. Pemahaman tersebut akan membawa pasien kepada tingkat
kesadaran spiritual yang lebih tinggi, hal ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku kearah
lebih religious, pasien akan lebih tenang, menerima apapun yang akan terjadi pada dirinya.
Kondisi pikiran yang tenang tersebut juga akan mempengaruhi sistem dalam tubuh, terutama
sistem kekebalan. Pendekatan spiritual memiliki 2 dimensi yang penting yaitu dimensi spiritual
dan dimensi material. Dimensi spiritual akan membawa pasien kepada tingkat kesadaran
spiritual yang lebih tinggi, dengan lebih memahami hidup dan kehidupan dari pandangan yang
paling dalam (filosofis). Dimensi material, berhubungan dengan dimensi spiritual, pada tingkat
kesadaran spiritual yang lebih tinggi pasien akan menjadi tenang, pasrah yang pada akhirnya
akan mempengaruhi sistem susunan saraf pusat (otak) dan sistem imunologi.
Tulisan singkat ini akan mencoba mengungkapkan konsep spiritualitas secara universal
hubungan antara sang roh sebagai jati diri kehidupan dengan badan material dengan segala
penderitaannya serta bagaimana kewajiban sang roh dengan Sang Maha Pencipta.
Diungkapkan pula bukti-bukti ilmiah tentang peran spiritualitas dan aktivitas keagamaan
dalam hubungannya pelayanan kesehatan secara umum.
KONSEP DASAR SPIRITUALITAS
1
Disampaikan pada PIT MPI, Bandung 8-9 Agustus 2008
Pada dekade terakhir ini, di pusat-pusat pelayanan kesehatan di luar negeri telah menerapkan
pendekatan spiritual khususnya pada penyakit terminal seperti; kanker, HIV/AIDS, gagal
ginjal, diabetes, usia lanjut dan lainnya. Pendekatan spiritual berbeda dengan Complementary
and Alternative Medicine (CAM), karena pada CAM tujuan utama adalah penyembuhan atau
mengurangi penderitan terutama penderitaan fisik (physical pain) dan penderitaan psikologis
(psychogical pain) dengan berbagai metode sperti; terapi herbal, hipnoterapi, meditasi,
biofeedback, aroma terapi dan sebagainya. Pada pendekatan spiritual lebih menekankan
terhadap makna hidup yang lebih dalam secara filosofis, tentang kehidupan dan kehidupan
berikutnya serta peran aktivitas spiritual. Bimbingan spiritual bertujuan agar pasien dapat
diantarkan kepada pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan. Seorang pasien terminal,
selain mederita secara fisik, psikis (emosional) dan sosial juga menderita secara spiritual
(spiritual pain); ia mengeluh merasa berdosa, kehilangan hubungan dengan Tuhan, Tuhan tidak
adil, Tuhan kejam, hidup tidak berarti dan sebagainya. Perasaan-perasaan tersebut
menyebabkan seseorang menjadi stres dan depresi berat yang akan menurunkan kekebalan
tubuh dan akan memperberat penyakitnya. Banyak penelitian ilmiah membuktikan bahwa
pasien yang diberikan bimbingan spiritual, pasien merasakan lebih dekat dengan Tuhan,
tenang, tegar menghadapi penderitaan, pasrah menghadapi penyakitnya dan siap untuk
menghadapi apapun yang terjadi. Beberapa kasus, setelah mendapatkan bimbingan spiritual,
dan mulai melakukan praktik spiritual yang sesuai ajaran agama, maka mulai tampak
kemajuan, bahkan ada yang sembuh spontan (spiritual healing). Banyak laporan ilmiah yang
membuktikan pendekatan spiritual menyebabkan perubahan dalam sistem kekebalan tubuh
dengan berfungsi lebih baik.
Sloan RP (1999) melakukan penelitian terhadap pasien AIDS untuk mengetahui peran
bimbingan spiritual berpengaruh terhadap kekebalan tubuh pasien. Ternyata kelompok yang
mendapatkan bimbingan spiritual menunjukkan usianya lebih panjang, sel T nya lebih banyak
dan pasien tampak lebih tegar secara psikologis dari pada kelompok yang tidak mendapatkan
bimbingan spiritual. Studi epidemiologik yang dilakukan oleh Stack et al (1971), menunjukkan
bahwa mereka yang lebih religius (sering beribadah, berdoa dan berdzikir) resiko untuk
mengalami stres jauh lebih kecil daripada mereka yang kurang religius dalam kehidupan
sehari-harinya. Comstock, et.al.(1972) menyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan
keagamaan secara teratur dengan berdoa dan dzikir, ternyata resiko kematian akibat penyakit
jantung koroner 50 % lebih rendah, sementara kematian akibat emphysema 56 % lebih rendah,
kematian akibat cirrhosis hepatis 74 % lebih rendah dan kematian akibat bunuh diri 53 % lebih
rendah dibandingkan dengan pasien yang kurang religious. Hal serupa dilakukan terhadap
kelompok usia lanjut oleh Harris dkk (1999) dengan hasil bahwa para lansia yang lebih
religius, banyak berdoa dan berdzikir ternyata usianya lebih panjang, angka kesakitannya lebih
kecil secara bermakna dibandingkan dengan dengan yang kurang religious. Levin dan
Vanderpool (1989) penelitian terhadap pasien kardiovaskuler, ternyata bahwa dengan rajin
melakukan kegiatan keagamaan dapat menurunkan risiko komplikasi yang lebih parah secara
meyakinkan dibandingkan yang kurang melakukan kegiatan keagamaan.
2. Harapan Kesembuhan
Kesembuhan adalah harapan semua pasien. Semua pasien menginginkan kesembuhan
dengan jalan apapun dan berapapun biaya yang harus dikeluarkan, pasien dengan
kesadaran spiritualnya yang belum memadai hanya menuntut kesembuhan. Ia sama sekali
belum memahami kehidupan secara menyeluruh, sehingga sukar melakukan intervensi
spiritual, pasien akan lebih senang bila tenaga kesehatan memberi informasi tentang
pengobatan alternatif (CAM) dan pasien lebih tertarik akan hal ini. Bimbingan spiritual
bertujuan untuk mencapai sembuh secara spiritual.
Daftar Pustaka
1. Damodara, BS. 2003. Life and Spiritual Evolution. The Bhaktivedanta Institute.
2. Prabhupada, ACBS. Bhagavad-gita as it is. Bhaktivedanta Book Trust.
3. Stevenson I. 1997. Where Reincarnation and Biology Intersect. Praeger Publisher. London
4. Moody RA. 1975. Life After Life. Mockingbird Book, Georgia.
5. Webster R. 2001. Past-life Memories: Twelve Proven Methods. Llewellyn Publications. St. Paul, Minnesota.
6. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1995. Life Comes From Life. Bhaktivedanta Book Trust. Mumbai, India.
7. Abernethy, A.D. Psychoneuroimmunology/Psychoneuroendocrinology. Spirituality & Medicine Connection,
Vol. 4, Issue 1, Spring 2000, National Institute for Healthcare Research (NIHR).
8. Levin, Vanderpool : "Religious Commitment Reduce Cardiovascular Disease". American Medical News,
1989.
9. Matthews : "Religious Commitment and health Status". American Medical News, March 4, 1996.
10. Sloan RP et al. Should Physicians Prescribe Religious Activities ?. The NEJM;342/25:1913-1916.
11. Christy, J.H. : "Prayer as Medicine". Forbes, March 23, 1998, 136-137.
12. Comstock, P. Prayer and Remembrance of God Reduce Mortality Rate. Journal of Chronic Diseases, 1972.
13. Sumalsy DP. 2002. A Biopsychosocial-Spiritual Model for the Care of Patients at the End of Life. The
Gerontologist 42 : 24-33.
14. Hari Dhama Dasa. Spiritual Need, Pain and Care : Recognition and Response in ISKCON :
www.iskcon.com/icj/6_2/62haridhama.htm
15. Smith R. 2000. A Good Death: An important aim for health services and for us alleditor, BMJBMJ
2000;320:129–30