You are on page 1of 2

PSIKOLOGI NARKOBA

atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan : Golongan Depresan (Downer). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi : tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya : Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik ( obat tidur ) dan Tranquilizer ( anti cemas ).

bersemangat. Contoh: Amphetamine ( Shabu, Ekstasi ), Kokain.

Narkoba

Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh : Kanabis ( ganja ). Dampak Psikis Narkoba antara lain : Pengguna

Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. Hal tersulit yang sering dihadapi oleh profesional yang berkecimpung di bidang terapi dan rehabilitasi narkoba adalah sulitnya merubah perilaku pecandu yang berorientasi pada perilaku mencari narkoba. Sering kali mantan pecandu mengalami kekambuhan di tengah proses pemulihan. Faktor kekambuhan yang utama adalah
1

Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan

Klinik VCT Cahya Pita RSUD Cilacap

rendahnya komitmen untuk pulih, yang tergantung pada kondisi psikologis dan kepribadian pecandu. Proses recovery atau pemulihan terhadap pecandu narkoba meliputi 4 aspek, yaitu biologis, afektif, emosional dan spiritual. Pada tahap awal dilakukan penanganan secara biologis dengan proses detoksifikasi, sehingga terbebas dari sakaw dan kecanduan. Setelah itu, diperlukan after care atau pembinaan lebih lanjut berupa pembinaan mental dengan proses afektif berupa pembiasaan perilaku yang baru kemudian dari segi emosional berupa pemulihan kontrol diri dan pada taraf selanjutnya proses spiritual sehingga nilai-nilai religius bertambah dan mampu melawan perasaan rindu terhadap narkoba. Kasus penyalahgunaan narkoba merupakan kasus individual, karena faktor pembentuk kepribadian seseorang berbeda sehingga karakter satu orang akan berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tidak ada satu metode yang sama yang dapat diterapkan bagi semua pecandu narkoba. Pendekatan yang dibutuhkan dalam terapi dan rehabilitasi terhadap pecandu narkoba harus menggunakan pendekatan yang lebih personal dengan memanfaatkan kapasitas mental yang dimiliki klien.

Untuk dapat mengetahui dan mengoptimalkan kapasitas mental seseorang dibutuhkan psikolog yang mengerti dan memahami masalah tersebut. Dalam upaya optimalisasi potensi pecandu untuk pulih, peran psikolog menjadi lebih luas. Selain sebagai terapis, seorang psikolog dapat berperan sebagai konselor, fasilitator, motivator, peneliti, penggagas dan bahkan evaluator program ( penyembuhan, sosialisasi bahaya penggunaan narkoba, dan sebagainya ). Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan psikolog dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba menjadi sangat luas dan beragam. Dimulai dari tahapan penanggulangan (preventif), penanganan (treatment), rehabilitasi hingga pascaperawatan (after care). Peran psikolog dalam rentang perawatan ini juga tidak terbatas hanya melakukan perawatan terhadap pengguna narkoba dan keluarganya saja, tetapi juga melakukan penanganan sistem sosial dalam bentuk perencanaan dan evaluasi program ( APRS ).

You might also like